Anda di halaman 1dari 28

OSLER STASE JIWA

Hasnadya Fathin | 15711186 | RSUD dr. Soeroto Ngawi


Identitas Pasien
Nama :L
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Umur : 60 TAHUN
Agama : ISLAM, taat beribadah jika tidak kambuh
Pendidikan : tidak lulus SD
Pekerjaan : IBU RUMAH TANGGA
Bangsa/suku : JAWA, lahir dan tinggal di Magetan
Alamat : BENDO, MAGETAN, KAB.
MAGETAN
No. RM : 77197
Tanggal masuk rumah sakit : 17 FEBRUARI 2021
Anamnesis
Allonamnesis Autoanamnesis
Dilakukan di Poli Jiwa RSUD dr.
Pada tanggal 17 Februari 2021, oleh:
Soeroto Ngawi
• Ny. Sulastri, anak kandung pasien,
bertempat tinggal serumah
dengan pasien di Bendo,
Magetan, Kab. Magetan.

• Pendidikan SLTP, pekerjaan


petani, usia 49 tahun, lama kenal
sejak lahir, sifat kenal dekat.
Keluhan Utama
Berbicara sendiri tanpa sebab
RPS
• Pasien datang ke poli jiwa karena berbicara sendiri dan tidak dapat merawat kebersihan
diri.

• Keluhan ini hilang timbul dan sudah dirasakan selama beberapa tahun. Saat ini keluhan
muncul selama 1 bulan terakhir.

• Keluhan disertai kesulitan tidur. Keluhan tidak disertai keyakinan bahwa tingkah laku orang
lain itu pasti akan memfitnah, membahayakan, atau menjahati dirinya.

• Saat keluhan muncul, pasien berbicara sendiri, tidak nyambung jika diajak bicara, menjadi
malas dan membutuhkan orang lain untuk merawat diri.

• Pada saat keluhan tidak muncul, pasien dapat berbicara nyambung dan menjalankan
aktivitas normal seperti memasak, menyapu, merawat diri, dan bersosialisasi dengan
tetangga.
Anamnesis Sistem
• Sistem serebrospinal : pusing (-), nyeri kepala (-), demam (-)
• Sistem kardiovaskular : nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
• Sistem pernapasan : sesak nafas (-), batuk (-)
• Sistem urogenital : BAK dalam batas normal
• Sistem integumentum : pruritus (-), luka (-), memar (-)
• Sistem muskuloskeletal : nyeri otot (-), kaku (-), nyeri sendi (-)
Grafik Perjalanan Penyakit
Gejala Klinis Keterangan:

1. Pertama kali periksa ke dr Sp.KJ Solo


tahun 1980. Berbicara sendiri,
marah-marah, halusinasi auditorik,
tidak bisa bekerja.
1 2 3
2. Pertama kali pindah periksa ke RSUD
Soeroto Ngawi tahun 2010. Keluhan
muncul kembali. Bingung, hilang
minat, afek tumpul, mood sedih,
kadang mau bekerja.

3. Terakhir periksa ke poli jiwa.


Tenang, kooperatif, afek, tumpul,
Fungsi Peran mood hipotimik, tidak dapat
merawat diri.
Hal yang Mendahului Penyakit
Faktor Organik Faktor Psikososial
• Riwayat Kejang (-) • Tidak ada masalah keluarga
• Riwayat Trauma Kepala (-) • Ekonomi pasien tercukupi
• Riwayat Asma (-) • Pasien tinggal serumah dengan anak
• Riwayat Penggunaan Alkohol (-) ke-dua
• Riwayat Penyalahgunaan Obat (-)
• Riwayat Diabetes Melitus (-)
• Riwayat Hipertensi (-)

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi


• Tidak ada riwayat gangguan jiwa • Tidak melakukan kontrol rutin
pada keluarga pasien • Tidak menceritakan masalah ke
• Kepribadian introvert siapapun
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Serupa
• Gangguan muncul pada saat pasien berusia 20 tahun (pada tahun 1980). Pada
usia tersebut, gejala yang muncul berupa bicara sendiri, tidak nyambung jika
diajak bicara, dan berjalan sendiri di sekitar rumah hingga sampai ke pasar.
• Pasien kemudian dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, dan diputuskan
untuk rawat-inap.
• Berdasarkan aloanamnesis, pasien tidak rutin kontrol untuk pengobatan dan
keluhan yang muncul bersifat hilang timbul.
• Pada tahun 2010, pasien melanjutkan pengobatan di RSUD dr. Soeroto Ngawi.
• Saat ini, jika keluhan timbul maka pasien berbicara sendiri, tidak nyambung jika
diajak bicara, kesulitan tidur, tidak bisa merawat diri dan menjadi malas.
• Jika keluhan hilang pasien dapat berbicara nyambung, mampu merawat diri,
dapat beraktivitas seperti biasa seperti menyapu, masak, dan bersosialisasi
dengan tetangga.

