TENGGELAM
Disusun oleh:
Pembimbing:
Kompol dr. Mansuri, SpKF
Judul
Tenggelam
Oleh:
Jurgen Kusumaatmaja Hermawan,
S.Ked
Safira Smaradhana, S.Ked 04084822124039
Sella Vanessa Lie, S. Ked 04084822124176
Zaviera Az Zahra Desiraputri, S. Ked 04084822124166
Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Dr.
Mohammad Hoesin, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang
Periode 18 Juli-14 Agustus 2022.
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas berkat, rahmat, dan karunia-
Nya lah kami dapat menyusun referat yang berjudul “Tenggelam” untuk
memenuhi tugas ilmiah yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran
kepaniteraan klinik, khususnya di Departemen Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Kompol dr. Mansuri, SpKF yang telah membimbing dan meluangkan waktunya
untuk membimbing penulis dalam penyusunan referat ini.
Akhir kata, kami mengakui dalam penulisan referat ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca demi kesempurnaan referat kami. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan 3
1.4. Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Definisi Tenggelam 3
2.2. Epidemiologi Tenggelam 3
2.3. Klasifikasi Tenggelam 4
2.3.1 Berdasarkan Morfologi Penampakan Paru 4
2.3.2 Berdasarkan Lokasi Tenggelam 6
2.3.3 Klasifikasi Lain 6
2.4. Mekanisme Kematian akibat Tenggelam 7
2.5. Cara Kematian pada Korban Tenggelam 9
2.6. Pemeriksaan Post mortem 10
2.6.1 Pemeriksaan Luar Jenazah 13
2.6.1 Pemeriksaan Dalam Jenazah 18
2.6.1 Pemeriksaan Dalam Jenazah 20
BAB III KESIMPULAN 24
DAFTAR PUSTAKA 25
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Mengetahui pemeriksaan jenazah kasus kematian akibat tenggelam
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan pengetahuan umum dan aspek medikolegal mengenai
kasus tenggelam.
2. Dapat dijadikan sumber informasi data maupun tambahan kepustakaan
mengenai kasus tenggelam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
air sudah memenuhi kriteria sebagai peristiwa tenggelam. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka peristiwa tenggelam tidak hanya dapat terjadi di
laut atau sungai tetapi dapat juga terjadi di dalam wastafel atau ember
berisi air.1 Jumlah air yang dapat mematikan jika dihirup oleh paru-paru
adalah sebanyak 2 liter untuk orang dewasa dan 30-40 ml untuk bayi.2
3
wisata yang dimiliki.4 Pada negara maju, korban tenggelam yang bertahan
hidup tapi mengalami cedera otak yang berat yang menyebabkan
kelumpuhan dapat menyebabkan tingginya biaya finansial bagi keluarga
yang merawat. Pada waktu yang sama, kurangnya sarana dan pelayanan
medis di negara miskin dan berkembang berarti korban tenggelam yang
selamat dengan kecacatan biasanya tidak dapat hidup lama.3
4
beberapa menit diikuti kejang-kejang. Penderita akhirnya mengalami
henti napas dan jantung.5,6
2. Air asin
1. Typical drowning
2. Atypical drowning
a. Dry Drowning
5
Keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan
yang masuk ke dalam saluran pernapasan.8
b. Immersion Syndrome
d. Delayed Dead
1. Refleks Vagal
2. Spasme Laring
6
Kerusakan sistem saraf pusat dapat terjadi karena hipoksemia yang
terjadi karena tenggelam (kerusakan primer) atau dari aritmia,
gangguan paru, atau disfungsi multiorgan.9
2. Bunuh diri
7
Peristiwa bunuh diri dengan menjatuhkan diri kedalam air
sering kali terjadi. Kadang - kadang tubuh pelaku diikat dengan
pemberat agar supaya tubuh dapat tenggelam dengan mudah.6
3. Pembunuhan
1. Pemeriksaan luar
2. Pemeriksaan dalam
3. Pemeriksaan laboratorium berupa histologi jaringan, destruksi jaringan,
dan berat jenis serta kadar elektrolit darah.
8
c. Kelainan atau deformitas dan jaringan parut.
d. Sidik jari.
e. Pemeriksaan gigi.
d. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli
yang secara fisik dan kimia sama dengan air tempat korban
tenggelam mempunyai nilai yang bermakna.
9
Faktor- faktor yang berperan dalam dalam proses kematian,
misalnya kekerasan, alkohol atau obat-obatan dapat ditemukan
pada pemeriksaan luar atau bedah jenazah.5
10
2. Schaumfilz froth merupakan busa halus pada hidung dan mulut.
Teori intravital menyebutkan Schaumfilz sebagai bagian dari
reaksi intravital. Pada waktu air memasuki trakea, bronkus, dan
saluran pernapasan lainnya, maka terjadi pengeluaran sekret oleh
saluran tersebut. Sekret ini akan terdorong keluar oleh udara
pernapasan sehingga berbentuk busa mukosa. Pendapat lain
menyatakan bahwa Schaumfilz merupakan reaksi pembusukan.
Gejala ini biasanya tidak ditemukan bila mayat diangkat. Busa
yang ditemukan kadang disertai dengan perdarahan.
11
pori-pori tampak lebih jelas. Kutis anserina biasanya ditemukan
pada kulit anterior tubuh terutama ekstremitas. Gambaran seperti
kutis anserina dapat juga terjadi karena rigor mortis pada otot
tersebut.
12
7. Luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air. Luka lecet
biasanya dijumpai pada bagian menonjol, seperti kening, siku,
lutut, punggung kaki atau tangan. Puncak kepala mungkin
terbentur pada dasar ketika terbenam, tetapi dapat pula terjadi luka
post-mortal akibat benda-benda atau binatang dalam air.
4. Pugilistic attitude
5. Posisi lutut dan siku sedemikian rupa sehingga kaki dan tangan
tampak membengkok (frog stand). Ini disebabkan cairan dan gas
yang terbentuk pada persendian.
13
6. Vena tampak jelas berwarna hijau sampai kehitam-hitaman karena
terbentuk FeS. Ini dapat juga terjadi pada orang yang mati di darat.
Gambar 7. Cairan berbusa di trakea dan bronkus orang yang pertama kali
dicekik dan kemudian jatuh atau dibuang ke laut dan tenggelam.10
14
dan tidak ada cairan dan gas, kecuali jika terdapat edema. Dengan
demikian, paru tetap kering pada kasus tenggelam di air tawar.5
Organ lain seperti otak, ginjal, hati, dan limpa dapat mengalami
pembendungan. Lambung dan usus halus dapat sangat membesar, berisi air
dan lumpur.5
1. Pemeriksaan diatom
15
paru-paru secara pasif, tidak ada aliran sirkulasi darah yang mungkin
terjadi, sehingga (secara teori) tidak mungkin ada diatom yang dapat
ditemukan pada organ-organ dalam yang lebih jauh.5
16
Gambar 7. Prinsip tes diatom.10
2. Pemeriksaan Elektrolit
17
Selain itu, tes lain, tes Durlacher juga dapat digunakan untuk
menentukan diagnosis selain tes Gettler. Tes Durlacher digunakan
untuk menentukan perbedaan dari berat jenis plasma dari jantung
kanan dan kiri. Bila pada pemeriksaan ditemukan berat jenis jantung
kiri lebih tinggi dibandingkan dengan jantung kanan, maka dapat
diasumsikan bahwa korban meninggal akibat tenggelam.5
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19
11. Shepherd R. Simpson’s Forensic Medicine, 12 th ed. New York: Oxford
University Press. 2003:104-106.
20