Sejak + 2 minggu terakhir pasien sering marah-marah tanpa sebab yang jelas terhadap keluarga dan tetangga
sekitarnya. Pasien mengaku marah-marah karen ia merasa stress telat wisuda dan banyak tekanan dari orang
sekitarnya untuk segera menyelesaikan studinya serta pasien baru putus dari pacarnya 3 bulan yang lalu.
Pasien selalu marah dan memukul orang-orang disekitarnya jika ada yang tidak sesuai dengan keinginanya.
Pasien juga mudah tersinggung. Pasien sempat memukul ibunya karena coba memegangnya pada saat
mengamuk. Pasien juga selalu membongkar barang-barang di rumahnya yang mana barang tersebut sudah dia
rapikan pada awalnya. Pasien juga biasanya suka berdandan dan berganti-ganti baju, sehingga hampir 4-5 helai
baju tiap hari. Pasien jarang tidur dan biasanya tidur sekitar 2-3 jam saja kemudian bangun dan sudah tidak
tidur lagi sampai pagi.
Menurut ibu pasien, perubahan tingkah laku ini dimulai pada 3 bulan terakhir, setelah pasien diputuskan oleh
pacarnya. Sejak saat itu, pasien mulai gelisah dan kadang-kadang lebih sering menyendiri dan bicara melantur.
Nafsu makan pasien juga kurang dan sering merasa bersalah hingga menangis sendiri walaupun tidak tahu apa
penyebabnya. Kadang juga pasien teramat sedih dan melamun memikirkan nasibnya dan pernah bilang lebih
baik mati saja.
Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang perempuan terlihat sesuai usianya, penampilan terkesan rapi, kulit kuning langsat, rambut terpotong
pendek berwarna hitam, kuku pendek dan kebersihan diri cukup baik.
2. Kesadaran
Kompos mentis, kualitas berubah
4. Pembicaraan
Kuantitas berbicara pasien dapat menjawab pertanyaan dan dapat mengungkapkan isi hatinya dengan cukup
jelas. Kualitas berbicara pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik ketika ditanya dan menjawab
pertanyaan tidak terlalu spontan. Pasien sering bercerita dengan spontan mengenai keadaan dirinya saat ini.
Intonasi berbicara pasien cukup jelas. Pembicaraan dapat dimengerti. Tidak ada hendaya dalam berbahasa.
• Isi pikiran
Waham (-)
• Fungsi Intelektual
1. Orientasi
Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu wawancara dilakukan yaitu pagi hari.
Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada poli di RSKJ Soeprapto Bengkulu.
Orang : Baik, pasien mengetahui nama ibu dan saudara – saudaranya. Selain itu pasien juga
mengetahui dirinya diwawancarai oleh siapa.
Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi dan wawancara
• 2. Daya ingat
• Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat beberapa nama teman pasien pada saat di Sekolah Dasar.
• Daya ingat jangka menengah
Baik, pasien dapat mengingat kejadian seminggu yang lalu.
• Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat secara tepat apa aktivitas yang dilakukannya kemarin pagi.
• Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa.
• Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak ada hendaya dalam daya ingat pada pasien.
• 3. Daya konsentrasi
Pasien dapat berkonsentrasi dengan baik. Pasien dapat menghitung denganbenar (312 x 12 dan 630 : 15)
•
4. Kemampuan membaca dan menulis
Baik, pasien dapat menulis beberapa kalimat sederhana
•
5. Visuospasial
Baik, pasien dapat meniru gambar yang berhimpitan satu sudut, seperti segitiga dan lingkaran.
•
6. Intelegensi dan daya informasi
Baik, pasien dapat menjawab dengan benar pertanyaan berikut ’jika menemukan dompet yang berisi uang, apa
yang anda lakukan?
•
7. Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat menjelaskan persamaan buah jeruk dan buah apel.
•
8. Bakat kreatif
Pasien memiliki bakat menjadi seorang model
•
9. Kemampuan menolong diri sendiri
Pasien dapat mandi dan makan sendiri tanpa arahan
• 1. Aksis I : F31.1
2. Aksis II : Kepribadian narsistik
3. Aksis III : Gastritis
4. Aksis IV : Masalah pendidikan dan keluarga
5. Aksis V : GAF 60-51
• IKHTISAR PENEMUAN
2. Autoanamnesis
Pasien datang dijemput oleh tim RSJ Bangli. Penampilan pasien tidak
wajar, rambut acak-acakan, memakai kaos dan celana pendek yang
kotor, tangan dan kaki kotor, kontak dengan pemeriksa kurang. Ketika
ditanyakan nama, pasien hanya diam saja sambil melihat tempat
tidur, dan tangannya memainkan seprai. Ketika ditanyakan yang lain,
pasien tetap diam. Wawancara dihentikan karena pasien tidak
kooperatif.
