Anda di halaman 1dari 35

BIPOLAR EPISODE MANIK

• Pasien sulit tidur dan sering marah-marah.

• Riwayat Penyakit Sekarang 

Sejak + 2 minggu terakhir pasien sering marah-marah tanpa sebab yang jelas terhadap keluarga dan tetangga
sekitarnya. Pasien mengaku marah-marah karen ia merasa stress telat wisuda dan banyak tekanan dari orang
sekitarnya untuk segera menyelesaikan studinya serta pasien baru putus dari pacarnya 3 bulan yang lalu.
Pasien selalu marah dan memukul orang-orang disekitarnya jika ada yang tidak sesuai dengan keinginanya.
Pasien juga mudah tersinggung. Pasien sempat memukul ibunya karena coba memegangnya pada saat
mengamuk. Pasien juga selalu membongkar barang-barang di rumahnya yang mana barang tersebut sudah dia
rapikan pada awalnya. Pasien juga biasanya suka berdandan dan berganti-ganti baju, sehingga hampir 4-5 helai
baju tiap hari. Pasien jarang tidur dan biasanya tidur sekitar 2-3 jam saja kemudian bangun dan sudah tidak
tidur lagi sampai pagi.

Menurut ibu pasien, perubahan tingkah laku ini dimulai pada 3 bulan terakhir, setelah pasien diputuskan oleh
pacarnya. Sejak saat itu, pasien mulai gelisah dan kadang-kadang lebih sering menyendiri dan bicara melantur.
Nafsu makan pasien juga kurang dan sering merasa bersalah hingga menangis sendiri walaupun tidak tahu apa
penyebabnya. Kadang juga pasien teramat sedih dan melamun memikirkan nasibnya dan pernah bilang lebih
baik mati saja. 
Deskripsi Umum

1. Penampilan 
Seorang perempuan terlihat sesuai usianya, penampilan terkesan rapi, kulit kuning langsat, rambut terpotong
pendek berwarna hitam, kuku pendek dan kebersihan diri cukup baik.

2. Kesadaran
Kompos mentis, kualitas berubah

3. Perilaku dan aktivitas motoric


Selama wawancara pasien duduk tenang, tidak ada gerakan involunter. Kontak mata dengan pemeriksa cukup.

4. Pembicaraan 
Kuantitas berbicara pasien dapat menjawab pertanyaan dan dapat mengungkapkan isi hatinya dengan cukup
jelas. Kualitas berbicara pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik ketika ditanya dan menjawab
pertanyaan tidak terlalu spontan. Pasien sering bercerita dengan spontan mengenai keadaan dirinya saat ini.
Intonasi berbicara pasien cukup jelas. Pembicaraan dapat dimengerti. Tidak ada hendaya dalam berbahasa.

5. Sikap terhadap pemeriksa


Pasien kooperatif, kontak mata adekuat. Pasien selalu menjawab pertanyaan dengan melihat kearah pemeriksa.
Pasien dapat menjawab pertanyaan dengan cukup baik.
• Mood dan Afek Emosi • Pikiran 
1. Mood : Elevated mood Proses berpikir
2. Afek : Luas • Produktivitas : meningkat, pasien
3. Keserasian : Serasi  dapat menjawab spontan 
 bila diajukan pertanyaan
• Gangguan Persepsi  • Kontuinitas : Flight of idea
1. Halusinasi : Tidak ada • Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada 
3. Depersonalisasi : Tidak ada • Isi pikiran 
4. Derealisasi : Tidak ada Waham  (-)
• Pikiran 
Proses berpikir
• Produktivitas : meningkat, pasien dapat menjawab
spontan 
 bila diajukan pertanyaan
• Kontuinitas : Flight of idea
• Hendaya berbahasa : tidak ada

