Riwayat Psikiatrik
Alloanamnesa tanggal 10 Oktober 2009 jam 16.30 WITA dengan Ny. Fitriani (adik perempuan) dan autoanamnesa dengan pasien jam 18.30 WITA. KU: Mengamuk Keluhan tambahan: Berbicara sendiri, tertawa sendiri dan susah tidur. RPS: tahun 1994 pasien masuk RSJ karena mengamuk dan berbicara sendiri. Sebelumnya menurut adik pasien menderita penyakit kuning. Menurut keluarga saat itu pasien tidak pernah memiliki masalah baik dengan lingkungan tempat dia tinggal, pergaulan dan keluarga. Pasien mulai mengalami perubahan perilaku sejak sakit kuning.
Riwayat Masa Kanak-Kanak (3-12 tahun ) Tumbuh kembang seperti anak seusianya. Pasien tergolong anak yang suka bergaul dan bermain-main dengan teman-teman disekitarnya. Pasien merupakan anak yang manja. Semua kehendaknya selalu dikabulkan. Pasien dekat dengan kedua orang tuanya, namun pasien lebih dekat dengan ibunya. Riwayat Masa Remaja Pasien dikenal sebagai playboy dan memiliki banyak teman wanita. Pasien menyukai kebersihan dan selalu tampak rapi. Pasien tergolong orang yang selalu menjaga penampilannya. Pasien juga suka bermain gitar dan bernyanyi. Pasien juga dikenal sebagai orang yang royal dan suka memanjakan orang lain terutama pacarnya.
Status Mental
DESKRIPSI UMUM 1. Penampilan Seorang laki-laki bertubuh agak gemuk, tinggi sedang, kulit sawo matang, rambut pendek ikal berwarna hitam. Pasien tampak kurang rapi dan terawat, wajahnya kusam. Pasien bersikap kooperatif, pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Pasien kadang ditemui tertawa sendiri disela-sela wawancara. 2. Kesadaran Kompos mentis 3. Perilaku dan aktivitas motorik Normoaktif 4. Pembicaraan Asosiasi longgar (+) 5. Sikap terhadap pemeriksa Kooperatif 6.Kontak Psikis Kontak (<) wajar (<) sulit dipertahankan.
Status Mental
KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN, EKSPRESI AFEKTIF, KESERASIAN DAN EMPATI 1. Afek(mood) : Hiperthym 2. Ekspresi afektif : kadang tertawa sendiri 3. Keserasian : Inappropriate 4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
Status Mental
FUNGSI KOGNITIF 1. Kesadaran : kompos mentis 2. Orientasi : Waktu : Terganggu Tempat : Baik Orang : Baik 3. Konsentrasi : Terganggu 4. Daya ingat : Jangka panjang : Baik Jangka pendek : Terganggu Segera : Terganggu 5. Intelegensia dan Pengetahuan Umum : Tidak sesuai dengan tingkat pendidikan formal pasien.
Status Mental
GANGGUAN PERSEPSI 1. Halusinasi : (-) 2. Depersonalisasi/ Derealisasi : (-) PROSES PIKIR 1. Arus pikir : a. Produktivitas : Spontan b. Kontinuitas : Asosiasi longgar, kadang pembicaraan tidak relevan. c. Hendaya berbahasa : Tidak ada 2. Isi Pikir : a. Preocupasi : (+) pasien terpaku pada masa kecilnya. b. Waham : (-)
Status Mental
PENGENDALIAN IMPULS Terganggu DAYA NILAI a. Daya norna sosial : baik b. Uji daya nilai : terganggu c. Penilaian realita : terganggu TILIKAN T2 : agak sadar bahwa dirinya sakit dan membutuhkan bantuan tetapi pada saat yang sama juga menyangkal hal itu. TARAF DAPAT DIPERCAYA Tidak dapat dipercaya
Daftar Masalah
Organobiologik Status internus dan kelainan neurologi tidak ada kelainan Psikologik Kontak dan kewajaran kurang baik, afek hipertym, keserasian inappropriate, pembicaraan asosiasi longgar, preokupasi positif, empati tidak dapat dirabarasakan, konsentrasi terganggu, daya ingat jangka pendek dan segera terganggu, tilikan derajat 2, penilaian realita tentang diri sendiri terganggu, tidak dapat dipercaya. Sosial Keluarga Keinginan menikah yang tidak kesampaian.
