Di Susun Oleh :
Nenden Nurbani
2141120122
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai
3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban
pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban
pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua
kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala
membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar.
Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke
bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat
untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat
ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat
bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
c. Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus
berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian
fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi
fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-
kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus
normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan
dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus
berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60
gr. Peningkatan esterogen dan progesteron bertabggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum
penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan
yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai
terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh
agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang
dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi
pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
3. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana
ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini dimulai
pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat
sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya
dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung
menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber
informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
d. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
e. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama periode
post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500
cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-
tanda sebagai berikut:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup.
2. Infeksi puerperalis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya
puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertamapost partum
(Novak, 1999).
5. Infeksi saluran kemih
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya
status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi
tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari
dinding pembuluh darah) dan trombosis (pembentukan trombus)
tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari 500 – 750 kelahiran pada 3 hari
pertama post partum.
7. Emboli
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri;
hemoroid; pembengkakan payudara
2. Resiko defisit volume cairan berubungan dengan pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) berhubungan dengan trauma perineum
dan saluran kemih
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya
mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
5. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi; kelemahan.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.
7. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara merawat bayi.
C. Intervensi Keperawatan
f. Kolaborasi
untuk
melakukan
kateterisasi bila
pasien kesulitan
berkemih.
4. Perubahan Pola eleminasi a. Kaji pola BAB, a. Mengidentifikasi
pola (BAB) teratur. kesulitan BAB, penyimpangan
eleminasi Kriteria hasil: pola warna, bau, serta kemajuan
BAB eleminasi teratur, konsistensi dan dalam pola
(konstipasi) feses lunak dan jumlah eleminasi (BAB).
b/d kurangnya warna khas feses, b. Ambulasi dini
mobilisasi; bau khas feses, b. Anjurkan merangsang
diet yang tidak ada kesulitan ambulasi dini. pengosongan
tidak BAB, tidak ada rektum secara
seimbang; feses bercampur lebih cepat.
trauma darah dan lendir, c. Cairan dalam
persalinan. konstipasi tidak c. Anjurkan jumlah cukup
ada. pasien untuk mencegah
minum banyak terjadinya
2500-3000 penyerapan cairan
ml/24 jam. dalam rektum
yang dapat
menyebabkan
feses menjadi
keras.
d. Bising usus
mengidentifikasik
an pencernaan
d. Kaji bising usus dalam kondisi
setiap 8 jam. baik.
e. Mengidentifiakis
adanya penurunan
BB secara dini.
e. Pantau berat f. Meningkatkan
badan setiap pengosongan
hari. feses dalam
rektum.
f. Anjurkan
pasien makan
banyak serat
seperti buah-
buahan dan
sayur-sayuran
hijau.
5. Gangguan ADL dan a. Kaji toleransi a. Parameter
pemenuhan kebutuhan pasien terhadap menunjukkan
ADL b/d beraktifitas pasien aktifitas respon fisiologis
immobilisasi; terpenuhi secara menggunakan pasien terhadap
kelemahan. adekuat. parameter stres aktifitas dan
Kriteria hasil: berikut: nadi indikator derajat
- Menunjukkan 20/mnt di atas penagruh
peningkatan dalam frek nadi kelebihan kerja
beraktifitas. istirahat, catat jnatung.
- Kelemahan dan peningaktan
kelelahan TD, dispnea,
berkurang. nyeri dada,
- Kebutuhan ADL kelelahan berat,
terpenuhi secara kelemahan,
mandiri atau berkeringat,
dengan bantuan. pusing atau
- frekuensi pinsan. b. Menurunkan kerja
jantung/irama dan b. Tingkatkan miokard/komsums
Td dalam batas istirahat, batasi i oksigen ,
normal. aktifitas pada menurunkan
- kulit hangat, dasar resiko komplikasi.
merah muda dan nyeri/respon
kering hemodinamik,
berikan aktifitas c. Stabilitas
senggang yang fisiologis pada
tidak berat. istirahat penting
c. Kaji kesiapan untuk
untuk menunjukkan
meningkatkan tingkat aktifitas
aktifitas contoh: individu.
penurunan
kelemahan/kele
lahan, TD
stabil/frek nadi,
peningaktan
perhatian pada d. Komsumsi
aktifitas dan oksigen miokardia
perawatan diri selama berbagai
d. Dorong aktifitas dapat
memajukan meningkatkan
aktifitas/toleran jumlah oksigen
si perawatan yang ada.
diri. Kemajuan
aktifitas bertahap
mencegah
peningkatan tiba-
tiba pada kerja
jantung.
e. Teknik
penghematan
energi
menurunkan
penggunaan
energi dan
e. Anjurkan membantu
keluarga untuk keseimbangan
membantu suplai dan
pemenuhan kebutuhan
kebutuhan ADL oksigen.
pasien f. Aktifitas yang
maju memberikan
kontrol jantung,
meningaktkan
regangan dan
mencegah
f. Jelaskan pola aktifitas
peningkatan berlebihan.
bertahap dari
aktifitas,
contoh: posisi
duduk ditempat
tidur bila tidak
pusing dan
tidak ada nyeri,
bangun dari
tempat tidur,
belajar berdiri
dst.
d. Anjurkan
pasien
membasuh
vulva setiap
habis berkemih
dengan cara
yang benar dan
mengganti PAD e. Mencegah
setiap 3 kali kontaminasi
perhari atau silang terhadap
setiap kali infeksi.
pengeluaran
lochea banyak.
e. Pertahnakan
teknik septik
aseptik dalam
merawat pasien
(merawat luka
perineum,
merawat
payudara,
merawat bayi).
7. Resiko Gangguan proses a. Beri a. Meningkatkan
gangguan parenting tidak kesempatan ibu kemandirian ibu
proses ada. untuk dalam perawatan
parenting b/d Kriteria hasil: ibu melakukan bayi.
kurangnya dapat merawat perawatan bayi
pengetahuan bayi secara secara mandiri. b. Keterlibatan
tentang cara mandiri b. Libatkan suami bapak/suami
merawat bayi. (memandikan, dalam dalam perawatan
menyusui, perawatan bayi. bayi akan
merawat tali membantu
pusat). meningkatkan
keterikatan batih
ibu dengan bayi.
c. Perawatan
c. Latih ibu untuk payudara secara
perawatan teratur akan
payudara secara mempertahankan
mandiri dan produksi ASI
teratur. secara kontinyu
sehingga
kebutuhan bayi
akan ASI
tercukupi.
d. Meningkatkan
d. Motivasi ibu produksi ASI.
untuk
meningkatkan
intake cairan
dan diet TKTP.5. e. Meningkatkan
e. Lakukan rawat hubungan ibu dan
gabung bayi sedini mungkin.
sesegera
mungkin bila
tidak terdapat
komplikasi
pada ibu atau
bayi.
DAFTAR PUSTAKA
C arpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC :
Jakarta
http://www.slideshare.net/septianraha/asuhan-keperawatan-pada-ny-d-dengan-
post-partum-normal-di-wilayah-kerja-puskesmas-delanggu-klaten diakses
pada tanggal 27 Oktober 2020
http://dwitasari37.blogspot.com/2013/09/post-partum.html diakses pada tanggal
27 Oktober 2020
http://serangkai-bacaan.blogspot.co.id/2014/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
diakses pada tanggal 27 Oktober 2020
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2010),
Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Nanda. 2006-2007. Diagnosa Nanda NIC&NOC. EGC : Jakarta