Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN POST PERSALINAN NORMAL


(PARTUS SPONTAN)

Di Susun Oleh :
Nenden Nurbani
2141120122

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN POST PERSALINAN NORMAL
(PARTUS SPONTAN)

I.  Konsep Dasar Keperawatan


a.   Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. (Prawirohardjo, 2001).
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan
lahir. (Prawirohardjo, 2001).
Pesalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada
letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri, tanpa alat serta
tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui
jalan lahir.
Masa nifas ( puerperium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini
yaitu 6 – 8 minggu.(Rustam Mochtar,1998).
Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat
– alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal.( Barbara F. weller 2005 )
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam.(Abdul Bari Saifuddin, 2002)
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin. (Prawirohardjo, 2001).
b.   Tahapan Persalinan
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan
bantuan. Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai
3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban
pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban
pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua
kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala
membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar.
Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke
bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat
untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.

c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat
ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat
bertambah panjang dan terjadi perdarahan.

d. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena


perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi
yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda
vital, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal
bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).

c.   Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus
berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian
fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi
fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-
kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus
normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan
dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus
berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60
gr. Peningkatan esterogen dan progesteron bertabggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum
penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan
yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai
terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh
agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang
dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi
pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
3. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan

Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana
ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini dimulai
pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat
sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya
dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung
menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber
informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik

c. Fase letting go / saling ketergantungan

Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem


keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh
pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.

d. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah

Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada Periode


pasca partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan
pada hari pertama pada partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada
melahirkan.
b. Pemeriksaan urin

Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau


dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas
terutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain
itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan
rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak, 2004).

e. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama periode
post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500
cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-
tanda sebagai berikut:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc

b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg

c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).

Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya


perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari
24 jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan
menadi kasus lainnya, tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan
baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus
yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan
dengan janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan
predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
b. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.

c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta


disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
d. Lain-lain

1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus


sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka

2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup.

3) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000).

2. Infeksi puerperalis

Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum.


Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0
dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah:
streptococus dan staphylococus aureus dan organisasi lainnya.
3. Endometritis

Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi


puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki
resiko tinggi terjadinya endometritis (Novak, 1999).
4. Mastitis

Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya
puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertamapost partum
(Novak, 1999).
5. Infeksi saluran kemih

Insidenmencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan


meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah
Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan trombosis

Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya
status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi
tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari
dinding pembuluh darah) dan trombosis (pembentukan trombus)
tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari 500 – 750 kelahiran pada 3 hari
pertama post partum.
7. Emboli

Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil


menyebapkan kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999).

8. Post partum depresi

Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa


minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada
dirinya. Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman,
perasaan obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga
mengeluh bingung, nyeri kepala, ganguan makan, dysmenor, kesulitan
menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan semangat (Novak, 1999).
II.  Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A.  Pengkajian Fokus Keperawatan
a. Riwayat ibu
1) Biodata ibu.
2) Penolong.
3) Jenis persalinan.
4) Masalah-masalah persalinan.
5) Nyeri.
6) Menyusui atau tidak.
7) Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi, pengeluaran per
vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara.
8) Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan.
b. Riwayat sosial ekonomi
1) Respon ibu dan keluarga terhadap bayi.
2) Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah.
3) Para pembuat keputusan di rumah.
4) Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.
5) Kepercayaan dan adat istiadat.
c. Riwayat bayi
1) Menyusu.
2) Keadan tali pusat.
3) Vaksinasi.
4) Buang air kecil/besar.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Suhu tubuh.
b) Denyut nadi.
c) Tekanan darah.
d) Tanda-tanda anemia.
e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
f)  Refleks.
g) Varises.
h) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness).
2) Pemeriksaan payudara
a) Putting susu : pecah, pendek, rata.
b) Nyeri tekan.
c) Abses.
d) Pembengkakan/ASI terhenti.
e) Pengeluaran ASI.
3) Pemeriksaan perut / uterus
a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.
b) Kontraksi uterus.
c) Ukuran kandung kemih.
4) Pemeriksaan vulva/perineum
a) Pengeluaran lokhia.
b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
c) Pembengkakan.
d) Luka.
e) Henoroid.
5) Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
6) Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
7) Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering terlihat kira-kira
3 hari setelah melahirkan).
8) Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
9) Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
10) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ketiga sampai
kelima pasca partum.
11) Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-
kira 1 lebar jari setiap harinya.
Lokhia rubra berlanjut sampai hari kedua sampai ketiga, berlanjut menjadi
lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal : rekumben versus
ambulasi berdiri) dan aktivitas (misal : menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada suhu matur,
biasanya pada hari ketiga; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui
dimulai.