• Isi pikiran 
Waham  (-)
• Fungsi Intelektual
1. Orientasi
Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu wawancara dilakukan yaitu pagi hari. 
Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada poli di RSKJ Soeprapto Bengkulu.
Orang : Baik, pasien mengetahui nama ibu dan  saudara – saudaranya. Selain itu pasien juga
mengetahui dirinya diwawancarai oleh siapa.
Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi dan  wawancara

• 2. Daya ingat
• Daya ingat jangka panjang 
Baik, pasien masih dapat mengingat beberapa nama teman pasien pada saat di Sekolah Dasar.
• Daya ingat jangka menengah
Baik, pasien dapat mengingat kejadian seminggu yang lalu.
• Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat secara tepat apa aktivitas yang dilakukannya kemarin pagi.
• Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa.
• Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak ada hendaya dalam daya ingat pada pasien.
• 3. Daya konsentrasi
Pasien dapat berkonsentrasi dengan baik. Pasien dapat menghitung denganbenar (312 x 12 dan 630 : 15)

4. Kemampuan membaca dan menulis
Baik, pasien dapat menulis beberapa kalimat sederhana

5. Visuospasial
Baik, pasien dapat meniru gambar yang berhimpitan satu sudut, seperti segitiga dan lingkaran.

6. Intelegensi dan daya informasi
Baik, pasien dapat menjawab dengan benar pertanyaan berikut ’jika menemukan dompet yang berisi uang, apa
yang anda lakukan?

7. Pikiran abstrak 
Baik, pasien dapat menjelaskan persamaan buah jeruk dan buah apel.

8. Bakat kreatif 
Pasien memiliki bakat menjadi seorang model

9. Kemampuan menolong diri sendiri
Pasien dapat mandi dan makan sendiri tanpa arahan
• 1. Aksis I : F31.1 
2. Aksis II : Kepribadian narsistik
3. Aksis III : Gastritis
4. Aksis IV : Masalah pendidikan dan keluarga
5. Aksis V : GAF 60-51 
•  IKHTISAR PENEMUAN

Nn. P , Perempuan 24 tahun, islam, saat ini tidak bekerja, pendidikan


terakhir SMA, belum menikah, berobat ke poli tanggal 10 Desember 2015.
Pasien terlihat sesuai dengan usia, cara berpakaian dan perawatan diri
terkesan baik. Menurut keluarga, pasien mulai gelisah dan kadang-kadang
lebih sering menyendiri dan bicara melantur sejak 3 bulan SMRS. Sekitar 2
minggu terakhir, pasien selalu marah dan memukul orang-orang disekitarnya
jika ada yang tidak sesuai dengan keinginanya. Pasien juga mudah
tersinggung. Pasien juga selalu membongkar barang-barang di rumahnya.
Pasien juga biasanya suka berdandan dan berganti-ganti baju, sehingga
hampir 4-5 helai baju tiap hari. Pasien jarang tidur dan biasanya tidur pada
waktu malam sekitar 2-3 jam saja kemudian bangun dan sudah tidak tidur
lagi sampai pagi. Makan dan minum pasien tidak mengalami gangguan.
SKIZOFRENIA PARANOID
• 1. Keluhan Utama : Pasien berdiam diri dan tidak bicara

2. Autoanamnesis

Pasien datang dijemput oleh tim RSJ Bangli. Penampilan pasien tidak
wajar, rambut acak-acakan, memakai kaos dan celana pendek yang
kotor, tangan dan kaki kotor, kontak dengan pemeriksa kurang. Ketika
ditanyakan nama, pasien hanya diam saja sambil melihat tempat
tidur, dan tangannya memainkan seprai. Ketika ditanyakan yang lain,
pasien tetap diam. Wawancara dihentikan karena pasien tidak
kooperatif.
• Pasien dikeluhkan suka berdiam diri, jarang bicara dan sering tertawa sendiri. Pasien mulai
mengidap kelainan tersebut sejak kelas 3 SD (45 tahun yang lalu). Pasien belum pernah berobat
ke RS (hanya berobat ke Balian), karena ibu pasien tidak tega. Empat hari yang lalu, ibu pasien
meninggal sehingga keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke RSJ Bangli karena
khawatir pasien tidak ada yang merawat dan ingin pasien segera sembuh. Pasien dikatakan
sering ngumik-ngumik dan tertawa sendiri, tetapi jarang berbicara dengan orang yang tidak
dikenalnya secara dekat.
• Bicara pasien tidak nyambung. Dikatakan pasien ketakutan jika melihat ada orang asing, apalagi
jika ada keramaian, pasien hanya berdiam diri di kamar. Pasien dikatakan pernah bersekolah
hingga kelas 3 SD. Ketika di sekolah, pasien sering dimarahi oleh gurunya karena tidak mau maju
ke depan kelas. Pasien dikatakan sangat pemalu, keluarga tidak tahu apakah pasien pernah
melihat atau mendengar hal-hal yang tidak didengar atau dilihat orang lain.
• Makan dan minum pasien biasa, tetapi pasien hanya mau mengambil makanannya sendiri kalau
tidak ada orang di rumahnya. Pasien dikatakan bisa mandi sendiri tetapi jarang. Terakhir pasien
mandi adalah 1 bulan yang lalu. Dikatakan di keluarga pasien tidak pernah ada yang menderita
kelainan seperti ini. Dikatakan pasien pernah mengalami trauma psikis waktu kejadian G30S/PKI
tahun 1965. Waktu itu pasien disuruh sembunyi di dalam rumah sehingga pasien tidak berani
keluar.
• 1. Kesan Umum : Penampilan tidak wajar, roman muka sesuai 
umur, kontak dengan pemeriksa kurang.
2. Kesadaran : Jernih
3. Mood/Afek : Belum dapat dievaluasi
4. Proses Pikir 
a. Bentuk pikir : belum dapat dievaluasi
b. Arus pikir : mutisme
c. Isi pikir : belum dapat dievaluasi 
5. Persepsi : belum dapat dievaluasi 
6. Dorongan Instingtual : insomnia ada, hipobulia ada, riwayat raptus
ada
7. Psikomotor : meningkat saat pemeriksaan
• 7. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : Skizofrenia paranoid (F 20.0)


Aksis II : Ciri kepribadian tertutup
Aksis III : Tidak ada diagnosa
Aksis IV : masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF 30-21 
SKIZOFRENIA KATATONIK
• 1. Keluhan Utama: Pasien berdiam diri dan tidak bicara

2. Autoanamnesis ( 2 - 7 November 2006 ) 

Pada tanggal 2 November 2006, pasien berada di kamar kelas 1 ruang IRD Bratasena dalam
posisi tidur memejamkan mata, menyamping mengarah ke tembok dengan kedua lutut
ditekuk, dan menekuk lengan kirinya ke atas menutupi matanya. Penampilan pasien tidak
wajar, rambut acak-acakan, memakai kaos dan celana pendek. Ketika ditanyakan nama, pasien
hanya diam saja. Saat dipanggil namanya pasien hanya melihat sebentar dengan wajah tanpa
ekspresi dan kemudian kembali memejamkan mata dan menutupinya dengan lengan kiri. Saat
pemeriksa berusaha berkomunikasi dengan pasien dengan menanyakan apakah ia sudah
makan atau belum, pasien diam saja (tetap dalam sikap tubuh semula). Ia juga hanya diam
saja saat ditanya bagaimana perasaannya. Wawancara dihentikan karena pasien dinilai tidak
kooperatif (tidak menjawab dan hanya diam tanpa ada perubahan posisi tubuh).
• Pada tanggal 3 November 2006, pasien dalam keadaan tidur dengan posisi miring menghadap tembok,
kedua lutut ditekuk dan kedua tangan disatukan di dada. Ketika pemeriksa mencoba memisahkan kedua
tangan pasien, pasien menolak dengan tetap berusaha mempertahankan posisi tangannya. Saat pasien
diminta untuk makan, pasien hanya diam saja. Pasien kemudian dipaksa duduk di tempat tidurnya, dan
pasien menurut. Untuk makan pasien harus sedikit dipaksa membuka mulut oleh pemeriksa dan
makanan sedikit didorongkan. Saat makan posisi pasien agak membelakangi pemeriksa dan menghadap
ke tembok. Pasien mau disuruh memegang gelas aqua dan ketika dibiarkan, pasien tidak melepasnya dan
terus menghisap melalui pipet sambil kadang-kadang ditiup. Gelas tersebut baru diturunkan setelah
dibantu oleh pemeriksa. Setelah selesai makan pasien kemudian tidur lagi dalam posisi yang sama
seperti sebelumnya. 

Pada tanggal 4 November 2006, pasien dalam posisi tidur dengan posisi miring dan kedua lutut ditekuk.
Saat dipanggil namanya pasien hanya melihat pemeriksa sebentar dan kemudian berpaling dan menutup
matanya. Saat dipegang tangannya, pasien menarik tangannya dan kemudian meletakkan lipatan lengan
kirinya menutupi wajahnya. Pemeriksa kemudian memegang pasien sambil menyuruhnya duduk dan
pasien mau duduk tapi dalam posisi duduk bersila menghadap ke tembok dengan kedua tangan
disatukan dan ditaruh diatas paha. Pasien hanya sesekali mau menatap pemeriksa, pasien memalingkan
mukanya ke arah yang berlawanan saat akan disuapi makan maupun diberi minum. Pasien kemudian
tidur lagi dengan posisi lipatan lengan kiri melintang menutupi wajahnya dengan kedua lutut ditekuk dan
tidak mau membuka mata dan melihat pemeriksa saat dipanggil namanya dan digoyangkan badannya.
Saat pemeriksa berusaha meluruskan lututnya pasien tetap mempertahankan posisinya.
• Pada tanggal 5 sampai 7 November 2006, pasien tertidur dengan posisi
miring dan kedua lutut ditekuk dan menghadap ke tembok di sebelah
kanannya. Posisi lipatan lengan kiri pasien menutupi wajahnya.
Pemeriksa kemudian mencoba membangunkan pasien dengan
menggoyang tangannya sambil memanggil namanya dan pasien mau
melihat pemeriksa sebentar tapi kemudian ia tidur lagi dalam posisi
semula. Pemeriksa kemudian berusaha membangunkan lagi dengan
memanggil namanya dan menggoyang-goyang tangan dan kaki pasien
tapi pasien tetap tidak mau membuka mata dan melihat pemeriksa lagi
bahkan saat disuruh duduk dengan sedikit dibantu pemeriksa, pasien
menolak dan tetap bertahan dalam posisinya semula.
DEPRESI
• Seorang wanita, Ny. M, 24 tahun diantar oleh ibunya datang ke Poliklinik Jiwa dengan keluhan
Ibu pasien merasa ada perubahan yang terjadi pada anaknya. Ibu pasien menyadari perubahan
pada anaknya sejak 2 tahun yang lalu, sejak anaknya bekerja di modiste yang diikutinya.
Anaknya menjadi jauh lebih pendiam, kadang-kadang menangis sendiri, atau kadang-kadang
diam saja. Pasien mengatakan dengan yakin bahwa perasaan bersalah itu selalu ada di dalam
dirinya, pasien juga tidak mengerti mengapa rasa bersalah itu ada dan terus-terusan membuat
pasien sedih dan merasa berdosa, sehingga pasien terus-terusan diam dan merenung. Pasien
sempat merasa konsentrasi dan perhatiannya berkurang terhadap sesuatu, Pasien juga sempat
merasa tidurnya terganggu, kadang menjadi tidak nyenyak dan sering terbangun.

• Pemeriksaan tanda-tanda vital sign dalam batas normal : Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi :
88x/menit, Laju Respirasi : 22x/menit, Suhu : 36,5. Pemeriksaan fisik didapatkan semua dalam
batas normal :
• Status Psikiatri :
• Wanita berumur 24 tahun, tampak berpakaian wajar dan sesuai dengan usianya dan jenis kelaminnya, pasien tampak
murung, sedih, dan tatapannya kosong.
• Status Psikiatri
• Kesadaran                      : Compos mentis
• Orientasi                         : Orang, Waktu, Tempat, Situasi : Baik
• Sikap                               : Apatis Hipoaktif
• Perilaku motorik             : Cara berjalan normal, normo aktivitas
• Penampilan/rawat diri     : Cukup, Sesuai umur, sesuai gender
• Mood                              : Depresif/disforik
• Afek                               : Terbatas atau menyempit
• Bentuk pikiran                : Non realistic
• Progresi piker
• Kuantitatif                      : Remming
• Kualitatif                        : Relevan dan koheren
• Isi Pikir                           : Miskin Isi Pikir
• Waham                           : Waham bersalah, waham berdosa
• Hubungan Jiwa              : Sulit dibina
• Perhatian                        : Mudah ditarik, sulit dicantum
• Persepsi                          : Halusinasi (-)
• Insight                            : Derajat 1
• Diagnosis : 
• AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
• F32.3 Episode Depresif  Berat dengan Gejala Psikotik
• AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)
• Tidak ada
• AKSIS III (Kondisi Medik Umum)
• Tidak ada
• AKSIS IV (Stressor Psikososial)
• Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
• AKSIS V (Fungsi Sosial)
• 50-41 : gejala berat (serius), disabilitas berat
SKIZOFRENIA
HEBEFRENIK
• Keluhan Utama 
Dibawa oleh keluarga dengan keluhan pasien menjadi lebih sering marah, semakin sering melempar batu dan
sampah ke tengah jalan sejak 1 minggu sebelum dibawa ke rumah sakit. 

Riwayat Penyakit Sekarang 


Menurut keluarga, pasien sudah mengalami kelainan perilaku semenjak tamat SMA, saat pasien berusia 18
tahun. Berawal saat pasien menyukai tetangga sebelah rumah yang menurutnya merupakan sosok pria yang
sempurna. Pasien hanya melihat pria tersebut dari balik jendela dan tidak pernah mengobrol dengan pria
tersebut. Namun, pasien yakin bahwa pria tersebut juga menyukai dirinya. Pria tersebut akhirnya pindah rumah
dan pasien tidak pernah melihatnya lagi. Semenjak itu, pasien lebih sering menyendiri, diam dan menatap ke
jendela dengan ekspresi kosong. Sesekali pasien terlihat berbicara dan tertawa sendiri. Keadaan ini semakin
terlihat beberapa bulan kemudian, setelah pasien bekerja honor di puskesmas, namun tidak pernah diangkat
menjadi pegawai tetap. Pasien memutuskan berhenti bekerja dengan alasan pekerjaan honor merupakan suatu
pekerjaan yang tidak pasti masa depannya. Pasien sempat tidak mau makan dan susah tidur saat itu, pasien
mengakatakan dirinya kecewa karena dirinya yang merupakan juara sekolah tapi tidak bisa mendapatkan
pekerjaan, sedangkan teman-temannya yang biasa saja sudah mendapatkan pekerjaan tetap. Sejak saat itu,
pasien sangat membenci orang-orang dengan pekerjaan tertentu, yang menurut pasien rendah seperti:
pengamen, tukang sapu, pengemis dan pemulung. Menurut keluarga, terkadang pasien suka hormat ke arah
pantai saat mereka mengajak pasien berjalan-jalan ke pantai. Menurut pasien, hormat ke pantai merupakan
bagian tugas dan pekerjaannya. Keluhan-keluhan di atas telah terjadi bertahun-tahun, namun pasien tidak
dibawa berobat, karena keluarga tidak menganggap itu keluhan yang serius dan butuh penanganan sampai
pasien sering marah dan membuang batu ke tengah jalan 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sejak 1 minggu
sebelum dibawa ke rumah sakit, pasien menjadi lebih sering marah, semakin sering melempar batu dan sampah
ke tengah jalan. Keluhan ini terjadi disebabkan ibu pasien meninggal dunia sejak 1 minggu tersebut.
• Pemeriksaan Status Mental
a. Deskripsi Umum : 
1. Penampilan : seorang perempuan, berusia 39 tahun, berperawakan mungil, kulit sawo
matang, berpakain  bersih dan rapi. Warna kaos biru dan celana pendek coklat muda. Rambut
pasien pendek.Pasien berpenampilan sesuai usianya.kondisi fisik terlihat sehat. 
2. Kesadaran kuantitas: kompos mentis
3. Kesadaran kualitas: baik
4. Tingkah laku dan psikomotor: terbatas, pasien hanya duduk dengan satu posisi saja
menunduk , kemudian pergi ke warung karena merasa sudah cukup untuk diwawancarai. 
5. Pembicaraan: terbatas
6. Perilaku terhadap pemeriksa: tertutup, kurang kontak mata dengan pemeriksa. Pasien tidak
menjawab semua pertanyaan pemeriksa 
b. Mood dan afek: mood eutimia, afek menyempit, serasi dengan isi pembicaraan pasien.
Pasien mengatakan tidak merasakan perasaan yang berarti saat ini.
c. Bentuk pikir: realitas
d. Proses pikir: koheren
e. Isi pikir : waham sulit dinilai, cruiga ke arah waham kebesaran dan erotomania, preokupasi
sulit untuk dinilai
f. Persepsi: gangguan somatik disangkal , halusinasi dan ilusi disangkal. Depersonalisasi dan
derealisasi disangkal
• 1. Orientasi terhadap tempat, orang, dan waktu:  baik, pasien mampu
menyebutkan berada di ruang tengah rumahnya di daerah Pepabri. Waktu
wawancara siang hari dengan dokter muda dan kakak kandungnya.
2. Daya ingat :
Jangka panjang: baik, pasien mampu menyebutkan tanggal lahir dirinya dan kakak
kandungnya.
Menengah: baik, pasien mampu mengenali gubernur Provinsi Bengkulu dan
presiden Republik Indonesia
Pendek: baik, pasien mampu menyebutkan makanan yang ia makan pagi tadi
Segera:  baik, pasien mampui mengingat angka “173”.
3. Konsentrasi dan atensi: baik 
4. Kemampuan baca tulis: baik
5. Kemampuan visuospatial: bai
6. Berpikir abstrak: sulit dinilai, pasien menghindar dan tidak mau ditanya
7. Berpikir abstrak: sulit dinilai, pasien menghindar dan tidak mau ditanya
8. Kemampuan menolong sendiri: baik
h. Pengendalian impuls : sulit dinilai, pasien menghindar dan tidak mau ditanya
i. Daya nilai: sulit dinilai, pasien menghindar dan tidak mau ditanya
j. Tilikan: Buruk/derajat 1
k. Taraf dapat dipercaya: sulit dinilai, pasien menghindar dan tidak mau ditanya
• Formulasi Diagnostik
Pasien seorang perempuan berusia 39 tahun, tidak menikah, bekerja membantu di warung keluarga
melayani pelanggan. Penampilan rapi, tampak diam, tidak dapat diajak bicara terlalu banyak karena
bersifat tertutup dan tidak biasa berbicara dengan orang yang tidak dikenal, pasien lebih banyak
menundukkan kepala ketika menjawab. Saat ditanyakan nama, pasien bisa menjawab namanya
dengan benar. Pasien mengetahui bahwa ia sedang berada di ruang tamu rumah kakak
perempuannya. 
Pasien dapat membaca dan menulis dengan baik. Pasien dapat berhitung dan menggolongkan bayam
dan kangkung ke golongan sayuran. Pasien juga mengetahui batasan nilai dan norma sosial yang ada.
Pasien tidak mengeluhkan apa-apa.Pasien tampak tidak betah diwawancarai dan melanjutkan
kegiatannya di warung. Pasien meminta izin kepada pemeriksa dengan sopan sambil tersenyum.