• Pasien dikeluhkan suka berdiam diri, jarang bicara dan sering tertawa sendiri. Pasien mulai
mengidap kelainan tersebut sejak kelas 3 SD (45 tahun yang lalu). Pasien belum pernah berobat
ke RS (hanya berobat ke Balian), karena ibu pasien tidak tega. Empat hari yang lalu, ibu pasien
meninggal sehingga keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke RSJ Bangli karena
khawatir pasien tidak ada yang merawat dan ingin pasien segera sembuh. Pasien dikatakan
sering ngumik-ngumik dan tertawa sendiri, tetapi jarang berbicara dengan orang yang tidak
dikenalnya secara dekat.
• Bicara pasien tidak nyambung. Dikatakan pasien ketakutan jika melihat ada orang asing, apalagi
jika ada keramaian, pasien hanya berdiam diri di kamar. Pasien dikatakan pernah bersekolah
hingga kelas 3 SD. Ketika di sekolah, pasien sering dimarahi oleh gurunya karena tidak mau maju
ke depan kelas. Pasien dikatakan sangat pemalu, keluarga tidak tahu apakah pasien pernah
melihat atau mendengar hal-hal yang tidak didengar atau dilihat orang lain.
• Makan dan minum pasien biasa, tetapi pasien hanya mau mengambil makanannya sendiri kalau
tidak ada orang di rumahnya. Pasien dikatakan bisa mandi sendiri tetapi jarang. Terakhir pasien
mandi adalah 1 bulan yang lalu. Dikatakan di keluarga pasien tidak pernah ada yang menderita
kelainan seperti ini. Dikatakan pasien pernah mengalami trauma psikis waktu kejadian G30S/PKI
tahun 1965. Waktu itu pasien disuruh sembunyi di dalam rumah sehingga pasien tidak berani
keluar.
• 1. Kesan Umum : Penampilan tidak wajar, roman muka sesuai
umur, kontak dengan pemeriksa kurang.
2. Kesadaran : Jernih
3. Mood/Afek : Belum dapat dievaluasi
4. Proses Pikir
a. Bentuk pikir : belum dapat dievaluasi
b. Arus pikir : mutisme
c. Isi pikir : belum dapat dievaluasi
5. Persepsi : belum dapat dievaluasi
6. Dorongan Instingtual : insomnia ada, hipobulia ada, riwayat raptus
ada
7. Psikomotor : meningkat saat pemeriksaan
• 7. Diagnosis Multiaksial
Pada tanggal 2 November 2006, pasien berada di kamar kelas 1 ruang IRD Bratasena dalam
posisi tidur memejamkan mata, menyamping mengarah ke tembok dengan kedua lutut
ditekuk, dan menekuk lengan kirinya ke atas menutupi matanya. Penampilan pasien tidak
wajar, rambut acak-acakan, memakai kaos dan celana pendek. Ketika ditanyakan nama, pasien
hanya diam saja. Saat dipanggil namanya pasien hanya melihat sebentar dengan wajah tanpa
ekspresi dan kemudian kembali memejamkan mata dan menutupinya dengan lengan kiri. Saat
pemeriksa berusaha berkomunikasi dengan pasien dengan menanyakan apakah ia sudah
makan atau belum, pasien diam saja (tetap dalam sikap tubuh semula). Ia juga hanya diam
saja saat ditanya bagaimana perasaannya. Wawancara dihentikan karena pasien dinilai tidak
kooperatif (tidak menjawab dan hanya diam tanpa ada perubahan posisi tubuh).
• Pada tanggal 3 November 2006, pasien dalam keadaan tidur dengan posisi miring menghadap tembok,
kedua lutut ditekuk dan kedua tangan disatukan di dada. Ketika pemeriksa mencoba memisahkan kedua
tangan pasien, pasien menolak dengan tetap berusaha mempertahankan posisi tangannya. Saat pasien
diminta untuk makan, pasien hanya diam saja. Pasien kemudian dipaksa duduk di tempat tidurnya, dan
pasien menurut. Untuk makan pasien harus sedikit dipaksa membuka mulut oleh pemeriksa dan
makanan sedikit didorongkan. Saat makan posisi pasien agak membelakangi pemeriksa dan menghadap
ke tembok. Pasien mau disuruh memegang gelas aqua dan ketika dibiarkan, pasien tidak melepasnya dan
terus menghisap melalui pipet sambil kadang-kadang ditiup. Gelas tersebut baru diturunkan setelah
dibantu oleh pemeriksa. Setelah selesai makan pasien kemudian tidur lagi dalam posisi yang sama
seperti sebelumnya.
•
Pada tanggal 4 November 2006, pasien dalam posisi tidur dengan posisi miring dan kedua lutut ditekuk.
Saat dipanggil namanya pasien hanya melihat pemeriksa sebentar dan kemudian berpaling dan menutup
matanya. Saat dipegang tangannya, pasien menarik tangannya dan kemudian meletakkan lipatan lengan
kirinya menutupi wajahnya. Pemeriksa kemudian memegang pasien sambil menyuruhnya duduk dan
pasien mau duduk tapi dalam posisi duduk bersila menghadap ke tembok dengan kedua tangan
disatukan dan ditaruh diatas paha. Pasien hanya sesekali mau menatap pemeriksa, pasien memalingkan
mukanya ke arah yang berlawanan saat akan disuapi makan maupun diberi minum. Pasien kemudian
tidur lagi dengan posisi lipatan lengan kiri melintang menutupi wajahnya dengan kedua lutut ditekuk dan
tidak mau membuka mata dan melihat pemeriksa saat dipanggil namanya dan digoyangkan badannya.
Saat pemeriksa berusaha meluruskan lututnya pasien tetap mempertahankan posisinya.
• Pada tanggal 5 sampai 7 November 2006, pasien tertidur dengan posisi
miring dan kedua lutut ditekuk dan menghadap ke tembok di sebelah
kanannya. Posisi lipatan lengan kiri pasien menutupi wajahnya.
Pemeriksa kemudian mencoba membangunkan pasien dengan
menggoyang tangannya sambil memanggil namanya dan pasien mau
melihat pemeriksa sebentar tapi kemudian ia tidur lagi dalam posisi
semula. Pemeriksa kemudian berusaha membangunkan lagi dengan
memanggil namanya dan menggoyang-goyang tangan dan kaki pasien
tapi pasien tetap tidak mau membuka mata dan melihat pemeriksa lagi
bahkan saat disuruh duduk dengan sedikit dibantu pemeriksa, pasien
menolak dan tetap bertahan dalam posisinya semula.
DEPRESI
• Seorang wanita, Ny. M, 24 tahun diantar oleh ibunya datang ke Poliklinik Jiwa dengan keluhan
Ibu pasien merasa ada perubahan yang terjadi pada anaknya. Ibu pasien menyadari perubahan
pada anaknya sejak 2 tahun yang lalu, sejak anaknya bekerja di modiste yang diikutinya.
Anaknya menjadi jauh lebih pendiam, kadang-kadang menangis sendiri, atau kadang-kadang
diam saja. Pasien mengatakan dengan yakin bahwa perasaan bersalah itu selalu ada di dalam
dirinya, pasien juga tidak mengerti mengapa rasa bersalah itu ada dan terus-terusan membuat
pasien sedih dan merasa berdosa, sehingga pasien terus-terusan diam dan merenung. Pasien
sempat merasa konsentrasi dan perhatiannya berkurang terhadap sesuatu, Pasien juga sempat
merasa tidurnya terganggu, kadang menjadi tidak nyenyak dan sering terbangun.
• Pemeriksaan tanda-tanda vital sign dalam batas normal : Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi :
88x/menit, Laju Respirasi : 22x/menit, Suhu : 36,5. Pemeriksaan fisik didapatkan semua dalam
batas normal :
• Status Psikiatri :
• Wanita berumur 24 tahun, tampak berpakaian wajar dan sesuai dengan usianya dan jenis kelaminnya, pasien tampak
murung, sedih, dan tatapannya kosong.
• Status Psikiatri
• Kesadaran : Compos mentis
• Orientasi : Orang, Waktu, Tempat, Situasi : Baik
• Sikap : Apatis Hipoaktif
• Perilaku motorik : Cara berjalan normal, normo aktivitas
• Penampilan/rawat diri : Cukup, Sesuai umur, sesuai gender
• Mood : Depresif/disforik
• Afek : Terbatas atau menyempit
• Bentuk pikiran : Non realistic
• Progresi piker
• Kuantitatif : Remming
• Kualitatif : Relevan dan koheren
• Isi Pikir : Miskin Isi Pikir
• Waham : Waham bersalah, waham berdosa
• Hubungan Jiwa : Sulit dibina
• Perhatian : Mudah ditarik, sulit dicantum
• Persepsi : Halusinasi (-)
• Insight : Derajat 1
• Diagnosis :
• AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
• F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
• AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)
• Tidak ada
• AKSIS III (Kondisi Medik Umum)
• Tidak ada
• AKSIS IV (Stressor Psikososial)
• Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
• AKSIS V (Fungsi Sosial)
• 50-41 : gejala berat (serius), disabilitas berat
SKIZOFRENIA
HEBEFRENIK
• Keluhan Utama
Dibawa oleh keluarga dengan keluhan pasien menjadi lebih sering marah, semakin sering melempar batu dan
sampah ke tengah jalan sejak 1 minggu sebelum dibawa ke rumah sakit.
Diagnosis Banding
◦ F32 Episode depresif
SKIZOFRENIA
• Keluhan Utama
Sering mendengar suara – suara, merasa ketakutan dan cemas sejak 1 minggu sebelum dibawa ke rumah sakit