Anda di halaman 1dari 40

Obsessive complusive

disorder dengan depresi


Pembimbing : dr. Bintang Arroyantri Prananjaya, Sp.KJ

Oleh :

Nanda Safira Alisa, S.Ked 04084822124102


Nursarah Salsabila Khansa, S.Ked 04084822124013
OUTLINE

01 STATUS
PSIKIATRIKUS 02 ANALISIS KASUS
01
STATUS
PSIKIATRIKUS
STATUS PASIEN
● Nama : Ny M
● Tanggal Lahir/Umur : 9 Mei 1990/32 tahun
● Tempat Lahir : Palembang
● Status Perkawinan : Menikah
● Warga Negara : Indonesia
● Agama : Islam
● Suku Bangsa : Indoensia
● Tingkat Pendidikan : Sarjana (S1)
● Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
STATUS PSIKIATRIKUS

● Keadaan Umum
● Sensorium : Compos Mentis
● Suhu : 36.5oC Sistem Kardiovaskular : Dalam batas normal
● Berat Badan : 50 kg Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
● Nadi : 80 x/menit Sistem Gastrointestinal : Dalam batas
● Pernafasan: 20x/m normal
● Tinggi Badan : 165 cm Sistem Urogenital : Tidak dilakukan
● Tekanan Darah : 120/80 mmHg pemeriksaan
● Turgor : <3 detik
STATUS PSIKIATRIKUS
● STATUS NEUROLOGIKUS
● Urat Syaraf Kepala (Panca Indera): Tidak ada kelainan
● Gejala Rangsang Meningeal : Tidak terdapat gejala rangsang meningeal
● Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial: Tidak terdapat tanda peningkatan TIK
● Mata : - Gerakan : Baik ke segala arah
● - Persepsi Mata : Baik, tidak dilakukan pemeriksaan visus
● - Pupil : Bentuk: bulat, isokor; Ukuran: Ø 3mm/3mm
● Refleks Cahaya (+/+)
● Refleks Konvergensi (+/+)
● - Refleks Kornea : Tidak dilakukan
● - Pemeriksaan Oftalmoskopi : Tidak dilakukan
STATUS PSIKIATRIKUS
Fungsi Motorik Ekstremitas Atas Tungkai Ekstremitas
Bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal

Motorik : Kekuatan
5/5
Sensibilitas : Tidak ada kelainan
Tonus Eutonik Eutonik Eutonik Eutonik
SusunanSyaraf Vegetatif : Tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : Tidak ada kelainan Klonus - - - -
Kelainan Khusus : -
Refleks + + + +
fisiologis
Refleks - - - -
patologis
AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI
● Keluhan Utama : Pasien menyemprotkan disinfektan berulang-ulang sejak 2 tahun yang lalu
● Sebab utama :-

● Riwayat Perjalanan Penyakit:


○ Sejak 2 tahun yang lalu, saat awal pandemi covid 19, pasien mulai merasa cemas bahwa
pasien dan keluarganya akan terkena covid 19. Pasien cemas terkena covid 19 karena
takut meninggal, sedangkan pasien masih memiliki seorang anak. Sejak awal terjadinya
pandemi, pasien mulai sering menyemprotkan disinfektan pada barang, makanan, baju,
hingga orang yang berasal dari luar rumah. Pasien juga takut untuk keluar rumah, hingga
pasien merasa takut untuk membuka pintu keluar rumah. Pasien merasakan cemas sejak
adanya covid 19, pasien tidak merasakan cemas karena tanpa adanya sebab yang jelas.
Pasien tidak merasakan cemas hingga merasa berkeringat dingin, palpitasi, pusing, rasa
mual, sesak, gemetaran atau tercekik. Pasien tidak mendengar adanya suara bisikan dan
tidak melihat adanya bayangan. Pasien merasa lelah karena menyemprot terus menerus
dan merasa tidak ada tenaga lagi. Namun jika pasien tidak menyemprot disinfektan secara
berulang, pasien akan tetap merasa cemas.
AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI
Untuk mengatasi kecemasan tersebut
pasien sering mengulang kembali
pekerjaan tersebut, walaupun sering
Sejak 1 tahun yang lalu, masih merasa cemas dan tidak puas Pasien sudah pernah
pasien menjadi semakin setelahnya, dirasakan hampir setiap hari. control ke Poliklinik RSUD
sering menyemprotkan Makan cukup (3 porsi per hari). Mandi Siti Fatimah Az Zahra dan
disinfektan. Suami pasien seperti biasa (2 kali sehari). Pasien mendapat obat cetralin
merasa pasien terlalu mengeluhkan susah tidur, pasien baru 1x25mg. merlopam
berlebihan sehingga bisa tidur jam 12 keatas dan bangun 1x0.5mg, abilify 1x25mg.
menimbulkan pertengkaran pagi (+ 3 jam). Pasien merasakan lelah Pasien masih merasa susah
antara pasien dan saat bekerja, pasien merasa tidak bisa tidur. Permasalahan dengan
suaminya. Pasien menjadi melakukan pekerjaannya seperti dahulu. suami masih ada, berupa
lebih mudah marah jika Pasien merasa bahwa orang-orang hilang minat, pasien
melihat suaminya yang tidak menganggapnya aneh karena sering terkadang marah dan
menyemprotkan disinfektan berulang-
menuruti kehendak pasien. ulang, hubungan pasien dengan
menangis.
suaminya juga tidak baik karena hal
tersebut.
AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI

● Autoanamnesis pada pasien yang dilakukan pada hari


Selasa, 24 Mei 2022 Pukul 10.00 WIB di poliklinik jiwa
RSUD Siti Fatimah Palembang.
● Pasien berpenampilan sesuai usia, terlihat perawatan diri
baik, dan berpakaian rapi, warna baju biru, celana coklat
dan sendal warna biru, pasien tidak menggunakan riasan.
● Pemeriksa dan pasien berhadapan dengan posisi pasien
dan pemeriksa duduk.
● Wawancara digunakan menggunakan Bahasa Indonesia
dan lebih terbuka menggunakan Bahasa Palembang.
● Perilaku koooperatif, cukup terbuka, tenang, kontak mata
ada.
Transkrip : Autoanamnesis
Pasien (Autoanamnesis)
Pemeriksa Pasien  
“Selamat pagi bu, bagaimana kabarnya hari “Baik dokter”
ini?”  
“Jadi bagaimana seminggu ini ibu?” “tidak ada keluhan dokter, namun saya ingin bertanya dok, untuk
obatnya itu diminun 1 tablet atau setengah tablet ya dok? Soalnya kalo
pertama saya minum 1 tablet karena saya salah baca petunjuk minum
obat, namun saya bisa tidur dok. Lalu saat saya akan minum lagi dan  
baca petunjuknya ternyata hanya ½ tablet, namun saat saya minum ½
tablet, saya masih susah untuk tidur
“kalau begitu diminum 1 tablet saja tidak apa-apa, “seminggu ini yang mana dok? Emosinya atau ocd nya?”
yang mana yang membuat ibu nyaman, ibu  
perasaannya seminggu terakhir ini?”
“yang mana yang masih ibu rasakan?” “kalo ocd nya aku berusaha untuk tidak lagi bersih-bersih berlebihan,
sudah tidak seperti dulu lagi dok. Namun untuk menyemprot barang
dari luar masih dok, tapi kalo orang sudah tidak lagi dok. Saya juga  
masih menyemprot-nyemprot jika di tempat umum”

“apa yang biasanya di semprot kalo di tempat “misalnya makan diluar nih dok, nanti saya akan semprot dulu
umum?” mejanya, itu wajar tidak sih dok? Aku bingung apakah itu masih wajar
atau tidak, karena kalau kata orang-orang untuk apa kan kalo di
 
tempat umum pasti dibersihkan, jadi aku tuh bingung yang aku lakui
tuh bener atau tidak”
Transkrip : Autoanamnesis
“kalau ibu melakukan hal itu rasanya “kalau menurut aku sih nyaman dok”
 
bagaimana?”
“jika seperti itu lakukan yang mana yang nyaman “iya dok, saya juga kalau pulang ke rumah sudah tidak lagi
untuk ibu, setiap orang kan beda-beda semprot-semprot pakaian, kan kalau dulu saya takut
standarnya” kumannya akan menempel di pakaian, namun sekarang
saya akan langsung cuci tangan dan memasukkan bajunya
ke mesin cuci”
“perasaannya bagaimana ketika berubah seperti “awalnya sih masih agak kepikiran, namun karena melihat Daya ingat baik
itu?” keluarga, saya berusaha untuk lebih menahan”
“perasaannya cemasnya masih ada?” “ada sih dok, tidak bisa langsung hilang cemasnya, masih  
kepikiran juga dokter. Namun saya sudah bisa menahan
untuk tidak melakukan perbuatan itu berlebihan. Kan
melihat keluarga dok saat mereka membawa sesuatu dari
luar, kalau dulu saya langsung semprot, sekarang saya
biarkan saja, tidak mau terlalu saya pikirkan”
“yang ibu ceritakan sekarangkan usaha, tapi “sebenarnya masih ada perasaan was-was juga, tapi
sebenarnya apa yang ibu pikirkan dan rasakan sekarang lebih ke arah menerima saja, namun masih ada
pada saat itu” perasaan takut saat ada suatu barang yang dibawa  
kerumah. Mungkin karena sudah kebiasaan juga dok jadi
agak susah untuk diubah”
“biasanya perasaan waswas seperti itu hilangnya “sebenarnya cepat dok, cuma harus ada validasi dari ayuk
berapa lama?” aku dulu, kalau ayuk aku bilang tidak apa-apa aku akan
merasa aman”
Transkrip : Autoanamnesis
“kalo ayuknya tidak ada nanti bagaimana?” “bingung dok, tapi masih berusaha tidak yang menyemprot
berlebihan dok”
“ibu sendiri tau tidak sebenarnya penularannya “tau dok, dari udara, dari droplet, sentuh menyentuh”
dari mana?”
“artinya saat ada barang yang masuk kerumah, “jika barang dari luar kan kumannya nempel di barang tersebut,  
bagaimana kira-kira penularannya?” misalnya barang dari luar ditarok di meja, kumannya nempel di
 
meja jadi harus di semprot”
“sebenarnya aman kalo udah di semprot?” “ya saya merasa aman dok”
“apakah ada metode lain selain di semprot?” “cuci tangan dok setelah memegang barang dari luar”

“jadi kuncinya adalah cuci tangan kan? Jika “ya aman sih dok, tapikan kumannya bisa menempel di meja
sudah cuci tangan, aman kan?” jika tidak di semprot, nanti ada orang tua yang memegang meja  
lalu menempel di tangan kumannya”
“sebenarnya standar orangkan beda-beda, jika “iya dok, saya mengikuti standar dari WHO, tapi contohnya
memang menurut ibu itu hal yang benar ya tidak suami saya saja masih menganggap saya berlebihan dok, ini
apa-apa. Ibu mengikuti standar sesuai arahan seringkali membuat saya marah, dan akhirnya bertengkar  
dari WHO kan? Selama masih mengikuti arahan dengan suami
dari WHO ya tidak apa-apa”
“ibu bilang suami ibu menganggap ibu “kadang saya tinggalin aja dok, saya diem aja karena gamau
berlebihan dan membuat ibu marah, jika seperti bertengkar sama suami saya dok, tapi ada suatu saat saya
itu apa yang ibu lakukan?” merasa sudah sangat lelah karena mengurus rumah, anak, dan
 
bersih-bersih barang dari luar jadi saya hilang kendali sampai
memukul suami saya dok, suami saya juga balas memukul saya
Transkrip : Autoanamnesis

“menurut ibu apa yang memicu ibu “ya itu tadi dok karena saya capek dok, saya juga
marah hingga memukul suami ibu?” sadar dok kalo saya capek saya jadi lebih sensitif”
“ebenarnya kuncinya di komunikasi “Iya dok, nanti saya coba dok dikomunikasikan
antara ibu dan suami ya bu, coba ibu lagi dengan suami.”
komunikasikan lagi dengan suami ibu”
 
“Baik, bu. Tanya jawabnya sudah Iya dok kita lihat dulu kedepannya gimana. terima
selesai ya. Nanti kita liat lagi minggu kasih dokter
depan nya gimana”
 