B.  Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri;
hemoroid; pembengkakan payudara
2. Resiko defisit volume cairan berubungan dengan pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) berhubungan dengan trauma perineum
dan saluran kemih
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya
mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
5. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi; kelemahan.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.
7. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara merawat bayi.
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


. Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri b/d Pasien a. Kaji tingkat a. Menentukan
peregangan mendemonstrasika nyeri pasien intervensi
perineum; n tidak adanya keperawatan
luka nyeri. sesuai skala nyeri.
episiotomi; Kriteria hasil: vital b. Mengidentifikasi
involusi uteri; sign dalam batas b. Kaji kontraksi penyimpangan
hemoroid; normal, pasien uterus, proses dan kemajuan
pembengkaka menunjukkan involusi uteri berdasarkan
n payudara. peningkatan involusi uteri.
aktifitas, keluhan c. Mengurangi
nyeri terkontrol, c. Anjurkan ketegangan pada
payudara lembek, pasien untuk luka perineum.
tidak ada membasahi
bendungan ASI. perineum
dengan air
hangat sebelum d. Melatih ibu
berkemih mengurangi
d. Anjurkan dan bendungan ASI
latih pasien dan
cara merawat memperlancar
payudara secara pengeluaran ASI.
teratur. e. Mencegah infeksi
dan kontrol nyeri
pada luka
e. Jelaskan pada perineum.
ibu tetang
teknik merawat
luka perineum
dan mengganti
PAD secara
teratur setiap 3 f. Mengurangi
kali sehari atau intensitas nyeri
setiap kali denagn menekan
lochea keluar rangsnag nyeri
banyak. pada nosiseptor.
f. Kolaborasi
dokter tentang
pemberian
analgesik bial
nyeri skala 7 ke
atas.
2. Resiko defisit Pasien dapat a. Pantau: a. Mengidentifikasi
volume cairan mendemostrasikan penyimpangan
b/d status cairan  Tanda- indikasi kemajuan
pengeluaran membaik. tanda vital atau
yang Kriteria evaluasi: setiap 4 jam. penyimpangan
berlebihan; tak ada manifestasi  Warna dari hasil yang
perdarahan; dehidrasi, resolusi urine. diharapkan.
diuresis; oedema, haluaran  Berat

keringat urine di atas 30 badan setiap

berlebihan. ml/jam, kulit hari.

kenyal/turgor kulit  Status b. Mengidentifikasi


baik. umum setiap keseimbangan
8 jam cairan pasien
secara adekuat
b. Pantau: cairan
dan teratur.
masuk dan
c. Temuan-temuan
cairan keluar
ini mennadakan
setiap 8 jam.
hipovolemia dan
perlunya
c. Beritahu dokter
peningkatan
bila: haluaran
cairan.
urine < 30
ml/jam, haus,
takikardia,
gelisah, TD di
bawah rentang
d. Mencegah pasien
normal, urine
jatuh ke dalam
gelap atau
kondisi kelebihan
encer gelap
cairan yang
d. Konsultasi
beresiko
dokter bila
terjadinya oedem
manifestasi
paru.
kelebihan
cairan terjadi.