Riwayat Sakit Berat


• Pasien tidak memiliki riwayat sakit berat/riwayat rawat-inap.
Riwayat Keluarga
Pola Asuh Keluarga
• Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya dengan pola asuh yang baik tanpa
kekerasan.
Riwayat Penyakit Keluarga
• Keluarga pasien tidak pernah menderita penyakit jiwa ataupun lainnya.

Silsilah Keluarga
Riwayat Pribadi
Riwayat Kelahiran
• Pasien lahir spontan, cukup bulan, tidak ada penyulit ditolong oleh dukun.

Latar Belakang Perkembangan Mental


• Pasien mengalami perkembangan mental sesuai dengan usianya
• Pasien tidak melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya.

Perkembangan Awal
• Perkembangan motorik, bicara, dan sosial sama dengan teman sebayanya.

Riwayat Pendidikan
• Pasien menempuh tingkat pendidikan sampai SD, namun tidak lulus.

Riwayat Pekerjaan
• Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Riwayat Pribadi
Riwayat Perkembangan Seksual
• Pasien mengalami perkembangan seksual sesuai dengan orang normal.

Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual


• Saat keluhan tidak muncul, pasien mampu menjalankan sholat 5 waktu. Pada
saat keluhan muncul, pasien tidak dapat menjalankan ibadah sholat 5 waktu

Riwayat Perkawinan
• Pasien menikah 1 kali, dan suami meninggal pada tahun 2010.

Riwayat Kehidupan Emosional


• Pasien adalah orang yang cukup introvert. Pasien jarang menceritakan
masalahnya kepada keluarga
Riwayat Pribadi
Hubungan Sosial
• Selama pasien mengalami gangguan ini, pasien masih bisa berkomunikasi
dengan anak dan cucu serta pasien dapat berbicara dengan tetangga jika
sedang tidak kambuh. Pasien juga masih dapat mengingat nama anak-anaknya,
namun apabila sudah kambuh, pasien mengalami hambatan untuk
berkomunikasi.
Kebiasaan
• Pasien hanya menjalankan aktivitas di rumah sebagai ibu rumah tangga.

Status Sosial Ekonomi


• Pasien berasal dari keluarga dengan ekonomi yang berkecukupan. Pasien tinggal
bersama anak keduanya. Kebutuhan ekonomi pasien ditunjang oleh ke-empat
anaknya
Riwayat Khusus
• Pasien tidak memiliki riwayat khusus.
Tingkat Kepercayaan Anamnesis
• Kurang dapat dipercaya

Kesimpulan Alloanamnesis
• Pasien saat ini berbicara sendiri, tidak nyambung jika diajak berbicara, dan tidak
mampu merawat diri. Keluhan hilang timbul dan sudah dirasakan selama 1
bulan.
• Pasien memiliki riwayat pengobatan tidak rutin. Gejala pertama kali muncul
pada saat pasien berusia 20 tahun dan mendapat rawat inap di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta.
• Pasien beberapa kali mengalami kekambuhan terhadap gejalanya tersebut dan
saat ini berobat di RSUD dr. Soeroto Ngawi.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik Pemeriksaan Sistem
• Cerebrospinal : DBN
2. Bentuk Badan : tidak ada kelainan • Kardiovaskular : DBN
3. Berat Badan : 68 kg • Respirasi : DBN
• Gastrointestinal : DBN
4. Tinggi Badan : 165 cm • Urogenital : DBN
Tanda Vital • Muskuloskeletal : DBN

5. Tekanan Darah : 125/80mmHg


6. Nadi : 80
7. Respirasi : 19
8. Suhu : 36,8*C
9. Kepala :Normochepal,
terdapat berkas trauma di
dahi
10.Leher : tidak ada kelainan
Status Neurologi
• Saraf kranial : tidak dilakukan
• Motorik : tidak dilakukan
• Sensorik : tidak dilakukan
• Refleks fisiologis : tidak dilakukan
• Reflek patologis : tidak dilakukan
• Meningeal sign : tidak dilakukan
Kesan Status Neurologis : -

Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang

• Pemeriksaan darah, EKG, EEG, CT Scan,


Foto Rontgen, dll. Tidak dilakukan
pemeriksaan penunjang.
• Kesan Pemeriksaan
Laboratorium/Penunjang:-
Status Psikiatri
• Kesan umum : Baik, tampak lebih tua dari usianya
• Kesadaran Kuantitatif : Compos Mentis
• Kesadaran Kualitatif : Berubah
• Orientasi OWTS : Baik
• Penampilan/Rawat Diri : Seorang wanita berumur 60 tahun terlihat lebih tua dari
usianya
• Sikap dan Tingkah Laku : Tenang, tidak gelisah, bingung, kooperatif
• Roman Muka : Ekspresi muka cukup datar
• Afek : Tumpul
Proses Pikir
• Bentuk Pikir : Non-realistik
• Isi Pikir : Halusinasi (+), waham (-), thought of echo (+)
• Progresi Pikir : Inkoheren
• Mood dan Interest : Distimik, stabil
• Hubungan Jiwa : Dapat
Status Psikiatri
• Perhatian : Mudah ditarik/susah dicantum
• Persepsi : Halusinasi (+), ilusi (-), penciuman (-)
• Memori : Memori jangka panjang dan pendek dalam keadaan baik
• Gg. Inteligensi : Tidak terdapat kelainan intelegensi
• Insight : Jelek, derajat III
Hasil Pemeriksaan Psikologi
• Kepibadian : Belum dilakukan
• IQ : Tidak dilakukan
Hasil Pemeriksaan Sosiologi
• Tidak dilakukan pemeriksaan
Diagnosis Banding
• Skizoafektif Tipe Depresif

• Depresi Pasca Skizofrenia

• Skizofrenia Residual
Pembahasan
Diagnosa skizoafektif dapat ditegakkan jika gejala-gejala definitif adanya skizofrenia
dan ganggguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam
beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama,
dan jika sebagai konskuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik
skizofrenia maupun episode manik atau depresif. Pasien memenuhi kriteria tersebut
dimana pasien mengalami halusinasi auditorik, isi pikiran berupa “thought of echo”
disertai dengan penurunan konsentrasi dan perhatian, tidur terganggu, afek depresif,
kehilangan minat dan kegembiraan.
Pembahasan
Skizoafektif tipe depresif dapat ditegakkan karena hanya terdapat gangguan afektif
depresi dan gangguan berulang didominasi oleh skizoafektif tipe depresif. Untuk
suatu diagnostik yang menyakinkan, persyaratan berikut harus di penuhi semua:

• Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik
depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam uraian episode
depresif.
• Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan sebaiknya ada dua,
gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan dalam pedoman diagnostik
skizofrenia).
Rencana Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Psikologi : MMPI
• Pemeriksaan Penunjang : EEG

Diagnosis
• AKSIS I : F25.1 Skizoafektif Tipe Depresif
• AKSIS II : Belum ditemukan
• AKSIS III : Z00-Z99 tidak melakukan kontrol rutin
• AKSIS IV : Belum ditemukan
• AKSIS V : GAF 60-51 gejala sedang, disabilitas sedang
Penatalaksanaan
Psikofarmaka
• Halperidol 1,5 mg 2 x 1
• Stelosi 5 mg 2 x 1
• Arkine 2 mg 2 x 1
• Amitriptillin 25 mg 1 – 0 – 0
• Clobazam 10 mg 0 – 0 – 1
Terapi Fisik
• Membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari secara bertahap.
• Memberi dorongan kepada pasien untuk bisa olahraga ringan
Penatalaksanaan
Psikoterapi Terapi Spiritual
• Menjelaskan kepada pasien terkat • Pasien diberikan edukasi agar
penyakit yang dia derita. tetap menjalankan sholat 5
• Menjelaskan kepada keluarga waktu sebagai bentuk
pasien terkait penyakit yang mendekatkan diri pada Tuhan
pasien derita dan selalu
Terapi Rehabilitatif
supaya hati kita menjadi lebih
memberikan dukungan kepada • Terapi kerja dibutuhkan agar tenang dan masalah dapat kita
pasien. pasien tidak memikirkan apa lalui dengan baik.
• Memberikan kesempatan pasien yang dia alami dan lebih
untuk mencurahkan isi hati serta berfokus ke hal positif. Edukasi Keluarga
keinginan pasien kepada keluarga Pekerjaan dimulai dari yang
dekat. Menceritakan semua ringan dan tidak membebani • Keluarga diharapkan untuk
masalah yang dia hadapi kepada pasien. Hal ini juga perlu selalu mendukung kegiatan
keluarga. dukungan dan pengawasan positif yang dilakukan oleh
• Menyarankan untuk kontrol rutin keluarga. pasien dan mendukung untuk
ke poli jiwa untuk evaluasi kesembuhan pasien dengan
kesehatan pasien. tidak mendiskriminasi ataupun
mengasingkan pasien. Serta
selalu mendukung pasien untuk
kontrol rutin untuk berobat.
Prognosis
Indikator Pada pasien Prognosis

Faktor kepribadian Tertutup Buruk

Faktor genetik Tidak ada Baik

Faktor organik Tidak ada Baik

Faktor pencetus Tidak ada Buruk

Pola asuh Baik Baik

Sosioekonomi Menengah ke bawah Buruk

Rumah tangga Baik Baik


Prognosis
Indikator Pada Pasien Prognosis

Onset usia Dewasa Buruk

Perjalanan penyakit Kronis Buruk

Jenis penyakit Halusinasi Buruk

Kepatuhan minum obat Tidak teratur Buruk

Respon terapi Tidak rutin Buruk

Riwayat berulang Ada Buruk


Kesimpulan Prognosis
• Ad vitam: bonam
• Ad funcitonam: dubia ad malam
• Ad sanam: dubia ad malam

Rencana Follow-Up
• Evaluasi kondisi medis secara umum
• Evauasi hasil terapi: penurunan gejala dan peningkatan
fungsi
• Evaluasi pengobatan: kepatuhan dalam minum obat,
efektivitas obat dan efek samping yang mungkin muncul
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai