Anda di halaman 1dari 49

DISKUSI REFLEKSI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL PADA NY.Y

DI RUANG VK RSUD TIDAR KOTA MAGELANG

Disusun Oleh :

1. Nurul Handayani (P1337420922182)


2. Feli Tri Yuliana (P1337420922111)
3. Sari Eka Pramesti (P1337420922112)
4. Milleana Febri R (P1337420922135)
5. Anik Tri Subekti (P1337420922186)

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan adalah proses alamiah yang ditandai dengan terjadinya
kontraksi uterus yang menyebabkan pendataran dan dilatasi serviks yang
nyata serta diikuti dengan pengeluaran janin dan plasenta dari tubuh ibu
(Sarwono, 2020). Proses persalinan terdiri dari empat kala yaitu kala I
sampai kala IV. Kala I persalinan di mulai sejak adanya kontraksi uterus
yang teratur hinggamembuka lengkap. Kala I terdiri dari dua fase yaitu
fase laten dan fase aktif. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi proses
persalinan yaitu power, passage, pasanger, psikologis dan penolong.
(Sarwono, 2020).
Di Negara berkembang, saat melahirkan dan minggu pertama
setelah melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu dan bayinya. Sekitar
seperempat hingga separuh kematian bayi berumur kurang dari satu tahun
terjadi dalam minggu pertama. Seorang ibu harus memasuki proses
persalinan dan melahirkan dengan pengetahuan cukup mengenai tahap-
tahap persalinan, cara mengatasi rasa sakit tanpa obat-obatan, dan efek
samping yang mungkin timbul karena pemakaian obat-obatan untuk
persalinan.
Menurut Ketua Komite Ilmiah Internasional Conference on
Indonesia Family Panning and Reproductive Health (ICIFPRH), Meiwita
Budhiharsana, hingga tahun 2019 AKI di Indonesia masih tetap tinggi,
yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Padahal, target 13 Vol. XI,
No.24/II/Puslit/Desember/2019 AKI Indonesia pada tahun 2015 adalah
102 per 100.000 kelahiran hidup.
Intranatal merupakan rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan
diakhiri dengan pelahiran plasenta. Penyebab awitan persalinan spontan
tidak diketahui, walaupun sejumlah teori menarik telah dikembangkan dan
professional perawatan kesehatan mengetahui cara menginduksi persalinan
pada kondisi tertentu.
Tanda dan gejala menjelang persalinan, ada sejumlah tanda dan
gejjala peringatann yang akan meningkatkan kesiagaan bahwa seseorang
wanita sedang mendekati berbagai kondsi berikut, mungkin semua, atau
malah tidak sama sekali. Dengan mengingat tanda dan gejala tersebut
maka terbantu ketika menangani wanita yang sedang hamil tua sehingga
anda dapat memberikan konseling dan bimbingan yang tepat.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana asuhan keperawatan
pada klien dengan intranatal care.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami definisi intranatal
b. Untuk mengetahui dan memahami etiologi intranatal
c. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi intranatal
d. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien intranatal
e. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi pada klien intranatal
f. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien
intranatal
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi Intranatal?
2. Apa saja etiologi intranatal?
3. Bagaimana patofisiologi intranatal?
4. Bagaimana penatalaksanaan intranatal?
5. Bagaimana komplikasi intranatal?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien intranatal?
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Sarwono, 2010).

B. Penyebab
1. Teori penurunan hormon progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga
menimbulkan his.
2. Teori oksitoksin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim.
3. Teori plasenta menjadi tua
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini
akan menimbulkan his.
4. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan.
5. Pengaruh janin
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada
anencephalus, kehamilan sering lama dari biasanya.
6. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot–
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
7. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser
dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his
(Nugroho, 2011).
Faktor Predisposisi
1. Maternal
a. Ketuban pecah dini
b. Persalinan prematur
c. Distosia
d. Hamil posterm
e. Tidak ada kemajuan dalam persalinan
f. Emboli cairan ketuban
g. Perdarahan
2. Infant
a. Gawat janin
b. Distosia
c. Kelainan posisi janin
d. Janin > 1
e. Prolaps tali pusat (Nurhati, 2009).
C. Bentuk Persalinan
1. Persalinan Spontan: Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri
2. Persalinan Buatan: Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari
luar
3. Persalinan Anjuran: Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan rangsangan Istilah yang berkaitan dengan
umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan:
a. Abortus
1) Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum
mampu
2) Hidup diluar kandungan
3) Umur hamil sebelum 28 minggu
4) Berat janin kurang dari 1000 gram
b. Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu Berat janin
kurang dari 2.449 gram.
c. Persalinan Aterm
1) Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu
2) Berat janin diatas 2500 gram
d. Persalinan Serotinus
1) Persalinan melampaui umur 42 minggu
2) Pada janin terdapat tanda postmaturitas
e. Persalinan Presipitatus: Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3
jam (Nugroho 2011).
D. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri.hal ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim,
penurunan progesteron, peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin,
dan tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan
SAR dan penipisan SBR. Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik.
Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain
enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi
kepala janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan
rasa mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan
terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir
kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi lagi.
Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding
menebal yang menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap. Dari berbagai
implantasi plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan
lahir sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat menyebabkan
terjadi risiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi
estrogen dan progesteron akan mengalami penurunan, sehingga hormon
prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai. Proses persalinan terdiri dari 4
kala yaitu:
1. Kala I: waktu pembukaan serviks samapi menjadi pembukaan lengkap 10
cm.
2. Kala II: dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir
3. Kala III: dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta
4. Kala IV: keluarnya plasenta sampai 2 jam post partum (Nugroho, 2011).
E. Proses Persalinan
1. Kala 1
Fase ini disebut juga kala pembukaan. Pada tahap ini terjadi pematangan
dan pembukaan mulut rahim hingga cukup untuk jalan keluar janin. Pada
kala 1 terdapat dua fase yaitu :
a. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar
delapan jam.
b. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm),
berlangsung sekitar enam jam.
Pada tahap ini ibu akan merasakan kontraksi yang terjadi tiap 10 menit
selama 20-30 detik. Frekuensi kontraksi makin meningkat hingga 2-4
kali tiap 10 menit, dengan durasi 60-90 detik. Kontraksi terjadi
bersamaan dengan keluarnya darah, lendir, serta pecah ketuban secara
spontan. Cairan ketuban yang keluar sebelum pembukaan 5 cm kerap
dikatakan sebagai ketuban pecah dini.
2. Kala II
Pada fase ini janin mulai keluar dari dalam kandungan yang
membutuhkan waktu sekitar dua jam. Fase dimulai saat serviks sudah
membuka selebar 10cm hingga bayi lahir lengkap. Pada kala 2, ketuban
sudah pecah atau baru pecah spontan, dengan kontraksi yang lebih sering
terjadi yaitu 3-4 kali tiap 10 menit.
Refleks mengejan juga terjadi akibat rangsangan dari bagian
terbawah janin yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga
mengejan dan kontraksi otot-otot dinding abdomen serta diafragma,
membantu ibu mengeluarkan bayi dari dalam rahim.
3. Kala III
Tahap ini disebut juga kala uri, yaitu saat plasenta ikut keluar dari
dalam rahim. Fase ini dimulai saat bayi lahir lengkap dan diakhiri
keluarnya plasenta. Pada tahap ini biasanya kontraksi bertambah kuat,
namun frekuensi dan aktivitas rahim terus menurun. Plasenta bisa lepas
spontan atau tetap menempel dan membutuhkan bantuan tambahan.
4. Kala IV
Tahap ini merupakan masa satu jam usai persalinan yang bertujuan
untuk mengobservasi persalinan. Pada tahap ini plasenta telah berhasil
dikeluarkan dan tidak boleh ada pendarahan dari vagina atau organ.
Luka-luka pada tubuh ibu harus dirawat dengan baik dan tidak boleh ada
gumpalan darah.
F. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala peringatan akan meningkatnya kesiagaan seorang wanita
mendekati persalinan. Wanita tersebut mungkin mengalami semua, sebagian
atau bahkan tidak sama sekali tanda gejala yang ada dibawah:
1. Lightening: Ligtening yang mulai dirasakan kira –kira dua minggu
sebelum persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam
pelvis minor. Pada presentasi sevalik, kepala bayi biasanya engaged
setelah lightening. Saat itu, sesak nafas yang dirasakan oleh ibu opada
trimester 3 berkurang, karena kondisi ini akan menciptakan ruang baru
abdomen atas untuk ekspansi paru. Sebaliknya ibu akan merasa menjadi
sering berkemih, perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang
menyeluruh, kram pada tungkai, dan peningkatan statis pada vena.
2. Perubahan Servik: Mendekati persalinan serviks semakin matang.
Konsistensi servik menjadi seperti pudding dan terjadi sedikit penipisan.
3. Ketuban pecah Dini: Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala
satu persalinan. KPD dialami oleh 80% wanita hamil dan mengalami
persalinan spontan dalam 24 jam.
4. Persalinan Palsu: Persalinan palsu tediri dari kontraksi uterus yang sangat
nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi
pada persalinan palsu sebenarnya terjadi karena kontraksi Braxton Hicks
yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak 6 minggu kehamilan.
5. Bloody show: Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi
kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar
pelindung dan penutup jalan lahir selama kehamilan. Plak lender inilah
yang dinamakan blody show.
6. Lonjakan energi: Wanita hamil mengalami lonjakan energi 24 sampai 48
jam sebelum terjadinya persalinan. Ia akan merasa bersemangat, setelah
beberapa minggu dan hari merasa letih secara fisik dan kelelahan akibat
kehamilan.
7. Gangguan saluran cerna: Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk
diare, kesulitan mencerna, mual muntah, diduga hal-hal tersebut
merupakan gejala menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan
untuk hal ini (Nugroho, 2011)
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
b. Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun
adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
c. Pemeriksaan urin gula
d. Pemeriksaan darah
2. Ultrasonografi (USG): Alat yang menggunakan gelombang ultrasound
untuk mendapatkan gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
3. Stetoskop Monokuler: Mendengar denyut jantung janin, daerah yang
paling jelas terdengar DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
4. Memakai alat Kardiotokografi (KTG): Kardiotokografi adalah gelombang
ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan
tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian keduanya
direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan
jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama (Nugroho, 2011).
H. Penatalaksanaan
1. Kala I
a. Mengukur TTV
b. Auskultasi DJJ
c. Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan presentasi
terendah dan kemajuan persalinan serta perineum
2. Kala II
Mengajari ibu untuk mengejan
3. Kala III
a. Pengawasan terhadap perdarahan
b. Memperhatikan tanda plasenta lepas
4. Kala IV
a. Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan KU
b. Kontraksi rahim
c. Letakkan bayi yang telah dibersihkan disebelah ibu
I. Pengkajian
1. Identitas Pasien: Nama , jenis kelamin, suku/budaya, agama, tingkat
pendidikan, dll.
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamlan,persalinan dan nifas yang lalu
b. Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: keadaan waktu hamil
keluhan yang di rasakan selama hamil, imunisasi dan pemeriksaan
selama, kehamilan (ANC), hamil ke berapa
c. Riwayat Ginekologi
1) Riwayat menstruasi:1.Menarche 2.Siklus haid 3.Lama haid
4.banyak haid 5.dismenorhoe.. 6. HPHT 7. HPL
2) Riwayat pernikahan :1.Usia pernikahan suami-istri 2.Pernikahan
- Riwayat KB:1.Apakah klien mengikuti program KB/tidak, Jenis
KB yang di gunakan
d. Riwayat Kesehatan Keluarga: Apakah dalam keluarga terdapat
penyakit keturunan,ataupun penyakit menular.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan atau keadaan umum
b. Tingkat kesadaran:umumnya sadar penuh
c. Tanda-tanda vital
d. Kepala: warna rambut, kebersihan, keluhan nyeri atau tidak, lesi
ada atau tidak, edema ada atau tidak
e. Mata: fungsi penglihatan, tanda-tanda anemis ada atau tidak, warna
kornea, sklera ikterik atau tidak
f. Hidung: fungsi penciuman, adanya nyeri tekan ada atau tidak,
kesimetrisan, kebersihan, kesimetrisan, kebersihan
4. Pengkajian
1. Kala I
a. Memeriksa tanda-tanda vital.
b. Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi serviks dan
penurunan karakteristitik yang mengambarkan kontraksi
uterus: frekuensi, internal, intensitas, durasi, tonus.
c. Penipisan serviks, evasemen mendahului dilatasi serviks pada
kehamilan pertama dan sering diikuti pembukaan dalam
kehamilan berikutnya.
d. Pembukaan serviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang
menentukan bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan
kemajuan persalinan.
e. Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi
jumlah fetus, letrak janin, penurunan janin.
f. Pemeriksaan Vagina: membran, serviks, foetus, station.
g. Tes diagnostik dan laboratorium: Specimen urin, tes darah,
ruptur membran, cairan amnion (warna, karakter dan jumlah).
2. Kala II
a. Tanda yang menyertai kala II: Keringat terlihat tiba-tiba diatas
bibir, adanya mual, bertambahnya perdarahan, gerakan
ekstremitas, pembukaan serviks, his lebih kuat dan sering, ibu
merasakan tekanan pada rektum, merasa ingin BAB, ketuban
+/-, perineum menonjol, anus dan vulva membuka, gelisah
mengatakan saya ingin BA, pada waktu his kepala janin
tampak di vulva.
b. Melakukan monitoring terhadap: His (frekuensi, kekuatan,
jarak, intensitas), keadaan janin (penurunan janin melalui
vagina), kandung kemih penuh/tidak, nadi dan tekanan darah.
c. Durasi kala II → kemajuan pada kala II : Primigravida
berlangsung 45– 60 menit , multipara berlangsung 15 – 30
menit.
3. Kala III
a. Pelepasan plasenta ditandai oleh tanda-tanda berikut:
1) Adanya kontraksi vunds yang kuat
2) Perubahan pada bentuk uterus dari bentuk lonjong ke
bentuk bulat pipih sehingga plasenta bergerak kebagian
bawah
3) Keluarnya darah hitam dari introuterus
4) Terjadinya perpanjangan taliu pusat sebagai akibat
plasenta akan keluar.
5) Penuhnya vagina (plasenta diketahui pada pemeriksaan
vagina atau rektal , atau membran poetus terlihat pada
introitus).
b. Status Fisik mental
Perubahan secara Psikologi setelah melahirkan akan
dijumpai, curah jantung meningkat dengan cepat pada saat
sirkulasi maternal ke plasenta berhenti.didapatkan melalui
pemeriksaan: Suhu, nadi, dan pernafasan, pemeriksaan
terhadap perdarahan (warna darah dan jumlah darah)
c. Tanda-tanda masalah potensial: Saat praktisi keperawatan
primer mengeluarkan plasenta perawat mengobservasi tanda-
tanda dari ibu, perubahan tingkat kesadaran atau perubahan
pernafasan
4. Kala IV
a. Tanda tanada vital: Vital sign dapat memberikan data dasar
untuk diagnosa potensial,komplikasi seperti perdarahan dan
hipertermia. Pada kala IV observasi vital sign sangat penting
untuk mengetahui perubahan setelah melahirkan seperti : pulse
biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam pertama dan
mengalami perubahan setelah terjadi persalinan yaitu dari
cardiovaskuler.
b. Kandung kemih: Dengan observasi dan palpasi kandung
kemih. Jika kandung kemih menengang akan mencapai
ketinggian suprapubik dan redup pada perkusi. Kateterisasi
mungkin diperlukan mencegah peregangan kandung kemih dan
retensi kandung kencing jika klien tidak bisa kencing.
c. Lochea: Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi
perineum ibu dan kain dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran
gumpalan darah jika dilihat dicatat hasil dan bekuannya.
d. Perinium: Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan
untuk mengiring dan melenturkan kembali otot otot panggul
atas dan dengan perlahan-lahan mengangkat bokong untuk
melihat perineum.
e. Temperatur: Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan
sesuaikan dengan keadaan temperatur ruangan. Temperatur
biasanya dalam batas normal selama rentang waktu satu jam
pertama,kenaikan pada periode ini mungkin berhubungan
dengan dehidrasi atau kelelahan.
f. Kenyamanan: Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik
yang didapatkan selama persalinan akan berpengaruh terhadap
persepsi ketidaknyamanannya.
g. Tanda-tanda potensial masalah: Karena pendarahan dapat
menyebabkan potensial masalah komplikasi,perawat harus
waspada adanya potensial komplikasi (Nurarif, 2015).
J. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Menurut SDKI , diagnosa yang mungkin muncul pada intranatal meliputi:
1. Kala I: Nyeri melahirkan b.d kontraksi uterus
2. Kala II: Nyeri melahirkan b.d pengeluaran janin
3. Kala III: Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif perdarahan
4. Kala IV: Risiko infeksi b.d gangguan integritas kulit;
5. Kala IV : Risiko perdarahan b.d komplikasi pascapartum ( atoni uterus,
retensi plasenta)
K. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan menurut SLKI & SIKI:
1. Kala I
Nyeri melahirkan b.d kontraksi uterus
Tujuan Intervensi Rasional
SIKI Lakukan pengkajian nyeri Data dasar dalam
a) Kontrol komphrehensif yang menentukan intervensi
nyeri meliputi lokasi, selanjutnya.
b) Tingkat karakteristik, onset /
nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas / beratnya nyeri
Kriteria dan faktor penceetus
Hasil:
a) Mampu Observasi reaksi nonverbal Reaksi nonverbal bisa
mengontr dari ketidaknyamanan menggambarkan nyeri
ol nyeri yang dirasakan pasien
saat
Kendalikan faktor Lingkungan yang nyaman
terjadi
lingkungan yang dapat dapat mengurangi
kontraksi
mempengaruhi respon persepsi nyeri pasien.
b) Melapork
pasien terhadap
an bahwa
ketidaknyamanan (suhu
nyeri
ruangan, pencahayaan,
berkurang
suara bising)
c) Mengatak
an rasa Ajarkan penggunaan Nyeri pada kala 1
nyaman teknik nonfarmakologi merupakan efek samping
setelah (hypnosis, relaksasi, dari kontraksi yang dapat
nyeri bimbingan antisipatif, mendorong bayi
berkurang terapi musik, terapi mendekati jalan lahir.
bermain, terapi aktivitas Sehingga nyeri hanya
dan aplikasi panas dingin) diminamalisir
menggunakan tekhnik
non-farmakologi

2. Kala II
Nyeri melahirkan b.d pengeluaran janin
Tujuan Intervensi Rasional
SIKI Lakukan pengkajian nyeri Data dasar dalam
a) Kontrol komphrehensif yang menentukan intervensi
nyeri meliputi lokasi,
b) Tingkat karakteristik, onset / durasi, selanjutnya.
nyeri frekuensi, kualitas,
intensitas / beratnya nyeri
Kriteria dan faktor penceetus
Hasil:
a) Mampu Observasi reaksi nonverbal Reaksi nonverbal bisa
mengontr dari ketidaknyamanan menggambarkan nyeri
ol nyeri yang dirasakan pasien
saat
Kendalikan faktor Lingkungan yang
terjadi
lingkungan yang dapat nyaman dapat
kontraksi
mempengaruhi respon mengurangi persepsi
b) Melapork
pasien terhadap nyeri pasien.
an bahwa
ketidaknyamanan (suhu
nyeri
ruangan, pencahayaan, suara
berkurang
bising)
c) Mengatak
an rasa Atur posisi yang nyaman Posisi yang nyaman
nyaman bagi klien (dorsal dapat mempengaruhi
setelah rekumben/litotomi) kekuatan meneran
nyeri
berkurang Ajarkan klien tentang cara Cara meneran yang
meneran dengan benar benar dapat menghemat
tenaga dan
memaksimalkan
kekuatan klien dalam
persalinan

3. Kala III
Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif perdarahan
Tujuan Intervensi Rasional
SIKI Monitor status hidrasi Data dasar dalam
a) Keseimban (misalnya membran mukosa menentukan intervensi
gan cairan lembab, denyut nadi adekuat selanjutnya
b) Hidrasi dan tekanan darahortostatik)

Kriteria Monitor tanda-tanda vital Dehidrasi dapat


Hasil: pasien mempengaruhi tanda-
a) Asupan tanda vital, terutama nadi
cairan
Jaga intake / asupan yang Untuk mengetahui
terpenuhi
akurat dan catat output balance cairan pasien
b) Tekanan
pasien
darah dan
denyut Pertahankan agar pasien Mengurangi terjadinya
nadi radial tetap tirah baring jika terjadi perdarahan
dalam pendarahan aktif
batas
normal Kolaborasi dengan dokter Tranfusi darah dapat
c) Keseimba untuk pemberian tranfusi mencegah terjadinya
ngan darah anemia
intake dan
Kelola cairan IV, seperti Mengganti cairan yang
output
yang diresepkan hilang melalui
dalam 24
perdarahan
jam
terjaga
d) Turgor
kulit
elastis
e) Membran
mukosa
lembab

4. Kala IV
a. Risiko infeksi b.d gangguan integritas kulit (luka episiotomy)

Tujuan Intervensi Rasional


SIKI Monitor tanda dan Mengetahui ada
a) Status imun gejala infeksi sistemik tidaknya infeksi, untuk
b) Kontrol dan lokal menentukan intervensi
resiko selanjutnya.
Monitor adanya luka Luka merupakan de
Kriteria Hasil: entre
a) Bebas tanda Kaji suhu badan pasien Pasien yang mengalami
gejala infeksi biasanya terjadi
infeksi kenaikan suhu badan.
b) Jumlah Pertahankan teknik Untuk meminimalisir
leukosit aseptik terjadinya infeksis
dalam batas Cuci tangan sebelum Meminimalisir
normal dan sedudah tindakan terjadinya penyebaran
c) Status kuman
imun, Berikan pendkes Vulva hygiene yang
genitourina tentang vulva hygiene benar dapat mencegah
ria dalam yang benar terjadinya infeksi
batas Berikan pendkes Perawatan luka
normal tentang perawatan luka perineum dapat
d) Luka perineum mencegah terjadinya
episiotomy infeksi
baik Lakukan perawatan luka Perawatan luka post
post episiotomy episiotomi mencegah
infeksi
b. Risiko perdarahan b.d komplikasi pascapartum (atoni uterus, retensi
plasenta)
Tujuan Intervensi Rasional
SIKI Catat nilai Hb dan HT Untuk mengetahui
a) Keseimban sebelum dan sesudah apakah pasien
gan cairan terjadìnya perdarahan mengalami kehilangan
b) Hidrasi banyak darah (anemia)
atau tidak
Kriteria Hasil:
a) Asupan Awasi perdarahan dari Menghindari
cairan jalan lahir perdarahan dari jalan
terpenuhi lahir
b) Tekanan
Berikan masase pada Merangsang kontraksi,
darah dan
fundus uteri. sehingga perdarahan
denyut nadi
akan berhenti
radial
dalam batas Monitan tanda-tanda Perdarahan sangat
normal vital berpengaruh pada
c) Keseimban tanda-tanda vital
gan intake (tekanan darah, nafas,
dan output nadi, suhu)
dalam 24
jam terjaga Pertahankan agar pasien Untuk menghindari
a) Turgor tetap tirah baring jika terjadinya perdarahan
kulit elastis terjadi pendarahan aktif yang lebih banyak.
b) Membran
mukosa Lakukan manual Dep pada sumber
lembab pressure ( tampon perdaarahan sangat
vagina) efektif dalam
menghentikan
perdarahan

Lakukan manual Untuk mengeluarkan


placenta placenta yang belum
lepas
BAB III

PENGKAJIAN INTRANATAL

Ruang : Bersalin (VK)


Tanggal : 6 Oktober 2022

A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 26 tahun
Alamat : Sanggrahan, Kota Magelang
Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawainan : Menikah (Sah)
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. E
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sanggrahan, Kota Magelang
Hub. dengan pasien : Suami
B. Data Umum Kesehatan
1. Tinggi badan/berat badan : 155 cm / 67 kg
2. Berat badan sebelum hamil : 55 kg
3. Masalah kesehatan khusus : Tidak ada
4. Obat-obatan : Tidak ada
5. Alergi (obat/makanan/bahan) : Tidak ada
6. Diet khusus : Tidak ada
7. Tidak menggunakan gigi tiruan, lensa kontak, maupun alat bantu dengar.
8. Frekuensi BAB : 2 hari sekali
9. Frekuensi BAK : 5 – 6 kali sehari, warna kuning jernih.
10. Kebiasaan waktu tidur : Pasien mengatakan biasa tidur dengan
Lampu dimatikan, tidur ±6 – 7 jam saat
tidur malam, dan kadang-kadang tidur
siang.
C. Data Umum Kebidanan
1. Kehamilan sekarang direncanakan
2. Status obstetric : G1P0A0, usia kehamilan 40+1 minggu
3. HPHT : 29 Desember 2021, HPL: 5 Oktober 2022
4. Jumlah anak yang ada : Pasien belum pernah hamil/melahirkan
5. Mengikuti kelas prenatal : Tidak
6. Jml kunjungan kehamilan : 11 kali
7. Masalah kehamilan yang lalu : Tidak ada
8. Masalah kehamilan sekarang : Tidak ada
9. Rencana KB : Ya, KB Implan
10. Makanan bayi sebelumnya : Pasien belum pernah hamil/melahirkan.
11. Pelajaran yang diinginkan saat ini
Relaksasi, cara menyusui, dan breast care
12. Setelah bayi lahir suami dan orang tua diharapkan untuk membantu
merawat.
13. Masalah dalam persalinan yang lalu : Tidak ada
D. Riwayat Persalinan Sekarang
1. Mulai persalinan (kontraksi/pengeluaran per vaginam)
Pasien mengatakan mulai kontraksi jam 23.00 WIB tanggal 5 Oktober
2022, namun ketika dicek di bidan tidak ada pembukaan. Kemudian pada
tanggal 6 Oktober 2022 pasien datang ke IGD pukul 10.05 WIB dengan
keluhan kencang-kencang perutnya, setelah dilakukan vaginal touche
(VT) diketahui sudah pembukaan 3. Belum keluar lendir darah.
2. Keadaan kontraksi.
Jam 10.10 : 1 kali dalam 10 menit selama 20 detik.
Jam 11.30 : 1 kali dalam 10 menit selama 20 detik
Jam 12.30 : 2 kali dalam 10 menit selama 15 detik
Jam 13. 30 : 2 kali dalam 10 menit selama 15 detik
Jam 14. 30 : 2 kali dalam 10 menit selama 15 detik
Jam 15.00 : 3 kali dalam 10 menit selama 35 detik
Jam 15. 30 : 4 kali dalam 10 menit selama 35 detik
3. Frekuensi dan kualitas denyut jantung janin
Jam 10.10 : Kuat, DJJ 128 x/menit
Jam 10.30 : Kuat, DJJ 135 x/menit
Jam 11.30 : Kuat, DJJ 145 x/menit
Jam 12.30 : Kuat, DJJ 136 x/menit
Jam 13.30 : Kuat, DJJ 138 x/menit
Jam 14.30 : Kuat, DJJ 148 x/menit
Jam 15. 30 : Kuat, DJJ 128 x/menit
4. Pemeriksaan fisik
a. Kenaikan berat badan : 12 kg
b. Tanda Vital : TD: 119/87 mmHg, N : 75 x/menit
S : 36,2oC, RR : 24/menit
c. Kepala : Mesocephal, bersih, persebaran rambut
merata, pernafasan cuping hidung, tidak
ada lesi.
d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembesaran vena jugularis,
menggunakan otot bantu pernafasan.
e. Jantung
Inspeksi : Bentuk dada normal, ictus cordis tampak
±1 cm
Palpasi : Pulsasi dinding dada teraba kuat, ictus
Cordis teraba pada IC V midclavikula
sinistra.
Perkusi : Terdengar pekak pada ICS II kanan kiri
Sampai ICS V
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 reguler
f. Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris,
menggunakan otot bantu pernafasan, tidak
ada lesi, pola nafas eupnea.
Palpasi : Vocal fremitus teraba sama, tidak ada nyeri
tekan pada dada.
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler
g. Payudara : Payudara simetris, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, putting
susu tegang, hiperpigmentasi areola, dan
payudara berisi.
h. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen cembung,
Hiperpigmentasi stretch mark,
hiperpigmenasi linea nigra, kandung kemih
terlihat menonjol.
Palpasi : Tegang, tidak ada nyeri tekan, punggung
janin di kiri, teraba kepala janin di bawah
dan bokong di atas.
Leopold I : TFU 1 jari dibawah px, teraba bokong.
Leopold II : Bagian kanan ibu terada ada tahanan keras
memanjang dari atas ke bawah (presentasi
punggung).
Leopold III : Bagian bawah janin teraba bulat, keras,
melintang, posisi di bawah, dan susah
digerakkan.
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP (divergen)

i. Pemeriksaan dlm pertama


j. Jam 10.05 dilakukan vaginal touché oleh bidan didapatkan hasil
pembukaan 3 cm. Ketuban masih utuh, bagian kepala masih tinggi,
ortio lunak.
k. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laborat tanggal 6 Oktober 2022

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematologi
Paket Darah Lengkap
Hemoglobin 11.9 g/dL 11.5 – 16.5
Jumlah Sel Darah
Leukosit 18.1 H 103/ul 4.00 – 11.00
Eritrosit 4.0 106/ul 3.80 – 5.80
Hematokrit 34.4 L % 37.0 – 47.0
Trombosit 240 103/ul 150 - 250
Imunilogi
Antigen Rapid Negatif - Negatif
HIV Non reaktif - Non reaktif
HBsAg Negatif - Negatif

2. Hasil USG
Usia kehamilan 40 minggu, air ketuban utuh, tidak ada kelainan
pada janin, DJJ 138 x/menit, belum inpartu.
E. Kala I
1. Tanda dan gejala
a) Dimulai dengan kontraksi uterus dan dilatasi serviks.
b) Terbagi menjadi 2, yaitu fase laten dan aktif.
c) Fase laten adalah pembukaan serviks 1 – 3 cm dan berlangsung sekitar
10 jam.
d) Fase aktif adalah pembukaan serviks 4 – 10 dan berlangsung sekitar 6
jam
e) Pemeriksaan tanda vital ibu, yaitu pemeriksaan tekanan darah setiap 4
jam serta pemeriksaan nadi dan suhu setiap 30 menit.
f) Pemeriksaan kontraksi setiap 30 menit.
g) Pemeriksaan denyut jantung janin setiap 1 jam, pemeriksaan denyut
jantung janin yang dipengaruhi oleh kontraksi uterus dapat dilakukan
dengan prosedur cardiotocography (CTG).
h) Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam untuk melihat dilatasi
serviks, penurunan kepala janin, dan warna cairan amnion.
2. Pengkajian nyeri
P = Bergerak maupun tidak (kontraksi uterus), Q = kram, R = Perut
menjalar ke punggung dan vagina, S = 5, T = Hilang timbul. Pasien kurang
rileks, meringis kesakitan, gelisah akibat menahan nyeri, berteriak, dan
terengah-engah.
3. TFU 27 cm
4. Perdarahan
± 50 cc, darah merah segar.
5. Keadaan psikososial
Baik
6. Kebutuhan khusus pasien
Tidak ada gangguan.
7. Pengobatan
Pasien diberikan oxytosin drip 5 IU.
F. Kala II
1. Ibu mengatakan merasa kencang-kencang, semakin sering, perut terasa
nyeri, pasien seperti ingin BAB dan mengejan.
2. P = bergerak maupun diam (penekanan pada perineum, Q = tersayat, R =
Lapang perut dan perineum, S = 8, T = Menetap. Pasien tampak merintih
kesakitan, terlihat lemas dan mengejan tidak efektif, mengejan ketika
terjadi his, tampak tonjolan kepala bayi pada perineum, keluar cairan
ketuban.
3. Ibu mengejan dengan baik, dilakukan episiotomy laserasi grade 2 dengan
indikasi meringankan ibu dalam mengejan dan mengurangi risiko
terjadinya robekan perineum yang parah.
4. Ibu didampingi suami saat proses persalinan.
5. Bayi lahir spontan, hidup, berjenis kelamin laki-laki, berat badan 2530
gram, lingkar kepala 32 cm, panjang badan 47 cm, lingkar dada 32 cm,
dan lingkar perut 27 cm.
6. TFU setinggi pusat.
7. Diberikan injeksi oxytosin 1 ampul.
G. Kala III
1. Lama kala III yaitu 5 menit.
2. Pemberian oksitosin 10 IU melalui IM
3. Fundus uteri masih berkontraksi kuat, pasien mengatakan lemas.
4. Penegangan tali pusat terkendali.
5. Massase fundus uteri.
6. Plasenta lahir spontan jam 16.25 WIB, lengkap, kulut ketuban utuh, kesan
bersih, jumlah kotiledon lengkap.
7. Laserasi perineum derajat 2, tindakan penjahitan dengan injeksi anestesi.
8. Atonia uteri tidak ada
9. Jumlah perdarahan ± 250 cc
10. Pengobatan: methylergometrine 0,2 mg
H. Kala IV
1. Mulai jam 16.30 WIB
2. TFU 2 jari di atas pusat.
3. Tanda-tanda vital : Tekanan darah: 112/80 mmHg, Nadi: 88 x/menit, RR:
22 x/menit, S: 36,3oC.
4. Keadaan uterus
Kontraksi uterus keras, 2 jari di atas pusat.
5. Perdarahan ±20 cc, karakteristik rubra.
6. Bonding ibu dan bayi baik, bayi rawat gabung dengan ibu.
7. Tindakan selanjutnya pengawasan kala IV selama 2 jam.
I. Pemantauan Perkembangan Persalinan (Patograf)
Terlampir
J. Catatan Persalinan
1. Tanggal : 6 September 2022
2. Penolong : Bidan
3. Tempat Persalinan : RSUD Tidar Kota Magelang
4. Alamat persalinan : Ruang Bersalin (VK) RSUD Tidar Kota Magelang
5. Catatan : Pasien mengalami kenceng-kenceng sejak tanggal
5
September 2022, cairan ketuban belum pecah,
ketuban
pecah saat pembukaan 4.
6. Pendaming : Suami dan orang tua pasien.
K. Bayi Baru Lahir
1. Berat badan : 2530 gram
2. Panjang : 47 cm
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Apgar score : 9/9/10
5. Penilaian BBL : Bayi lahir dengan spontan, usia kehamilan 40 +1
minggu
6. Bayi lahir : Normal, dilakukan tindakan mengeringkan,
menghangatkan, rangsangan takstil, bungkus bayi
dan
menempatkan di dada ibu, pemberian salep mata,
dan
menempatkan bayi pada infant warmer.
7. Tidak ada cacat bawaan
8. Tidak terjadi hipotermia
9. Dilakukan pemberian ASI 30 menit setelah bayi lahir, dilakukan setelah
apgar score membaik.
L. Kala IV

Ja Darah
Wakt Nad Suh Kontraks Kandun
m TD TFU Kelua
u i u i Uterus g Kemih
ke- r
1 16.30 112/8 88 36,3 TFU Keras Kosong ± 20
0 setinggi cc
pusat
16.45 110/8 99 2 jadi Keras Kosong ± 20
7 dibawa cc
h pusat
17.00 125/7 92 2 jari Keras Kosong ± 15
cc
3 dibawa
h pusat
17.15 133/6 86 2 jari Keras Kosong ± 10
cc
2 dibawa
h pusat
2 17.45 125/8 90 36,5 2 jari Keras Kosong ± 5 cc
5 dibawa
h pusat
18.15 118/8 88 2 jari Keras Kosong ± 5 cc
0 dibawa
h pusat

M. Program Terapi

Obat Dosis Indikasi


Injeksi
Oxytocin drip 5IU Kontraksi uterus
Oxytocin 5 iu Kontraksi uterus
Methylergometrine 0,2 mg Mengatasi perdarahan
Lidocaine 1 mg Anestesi lokal
Cefadroxil 2 x 500 mg Mencegah infeksi
Tablet
Asam Mefenamat 3 x 500 mg Mengurangi nyeri
Antasida 1 tablet Mengatasi asam lambung
Becom C 1x1 Mempercepat proses penyembuhan
(multivitamin)
Vitamin A 200.000 Menjaga sistem imun.
IU
ANALISA DATA

Tanggal/
Kala Data Fokus Etiologi Problem
Jam
6 Okt 1 DS : Agen pencedera Nyeri Akut (D.0077)
2022 P = Bergerak maupun tidak fisiologis
10.10 (kontraksi uterus) (kontraksi
WIB Q = Kram uterus)
R = Perut menjalar ke
punggung dan vagina
S=5
T = Hilang timbul

DO :
1. Pasien kurang rileks,
meringis kesakitan,
gelisah akibat menahan
nyeri, berteriak, dan
terengah-engah.
2. DJJ 128 x/menit
3. VT : pembukaan 3 cm,
ketuban belum pecah.
TFU 27 cm, sudah
masuk PAP, presentasi
kepala di bawah.
4. Kontraksi 1 x dalam 10
menit selama 20 detik.
5. TD: 119/87 mmHg, N :
75 x/menit
6. S: 36,2oC, RR :
24/menit.
6 Okt 2 DS : Pengeluaran Nyeri melahirkan
2022 Ibu mengatakan merasa Janin (D.0079)
16.30 kencang-kencang, semakin
WIB sering, perut terasa nyeri,
pasien seperti ingin BAB
dan mengejan.
P = bergerak maupun diam
(penekanan pada perineum,
Q = tersayat
R = Lapang perut dan
perineum
S=8
T = Menetap.
DO:
Pasien tampak merintih
kesakitan, terlihat lemas dan
mengejan tidak efektif,
mengejan ketika terjadi his,
tampak tonjolan kepala bayi
pada perineum, keluar
cairan ketuban
6 Okt 3 DS : Trauma/ Risiko
2022 Pasien mengatakan lemas. Perdarahan Ketidakseimbangan
16.35 DO : Cairan (D.0036)
WIB 1. Pemberian oksitosin 10
IU melalui IM.
2. Plasenta lahir spontan
3. Fundus uteri masih
berkontraksi kuat
4. Laserasi perineum
5. Perdarahan ± 250 cc
6 Okt 4 DS : Komplikasi Risiko Perdarahan
2022 - pasca partum (D.0012)
16.40 DO:
WIB TD : 110/87mmHg
N : 99 x/menit.
TFU 2 jadi dibawah pusat
Perdarahan ± 20 cc,
kontraksi uterus kuat

Diagnosa Keperawatan

Kala I : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (kontraksi

uterus) (D.0077).

Kala II : Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin (D.0079).

Kala III : Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan

trauma/perdarahan (D.0036).

Kala IV : Risiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi pasca partum

(D.0012).
INTERVENSI

Tanggal/ No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional


Jam
6 Okt D.0077 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
2022 keperawatan selama 1 x 8 1 Identifikasi lokasi,
10.15 jam diharapkan masalah karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri akut pasien teratasi, kualitas, dan intensitas nyeri.
dengan kriteria hasil: Rasional: Mengidentifikasi
1. Frekuensi nadi dari intensitas nyeri.
skala 3 sedang ke skala 2 Berikan teknik non
5 membaik. farmakologis untuk
2. Pola nafas dari skala 3 mengurangi rasa nyeri (nafas
sedang ke skala 5 dalam).
membaik. Rasional: pasien mampu
3. Perineum terasa tertekan mengontrol nyeri dengan
dari skala 3 sedang ke bimbingan.
skala 5 menurun. 3 Kolaborasi pemberian
4. Keluhan nyeri dari skala analgetik, jika perlu.
3 sedang ke skala 5 Rasional: Mengurangi nyeri
menurun. pasien.
(Tingkat nyeri, L.08066)
6 Okt D.0079 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri:
2022 keperawatan selama 1 x 8 1. Identifikasi lokasi,
16.15 jam diharapkan masalah karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri melahirkan teratasi, kualitas, dan intensitas nyeri.
dengan kriteria hasil: Rasional: Mengidentifikasi
1. Pola nafas dari skala 3 intensitas nyeri.
sedang ke skala 5 2. Ajarkan teknik non
membaik. farmakologis untuk
2. Ketegangan otot dari mengurangi nyeri.
skala 3 sedang ke skala Rasional: pasien mampu
5 menurun. mengontrol nyeri secara
(Tingkat nyeri, L.08066) mandiri.
Pengaturan Posisi (I.01019)
1. Monitor status oksigenasi.
Rasional: Mengetahui saturasi
oksigen pasien.
2. Atur posisi melahirkan.
Rasional: Memudahkan proses
persalinan.
6 Okt D.0036 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan (I.03098)
2022 keperawatan selama 1 x 8 1. Monitor status hidrasi
16.30 jam diharapkan masalah (frekuensi nadi, akral, turgor
risiko ketidakseimbangan kulit, tekanan darah).
cairan pasien teratasi, Rasional: Mengetahui tanda-
dengan kriteria hasil: tanda kekurangan cairan.
1. Dehidrasi dari skala 3 2. Berikan asupan cairan, sesuai
sedang ke skala 5 kebutuhan.
menurun. Rasional: Mencukupi
2. Asupan cairan dari skala kebutuhan cairan tubuh.
3 sedang ke skala 5 3. Berikan cairan intravena.
meningkat. Rasional: Mencukupi
3. Tekanan darah dari kebutuhan cairan tubuh.
skala 3 sedang ke skala Pencegahan Perdarahan (I.02067)
5 membaik. 4. Kolaborasi pemberian obat
(Keseimbangan Cairan, L. pengontrol perdarahan.
05020) Rasional: Mengurangi risiko
kehilangan cairan yang lebih
banyak.

6 Okt D.0012 Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Perdarahan (I.02067)


2022 keperawatan selama 1 x 8 1. Monitor tanda-tanda vital.
16.35 jam diharapkan masalah Rasional: mengetahui tanda
risiko perdarahan teratasi, vital dalam keadaan normal.
dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda dan gejala
1. Perdarahan vagina dari perdarahan.
skala 3 sedang ke skala Rasional: mengetahui tanda dan
5 menurun. gejala perdarahan yang dapat
2. Heboglobin dari skala 3 terjadi.
sedang ke skala 5 3. Pertahankan bed rest selama
membaik. perdarahan
3. Tekanan darah dari Rasional: meminimalisir
skala 3 sedang ke skala perdarahan yang semakin
5 membaik. parah.
(Tingkat Perdarahan, 4. Anjurkan meningkatkan asupan
L.02017) makanan dan vitamin K.
Rasional: Mempercepat
pembekuan darah.
5. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan.
Rasional: Mencegah keparahan
perdarahan.
IMPLEMENTASI

Tgl/
Kala DX Implementasi Respon TTD
Jam
Mengidentifikasi DS :
lokasi, karakteristik, Pasien mengatakan
durasi, frekuensi, P : Diam maupun duduk
kualitas, dan (kontraksi uterus)
intensitas nyeri Q : Kram
R : Lapang perut
S:5
T : Hilang timbul

DO :
10.30 I D.0077 Pasien mengeluh nyeri, tampak
meringis menahan nyeri ketika
kontraksi, berteriak ketika nyeri
datang, kurang rileks, dan
ekspresi cemas.
Memberikan teknik DS : -
non farmakologis DO :
untuk mengurangi Pasien mau mengikuti dan
nyeri melakukan latihan nafas dalam
untuk mengurangi nyeri
kontraksi.
16.40 II D.0079 Mengidentifikasi DS :
lokasi, karakteristik, Pasien mengatakan
durasi, frekuensi, P : Mengejan
kualitas, dan Q : Disayat
intensitas nyeri. R : Lapang perut dan vagina.
S:8
T : Menetap

DO :
Pasien tampak mengejan
meringis menahan nyeri,
terengah-engah, keluar keringat,
dan terpasang oksigen nasal
kanul 3L
Mengajarkan teknik DS : -
non farmakologis DO :
16.40 II D.0079 untuk mengurangi Pasien kooperatif mengikuti
nyeri latihan nafas dalam yang
diberikan.
16.45 III D.0036 Memonitor status DS : -
hidrasi DO : Tanda-tanda vital
TD : 112/87 mmHg
N : 99/menit
S : 36,3oC
RR : 22 x/menit
Memberikan asupan DS : Pasien mengatakan ingin
cairan, sesuai minum.
kebutuhan DO :
Pasien minum air putih ± 100 cc
Memberikan cairan DS : -
intravena DO : Pasien terpasang infus
asering 500 ml + drip oxytosin 1
Ampul.
Berkolaborasi DS : -
pemberian obat DO :
(Methylergometrine Pasien mendapatkan injeksi
0,2 g) pengontrol Methylergometrine 0,2 g, untuk
perdarahan mengatasi perdarahannya.
Memonitor tanda- DS : Pasien mengatakan
tanda vital badannya lemas, sedikit pusing.
DO :
TD : 133/62 mmHg
N : 86 x/menit
S : 36,3oC
RR : 20 x/menit
Memonitor tanda DS :
dan gejala Pasien mengatakan belum ganti
perdarahan pembalut.
DO :
Perdarahan ± 20 cc
Menganjurkan DS : Pasien mengatakan tidak
17.30 IV D.0012
meningkatkan ada pantangan terhadap
asupan makanan dan makanan.
vitamin K DO :
Pasien diberikan Becom C untuk
mempercepat penyembuhan dan
vitamin A untuk menjaga sistem
imun.
Berkolaborasi DS : -
pemberian obat DO :
(injeksi Pasien mendapatkan injeksi
Methylergometrine Methylergometrine 0,2 g, untuk
0,2 g) pengontrol mengatasi perdarahannya.
perdarahan
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

Tgl/
Kala Dx Evaluasi TTD
Jam
6 Okt I D.007 S:
2022 7 Pasien mengatakan
21.00 P : Diam maupun duduk (kontraksi
WIB uterus)
Q : Kram
R : Lapang perut
S:5
T : Hilang timbul

O:
1 Pasien mengeluh nyeri, tampak
meringis menahan nyeri ketika
kontraksi, berteriak ketika nyeri
datang, kurang rileks, dan ekspresi
cemas.
2 Pasien mau mengikuti dan
melakukan latihan nafas dalam
untuk mengurangi nyeri kontraksi.
A:
Masalah keperawatan nyeri akut belum
teratasi, pasien mulai memasuki kala
II.
P:
Lanjutkan intervensi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri.
2. Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (nafas
dalam).

D.007 S:
9 Pasien mengatakan
P : Mengejan
Q : Disayat
R : Lapang perut dan vagina.
S:8
T : Menetap

6 Okt O:
2022 Pasien tampak mengejan meringis
II
21.00 menahan nyeri, terengah-engah, keluar
WIB keringat, dan terpasang oksigen nasal
kanul 3L.
Pasien kooperatif mengikuti latihan
nafas dalam yang diberikan.
A:
Masalah keperawatan nyeri
persalianan telah teratasi.
P:
Hentikan Intervensi.
6 Okt III D.003 S:
2022 6 Pasien mengatakan ingin minum
21.00 O:
WIB 1. Pasien minum air putih ± 100 cc.
2. Pasien terpasang infus asering 500
ml + drip oxytosin 1 Ampul.
3. Pasien mendapatkan injeksi
Methylergometrine 0,2 g, untuk
mengatasi perdarahannya.

A:
Masalah keperawatan risiko
ketidakseimbangan cairan belum
teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi:
1. Monitor status hidrasi.
2. Berikan asupan cairan, sesuai
kebutuhan
3. Berikan cairan intravena
4. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan.
6 Okt IV D.001 S:
2022 2 1. Pasien mengatakan badannya
21.00 lemas, sedikit pusing.
WIB 2. Pasien mengatakan belum ganti
pembalut.
O:
1. Perdarahan ± 20 cc
2. TD : 133/62 mmHg
N : 86 x/menit
S : 36,3oC
RR : 20 x/menit
3. Pasien diberikan Becom C untuk
mempercepat penyembuhan dan
vitamin A untuk menjaga sistem
imun.
4. Pasien mendapatkan injeksi
Methylergometrine 0,2 g, untuk
mengatasi perdarahannya.
A:
Masalah keperawatan risiko
perdarahan belum teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi:
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor tanda dan gejala
perdarahan
3. Pertahankan bed rest selama
perdarahan.
4. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus
Ny.Y datang ke IGD PONEK RSUD Tidar Kota Magelang dengan
G1P0A0 usia ibu 26 tahun, usia kehamilan 40+1 minggu, keluhan kencang –
kencang, setelah dilakukan vaginal touche (VT) diketahui sudah pembukaan
3. Saat dilakukan pemeriksaan leopold, posisi kepala janin sudah dibawah,
janin sudah masuk PAP (divergen). Tidak ada lendir darah yang keluar,
ketuban masih utuh. Ketika pasien sudah masuk pembukaan 4, ketuban
pecah. Klien melahirkan secara spontan pada tanggal 06 September 2022 di
ruang bersalin RSUD Tidar Kota Magelang. Klien melahiran bayi berjenis
kelamin laki – laki dengan berat 2530 gram, panjang badan 47 cm, dengan
APGAR skor 9/9/10.
Pada saat proses persalinan kala I dan kala II, klien mengeluh nyeri
akibat kontrasi uterus dan saat proses pengeluaran janin. Nyeri timbul baik
saat klien bergerak maupun tidak, nyeri seperti kram dan kencang – kencang,
nyeri terasa di perut menjalar ke punggung dan vagina, nyeri menetap. Dalam
hal ini didapatkan masalah keperawatan sesuai dengan SDKI yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (kontraksi uterus) dan proses
pengeluaran janin, intervensi yang diberikan sesuai dengan SIKI yang
bertujuan untuk mengurangi intensitas nyeri klien. Salah satu upaya untuk
mengatasi nyeri pada ibu melahirkan kala I dan kala II adalah dengan
menggunakan terapi non farmakologis. Pemberian terapi non farmakologi
dibutuhkan untuk membantu tubuh individu beradaptasi dan resisten terhadap
nyeri yang dirasakan, sehingga tubuh dapat menginterpretasikan nyeri
tersebut dengan skala lebih rendah. Implementasi yang dilakukan yaitu
dengan melakukan teknik relaksasi nafas dalam dalam menurunkan nyeri
pada ibu melahirkan kala I dan kala II.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,
bersifat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal
skala atau tingkatannya, dan hanya orang itulah yang dapat menjelaskan dan
mengevaluasi rasa nyeri yang dialami (Ilmiah, 2015). Nyeri persalinan adalah
suatu perasaan tidak nyaman berkaitan dengan adanya kontraksi uterus,
dilatasi dan effacement serviks, penurunan presentasi, peregangan vagina dan
perineum yang berakhir di kala IV persalinan (Adriaansz, 2017). Nyeri yang
dirasakan ibu melahirkan kala I dan kala II dapat bertahan selama pembukaan
atau kontraksi itu terjadi, dan dapat bertahan lebih lama tergantung pada
kemampuan dan adaptasi klien terhadap nyeri, serta persepsi klien terhadap
nyeri itu sendiri. Namun demikian pemberian terapi non farmakologi
dibutuhkan untuk meringankan nyeri yang dirasakan.
Teknik pengalihan ataupun manajemen nyeri adalah salah satu tindakan
non farmakologis yang snagat perlu dilakukan oleh tenaga medis guna
membantu mengurangi rasa sakit atau rasa nyeri yang timbul pada saat proses
persalinan terutama pada fase kala I dan kala II persalinan. Banyak teknik
yang dapat digunakan dalam mengurangi rasa nyeri, salah satunya adalah
dengan menerapkan teknik relaksasi nafas dalam atau deep breathing, dengan
mengatur pola nafas sedemikian rupa sehingga akan mengurangi rasa nyeri
yang ditimbulkan akibat adanya dilatasi servik dalam rangka proses
persalinan.
Teknik relaksasi nafas dalam dapat membantu mengendalikan nyeri dan
stress pada sebagian besar persalinan. Teknik ini juga mendorong
perkembangan persalinan dan membuat ibu bersalin secara pribadi merasa
lebih mampu menghadapi pengalaman tersebut (Simkin, 2010). Teknik
relaksasi nafas dalam digunakan untuk membantu memberikan rasa nyaman
pada ibu (Damayanti, 2012). Secara psikologis relaksasi yang berhasil
menghasilkan perasaan sehat, tenang, dan damai, suatu perasaan berada
dalam ketegangan dan kegelisahan. Secara fisiologis relaksasi menghasilkan
penurunan tekanan darah, pernafasan dan detak jantung yang seharusnya
muncul (Saleh, 2019).
Pada proses persalinan kala III, klien mengeluh lemas akibat perdarahan.
Perdarahan yang dikeluarkan klien sebanyak ± 250 cc. Sehingga dari analisa
data diatas didapatkan masalah keperawatan sesuai dengan SDKI yaitu risiko
ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan trauma perdarahan. Intervensi
yang diberikan sesuai dengan SIKI yang bertujuan untuk mengurangi risiko
perdarahan yang mungkin dialami oleh klien. Intervensi yang diberikan
antara lain monitor status hidrasi (frekuensi nadi, akral, turgor kulit, tekanan
darah), berikan asupan cairan sesuai kebutuhan, berikan cairan intravena,
kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan.
Pada persalinan kala III pasien sangat beresiko terjadinya perdarahan jika
tidak dilakukan pemantauan akibat dari tertinggalnya bagian plasenta di dalam
uterus, lemahnya kontraksi (atonia uteri) dan lainnya. Perdarahan hebat pasca
bersalin menyebabkan kematian pada ibuhanya dalam hitungan jam, jika tidak
dilakukan penangan secara tepat, seperti menyuntikkan oksitosin segera
setelah bersalin untuk mengurangi resiko perdarahan. Kebanyakan perdarahan
postpartum terjadi pada saat persalinan kala III. Dalam waktu itu, otot-otot
rahim melakukan kontraksi dan plasenta mulai lepas dari dinding rahim.
Jumlah darah yang keluar bergantung dari kecepatan hal itu terjadi. Maka
implementasi yang diberikan yaitu manajemen aktif kala III pemberian
oksitosin, perenggangan tali pusat terkendari dan massase uterus. Hasil yang
ditemukan tidak terjadi perdarahan dengan kriteria darah yang dikeluarkan
selama melahirkan <500 cc, lalu intervensi dihentikan. Hasil penelitian
Susiloningtyias & Purwati (2021) menunjukkan manajemen aktif kala III
menurunkan kejadian perdarahan pasca persalinan, mempersingkat kala III,
menurunkan kebutuhan pemberian transfusi, serta kondisi uterus membaik
dengan cepat
Manajemen aktif persalinan kala III adalah tindakan yang dilakukan agar
mempercepat pelepasan plasenta dan mencegah perdarahan postpartum
dengan meningkatkan kontraksi rahim sehingga terhindar dari atonia uteri.
Maka dari itu perlu dilakukan pemantauan pada kala III untuk mencegah
terjadinya perdarahan dengan melakukan pemantauan tanda-tanda perdarahan,
menganjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan untuk mengganti
cairan yang hilang akibat kelelahan dan kehilangan darah dan juga melakukan
suntik oksitosin. Hormon oksitosin diharapkan dapat merangsang uterus
berkontraksi sehingga dapat mempercepat pelepasan plasenta (Triwidiyantari,
2021). Kemudian perawat dapat melakukan massage fundus uteri untuk
merangsang kontraksi uterus. Kontraksi uterus dikatakan normal ketika
fundusuteri teraba keras.
Selanjutnya dilakukan pemotongan tali pusat segera yang dilanjutkan
melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Dalam proses menyusui, oksitosin
berperan besar dalam menghasilkan produksi ASI. Aktifitas oksitosin tidak
hanya menyebabkan kontraksi otot-otot myoepitel disekitar alveoli mammae,
namun juga memberikan reflek neuroendokrin, memproduksi analgetik,
mengurangi cemas atau stres dan menyebabkan uterus berkontraksi secara
optimal sehingga plasenta terdorong keluar secara alami dan mempercepat
proses involusi uteri (Purwarini, Rustina & Nasution, 2016). Hal ini dapat
menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan dan juga mempercepat uterus
kembali ke bentuk semula. Penelitian yang dilakukan oleh Nurianti, Karo,
Bangun, & Yana (2020) juga menunjukkan bahwa Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) memiliki pengaruh yang signifikan mencegah terjadinya perdarahan
post partum.
Hampir sama seperti kala III pada kala IV permasalahan yang seringkali
terjadi yaitu risiko perdarahan yang berhubungan dengan komplikasi pasca
partum. Pada kala IV intervensi yang diberikan sesuai dengan SIKI yang
bertujuan untuk mengurangi risiko perdarahan yang mungkin dialami oleh
klien antara lain monitor tanda-tanda vital, monitor tanda dan gejala
perdarahan, pertahankan bed rest selama perdarahan, anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vitamin K, kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan.
Asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan mencegahan terjadinya
perdarahan dengan pemantauan selama 2 jam. Perawat melakukan
pemantauan setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada
jam kedua setelah kelahiran plasenta. Perawat juga berinisiatif untuk
melakukan IMD dengan hasil bayi berhasil menemukan putting ibu dengan
perlekatan namun tidak ada ASI yang keluar. Hasil evaluasi tidak ditemukan
adanya tanda-tanda terjadinya perdarahan. IMD dapat merangsang kelenjar
hipofisis bagian belakang untuk melepaskan oksitosin yang menyebabkan
kontraksi dan mempercepat involusi uterus (Azizah, Lutfia, & Qanitun, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Nuriati, Karo, Bangun, & Yana (2020)
menunjukkan bahwa IMD berpengaruh secara signifikan dalam mencegah
terjadinya perdarahan pasca persalinan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Adriaansz,George. 2017. Asuhan Persalinan Normal.Jakarta. JNPK-KR.
Damayanti, I. P., Liva Maita, S. S. T., Ani Triana, S. S. T., & Rita Afni, S. S. T.
(2015). Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Bersalin
Dan Bayi Baru Lahir/Oleh Ika Putri Damayanti. Deepublish.
BPPD Banten. (2019). Strategi Penurunan Kematian Ibu Dan Anak. Journal Of
Chemical Information And
Modeling,53(9),16891699.Https://Bappeda.Bantenprov.Go.Id/Lama/Upl
oad/PPID/KAJIAN/2019/STRATEGI PENURUNAN KEMATIAN IBU
DAN ANAK
Ilmiah, W. S. (2015). Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Fazillah, N., & Ardhia, D. (2022). Penerapan Asuhan Keperawatan Pada
Persalinan Normal Dan Episiotomi Perineum : Studi Kasus Application
Of Nursing Care In Normal Delivery And Perineal Episiotomy : A Case
Study. 1, 98–102.
Hariana, A., Hermawati, D., & Kiftia, M. (2022). Asuhan Keperawatan
Persalinan Normal Ruptur Perineum Derajat Ii Dan Post Cervical
Cerclage : Suatu Studi Kasus Nursing Care For Second-Degree Perineal
Tears In Normal Delivery And Post Cervical Cerclage : A Case Study. 1,
162–170.
Nurianti, I., Karo, T. M. K., Bangun, S. M . B., & Yana, S. (2020). Pengaruh
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Jumlah Darah Kala IV
Persalinan. Jurnal Kebidanan Kestra. 2(2), 2655-0822.
Melani, Natalia; Nurwahyuni, Atik. 2021.Analisis Faktor Yang Berhubungan
Dengan Demand Atas Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Provinsi
Banten: Analisis Data Susenas 2019. Jakarta : Jurnal Inovasi Penelitian
(Vol.2 No. 10 Maret, 2021)
Saleh, L. M. (2019). Teknik Relaksasi Otot Progresif Pada Air Traffic Controller
(ATC). Deepublish.
Sarwono. 2020. Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT. Bina Pustaka
Simkin, P., Whalley, J., & Keppler, A. (2010). Panduan Lengkap Kehamilan,
Melahirkan, & Bayi (Edisi Revisi). Jakarta: Arcan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Indikator Diagnosis. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan T. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Widiastutik, S. (2020). Hubungan Manajemen Aktif Kala Iii Dengan Kejadian
Perdarahan Post Partum Primer Di Pbm Umi Surabaya. J-HESTECH
(Journal Of Health Educational Science And Technology), 3(1), 35.
Https://Doi.Org/10.25139/Htc.V3i1.2383

Anda mungkin juga menyukai