3. Perubahan Pola eleminasi a. Kaji haluaran a. Mengidentifikasi


pola (BAK) pasien urine, keluhan penyimpangan
eleminasi teratur. serta dalam pola
BAK (disuria) Kriteria hasil: keteraturan pola berkemih pasien.
b/d trauma eleminasi BAK berkemih. b. Ambulasi dini
perineum dan lancar, disuria memberikan
saluran tidak ada, bladder b. Anjurkan rangsangan untuk
kemih. kosong, keluhan pasien pengeluaran urine
kencing tidak ada. melakukan dan pengosongan
ambulasi dini. bladder.
c. Membasahi
bladder dengan
air hangat dapat
mengurangi
ketegangan akibat
c. Anjurkan adanya luka pada
pasien untuk bladder.
membasahi d. Menerapkan pola
perineum berkemih secara
dengan air teratur akan
hangat sebelum melatih
berkemih. pengosongan
bladder secara
teratur.
d. Anjurkan e. Minum banyak
pasien untuk mempercepat
berkemih filtrasi pada
secara teratur. glomerolus dan
mempercepat
pengeluaran
urine.
f. Kateterisasi
e. Anjurkan memabnatu
pasien untuk pengeluaran urine
minum 2500- untuk mencegah
3000 ml/24 stasis urine.
jam.

f. Kolaborasi
untuk
melakukan
kateterisasi bila
pasien kesulitan
berkemih.
4. Perubahan Pola eleminasi a. Kaji pola BAB, a. Mengidentifikasi
pola (BAB) teratur. kesulitan BAB, penyimpangan
eleminasi Kriteria hasil: pola warna, bau, serta kemajuan
BAB eleminasi teratur, konsistensi dan dalam pola
(konstipasi) feses lunak dan jumlah eleminasi (BAB).
b/d kurangnya warna khas feses, b. Ambulasi dini
mobilisasi; bau khas feses, b. Anjurkan merangsang
diet yang tidak ada kesulitan ambulasi dini. pengosongan
tidak BAB, tidak ada rektum secara
seimbang; feses bercampur lebih cepat.
trauma darah dan lendir, c. Cairan dalam
persalinan. konstipasi tidak c. Anjurkan jumlah cukup
ada. pasien untuk mencegah
minum banyak terjadinya
2500-3000 penyerapan cairan
ml/24 jam. dalam rektum
yang dapat
menyebabkan
feses menjadi
keras.
d. Bising usus
mengidentifikasik
an pencernaan
d. Kaji bising usus dalam kondisi
setiap 8 jam. baik.
e. Mengidentifiakis
adanya penurunan
BB secara dini.
e. Pantau berat f. Meningkatkan
badan setiap pengosongan
hari. feses dalam
rektum.

f. Anjurkan
pasien makan
banyak serat
seperti buah-
buahan dan
sayur-sayuran
hijau.
5. Gangguan ADL dan a. Kaji toleransi a. Parameter
pemenuhan kebutuhan pasien terhadap menunjukkan
ADL b/d beraktifitas pasien aktifitas respon fisiologis
immobilisasi; terpenuhi secara menggunakan pasien terhadap
kelemahan. adekuat. parameter stres aktifitas dan
Kriteria hasil: berikut: nadi indikator derajat
-   Menunjukkan 20/mnt di atas penagruh
peningkatan dalam frek nadi kelebihan kerja
beraktifitas. istirahat, catat jnatung.
-   Kelemahan dan peningaktan
kelelahan TD, dispnea,
berkurang. nyeri dada,
-   Kebutuhan ADL kelelahan berat,
terpenuhi secara kelemahan,
mandiri atau berkeringat,
dengan bantuan. pusing atau
-   frekuensi pinsan. b. Menurunkan kerja
jantung/irama dan b. Tingkatkan miokard/komsums
Td dalam batas istirahat, batasi i oksigen ,
normal. aktifitas pada menurunkan
-   kulit hangat, dasar resiko komplikasi.
merah muda dan nyeri/respon
kering hemodinamik,
berikan aktifitas c. Stabilitas
senggang yang fisiologis pada
tidak berat. istirahat penting
c. Kaji kesiapan untuk
untuk menunjukkan
meningkatkan tingkat aktifitas
aktifitas contoh: individu.
penurunan
kelemahan/kele
lahan, TD
stabil/frek nadi,
peningaktan
perhatian pada d. Komsumsi
aktifitas dan oksigen miokardia
perawatan diri selama berbagai
d. Dorong aktifitas dapat
memajukan meningkatkan
aktifitas/toleran jumlah oksigen
si perawatan yang ada.
diri. Kemajuan
aktifitas bertahap
mencegah
peningkatan tiba-
tiba pada kerja
jantung.
e. Teknik
penghematan
energi
menurunkan
penggunaan
energi dan
e. Anjurkan membantu
keluarga untuk keseimbangan
membantu suplai dan
pemenuhan kebutuhan
kebutuhan ADL oksigen.
pasien f. Aktifitas yang
maju memberikan
kontrol jantung,
meningaktkan
regangan dan
mencegah
f. Jelaskan pola aktifitas
peningkatan berlebihan.
bertahap dari
aktifitas,
contoh: posisi
duduk ditempat
tidur bila tidak
pusing dan
tidak ada nyeri,
bangun dari
tempat tidur,
belajar berdiri
dst.

6. Resiko infeksi Infeksi tidak a. Pantau: vital a. Mengidentifikasi


b/d trauma terjadi. sign, tanda penyimpangan
jalan lahir. Kriteria hasil: infeksi. dan kemajuan
tanda infeksi tidak sesuai intervensi
ada, luka yang dilakukan.
episiotomi kering b. Kaji b. Mengidentifikasi
dan bersih, takut pengeluaran kelainan
berkemih dan BAB lochea, warna, pengeluaran
tidak ada. bau dan jumlah. lochea secara dini.
c. Keadaan luka
perineum
c. Kaji luka berdekatan
perineum, dengan daerah
keadaan basah
jahitan. mengakibatkan
kecenderunagn
luka untuk selalu
kotor dan mudah
terkena infeksi
d. Mencegah infeksi
secara dini.

d. Anjurkan
pasien
membasuh
vulva setiap
habis berkemih
dengan cara
yang benar dan
mengganti PAD e. Mencegah
setiap 3 kali kontaminasi
perhari atau silang terhadap
setiap kali infeksi.
pengeluaran
lochea banyak.
e. Pertahnakan
teknik septik
aseptik dalam
merawat pasien
(merawat luka
perineum,
merawat
payudara,
merawat bayi).
7. Resiko Gangguan proses a. Beri a. Meningkatkan
gangguan parenting tidak kesempatan ibu kemandirian ibu
proses ada. untuk dalam perawatan
parenting b/d Kriteria hasil: ibu melakukan bayi.
kurangnya dapat merawat perawatan bayi
pengetahuan bayi secara secara mandiri. b. Keterlibatan
tentang cara mandiri b. Libatkan suami bapak/suami
merawat bayi. (memandikan, dalam dalam perawatan
menyusui, perawatan bayi. bayi akan
merawat tali membantu
pusat). meningkatkan
keterikatan batih
ibu dengan bayi.

c. Perawatan
c. Latih ibu untuk payudara secara
perawatan teratur akan
payudara secara mempertahankan
mandiri dan produksi ASI
teratur. secara kontinyu
sehingga
kebutuhan bayi
akan ASI
tercukupi.

d. Meningkatkan
d. Motivasi ibu produksi ASI.
untuk
meningkatkan
intake cairan
dan diet TKTP.5.   e. Meningkatkan
e. Lakukan rawat hubungan ibu dan
gabung bayi sedini mungkin.
sesegera
mungkin bila
tidak terdapat
komplikasi
pada ibu atau
bayi.
DAFTAR PUSTAKA

C arpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC :
Jakarta
http://www.slideshare.net/septianraha/asuhan-keperawatan-pada-ny-d-dengan-
post-partum-normal-di-wilayah-kerja-puskesmas-delanggu-klaten diakses
pada tanggal 27 Oktober 2020
http://dwitasari37.blogspot.com/2013/09/post-partum.html diakses pada tanggal
27 Oktober 2020
http://serangkai-bacaan.blogspot.co.id/2014/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
diakses pada tanggal 27 Oktober 2020
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2010),
Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Nanda. 2006-2007. Diagnosa Nanda NIC&NOC. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai