Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MANAJEMEN PADA ORANG TENGGELAM DILAUT

Dosen Pembimbing : Sunarko, M Med Ed

DISUSUN OLEH :
ANIK TRI SUBEKTI
P1337420718008
FLORENCE NIGHTINGALE 1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI SI-TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Manajemen pada Orang tenggelam Di Laut”. Pada penulisan makalah ini, saya

berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga

dapat dengan mudah dicerna dan diambil intisari dan materi pembelajaran.

Makalah ini juga diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa lain untuk

menambah ilmu pengetahuan mengenai konsep kegawatdarudatan khususnya

pada pasien yang tenggellam di laut.

Saya menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang

maksimal, mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, makalah

ini masih banyak kekurahngan dan kelemahannya, baik dari segi bahasa,

pengolahan, maupun dalam penyusunan. Untuk itu saya sangat mengharapkan

kritik yang sifatnya sangat membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam

memenuhi kebutuhan pembuatan suatu makalah.

Magelang, 9 Agustus 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
LATAR BELAKANG 5
RUMUSAN MASALAH 5
TUJUAN 5
BAB II LANDASAN TEORI 7
DEFINISI TENGGELAM 7
ETIOLOGI TENGGELAM DI LAUT 8
PATOFISIOLOGIS TENGGELAM DI LAUT 9
KEGAWATDARURATAN PADA KORBAN TENGGELAM DI LAUT 12
PENANGANAN UTAMA PADA KORBAN TENGGELAM DI LAUT 14
PENANGANAN KLINIK DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KORBAN TENGGELAM DI
LAUT 17
BAB III PENUTUP 21
KESIMPULAN 21
SASAN 21
DAFTAR PUSTAKA 22

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan Negara yang terletak di antara dua benua dan

di antara dua samudra. Indonesia merupakan Negara yang memiliki

18.108 pulau besar dan pulau kecil. Luas wilayah daratan Indonesia adalah

1.937 juta Km2 dengan luas laut kedalaman 3.1 juta Km2 dan luas Zona

Ekonomi Ekslusif (ZEE) 2,7 juta Km2.

Indonesia mendapat julukan sebagai Negara maritime dengan

memiliki garis pantai yang panjang dan indahnya tepian daratan Indonesia

membuat pantai di Indonesia menjadi destinasi favorit liburan keluarga di

saat liburan panjang. Salah satu aktivitas yang biasanya dilakukan adalah

berengang. Berenang menyimpan resiko kecelakaan yang berujuk pada

kematian yakni kematian akibat tenggelam atau drowing.

Tenggelam (Drowing) adalah kematian akibat asfiksia yang terjadi

dalam 24 jam setelah peristiwa tenggelam di air, sedangkan hamper

tenggelam (near drowing) adalah korban masih dalam keadaan hidup lebih

dari 24 jam setelah peristiwa tenggelam di air. Tenggelam merupakan

suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh kedalam

cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan yang bisa

terjadi secara disenggaja maupun tidak disengaja.

Di Indonesia sendiri kasus kejadian tenggelam belum diketaui.

Namun, merujuk pada kondisi geografis wilayah Indonesia dapat

4
menmungkinkan terjadinya tenggelam di laut. Terlebih Indonesia

merupakan Negara yang mempunyai daya tarik wisata yang sangat

menarik terutama pada daerah pantai, yang sehingga dapat

menimbulkannya terjadinya kecelakaan tenggelam. Tentunya semua orang

tidak akan mengharapkan kejadian tersebut terjadi, maka dari itu kita harus

mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelamatkan

korban yang tenggelam di laut.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas pada

makalah ini yaitu:

1. Apa definisi tenggelam?

2. Siapa saja etiologi yang dapat menjadi korban tenggelam di laut?

3. Bagaimana patofisiologis tenggelam di laut?

4. Mengapa tenggelam di laut termasuk dalam kegawatdaruratan?

5. Kapan dilakukan pertolongan yang utama untuk korban tenggelam di

laut?

6. Bagaimana penanganan klinik yang dapat dilakukan untuk korban

tenggelam di laut?

5
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi tenggelam.

2. Untuk mengetahui etiologi yang dapat menjadi korban tenggelam di

laut.

3. Untuk mengetahui patofisiologis tenggelam di laut.

4. Untuk mengetahui kegawatdaruratan pada korban tenggelam di laut.

5. Untuk mengetahui pertolongan utama untuk korban tenggelam di laut.

6. Untuk mengetahui penanganan klinik yang dapat dilakukan untuk

korban tenggelam di laut.

6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Tenggelam

Tenggelam atau Drawing merupakan cedera oleh karena

perendaman yang dapat mengakibatkan kematian dalam waktu kurang dari

25 jam. Apabila korban mampu selamat dalam waktu 24 jam maka disebut

dengan near drowing.

Tenggelam dapat menyebabkan kecacatan atau kematian.

Tenggelam merupakan suatu kejadian gangguan respire akibat terendam

oleh cairan. Tenggelam diakibatkan karena asfiksia pada penderita yang

tenggelam. Near drawing digunakan untuk penderita tenggelam yang

selamat dari episode akut atau merupakan beresiko besar mengalami

disfungsi organ berat dengan mortalitas tinggi. Jadi, tenggelam merupakan

istilah dari suatu keadaan yang disebabkan karena seseorang menghirup air

atau cairan kedalam suatu organ (paru-paru) sehingga menghambat atau

mencegah udara yang mengandung oksigeb untuk sampai dan

berhubungan dengan bagian depan permukaan alveolus di paru-paru

dimana bagian ini merupakan bagian penting yang berfungsi untuk

pertukaran gas di paru-paru dan proses oksigenasi darah.

Pada pemeriksaan korban tenggelam di laut didapatkan seperti paru

membesar dan berat, relaktif basah, biasanya overlapping, berwarna ungu

biru/ permukaan licin, krepitasi tidak ada, busa sedikit, dan cairan banyak.

7
Dila dikeluarkan dari toraks akan mendatar/ bila ditekan maka permukaan

paru menjadi cekung, korban akan mengalami kematian dalam 5-10 menit.

B. Etiologi

Berikut merupakan etiologi yang dapat menjadi penyebab dari korban

tenggelam di laut:

a. Orang dengan kemampuan fisik yang terganggu akibat pengaruh obat-

obatan.

b. Pria lebih beresiko untuk mengalami kejadian tenggelam terutama

dengan usia 18-24 tahun.

c. Pada orang dengan ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera,

atau kelelahan.

d. Pada orang dengan ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika

berenang.

Hal tersebut dapat terjadi pada orang yang mengalami atau mempunyai

riwayat penyakit seperti serangan jantung, epilepsi yang sewaktu-

waktu bisa kambuh kapan pun.

e. Kelalaian orang tua saat mengawasi anaknya yang sedang berenang di

pinggir pantai yang dapat membuat akan tenggelam.

f. Kurangnya keamanan peralatan saat renang di pantai.

g. Ditenggelamkannya dengan paksa oleh orang lain dengan tujuan

membunuh, kekerasan atau permainan di luar batas.

8
 Manifestasi klinis

Berikut merupakan gejala yang dapat ditimbulkan pada korban

tenggelam di laut :

a. Koma

b. Peningkatan edema parru

c. Kolaps sirkulasi

d. Hipoksemia

e. Asidosis

f. Timbulnya hiperkapnia

g. Frekuensi pernafasan berkisar dari pernapasan yang cepat dan

dangkal sampai paru.

h. Syanosis

C. Patofisiologis

Seseorang yang terendam/terbenam dengan spontan akan berusaha

menyelamatkan diri secara panic disertai berhentinya pernafasan ( breath

holding). 10-12% korban tenggelam dapat langsung meninggal, dokenal

sebagai dry drowing karena tidak dijumpai aspirasi air di dalam paru.

Korban meninggal akibat asphiksia waktu tenggelam yang disebabkan

spase larinfs. Spasme laring tersebut akan diikuti asphiksia dan penurunan

kesadaran serta secara pasir air masuk ke jalan napas dan paru.

Akibatnyam terjadilah henti jantunf dan kematian yang disertai aspirasi

cairan dan dikenal sebagai wet drowing. Perubahan patofissiologis yang

9
diakibatkan karena tenggelam di laut tergantung pada jumlah dan sisifat

cairan yang terhisab serta lamanya hipoksemia terjadi. Pada orang yang

tenggelam di air laut akan menyebabkan cairan akan bergeser dari plasma

ke alveoli karena air laut memiliki sifat hipertonik. Namun, alveoli yang

dipenuhi cairan masih dapat menjalankan fungsi perfusinya sehingga

menyebabkan shunt intra pulmonary yang luas.

Perubahan kardiovaskuler yang terjadi pada korban hamper tenggelam

terutama akibat dari perubahan tekanan parsial (PaO2) dan keseimbangan

asam dan basa. Sedangkan factor lain yang juga berpengaruh adalah

perubahan volume darah dan konsentrasu elektrolit serum. Korban hamper

tenggelam kadang akang mengalami brakikardi dan vasokontriksi perifer

yang intensif sebelumnya, oleh karena itu, sulit memastikan pada waktu

kejadian spakah aktivitas mekanik jantunf terjasi. Brakikardi dapat timbul

akibat reflex diving fisiologis pada air dingin, sedangkan vasokonstriksi

perifer bisa juga terjadi akibat hipotermi atau peninggian kadar

katekolamin.

Hipoksia dan iskemia selama tenggelam akan terus berlanjut sampai

ventilasi, oksigenasu dan perfusi diperbaiki. Sedangkan iskemia yang

berlangsung lama bisa menimbulkan trauma sekunder meskipun telah

dilakukan resusitasi jantung paru yang adekuat. Edema cerebri yang difus

sering terjadi akibat trauma sitotonik yang disebabkan oleh anoksia dan

iskemia susunan syaraf pusat yang mnyeluruh. Kesadaran yang hilang

10
bervariasu waktunyam biasanya 2 sampai 3 menit terjadi apnoe dan

hipoksia.

Kerusakan otak yang irreversible mulai terjadi setelah 4 sampai 10 menit

aniksia. Ini memberikan gambaran bahwa hipoksia mulai terjadi dalam

beberapa detik setelah orang tenggelam. Diikuti dengan berhentinya

perfusi dalam 2 sampai 6 menit. Otak dalm suhu normal tidak akan

kembali berfungsi setelah 8 samapai 10 menit anoksia walaupun telah

dilakukan tindakan resusitasi. Anoksia dan iskemia serebri yang berat akan

mengurangi aktivitas metabolic akibat peninggian tekanan intracranial

serta perfusi serebri yang memburuk. Ini dapat disebut dengan trauma

susunan saraf pusat sekunder.

Hyperkalemia dapat terjadi pada ornag yang tenggelam karena kerusakan

jaringan akibat hipoksemia yang menyeluruh. Pada pasien yang hampeir

tenggelam yang setelah dilakukan resusitasi biasanya fungsi ginjal seperti

albuminusia, H burin, oliguria, dan anuria kemudian bisa menjadi nekrosis

tubuli.

 Komplikasi

a. Ketidakseimbangan cairan dan senyawa-senyawa yang ada di

dalam tubuh.

b. Hemolysisatau hancurnya sel-sel darah merah.

c. Ensefalopati Hupoksik

d. Pneumonia aspirasi atau peradangan pada satu atau kedua paru-

paru.

11
e. Fibrosis interstinal pulmoner

f. Disritmia ventricular

g. Gagal ginjal

h. Gagal jantung

i. Nekrosis pancreas

j. Stroke

k. Kerusakan otak

D. Kegawatdaruratan pada pasien teggelam

Kegawatdaruratan pada korban tenggelam terkait erat dengan masalah

pernapasan dan kardiovaskuler yang penanganannya memerlukan

penyongkong kehidupan jantung dasar dengan menunjang respirasi dan

sirkulasi korban dari luar melalui resusitasi, dan mencegah insufisiensi.

Sebelum melaukan penangganan kegawatdaruratan korban tenggelam

sebaiknya memastikan terlebih dahulu kesadaran, system pernapasan,

denyut nadi, dan proses observasi dan interaksi yang konstan dengan

korban. Korban tenggelam merupakan salah satu kegawatdaruratan yang

memerlukan penanganan dengan segera.

Kegawatdaruratan yang dapat terjadi pada keadaan near drowing, antara

lain:

a. Perubahan pada paru-paru

Perubahan aspirasi paru terjadi sekitar 90% korban tenggelam dan 80-

90% pada korban hamper tenggelam. Jumlah komposisi aspirat dapat

12
mempengaruhi perjalanan klinis penderita, isi lambung, organism

pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan asing lain dapat memberi

cedera pada paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan nafas.

b. Perubahan kardiovaskuler

Pada korban hamper tenggelam kaddang-kadang menunjukkan

bradikardi berat. Bradikardi terjadi karena reflex fisiologis saat

berenang di air dingin atau karena hipoksia. Perubahan tersebut dapat

terjadi karena perubahan tekanan parsial oksigen arterial (paO2) dan

gangguan keseimbangan asam-basa.

c. Perubahan pada sumsum saraf pusat

Dapat menyebabkan iskemia yang terjadi akibat tenggelam yang dapat

mempengaruhi semua organ tetapi penyebab kesaksitan dan kematian

terutama yang terjadi pada iskemik otak. Iskemik otak dapat berlanjur

akibat hipotensi, hipoksia , reperfusi dan peningkatan tekanan

intracranial akibat edema serebral.

d. Perubahan pada ginjal

Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi

biasanya tidak menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria,

hemoglobonuria, oliguria dan anuria. Kerusakan ginjal progresif akan

mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat terjadinya hipoksia berat,

asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal.

e. Perubahan cairan dan elektrolit

13
Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi

selalu menelan banyak cairan.

E. Pertolongan pertama pada pasien tenggelam

Prinsip dalam P3K pada kasus tenggelam di laut adalah mengusahakan

untuk membebaskan fungsi pernafasan dan mengeluarkan air yang sudah

terminum dengan cara merangsang terjadinya reflek muntah (bagi pasien

yang sadar) , sedangkan bagi korban yang tidak sadar / koma kita harus

menghindarkan terjadinya aspirasi (masuknya air kedalam saluran

pernafasan) serta segera mungkin dibawa kefasilitas kesehatan yang

mewadai. Pedoman pertolongan adalah keamanan lokasi dan penolong.

Untuk kondisi penderita adalah apakah penderita / korban terdapat

respons.

a. Prinsip pertolongan di dalam air

1.) Raih ( dengan atau tanpa menggunakan alat)

2.) Lempar ( dengan menggunakan alat apung)

3.) Dayung ( menggunakan perahu untuk mendekati korban )

4.) Renang ( upaya yang terakhir, orang yang menolong harus terlatih

dan harus menggunakan pelampung)

b. Penanganan korban

1.) Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.

2.) Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan

posisi dalam satu garis lurus. Pertimbangan untuk menggunakan

14
papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan pasanglah

sebelum menaikkan penderita ke darat.

3.) Buka jalan napas korban, periksa nafas. Bila tidak ada maka

upayakan untuk memberikan nafas awal secepatnya dan berikan

bantuan nafas sepanjang perjalanan.

4.) Upayakan wajah korban menghadap ke atas.

5.) Sesampainya di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan Rjp

bila perlu.

6.) Berikan oksigen bila ada sesuai protocol.

7.) Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan

selimuti.

8.) Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.

9.) Segera bawa ke fasilitas kesehatan.

c. Pernafasan berhenti

Penyebab berhentinya pernafasan yang sering dijumpai adalah :

1.) Tenggorokan tersumbat

2.) Lidah atau cairan kental yang menyumbat tenggorokan pada orang

yang tidak sadar.

3.) Tenggelam, tercekik oleh asap, atau karena keracunan.

4.) Pukulan yang keras pada kepala atau dada.

5.) Serangan jantung.

15
Orang yang meninggal dalam waktu 4 menit jika ia tidak bernafas.

Jika seseorang berhenti bernafas, segera lakukan pernafasan mulut

ke mulut.

Berikut cara pernafasa mulut ke mulut :

1. Langkah 1

Keluarkan setiap benda yang menyumbat di dalam mulut atau

tenggorokan. Tarik lidahnya keluar, jika ada lender dalam

tenggorokan, bersihkanlah dengan cepat.

2. Langkah 2

Berikan penderita dengan muka menengadah, donggakan

kepala ke belakang, dan tarik rahangnya ke depan.

3. Langkah 3

Pijitlah hidungnya dengan jari agar lubang hidung tertutup.

Buka mulutnya lebar-lebar dan tutuplah mulutnya dengan

mulut, lalu hembuskan udara kuat-kuat kedalam paru-parunya

supaya dadanya mengembang. Berhenti sebentar umtuk

membiarkan udara keluar, lalu hembuskan kembali. Ulangi

sebanyak 15 kali per menit.

16
F. Penanganan klinik dan asuhan keperawatan pada korban tenggelam

a. Penanganan klinik

Adanya bantuan hidup dasar dan lanjutan ditempat kejadian adalah hal

yang sangat penting karena beratnya cedera yang terjadi pada system

saraf pusat tidak dapat dikaji dengan teliti pada saat pertolongan

dilakukan. Lihat dan pastikan keadekuatan jalan napas, pernapasan dan

sirkulasi. Adapun cedera lain yang harus dihospatilisasi ditentukan

berdasarkan keparahan kejadian dan evaluasi klinis antara lain adalah

pasien dengan gejala respiratori, penurunan saturasi oksigen dan

perubahan tingkat kesadaran. Perhatian yang harus difokuskan adalah

pada oksigenasi, ventilasi, dan fungsi jantung. Hal yang sangat pentinf

dan berhubungan langsung dnegan hasil akhir adalah system saraf

pusat dan mengurangi edema serebri.

b. Asuhan keperawatan pada korban tenggelam

1. Pengkajian

a. Kaji adanya respirasi spontan

b. Keji tingkat kesadaran

c. Kaji suhu inti tubuh

2. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif

c. Perubahan perfusi jaringan otak

d. Pola nafas tidak efektif

17
e. Penurunan curah jantunf

f. Kelebihan volume cairan

g. Resiko tingi cedera

h. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Intervensi

a. Buat dan pertahankan jalan nafas yang paten.

 Hisab dan jalan napas seperlunya

 Pasang selang nasogastric ( untuk mencegah aspirasi

muntahan)

b. Pantau dan catat respons anak terhadap terapi oksigen.

 Lakukan pengkajian pernapasan (frekuensinya

tergantung pada keadaan)

 Pantau oenggunaan ventilator dan alay respirasi

lainnya.

 Pantau tekanan vena sentral (CVP) dan jalur arteri.

 Pantau penggunaan pernapasan tekanan positif

intermiten (IPPB) atau tekanan akhir ekspiratori posisti

(PEEP)

c. Panatu dan catat tingkat fungsi neurologic

 Lakukan pengkajian neurologic (frejuensinya tergantunf

status)

18
 Observasi dan catat tanda-tanda TIK penurunan

frekua=ensi napas, peningkatan denyut apeks, pupil

dilatasi)

d. Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan

 Catat asupan dan haluaran

 Jaga kepatenan dan lakukan perawatan kateter foley

 Pertahankan restriksi cairan dnegan adanya edema

serebri.

e. Pantau dan pertahankan pengaturan suhu homeostatic

( penurunan dan kebutuhan oksigen )

 Pantau suhu

 Sediakan kasur pendingin ( mencegah menggigil)

 Beriakan antipiretik

f. Berikan dan pertahankan asupan nutrisi yang adekuat

 Kaji kemampuan untuk mendapatkan asupan nutrisi

melalui selang nasogastric atau oral.

 Kaji kapasitas untuk mentoleris makanan melalui selang

nasogastric atau per-oral periksa adanya sisa dan

muntah)

 Naikkan jumlah dan jenis asupan nutrisi

g. Observasi dan catat tanda-tanda komplikasi

 Pantau respons terhadap tata cara terapi fisik

19
 Pantau respons terapeutik dan efek samping dari

pengobatan.

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kegawatdaruratan pada korban tenggelam terkait erat dengan

masalah pernafasan dan kardiovaskuler yang penanganannya

memerlukan pertolongan pertama untuk menyongkong kehidupan

jantung dasar dengan menunjang respirasi dan sirkulasi korban dari

luar melalui resusitasi dan mencegahan insufisiensi.

B. SARAN

Penanganan kegawatdaruratan korban tenggelam sebaiknya

memastikan terlebih dahulu kesadaran, system pernapasan, denyut

nadi, dan proses observasi dan interaksi yang konstan dengan korban.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dix J. Asphyxia 9suffocation0 and drowing. Dix j, editor. In: Color atlas

of forensic pathology. USA: CRC Press LLC; 2000.

Idries AM. Pedoman Ilmu kedokteran Forensik edisi pertama. Jakarta:

Binarupa Aksara; 2007.h. 182-8

Kartika, Dewi dan Sillehu, Sahrir.2018.Hubungan peran Satuan Basarnas

dengan keselamatan Korban tenggelam di Laut pada Kantor basarnaskota Ambn

provensi Maluku tahun 2015. Volume 3 No 3.

Kumaat, Lucky T dkk. 2011. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang

Penanganan Pertama Korban tenggelam air Laut terhadap Peningkatan

pengetahuan masyarakat Nelayan di Desa Bolang itang II kabupaten Bolang

Mongondow utara.

Latimer, KM, Mott, TF. (2016). Prevention and Treatment of

Drowning.American Family Physician, 93(7), pp.576-582

Prawedana GHK dan Surjaya PP, Bantuan Hidup dasar dewasa pada Near

Drowing di Tempat Kejadian. E-jurnal medika Udayana 2013; Volume 2 No 5.

Raoof, Suhail,2008.Manual of critical Care. Ner York: Brooklyn.

22

Anda mungkin juga menyukai