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

● KEADAAN UMUM
● Kesadaran : Compos mentis
● Penampilan & Dekorum : Terawat, sesuai usia, perawakan tubuh normal, perilaku tampak
sehat, tidak menggunakan riasan, warna baju biru, celana coklat, dan menggunakan sendal
warna coklat
● Keterhubungan : Sikap kooperatif, inisiatif aktif, kontak verbal cukup,
● kontak mata cukup, kontak fisik tidak dilakukan.
● Psikomotor & Postur tubuh : Normoaktif, postur tubuh normal
● Pembicaraan : Artikulasi jelas, kuantitas banyak, kecepatan wajar,
● intonasi bervariasi, volume wajar, latensi wajar, relevansi
● relevan, pasien lebih terbuka saat bercerita menggunakan Bahasa Palembang
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Kognisi :

- Perhatian : Memusatkan mampu, mempertahankan mampu, mengalihkan mampu


- Ingatan : Tidak ada gangguan
- Orientasi : Personal, spatial, temporal, identitas mampu mengenali
- Insight : Derajat 6 (Sadar sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan)
- Sensasi & Persepsi : Halusinasi tidak ada, ilusi tidak ada, depersonalisasi tidak ada, derealisasi tidak ada.
- Proses Pikiran : Gangguan pemikiran formal tidak ada kelainan, kecepatan wajar, jumlah wajar, mutu tajam
- Isi Pikiran : Waham tidak ada, ide terfiksir tidak ada, fobia tidak ada, obsesi tidak ada, preokupasi tidak ada
- Bentuk Pikiran : Autistik, dereistik, magis, simbolik, paralogik, simetrik, konkritisasi tidak ada
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Alam Perasaan

Mood: Labil, empati mudah dirasakan

Afek : Ekspresi afektif wajar, rentang luas,


mobilitas stabil, reaktivitas reaktif, keserasian
serasi
Alam Perbuatan

Perilaku : Normoaktif

Katatonia : Tidak ada kelainan

Seksualitas : Tidak ada kelainan


RESUME
Ny. M / 32 tahun / Menikah / Islam / WNI / Tidak Bekerja / Palembang / Poli

STATUS INTERNUS

● Sensorium : Compos Mentis


● Suhu : 36.5oC
● Berat Badan : 50 kg
● Nadi : 80 x/menit
● Pernafasan: 20x/m
● Tinggi Badan : 165 cm
● Tekanan Darah : 120/80 mmHg
● Turgor : <3 detik
● IMT : 18,5
● Status Gizi : Baik
RESUME
STATUS PSIKIATRIKUS
Sebab Utama : -
Keluhan Utama : Pasien menyemprotkan disinfektan berulang-ulang sejak 2 tahun yang lalu

● Riwayat Perjalanan Penyakit

Sejak 2 tahun yang lalu:


● Pasien merasa cemas akan terkena Covid-19, pasien takut mati karena masih memiliki
seorang anak.
● Pasien menyemprot disinfektan secara berulang- ulang
● Pasien takut untuk keluar rumah
● Pasien merasa lelah karena menyemprot terus menerus dan merasa tidak ada tenaga lagi
1 tahun yang lalu:
● Pasien semakin sering menyemprotkan disinfektan
● Pasien menjadi lebih sensitif dan mudah tersinggung
RESUME

RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU RIWAYAT PENGOBATAN

• Riwayat penyakit serupa Pasien mulai berobat ke Siti Fatimah sejak 1


sebelumnya tidak ada minggu yang lalu, pasien diberikan obat
• Riwayat darah tinggi tidak ada. cetralin 1 x 25 mg, merlopam 1 x 0.5
• Riwayat kejang tidak ada mg, dan abilify 1 x 25 mg, namun pasien
• Riwayat trauma tidak ada.
masih merasa susah tidur.
• Riwayat alergi obat tidak ada
• Riwayat asma dan alergi tidak ada
• Riwayat kencing manis tidak ada
RESUME
Riwayat Premorbid: Riwayat Keluarga:
• Lahir: Ibu tidak memiliki masalah fisik
maupun psikis selama kehamilan.
Kehamilan diinginkan oleh kedua orang • Pasien merupakan anak ke-2
tua. Pasien lahir spontan, langsung • Pasien tinggal bersama ayah dan
menangis, cukup bulan, dibantu oleh ibu
dukun. Ibu tidak mengalami stress • Pasien mempunyai suami dan 1
setelah melahirkan.
anak
• Bayi: Tumbuh kembang baik,
perkembangan sesuai usia, diasuh oleh
kedua orang tua, riwayat imunisasi tidak
ingat, riwayat ASI sampai usia 2 tahun.
• Anak-anak: Sosialisasi baik, memiliki
banyak teman, nilai sekolah baik.
• Remaja: Sosialisasi baik, pasien
memiliki banyak teman dan nilai sekolah
baik.
• Dewasa: Pasien menikah 1 kali dan
memiliki 1 anak laki-laki
RESUME

RIWAYAT PENDIDIKAN RIWAYAT PEKERJAAN RIWAYAT PERNIKAHAN


SD – SMA sekolah di 2 tahun yang lalu bekerja sebagai Pasien menikah 1 kali dan
Palembang karyawan swasta memiliki 1 anak laki-
laki

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien berasal dari keluarga dengan keadaan
RIWAYAT GAYA HIDUP
sosial ekonomi menengah ke atas. Pasien saat
ini tidak bekerja. Pasien saat ini tinggal Riwayat konsumsi NAPZA : Tidak ada
bersama keluarga di Palembang dan berpisah Riwayat konsumsi alkohol : Tidak ada
dengan suami dan anaknya di Jakarta. Suami Riwayat merokok : Tidak ada
bekerja di Jakarta dan Pendapatan saat ini  
berasal dari suaminya
RESUME

● Psikopatologi
Keadaan Spesifik
● Kesadaran : compos mentis • Mood disforik, afek terbatas
● Perhatian : atensi adekuat • Stabilitas stabil
● Sikap : kurang kooperatif • Einfuhlung dapat dirasakan, kedalaman normal
● Tingkah laku : normoaktif • Disccriminative judgement tidak baik, discriminative
● Verbalisasi : jelas
insight baik (tilikan derajat 6), taraf intelegensi
● Cara bicara : spontan, lancar, dan
sesuai dengan taraf pendidikan
jelas • Psikomotilitas baik, mutu proses baik, kuantitas isi
● Kontak mata : ada, terjaga
pikiran baik.
● Kontak fisik : tidak ada
● Kontak verbal : ada
FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan hasil pemeriksaan, kesadaran compos mentis, perhatian
adekuat, sikap kurang kooperatif, inisiatif baik, tingkah laku normoaktif,
verbalisasi jelas, cara bicara terhambat, lancar dan jelas, kontak mata
ada dan kurang adekuat, kontak fisik tidak ada, dan kontak verbal ada.
Mood disforik dengan afek yang terbatas.

Pada aspek emosi, stabilitas stabil, einfuhlung dapat dirabarasakan,


kedalaman normal, discriminative judgement tidak baik, discriminative
insight baik (tilikan derajat 6), taraf intelegensi baik sesuai dengan taraf
pendidikan.

Pada aspek persepsi terdapat halusinasi auditorik dimana pasien


mendengar bisikan dari laki-laki dan perempuan yang memberinya
informasi mengenai kejadian sehari-hari serta halusinasi visual berupa
penglihatan adanya bayangan-bayangan.

Pada aspek proses berpikir psikomotilitas baik, mutu proses berpikir baik,
kuantitas isi pikiran baik dan tidak terdapat ide terfiksir.
FORMULASI DIAGNOSTIK
● Pedoman Penegakkan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III yaitu sebagai berikut:
Aksis I
• Dari autoanamnesis didapatkan bahwa pasien merasa cemas karena takut terkena covid-19, pasien
takut keluar rumah, pasien takut meninggal
• Pasien tidak mendengar adanya suara bisikan dan tidak melihat adanya bayangan.
• Pasien merasa lelah karena menyemprot terus menerus dan merasa tidak ada tenaga lagi.

Aksis II
• Dari autoanamnesis didapatkan bahwa pasien merasa cemas karena takut terkena Covid-19, untuk
menghilangkan kecemasannya maka pasien menyemprotkan disinfektan secara berulang. Pasien
melakukan hal ini unutk menghilangkan perasaan cemasnya, cemas hilang hanya sementara, pasien
merasa lelah karena melakukan hal ini secara berulang, namun jika tidak melakukannya pasien akan
cemas. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Obsessive Compulsive Disorder
(OCD).

