Anda di halaman 1dari 72

HIPERTIROIDISME

DENGAN
GANGGUAN
ANSIETAS

Disusun oleh:
Sesa magabe, S. Ked 04054822022177
Fitri Suci Lestari, S. Ked 04054822022100
Imaniar kesuma, S.Ked 04054822022074

Pembimbing: dr. H.M. Zainie Hassan AR, Sp.KJ(K)


Out line

PENDAHULU
STATUS TINJAUAN ANALISIS
AN
PASIEN PUSTAKA KASUS
PENDAHULU
AN 1
PENDAHULUAN
Cemassuatu sinyal yang
memperingatkan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan untuk
mengatasi ancaman ditandai dengan
gejala otonom seperti nyeri kepala,
berkeringat, palpitasi, rasa sesak di dada, Kaplan, 2007 menyatakan bahwa
tidak nyaman pada perut, dan gelisah. kecemasan adalah respon terhadap
situasi tertentu yang mengancam, dan
merupakan hal yang normal terjadi
menyertai perkembangan, perubahan
pengalaman baru atau yang belum
pernah dilakukan, serta dalam
menemukan identitas diri dan arti
hidup.
PENDAHULUAN
Kecemasan digolongkan:
• Gangguan panik dan agoraphobia
• Fobia spesifik dan fobia social
• Gangguan obsesif kompulsif
• Gangguan stress post traumatic
• Gangguan cemas menyeluruh, dan
gangguan kecemasan yang tak
tergolongkan (YTT)
• Gangguan cemas lainnnya seperti
kecemasan yang diakibatkan oleh Hipertiroid menunjukan aktivitas
keadaan medis umum yaitu hipertiroid kelenjar tiroid berlebih sehingga
meningkatkan metabolisme di
jaringan. Perubahan tersebut dapat
menimbulkan gangguan fungsi
kognitif, prilaku, perubahan perasaan
(mood), dan kecemasan.
STATUS
PASIEN 2
IDENTITAS
PASIEN
Nama : Ny. Khotmanauli Sitorus
TTL/Usia : Banyuasin, 4 April 1995/25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Suku/Bangsa : Sumatera Selatan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Desa Senda Mukti RT 07 RW 03 Banyuasin
Datang ke RS : Selasa, 2 Maret 2021
Cara ke RS : Bersama Suami naik motor
Tempat Pemeriksaan: Poliklinik RSUD Ernaldi Bahar
ANAMESIS

AUTOANAMNESIS DAN ALLOANAMNESIS

● Keluhan utama
Pasien datang ke poliklinik RS Ernaldi Bahar karena sering mengalami cemas
dan sulit tidur sejak 1 bulan lalu.
RIWAYAT PERJALANAN
PENYAKIT
● Pasien dibawa oleh keluarga ke RS Charitas di Palembang 2 bulan lalu
dengan keluhan lemas, berdebar-debar, dan penurunan BB sedangkan
nafsu makan baik. Pasien didiagnosis hipertiroid.
● Satu bulan yang lalu pasien merasa asam lambung naik dan selalu pergi
ke IGD RS Charitas untuk berobat.
● Pasien juga mengeluhkan rasa cemas yang berlebihan sejak mengetahui
kondisi penyakitnya sehingga sering berobat ke IGD.
● Selain itu, pasien juga mengaku ada masalah keluarga yang membuatnya
semakin cemas dan khawatir.
● Pasien merasa lebih sensitif dan sering merasakan cemas yang mengganggu
aktivitas sehari-hari karena merasa lemas. Ketika serangan cemas, pasien
mengeluhkan jantung berdebar, sakit kepala, sakit ulu hati, dan napas terasa
berat. Pasien menjadi gelisah hingga sulit tidur.
● Pasien juga telah berobat dan diberikan obat cipralex, alganax dan zipren
untuk mengatasi kecemasannya.
● Keluhan pasien tidak dipengaruhi oleh keramaian, rasa curiga dan perasaan
sedih disangkal. Pasien sadar akan kondisinya merupakan suatu penyakit.
Pasien tidak pernah mendengar bisikan-bisikan.
● Pasien tidak ada perasaan untuk menyakiti diri sendiri dan keluarga. Nafsu
makan pasien normal. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien mengaku
tidak ada riwayat konsumsi zat-zat atau obat-obatan terlarang dan alkohol.
RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU
■ Riwayat kejang : Tidak ada
 Riwayat asma : Tidak ada
■ Riwayat trauma : Tidak ada
 Riwayat penggunaan NAPZA : Tidak ada
■ Riwayat alergi : Tidak ada
 Riwayat minum alkohol : Tidak ada
■ Riwayat hipertensi : Tidak ada  Riwayat merokok : Tidak ada
■ Riwayat diabetes mellitus : Tidak ada  Riwayat kolesterol tinggi : Tidak ada

■ Riwayat alergi obat  Riwayat penyakit hipertiroid : Ada. Sejak 2


: Tidak ada
bulan yang lalu
RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien pernah berobat di RS Charitas diberikan obat tirosol dan digoksin untuk
mengatasi hipetiroid dan cipralex, zipren, alganax untuk keluhan cemas.

RIWAYAT PRIBADI
I. Prenatal dan perinatal: Lahir normal.

II. Riwayat masa anak-anak: Pasien aktif dan bersosialisasi

III. Riwayat masa kanak akhir dan remaja: Pasien aktif dan
bersosialisasi
RIWAYAT
KELUARGA
● Pasien memiliki suami
● Pasien memiliki 1 anak (anak pertama: Perempuan, 6 bulan)
● Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara
● Ayah dan Ibu pasien masih sehat.
● Anggota keluarga dengan gangguan jiwa disangkal.
● Riwayat pada keluarga dengan keluhan yang sama disangkal.
● Hubungan pasien dengan anggota keluarga lain baik.
Pendidikan terakhir pasien adalah kebidanan.
 

Pasien adalah bidan.


 
AUTOANAMNESIS DAN ALLOANAMNESIS

Wawancara dan observasi dilakukan pada Selasa, 2 Maret 2021 pukul


10.30 WIB di Poliklinik RSUD Ernaldi Bahar Palembang. Pemeriksa dan pasien
berhadapan dengan posisi pasien duduk. Pasien mengenakan masker berwarna hitam,
memakai baju lengan panjang warna coklat, rok berwarna coklat. Pasien datang bersama
suami. Wawancara dilakukan dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Pasien kooperatif
dan memiliki tingkat kesadaran compos mentis.
● Tabel 1. Percakapan terhadap pasien dan dokter muda
III. PEMERIKSAAN  
A. STATUS INTERNUS
1) Keadaan Umum
  Sensorium : Compos Mentis
  Frekuensi nadi : 98 x/menit
  Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,50 C
  Frekuensi napas : 20 x/menit
  SpO2 : 99%
B. STATUS NEUROLOGIKUS  
1) Urat syaraf kepala (panca : tidak ada kelainan
indera)
2) Gejala rangsang meningeal : tidak ada kelainan
3) Mata:  
Gerakan : baik ke segala arah
Persepsi mata : baik, diplopia tidak ada, visus normal
Pupil : bentuk bulat, sentral, isokor, Ø 3mm/3mm
Refleks cahaya : +/+
Refleks kornea : +/+
Pemeriksaan oftalmoskopi : tidak dilakukan
4. Fungsi Motorik
Fungsi Motorik Lengan  
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal
Kekuatan 5/5
Tonus Eutonik Eutonik Eutonik Eutonik
Klonus - - - -
Refleks + + + +
fisiologis
Refleks - - - -
patologis

5) Sensibilitas : normal
6) Susunan syaraf vegetatif : tidak ada kelainan
7) Fungsi luhur : tidak ada kelainan
8) Kelainan khusus : tidak ada
C. STATUS
KEADAAN UMUM
PSIKIATRIKUS
●Sensorium : Compos Mentis
●Perhatian : Atensi adekuat
●Sikap : Kooperatif
●Inisiatif : Adekuat
●Tingkah laku motoric : Normoaktif
●Ekspresi fasial : Sesuai ●C. Cara bicara : Spontan

●Verbalisasi : Jelas ●Kontak psikis


●Kontak fisik : Adekuat
●Kontak mata : Adekuat
●Kontak verbal : Adekuat
KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)

A. Keadaan afektif
Afek : Sesuai
Mood : Eutimik C. Keadaan dan fungsi intelektual
Daya ingat : Baik
Daya konsentrasi :Baik
B. Hidup emosi Orientasi orang/waktu/tempat :Baik
Stabilitas : Stabil Luas pengetahuan umum : Baik
Kedalaman : Normal Discriminative judgement : Baik
Pengendalian : Terkendali Discriminative insight : Baik
Adekuat-Inadekuat : Adekuat Dugaan taraf intelegensi : Baik
Echt-unecht : Echt Kemunduran intelektual :-
Skala diferensiasi : Normal
Einfuhlung : Dapat dirabarasakan
Arus emosi : Normal
 
D. Kelainan sensasi dan persepsi
Ilusi : Tidak ada
Halusinasi : Tidak ada b. Isi Pikiran
  Waham : Tidak ada
  Pola Sentral : Tidak ada
KEADAAN PROSES BERFIKIR Fobia : Tidak ada
a. Arus pikiran Konfabulasi : Tidak ada
Flight of ideas : Tidak ada Perasaan inferior : Tidak ada
Inkoherensi : Tidak ada Kecurigaan : Tidak ada
Sirkumstansial : Tidak ada Rasa permusuhan : Tidak ada
Tangensial : Tidak ada Perasaan berdosa : Tidak ada
Terhalang (blocking) : Tidak ada Hipokondria : Tidak ada
Terhambat (inhibition): Tidak ada Ide bunuh diri : tidak ada
Perseverasi : Tidak ada Ide melukai diri : tidak ada
Verbigerasi : Tidak ada Lain-lain : -
   
c. Pemilikan pikiran
Obsesi : Tidak ada e. Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan
Alienasi : Tidak ada Hipobulia : Tidak ada
  Vagabondage : Tidak ada
  Katatonia : Tidak ada
d. Bentuk pikiran Kompulsi : Tidak ada
Autistik : Tidak ada Raptus/Impulsivitas : Tidak ada
Dereistik : Tidak ada Mannerisme : Tidak ada
Simbolik : Tidak ada Kegaduhan umum : Tidak ada
Paralogik : Tidak ada Autisme : Tidak ada
Simetrik : Tidak ada Deviasi seksual : Tidak ada
Konkritisasi : Tidak Logore : Tidak ada
ada Ekopraksi : Tidak ada
Lain-lain Mutisme : Tidak ada
Neologisme: Tidak ada Ekolalia : Tidak ada
 
IV. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
f. Kecemasan : Tidak ada
AKSIS I : F41.9 Gangguan Anxietas YTT
g. Dekorum
AKSIS II : Belum ada diagnosis aksis II
Kebersihan : Cukup
AKSIS III : Hipertiorid
Cara berpakaian : Cukup dan rapi
AKSIS IV : Masalah keluarga dan terkait
Sopan santun : Cukup
penyakit
h. Reality testing ability: RTA baik (+)
AKSIS V : GAF Scale saat ini adalah 100-91

V. DIAGNOSIS DIFFERENSIAL
I. F41.9 Gangguan Anxietas YTT
D. PEMERIKSAAN LAIN   II. F41.3 Gangguan Anxietas Campuran
  a. Pemeriksaan : Pernah dilakukan Lainnya
laboratorium III.F41.1 Gangguan Cemas menyeluruh
  b. Pemeriksaan EKG : Pernah dilakukan IV.F41.0 Gangguan Panik (Anxietas
Paroksismal Episodik)
Kognitif
TERAPI
• Menerangkan gejala penyakit pasien
Farmakologis
yang timbul akibat cara berpikir yang tidak
Racikan (Alprazolam 0,25 mg, stelosi 2,5 mg,
benar, mengatasi perasaan, dan sikapnya
clobazam 2,5 mg, diazepam 2,5 mg, THF 2 mg) 1x1
terhadap masalah yang dihadapi.
cap
• Membantu pasien dalam memperbaiki
Cipralex 10 mg 1x1/2 tab pc
persepsinya yang sebelumnya tidak benar
 
sehingga pasien memahami kondisinya.
Non farmakologis
Suportif
• Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
• Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dan
menjelaskan kepada pasien untuk tetap menjaga
hubungan baik dengan keluarga dan lingkungan.
• Memotivasi pasien agar minum obat hipertiroid dan
obat jiwa serta kontrol secara teratur.
• Memotivasi pasien untuk menjalani pola hidup sehat,
konsumsi air mineral yang cukup, makan bergizi.
Keluarga
• Memberikan pengertian kepada keluarga tentang penyakit pasien
sehingga diharapkan keluarga dapat membantu dan mendukung
kesembuhan pasien.
• Perlu juga diberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan
pada pasien dengan menerangkan mengenai kegunaan obat terhadap
gejala pasien serta efek samping yang dapat muncul.
• Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum
obat secara teratur sehingga diharapkan keluarga turut serta untuk
bekerja sama dalam berjalannya program terapi.

 
Religius
Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan PROGNOSIS
ibadah, yaitu menjalankan sholat lima waktu, Quo ad vitam : Bonam
menegakkan amalan sunnah seperti mengaji, berzikir, Quo ad functionam : Dubia ad bonam
dan berdoa kepada Allah SWT. Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
 
TINJAUAN
PUSTAKA 3
HIPERTIROID
Definisi
Hipertiroidisme adalah suatu keadaan
klinik yang ditimbulkan oleh sekresi
berlebihan dari hormon tiroid yaitu
tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
Etiologi

Penyakit
Graves

Multinodular
goiter
Toxic
adenoma
Gejala Klinis

− Nervositas
− Kelelahan atau kelemahan otot-otot
− Penurunan berat badan sedang nafsu makan baik
− Diare atau sering buang air besar
− Intoleransi terhadap udara panas
− Keringat berlebihan
− Perubahan pola menstruasi
− Tremor
− Berdebar-debar
− Penonjolan mata dan leher
Terapi

Pengobatan Umum :
1) Istirahat.
2) Diet..
3) Obat penenang.
 
Pengobatan Khusus.
1) Obat antitiroid.
Obat yang sering dipakai dari golongan thionamide adalah propylthiouracyl
(PTU), 1 - methyl - 2 mercaptoimidazole (methimazole, tapazole, MMI),
carbimazole. Dosis obat antitiroid dimulai dengan 300 - 600 mg perhari untuk
PTU atau 30 - 60 mg per hari untuk MMI/carbimazole, terbagi setiap 8 atau 12
jam atau sebagai dosis tunggal setiap 24 jam.

2) Beta Blocker
Terjadinya keluhan dan gejala hipertiroidi diakibatkan oleh adanya
hipersensitivitas pada sistim simpatis. Meningkatnya rangsangan sistem
simpatis ini diduga akibat meningkatnya kepekaan reseptor terhadap
katekolamin. Penggunaan obat-obatan golongan simpatolitik diperkirakan
akan menghambat pengaruh hati. Reserpin, guanetidin dan penyekat beta
(propranolol) merupakan obat yang masih digunakan.
GANGGUAN
KECEMASAN
(ANXIETAS)
Definisi
Cemas (ansietas) sinyal yang memperingatkan
bahaya yang mengancam dan memunkinkan
seseorang untuk mengambil tindakan untuk
mengaasi ancaman ditandai dengan gejala
otonom seperti nyeri kepala, berkeringat,
palpitasi, rasa sesak didada tidak nyaman pada
perut dan gelisah.
Menurut Kaplanrespon terhadap situasi
mengancam, terjadi menyertai perkembangan,
perubahan pengalaman baru atau yang belum
pernah dilakukan, dan dalam menemukan
identitas diri dan arti hidup.
Tanda dan gejala gangguan kecemasan

Sensasi fisiologis Bingung,


1 Berkeringat dan palpitasi 3 menurunkan daya
Rasa gugup dan takut ingat

Mempengaruhi Menggangu kemampuan


2 kemampuan berfikir,
4 menghubungkan suatu hal
belajar, dan persepsi dengan hal lainnya

Seleksi terhadap hal-hal


5 disekitar
Patofisiologi

Psikonditik
Sinyal kepada ego bahwa suatu Prilaku Eksistensi
dorongan yang tidak dapat diterima Respon dari Seseorang merasa hidup di dalam
menekan untuk mendapatkan stimulus lingkungan dunia yang tidak bertujuan dan
perwakilan dan pelepasan sadar dan yang spesifik rasa cemas sebagai respon
timbul sebagai serangan panik terhadap kekosongan eksistensi
dan arti.
Klasifikasi
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) gangguan cemas terdiri
dari:

Serangan panik Agoraphobia


dengan atau tanpa dengan atau tanpa Fobia Fobia
agoraphobia Serangan panik spesifik social

Gangguan Gangguan Cemas


Post-Traumatic Gangguan
obsesif Menyeluruh
Stress Disorder stress akut
komplusif (Generalized Anxiety
(PTSD)
Disorder)
Gangguan Ansietas Menyeluruh
Definisi (GAD)
• GAD (generalized anxiety disorder) gangguan
kecemasan ditandai dengan perasaan cemas yang
umum dan sesuatu yang buruk akan terjadi dan
keadaan peningkatan keterangsangan tubuh.

