Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS POST PARTUM

DIRUANGAN NIFAS

Oleh:
Meigy Marianto Sanjaya
18301055

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFENISI

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lamanya berlangsung
selama 6-8 minggu (mochtar_rustam, 1998 : 115).
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu atau 42 hari.
Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi (Manuaba , 1998:
190)
Menurut WHO menyatakan bahwa, pasca partus-post natal,mulai sejak 1 jam
setelah plasenta lahir sampai minggu ke-6 atau berlangsung selama 42 hari
( Manuaba, 2001).
Masa puerperium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-
kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti
sebelumnya pada kehamilan dalam waktu 3 bulan( Ilmu Kebidanan, 2007)

B. ETIOLOGI
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan
bantuan.
1. Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3
menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah
yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada
pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His
dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu.
Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar
berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan
bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa
badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat ditandai
dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah
panjang dan terjadi perdarahan.
d. Kla IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum
paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan yaitu tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya
perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400
sampai 500 cc (Manuaba, 1989).

C. PATOFISIOLOGI
1. Adaptasi Fisiologi

Infolusi uterus Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum


hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan,
uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan
bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12
jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus
turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum
keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan
simpisis pubis. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat
sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah
melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah
melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron
bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada
masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan.
Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah
penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. teratur. Untuk
mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena
atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di
payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara
merangsang pelepasan oksitosin.

2. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan Fase ini dimuai hari pertama dan
hari kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan
perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini
dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu
keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima
peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini
sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang
membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia
dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan Dimulai sekitar minggu
kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah
sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan
seksualnya telah dilakukan kembali.

D.MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah
banyak ( ≥ 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas
dingin, dan mual.
Gejala klinis berdasarkan penyebab:
 Atonia uteri
Gejala yang selalu ada : uterus tidak berkontraksi dan lembek serta
pendarahan segera setelah anak lahir ( pendarahan post partum primer) gejala
yang kadang-kadang timbul : Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat
dan kecil, ekstermitas dingin, gelisah, menggigil.

 Robekan jalan lahir


Gejala yang selalu ada: perdarahan segera: darah segar mengalir
segera setelah bayi lahir, kontraksi uteri baik, plasenta baik. Gejala kadang-
kadang timbul: pucat, lemah menggigil.
 Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik gejala yang kadang-kadang timbul :
tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan,
perdarahan lanjutan.
 Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: uterus berkontraksi baik tetapi tinggi
fundus tidak berkurang.
 Inversion uterus
Gejala yang selalu ada : uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa
tampak kali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri
sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: syok neorogenik dan
pucat.

A. Komplikasi
 Perdarahan

Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama periode post partum.
Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria
perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
a) Kehilangan darah lebih dai 500 cc
b) Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c) Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).

Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan dini
terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam setelah melahirkan, syok
hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus lainnya, tiga penyebap utama
perdarahan antara lain :

a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik dan
ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus yang sangat
teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan janin besar),
partus lama dan pemberian narkosis merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia
uteri.
b. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebapkan
oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah : tertahannya atau belum
lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
 Infeksi puerperalis Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post
partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0 dalam
2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah : streptococus dan
staphylococus aureus dan organisasi lainnya.
 Endometritis Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi puerperalis.
Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki resiko tinggi terjadinya
endometritis (Novak, 1999).
 Mastitis Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting susu
akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis umumnya di
awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 1999).
PATHWAY

Post Partum

Perubahan Karakteristik Dampak keluarga

biologis

Penerimaan
Karakteristik
Perubahan kurang
ibu
hormonal
terlalu cepat

Depresi
Stres
mental
kelahiran
Penurunan
respon stimulus

MK: KOPING KELUARGA


Kesedihan IN EFEKTIF
mendalam
MK: DEFENISI
PERAWATAN
DIRI

MK: RESIKO BUNUH


DIRI
MK: KOPING INDIFIDU
TIDAK EFEKTIF

Perubahan
energi Gangguan nafsu
makan

MK: KELETIHAN
MK: RESIKO
KEKURANGAN
NUTRISI
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, P. (2008) . Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Saifudin, Abdul, Bari, (2008). Buku panduan praktek kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : Trisada

Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan pada masa nifaas. Jakarta: Salemba Medika

Maritalia D, 2012. Asuhan kebidanan nifas dan menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika
ND: DEFISIT NUTRISI B.D FAKTOR MCP TEORI ND: DEFISIT PERAWATAN DIRI B.D
PSIKOLOGIS KELEMAHAN

DS: MD: -Post Partum DS :

- NAFSU MAKAN MENURUN KEY ASS: -

DO: -Kehilangan darah ≥ 500 ml

-MEMBRAN MUKOSA PUCAT -Nadi lemah DO:

-SERUM ALBUMIN TURUN -Pucat -tidak mampu mandi,mengenakkan


pakaian,makan dan ketoilet
-BISINIG USUS HIPERAKTIF -lochea berwarna merah

-mudah haus

-pusing

ND: KELETIHAN B.D KONDISI FISIOLOGIS -gelisah


(KEHAMILAN)
-letih
DS:
-terjadi syok hipovolemik
-MERASA KURANG TIDUR
-TD rendah
-MENGELUH LELAH
-Mual
DO:

-TIDAK MAMPU MEMPERTAHANKAN


AKTIVITAS FISIK

-TAMPAK LESU

Anda mungkin juga menyukai