Aksis III
• Tidak ada

Aksis IV
• Tidak ada

Aksis V
FORMULASI DIAGNOSTIK

Aksis I
F32.0 Depresi

Aksis V Aksis II DIAGNOSIS BANDING


Global F 42.0
Assessment of Obsessive • Depresi major
Functioning Compulsive
(GAF) scale 90 - Disorder • Gangguan cemas menyeluruh
81 (OCD). • Pannick attack
• Psikosis

Aksis IV Aksis III


Tidak ada Tidak ada
FORMULASI DIAGNOSTIK
● Non Farmakologi
● Terapi Psikososial
● Edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang dialaminya agar
pasien memahami tujuan pasien berobat.
● Edukasi pasien untuk minum obat secara rutin dan teratur.
● Anjurkan suami pasien juga untuk ikut konseling dengan pasien
TERAPI ● Ajarkan mengenai anger management yang dapat dilakukan pasien
Farmakologi ● Bantu pasien untuk mengenali emosinya, jika pasien dan suami
Setralin 1x25mg sedang bertengkar, dan pasien merasakan kemarahan, ajarkan pasien
untuk menarik diri terlebih dahulu, beritahu pasien untuk
Merlopam 1x0.5mg menenangkan diri terlebih dahulu, alihkan dulu pikiran pasien menjadi
Abilify 1x25mg pikiran yang lebih positif untuk membantu pasien tenang, jika pasien
sudah lebih tenang barulah lakukan pembicaraan ulang dengan suami
● Ajarkan bahwa standar prokes seseorang berbeda-beda, pasien yang
selalu menyemprot hal yang baru datang kerumah bukan berarti
buruk, ajarkan jika ada hal yang lebih mudah dilakukan seperti cuci
tangan
● Beri apresiasi jika pasien sudah dapat pelan-pelan berubah
FORMULASI DIAGNOSTIK

PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

Quo ad sanasionam : dubia ad malam


02
ANALISIS KASUS
Ny. M, perepmpuan, 32 tahun, datang ke poli RSUD Siti Fatimah Az Zahra dengan keluhan
sering menyemprotkan disinfektan berulang-ulang sejak 2 tahun yang lalu

Pasien datang sendiri dalam kondisi sadar penuh. Wawancara yang dilakukan berupa
autoanamnesis

Dari hasil autoanamnesis diketahui bahwa Sejak 2 tahun yang lalu pasien mengalami cemas
terkena Covid-19 karena pasien takut mati, pasien masih memiliki seorang anak. Untuk
menghilangkan perasaan cemasnya maka pasien menyemprotkan disinfektan pada setiap
barang, makanan, bahkan orang yang berasal dari luar rumah. Pasien merasa lebih nyaman jika
pasien menyemprotkan disinfektan berulang kali.

Sejak 1 tahun yang lalu, kegiatan menyempotkan disinfektan yang berulang ini makin intens
sehingga membuat suami pasien tidak nyaman sehingga pasien dan suami menjadi sering
bertengkar. Pasien menjadi lebih sensitive terhadap suami, pasien menjadi mudah marah hingga
akhirnya memukul suami.
Berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis psikiatri dan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan
riwayat demam tinggi, trauma, sakit berat, penurunan kesadaran dan kejang  menyingkirkan
diagnosis gangguan mental organik (F.0).

Pasien terdapat riwayat penggunaan obat-obatan terlarang seperti narkoba, namun sudah berhenti
sejak 1 tahun yang lalu, dan mendapat perawatan rehabilitasi  menyingkirkan diagnosis gangguan
mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F.1).

Pada pasien didapatkan adanya gangguan pasien merasa cemas karena takut terkena covid-19, pasien
takut keluar rumah, pasien takut meninggal Depresi

Pasien menyemprotkan disinfektan secara berulang. Pasien melakukan hal ini unutk menghilangkan
perasaan cemasnya, cemas hilang hanya sementara, pasien merasa lelah karena melakukan hal ini
secara berulang  Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
Obsessive Compulsive Disorder
1. Disibukkan dengan detail, aturan, daftar, urutan, organisasi, atau jadwal sejauh yang utama
titik aktivitas hilang.
2. Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas (mis., Tidak dapat menyelesaikan proyek
karena standarnya sendiri yang terlalu ketat tidak terpenuhi).
3. Dicurahkan secara berlebihan untuk pekerjaan dan produktivitas dengan mengesampingkan kegiatan rekreasi dan
pertemanan
(tidak diperhitungkan oleh kebutuhan ekonomi yang jelas).
4. Terlalu teliti, teliti, dan tidak fleksibel tentang masalah moralitas, etika, atau nilai (tidak
dijelaskan oleh identifikasi budaya atau agama).
5. Tidak dapat membuang barang-barang usang atau tidak berharga meskipun tidak memiliki nilai sentimental.
6. Segan untuk mendelegasikan tugas atau bekerja dengan orang lain kecuali mereka tunduk pada caranya
melakukan banyak hal.
7. Mengadopsi gaya belanja yang kikir terhadap diri sendiri dan orang lain; uang dipandang sebagai sesuatu yang harus ada
disimpan untuk bencana di masa depan.
8. Menunjukkan kekakuan dan keras kepala.
Major Depressive Disorder
Lima (atau lebih) gejala berikut telah muncul selama periode 2 minggu yang sama dan menunjukkan
perubahan dari fungsi sebelumnya: setidaknya salah satu gejalanya adalah (1) mood depresi atau (2)
kehilangan minat atau kesenangan.
Catatan: Jangan sertakan gejala yang secara jelas terkait dengan kondisi medis lain.
1. Suasana hati yang tertekan hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang ditunjukkan
oleh laporan subjektif (misalnya, merasa sedih, kosong, putus asa) atau pengamatan yang
dilakukan oleh orang lain (misalnya, tampak menangis).
(Catatan: Pada anak-anak dan remaja, mood dapat menjadi mudah tersinggung.)
2. Berkurangnya minat atau kesenangan secara nyata pada semua, atau hampir semua, aktivitas
hampir sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti yang ditunjukkan oleh catatan subjektif atau
pengamatan).
3. Penurunan berat badan yang signifikan saat tidak berdiet atau penambahan berat badan (misalnya,
perubahan lebih dari 5% dari berat badan dalam sebulan), atau penurunan atau peningkatan nafsu makan
hampir setiap hari.
(Catatan: Pada anak-anak, pertimbangkan kegagalan untuk membuat kenaikan berat badan yang
diharapkan.)
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
5. Agitasi atau keterbelakangan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan
hanya) perasaan subjektif gelisah atau melambat).
Major Depressive Disorder
6. Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
7. Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak pantas (yang mungkin delusi)
hampir
setiap hari (bukan hanya mencela diri sendiri atau rasa bersalah karena sakit).
8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau keragu-raguan, hampir setiap hari
(baik oleh
akun subjektif atau seperti yang diamati oleh orang lain).
9. Pikiran kematian yang berulang (bukan hanya ketakutan akan kematian), ide bunuh diri yang berulang
tanpa spesifik
rencana, atau upaya bunuh diri atau rencana khusus untuk bunuh diri.
B. Gejala-gejala tersebut menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau hendaya
dalam sosial, pekerjaan, atau lainnya area fungsi yang penting.
C. Episode tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat atau efek medis lainnya
kondisi.
Catatan: Kriteria A-C mewakili episode depresif berat.
Disruptive Mood Dysregulation Disorder Diagnostic
Kriteria Diagnostik Gangguan Disregulasi Mood Disruptive 296.99 (F34.8)

A. Ledakan amarah yang parah dan berulang yang dimanifestasikan secara verbal (misalnya, kemarahan
verbal) dan/atau perilaku (misalnya, agresi fisik terhadap orang atau properti) yang sangat tidak
proporsional dalam intensitas atau durasi dengan situasi atau provokasi.
B. Ledakan emosi tidak sesuai dengan tingkat perkembangan.
C. Ledakan emosi terjadi, rata-rata, tiga kali atau lebih per minggu.
D. Suasana hati di antara ledakan amarah terus-menerus menjadi mudah tersinggung atau marah hampir sepanjang
hari, hampir setiap hari hari, dan dapat diamati oleh orang lain (misalnya, orang tua, guru, teman sebaya).
E. Kriteria A-D telah ada selama 12 bulan atau lebih. Sepanjang waktu itu, individu belum
G. Diagnomemiliki periode yang berlangsung 3 bulan atau lebih berturut-turut tanpa semua gejala dalam Kriteria A-
D.
F. Kriteria A dan D ada di setidaknya dua dari tiga pengaturan (yaitu, di rumah, di sekolah, dengan teman sebaya)
dan parah dalam setidaknya salah satu dari ini.
sis tidak boleh dibuat untuk pertama kalinya sebelum usia 6 tahun atau setelah usia 18 tahun
bertahun-tahun.
H. Berdasarkan anamnesis atau observasi, usia saat timbulnya Kriteria A-E adalah sebelum 10 tahun.
I. Tidak pernah ada periode tertentu yang berlangsung lebih dari 1 hari selama gejala penuh kriteria, kecuali durasi,
untuk episode manik atau hipomanik telah terpenuhi.
J. Perilaku tidak terjadi secara eksklusif selama episode gangguan depresi mayor dan tidak lebih baik dijelaskan
oleh gangguan mental lain (misalnya, gangguan spektrum autisme, gangguan stres pasca trauma, gangguan
kecemasan perpisahan, gangguan depresi persisten [dysthymia]).
K. Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat atau kondisi medis atau neurologis lainnya.
Anger management.

● Menarik nafas yang dalam, dari diafragma, bisa menggunakan metode 4-4-4,
Tarik nafas 4 detik, tahan 4 detik, lalu keluarkan 4 detik. Ulangi hingga merasa
lebih tenang.
● Pelan-pelan ulangi kata atau frase yang menenangkan seperti “tenang”, “pelan-
pelan”. Ulangi kepada diri sendiri sambil menarik nafas.
● Ulangi dengan gambar, bayangkan pengalaman yang membuat pasien lebih
tenang, bisa dari memori atau imajinasi pasien.
● Olahraga yang tidak berat seperti yoga dapat merelaksasikan otot dan membuat
pasien lebih tenang.
cognitive restructuring
● Menarik nafas yang dalam, dari diafragma, bisa
menggunakan metode 4-4-4, Tarik nafas 4 detik,
tahan 4 detik, lalu keluarkan 4 detik. Ulangi hingga
merasa lebih tenang. Hal lain yang dapat dilakukan
● Pelan-pelan ulangi kata atau frase yang adalah menggunakan humor
menenangkan seperti “tenang”, “pelan-pelan”. sebagai peralihan. Dapat juga
Ulangi kepada diri sendiri sambil menarik nafas. dengan mengganti lingkungan,
● Ulangi dengan gambar, bayangkan pengalaman berikan waktu diri sendiri untuk
yang membuat pasien lebih tenang, bisa dari istirahat, pastikan untuk memiliku
memori atau imajinasi pasien. “me time
● Olahraga yang tidak berat seperti yoga dapat
merelaksasikan otot dan membuat pasien lebih
tenang.
Edukasi
● Pada pasien ini, pasien sudah mengenali emosinya, pasien hanya perlu berlatih
untuk mengontrol emosinya.
● contohnya jika pasien berbicara dengan nada yang tinggi  maka suami pasien
menjadi lebih sensitif, maka dari itu pasien akan merubah nada suaranya menjadi
lebih rendah.
● Untuk membantu pasien mengontrol emosinya  pasien dapat mencoba untuk
lebih tenang terlebih dahulu, jika pasien sudah merasa jika saat berbicara dengan
suaminya akan menimbulkan keributan, sebaiknya pasien menarik diri terlebih
dahulu, pasien dapat menenangkan diri terlebih dahulu, mengalihkan pikirannya
ke arah yang lebih positif, lalu jika pasien dan suaminya lebih tenang maka
pembicaraan dapat dilanjutkan dengan pikiran yang lebih rasional.
TERIMAKASIH
Diskusi
● Pasien tidak ada tanda-tanda psikosis kenapa diberikan abilif?

Anda mungkin juga menyukai