• GAD ditandai dengan kecemasan yang persisten


yang tidak dipicu oleh suatu objek, situasi atau
aktivitas yang spesifik “mengambang bebas”
(free floating).

• Stabil muncul pada remaja sampai umur 20


tahun berlangsung sepanjang hidup

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III,


gangguan cemas dikaitkan dalam gangguan neurotik, gangguan somatoform dan gangguan
yang berkaitan dengan stress (F40-48).
Gangguan Ansietas Menyeluruh
(GAD)

Epidemiologi
Prevalensi dalam 1 tahun
berkisar antara 3 dan 8 persen Gejala
dengan perempuan: laki-laki Ansietas, ketegangan motorik,
(2:1) hiperaktivitas otonom, dan
kesiagaan kognitif.
Komorbiditas
Gangguan distimik, fobia
sosial dan spesifik, serta Diagnosis banding
gangguan terkait zat
gangguan panic, fobia, gangguan
obsesif kompulsif, hipokondriasis,
gangguan somatisasi, gangguan
penyesuaian dengan kecemasan,
dan gangguan kepribadian
Gangguan Ansietas
Menyeluruh (GAD)

Introduction
Agoraphobia (ag-uh-ruh-FOE-be-uh)
is a type of anxiety disorder in which
you fear and often avoid places or
situations that might cause you to
panic and make you feel trapped,
helpless or embarrassed
Gangguan Ansietas Menyeluruh
(GAD)

● Benzodiazepine
● Kognitif- prilaku
● Suportif ● Buspiron

● Psikoterapi ● Selective serotonin


berorientasi tilikan reuptake inhibitors.

● Obat lainnya seperti


trisiklik atau tetrasiklik.

Psikoterapi Farmakoterapi
Gangguan Ansietas Menyeluruh (GAD)

Prognosis

Pasien biasanya datang pada usia-20an. Hanya 1/3 pasien yang memiliki
gangguan ansietas menyeluruh mencari terapi psikiatri. Karena tingginya
insiden adanya gangguan jiwa komorbid pada pasien dengan gangguan ansietas
menyeluruh, perjalanan klinis, dan prognosis gangguan ini sulit diprediksi.
Sejumlah data menunjukkan bahwa peristiwa hidup terkait dengan awitan
gangguan ansietas menyeluruh, peristiwa hidup negative, dan mungkin akan
menetap seumur hidup.
Gangguan anxietas akibat keadaan
medis umum
Definisi
Gejala berupa serangan panik, Etiologi
ansietas menyeluruh, obsesi dan Hipertiroidisme, hipotiroidisme,
kompulsi, serta tanda distress lain. hipoparatiroidisme, hipoglikemia, dan
Pada semua kasus, tanda dan gejala defisiensi vitamin B12 sering dikaitkan
disebabkan efek fisiologis langsung dengan gejala ansietas. aritmia jantung,
keadaan medis dapat menghasilkan gejala fisiologis
Epidemiologi gangguan panic.
Keberadan gejala ansietas dengan Gambaran klinis
adanya kelainan medis umum sering
ditemukan walaupun setiap insiden Gejala gangguan ansietas akibat
keadaan medis umum identik dengan
bervariasi keadaan medis umum
gejala gangguan ansietas primer.
yang spesifik Suatu sindrom yang serupa dengan
gangguan panik sering ditemukan
Gangguan anxietas
akibat keadaan
medis umum

Introduction
Agoraphobia (ag-uh-ruh-FOE-be-uh)
is a type of anxiety disorder in which
you fear and often avoid places or
situations that might cause you to
panic and make you feel trapped,
helpless or embarrassed
Gangguan anxietas akibat keadaan medis umum

Pemeriksaan status mentaluntuk Dapat mengganggu fungsi sosial, pekerjaan,


dan psikologis. Terapi mengawali proses
menentukan adanya gejala mood atau
perbaikan tetapi pada sejumlah kasus, gejala
psikotik. riwayat keluarga pasien keadaan ansietas berlanjut bahkan setelah keadaan
medis umum yang relevan (contohnya medis primer diobati-contohnya setelah
hipertiroidisme). ensefalitis.