Rencana Terapi
Psikofarmaka : Clozapine 3 x 25 mg Trifluoperazine 3x5 mg Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga Religius : Bimbingan /ceramah agama, shalat berjamaah, pengajian Rehabilitasi : Sesuai bakat dan minat (tes psikotes) Laboratorium : Anti HCV, darah rutin dan kimia darah.
Diskusi
Skizofrenia merupakan deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung dari perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Dalam diagnosa skizofrenia, harus ada sedikitnya satu gejala yang sangat jelas diantara gejala-gejala berikut : Thought echo, atau Thought insertion, atau Thought broadcasting Delution of control, delution of influence, delution of passivity, delution perception Halusinasi auditorik Waham-waham menetap jenis lainnya.
Diskusi
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini : Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan Perilaku katatonik Gejala-gejala negatif.
Diskusi
Untuk diagnosis skizofrenia residual harus memenuhi seluruh persyaratan berikut yaitu : gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol. sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia. sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.
Diskusi
Pasien memiliki riwayat 2 kali di rawat di rumah sakit jiwa yaitu tahun 1994 dan tahun 2000-an. Pasien belum pernah berada dalam fase sembuh berdasarkan alloanamnesa dengan keluarga karena pasien tidak bekerja hanya di rumah, sesekali membantu berdagang. Pasien menjadi kurang aktif dalam bermasyarakat. Pasien juga tidak pernah melaksanakan hobinya lagi. Berdasarkan hasil anamnesa (alloanamnesa dan autoanamnesa) serta pemeriksaan status mental, dan merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini dapat didiagnosa sebagai Skizofrenia Residual (F20.5). Pedoman diagnostik secara umum skizofrenia telah terpenuhi dan secara spesifik digolongkan ke dalam skizofrenia residual.
Diskusi
Pada pasien ini dijumpai beberapa gejala negatif seperti afek yang hiperthym dan inappropriate, pasien kadang dijumpai sering tertawa sendiri disela wawancara. Kontak mata pasien juga kurang, kadang pasien memandang ke arah lain dengan pandangan mata kosong. Adanya gangguan orientasi waktu yaitu pasien kesulitan membedakan masa lalu dan masa kini. Pasien sering menceritakan kejadian pada masa lalu seolah-olah hal itu baru saja dia lakukan. Pasien memiliki gangguan pada kemampuan daya ingat jangka pendek dan segera, dimana pasien tidak mampu melaksanakan tes sederhana yang diberikan pemeriksa. Terdapat episode psikotik pada tahun 1994, dan jarak waktu intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi sudah melampaui kurun waktu satu tahun.
Diskusi
Berdasarkan pemeriksaan psikiatrik didapatkan penampilan pasien yang kurang terawat dan kurang rapi. Terdapat preokupasi dimana pikiran pasien terpaku pada masa lalunya. Perilaku dan aktifitas psikomotor normal, pembicaraan asosiasi longar, empati tidak dapat dirabarasakan. Dari fungsi kognitif didapatkan daya konsentrasi terganggu. Pasien kadang menjawab sesuai dengan pertanyaan pemeriksa, kadang tidak relevan terhadap pertanyaan pemeriksa.
Diskusi
Perjalanan gangguan jiwa pada pasien ini dapat dilihat pada Longitudinal History berikut :
Aktif
prodormal 1994
2000
Oktober 2009
Diskusi
Stresor psikososial yang diduga turut berpengaruh terhadap kejiwaan pasien adalah faktor sosial dan lingkungan lain, dimana pada saat autoanamnesis pasien sempat mengatakan keinginannya untuk menikah namun tidak ada yang mau karena pasien tidak bekerja. Pasien memiliki ciri kepribadian histerionik dimana dari anamnesis diketahui bahwa pasien dikenal sebagai playboy dan memiliki banyak teman wanita. Pasien tergolong orang yang selalu menjaga penampilannya. Pasien juga dikenal sebagai orang yang royal dan suka memanjakan orang lain terutama pacarnya.
Diskusi
Diagnosis banding pada kasus ini adalah sindrom pasca ensefalitis (F07.1) dimana sindrom ini mencakup perubahan perilaku sisa (residual) setelah kesembuhan dari suatu encephalitis virus atau bacterial. Menurut keluarga pasien diketahui bahwa pada pasien pernah menderita penyakit kuning pada tahun 1994. Menurut adik pasien perubahan perilaku pasien terjadi setelah pasien menderita sakit kuning. Namun tidak diketahui pasti jenis penyakit kuning pasien pada waktu itu sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan diagnosis ini. Selain itu tidak ada data rekam medis yang mampu dijadikan dasar bahwa pasien memang pernah menderita penyakit kuning. Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan pada hepar.
Diskusi
Diketahui bahwa pada orang dengan infeksi virus hepatitis C dapat terjadi gangguan fungsi kognitif. Pada hepatitis kronis lobuler dimana salah satu etiologi penyebabnya adalah hepatitis C dapat berlangsung bertahuntahun, akhirnya sembuh tanpa terjadi sirosis ataupun hepatitis kronis aktif. Diagnosis hepatitis kronis C ditegakkan atas dasar: 1). SGPT/Alt yang meningkat; 2). Ditemukannya anti HCV (IgM atau total) dan HCV RNA dalam darah Pada sindroma pasca ensefalitis gejalanya tidak khas tergantung dari satu orang ke orang lain, dari satu penyebab infeksi ke penyebab infeksi yang lain, dan yang pasti berkaitan dengan usia pasien pada saat kena infeksi
Diskusi
Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad malam, karena dilihat dari diagnosis penyakit, perjalanan penyakit, ciri kepribadian, stressor psikososial, usia saat menderita, perkawinan, ekonomi, pengobatan psikiatri dan ketaatan berobat yang buruk.
Diskusi
Psikofarmaka yang telah diberikan adalah Clozapine sebagai obat antipsikotik yang digunakan untuk menekan sindrom psikosis yang terjadi pada pasien. Dopamine D2 receptor antagonist serotonin-dopamine antagonist efektif untuk gejala negatif Trifluoperazine digunakan untuk memperbaiki sosialisasi pada pasien. Selain itu Trifluoperazine juga bisa digunakan untuk memperbaiki isi pikiran Apabila terjadi sindrom Parkinson THP 3x2 mg per oral setiap hari atau sulfas atrofin 0,5-0,75 mg IM.
Diskusi
Pada pasien dengan keluhan tidak mau minum obat dapat disarankan untuk menggunakan antipsikotik long acting. Flupenazine decanoat seperti injeksi Modecat (25 mg/amp) setiap 3-6 minggu Haloperidol 1 ampul (50 mg) setiap 3-6 minggu Psikoterapi, rehabilitasi, terapi religius dan perilaku juga perlu diberikan pada pasien ini. Perlu pemeriksaan psikologi terlebih dahulu untuk memilih metode yang cocok dengan minat dan bakat pasien.Semua terapi diatas sangat menunjang kesembuhan pasien. Sedangkan pemeriksaan laboratorium darah dimaksudkan untuk mengetahui fungsi hepar dan ginjal karena efek samping dari terapi psikofarmaka adalah hepatotoksik dan nefrotoksik (5).