Diagnosis
Prognosis
banding

Harus tau apakah keadaan medis dan


gejala sisa (obsesif komplusif)
gejala ansietas berkaitan erat di dalam harus diobati sebagai gejala
literature, awitan usia (gangguan ansietas primer yaitu dengan psikoterapi
primer biasanya memiliki awitan sebelum atau farmakoterapi
usia 35 tahun)
Gangguan anxietas akibat keadaan medis
umum

● Terapi medis umum


yang mendasari

● Jika tidak ada


perbaikan, ikuti terapi
jiwa spesifik

● Seperti modifikasi
perilaku, agen ansiolitik,
dan antidepresan
serotonergik

Terapi
Gangguan anxietas YTT

Sejumlah pasien mempunyai gejala


gangguan ansietas, tetapi tidak memenuhi
criteria gangguan ansietas DSM-IV-TR
yang spesifik aau gangguan penyesuaian
dengan ansietas atau gangguan campuran
ansietas dan mood depresi.
Gangguan anxietas
YTT

Introduction
Agoraphobia (ag-uh-ruh-FOE-be-uh)
is a type of anxiety disorder in which
you fear and often avoid places or
situations that might cause you to
panic and make you feel trapped,
helpless or embarrassed
ANALISIS
KASUS
4
Ny.K, ♀, 26 tahun
Datang ke Poliklinik RSUD Ernaldi
Bahar Palembang hari Selasa, 2 Maret
2021, pukul 09.30 WIB dengan
keluhan sering mengalami cemas
dan sulit tidur sejak 1 bulan lalu
2 bulan yll
ke RS Charitas: lemas,
berdebar-debar, dan Masalah keluarga,
→ HIPERTIROID
penurunan BB, nafsu makan membuat semakin
baik. cemas dan khawatir

Mengganggu
aktivitas:
lemas

1 bulan yll
Sulit tidur, jantung berdebar, sakit
Rasa cemas berlebihan sejak kepala, sakit ulu hati, dan napas terasa
mengetahui kondisi penyakitnya berat
→sering berobat ke IGD
compos mentis Afek sesuai
atensi adekuat mood eutimik
sikap kooperatif emosi stabil
inisiatif daya ingat baik
normoaktif daya konsentrasi baik

ekspresi wajah sesuai orientasi baik


kontak mata ada tidak ada halusinasi dan ilusi
kontak verbal ada isi pikiran baik
verbalisasi jelas ide bunuh diri tidak ada
cara bicara lancar

Pasien sempat mendapatkan pengobatan cipralex, alganax dan zipren → keluhan berkurang
Cemas dan kekhawatiran berlebihan sulit dikendalikan,
terjadi hampir setiap hari selama satu bulan ini dan
mengganggu aktivitas sehari-hari

Tidak ada perasaan malu atau


keluhan yang berkaitan dengan
keramaian → Tidak ada fobia
Gelisah atau merasa terperangkap sosial
atau terpojok
Mudah merasa lelah
Irritable (mudah marah)
Gangguan tidur
Tidak merasa kotor → tidak ada
4 gejala pedoman DSM IV TR obsesif-kompulsif
Gejala panik: palpitasi, jantung berdebar, atau
denyut jantung meningkat, rasa napas berat dan
sesak, dan gangguan abdomen

HIPERTIROID ??
Karena itu, berdasarkan keluhan, gejala, dan status mental dapat
disimpulkan bahwa pada pasien terdapat gangguan ansietas tetapi
belum bisa dibedakan apakah gangguan tersebut primer atau akibat
kondisi medis umum yaitu hipertiroid, sehingga pasien didiagnosis
dengan gangguan ansietas yang tidak tergolongkan (F41.9)

AKSIS I
• Aksis II tidak ada diagnosis →didapatkan riwayat
tumbuh kembang saat masa kanak-kanak dan remaja
baik, serta pasien mampu menyelesaikan pendidikan
sampai tamat D4 kebidanan → retardasi mental (F.70).
• Kepribadian pasien belum dapat didiagnosis karena
pemeriksa hanya bertemu dengan pasien sebanyak
satu kali

• Aksis IV, pasien memiliki permasalahan dalam


hidupnya, terutama masalah keluarga yang membuat
pasien memikirkan hal tersebut berlarut-larut dan
berkaitan dengan kecemasan yang dirasakan
• Dilihat dari penilaian fungsi secara global, gangguan
yang dialami pasien tergolong dalam skala GAF 100-
91 → tidak ada gejala, berfungsi maksimal, tidak ada
masalah yang tak tertanggulangi
Hipertiroid diduga berhubungan dengan gangguan cemas pada pasien.

Hipertiroidisme menunjukkan aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan dalam


mensintesis hormon tiroid→meningkatkan metabolisme di
jaringan→berkaitan juga dengan neurotransmitter
Beberapa gangguan psikiatrik yang
Perubahan fungsi tiroid sering muncul pada penderita
→ gangguan fungsi kognitif, gangguan tiroid adalah kecemasan,
perilaku, dan perubahan perasaan depresi, fobia, obsesif-kompulsif,
(mood) serta kecemasan dan panik

Dua pertiga pasien gangguan


tiroid melaporkan bahwa mereka
memiliki gangguan psikiatrik
● Gonen et al. menyatakan bahwa penderita hipotiroid subklinik dan hipertiroid
subklinik memiliki skor kecemasan lebih tinggi dibandingkan pada subjek
eutiroid.
● Penelitian lain yang hasilnya hampir sama menyatakan bahwa gejala-gejala
kecemasan dan depresi lebih berat dirasakan oleh penderita overt hipotiroid dan
overt hipertiroid.
● Penelitian pada penderita hipertiroid juga menunjukkan kelompok penderita
hipertiroid memiliki skor kecemasan dan depresi lebih tinggi dibandingkan
kelompok eutiroid.
● Penelitian lain di Norwegia menunjukkan bahwa ada hubungan antara fungsi
tiroid dengan kecemasan dan depresi pada wanita yang memiliki gangguan
fungsi tiroid.
• Hubungan antara gangguan fungsi tiroid dengan
kecemasan sebenarnya masih belum jelas.
• Terdapat gejala-gejala hipertiroid yang mirip dengan
gejala kecemasan
• Gejala yang hampir sama antara lain merasa mudah
lelah, merasa nyeri dan lemas, sehingga diperlukan
perhatian untuk membedakan diagnosis hipertiroid atau
cemas.
• Hormon tiroid mempengaruhi fungsi neurotransmiter secara langsung,
metabolisme jaringan, proses oksidasi jaringan, proses pertumbuhan, dan
sintesis protein.

• Berpengaruh ke semua sel dalam tubuh melalui mekanisme transport asam


amino dan elektrolit dari cairan ekstra seluler ke dalam sel, aktivasi/sintesa
protein enzim dalam sel dan peningkatan proses-proses intraseluler.

• Fungsi sistem saraf pusat peka dengan keberadaan hormon


tiroid→demikian juga terhadap fungsi batang otak.

• Perubahan kecil konsentrasi fT4 (tiroksin bebas), dimana penderita


hipertiroid memiliki kadar fT4 cenderung tinggi, dapat mengakibatkan
perubahan kondisi mental dan perubahan perilaku.
 Tidak ada interaksi obat antitiroid dengan golongan obat yang
diberikan pada pasien.
Pasien mendapat terapi obat yang terdiri dari:
Racikan (Alprazolam 0,25 mg, stelosi 2,5 mg, clobazam 2,5 mg,
diazepam 2,5 mg, THF 2 mg) 1x1 cap
Cipralex 10 mg 1x1/2 tab pc
● Golongan benzodiazepine digunakan secara luas untuk penanganan keadaan
cemas akut dan untuk kontrol cepat gangguan panik.
● Gejala kecemasan mungkin dapat diatasi dengan banyak obat dari golongan
benzodiazepine, tetapi tidak mudah untuk menunjukkan keunggulan satu
obat dibandingkan dengan yang lainnya.
● Jenis obat-obat golongan Benzodiazepine ini adalah Diazepam,
Klordiazepoksid, Lorazepam, Klobazam, Bromazepam, Oksazolam,
Klorazepat, Alprazolam atau Prazepam.
● Pada pasien diberikan racikan obat untuk mengganti pengobatan
sebelumnya yang memerlukan biaya tinggi.
● Pengobatan biasanya dimulai dosis rendah dan peningkatan dosis untuk
mencapai respons terapeutik
● Pemakaian benzodiazepine dengan waktu paruh sedang (8-15 jam),
kemungkinan akan menghindari beberapa efek merugikan yang
berhubungan dengan penggunaan benzodiazepin dengan waktu paruh
panjang.
● Pemakaian dosis terbagi
● Perbaikan yang didapatkan dengan benzodiazepine mungkin lebih dari
sekedar efek anti kecemasan →obat dapat menyebabkan pasien memandang
beberapa kejadian dalam pandangan yang positif →obat juga dapat
memiliki kerja disinhibisi ringan,
Terapi obat untuk gangguan Walaupun beberapa pasien menjadi
kecemasan → 6-12 bulan, tergantung pada benzodiazepine,
beberapa bukti menyatakan tidak ada toleransi yang
bahwa pengobatan harus berkembang untuk efek terapeutik.
jangka panjang, bahkan
kemungkinan seumur hidup.

Kira kira 25% pasien Pada gangguan ansietas,


mengalami kekambuhan dalam benzodiazepine dapat diresepkan
bulan pertama setelah atas dasar jika diperlukan, sehingga
dihentikan terapi dan 60-80% pasien menggunakan benzodiazepine
kambuh selama perjalanan kerja cepat jika mereka merasakan
tahun selanjutnya. kecemasan tertentu.
● Psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan.
● Perlu juga diberikan intervensi psikososial seperti psikoedukasi.
● Konseling dan terapi suportif yairu memberi dukungan dan perhatian kepada
pasien dan menjelaskan kepada pasien agar pasien dapat memperbaiki
hubungan pasien terhadap lingkungan dan memotivasi pasien agar minum
obat secara teratur
● Kehidupan religius, bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan
ibadah, yaitu menjalankan sholat lima waktu, menegakkan amalan sunnah
seperti mengaji, berzikir, dan berdoa kepada Allah SWT.
Thanks

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik.
DAFTAR PUSTAKA
1.Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI. 2010. H; 235-241.
2.Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock. Buku Ajar Psikiatri klinis Edisi 2. Jakarta: ECG, 2010. H; 233-241.
3.Panic Disorder. American Psychiatric Association. Diunduh dari

http://healthyminds.org/Main-Topic/Panic-Disorder.aspx . 2011.

4.Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2011. H; 72,74.
5.Kaplan & Sadock. Comprehensive textbook of Psychiatry 7th ed. (2007):1491-1493, 1498.
6.Gabbard GO Obsessive Compulsive Disorder dalam Psychodynamic Psychiatry in Clinical Practice 3rd ed American Psychiatric Press. Inc. 2010;237-243
7.Burrows G et al: Stress, anxiety and depression, Adis International Pty Ltd (2009):23,29-31
8.Nutt D et al: Anxiety disorders comorbid with depression: panic disorder and agoraphobia, Martin Dunitz Ltd (2007): 66-71, 85-88
9.Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III:188-190. Werner SC.
Hyperthyroidism : Introduction. In : The Thyroid, a fundamental and clinical text. Werner SC, Ingbar SH Eds. 4th Ed. Maryland; Harper and Row. 1978, p. 591.
10.Mc Larty DG, Brownlie BEW, Alexander WD, Papapetrou PD, Horton P. Remission of thyrotoxicosis during treatment with propranolol. Br Med J 1973; 2 : 332.
11.Riddle MC, Schwartz TB. New tactics for hyperthyroidism : Sympathetic blockade. Ann Inter Med 1970; 72 : 749.
12.Werner SC. Hyperthyroidism : Introduction. In : The Thyroid, a fundamental and clinical text. Werner SC, Ingbar SH Eds. 4th Ed. Maryland; Harper and Row. 1978, p.
591.
13.Mc Larty DG, Brownlie BEW, Alexander WD, Papapetrou PD, Horton P. Remission of thyrotoxicosis during treatment with propranolol. Br Med J 1973; 2 : 332.
14.Riddle MC, Schwartz TB. New tactics for hyperthyroidism : Sympathetic blockade. Ann Inter Med 1970; 72 : 749.
Pertanyaan
1. Pada kasus mengalami hipertiroid dan cemas, apakah semua pasien hipertiroid disertai
dengan cemas?(feby)
2. Apakah gangguan cemas bisa sembuh dan hilang sepenuhnya? (Soni)
3. Pasien mengalami kecemasan, apa saja dampak dari kecemasan?(meilisa)

Anda mungkin juga menyukai