Pasien ini mengalami perubahan sikap dan perilaku yang secara klinis bermakan dibandingkan dengan
sebelum usia 18 tahun. Ia menjadi penyendiri, suka tertawa dan menyeringai sendiri. Beberapa kali
pasien pernah memarahi orang-orang yang tidak ia sukai bahkan melempar batu ke tengah jalan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah menderita penyakit yang secara
fisiologis menimbulkan disfungsi otak. Pada pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan kelainan yang
secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak sehingga gangguan mental organik disingkirkan.
Pada pasien ini didapatkan adanya hendaya dalam menilai realita seperti curiga waham sehingga
digolongkan ke dalam ganggan psikotik.
• Evaluasi Multiaksial
 Aksis I
◦ F20.1 Skizofrenia hebefrenik
 Aksis II
◦ Ciri kepribadian skizoid
 Aksis III
◦-
 Aksis IV
◦ Support sistem yang kurang. Pasien diantar berobat setelah 20an tahun sejak gejala awal muncul
 Aksis V
◦ Current GAF = 70-61 gejala ringan dan menetap.

Diagnosis Banding
◦ F32 Episode depresif
SKIZOFRENIA
• Keluhan Utama 
Sering mendengar suara – suara, merasa ketakutan dan cemas sejak 1 minggu sebelum dibawa ke rumah sakit  

Riwayat Penyakit Sekarang 


Menurut ibu pasien, pasien mulai mengalami perubahan perilaku sejak bulan oktober 2014 yang lalu, saat itu memang sedang terjadi
perselisihan antara ibu pasien dengan keluarga di daerah lahat, di ketahui ibu pasien memiliki harta warisan dari ayahnya berupa rumah dan
perkebunan, di ketahui rumah dan perkebunan ini sudah dijual tanpa sepengetahuan ibu pasien, adiknya berkata kalian bukan anggota
keluarga kami lagi dan harta ini sepenuhnya milik kami, sejak kejadian  itu lah pasien sering curiga dengan keluarga yang lain dan menganggap
akan berbuat jahat kepada keluarga pasien.  Rasa takut, cemas dan adanya suara – suara yang menggangu belum mucul.
Dua minggu sebelum datang ke rumah sakit, pasien sedang sendirian dirumah, sekitar pukul 18.30 WIB pasien melihat ada orang asing di
depan  rumah yang sedang menyenteri rumahnya dan  kemudian  meletakkan sesuatu di teras rumahnya, setelah orang tersebut pergi pasien
kemuadian keluar dari rumah dan melihat apa yang diletakkan oleh orang tersebut, ternyata setelah pasien mendekat benda tersebut adalah
seekor ular, kemudian pasien mangambil sapu dan membuang ular tersebut,  menurut ibu pasien sejak kejadian itu pasien sering terlihat
ketakutan, cemas, tidak mau keluar kamar, dan malas melakukan perawatan diri.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut oarang tua pasien melihat periaku yang tidak biasa pada diri pasien, dan memutuskan untuk
membawa pasien berobat, awalnya pasien sudah datang ke rumah sakit jiwa dan rumah sakit tiara sella untuk menemui psikiater namun  tidak
bertemu, akhirnya ibu pasien mencoba pengobatan alternatif terlebih dahulu, pasien mendapat 4 kali terapi dan diberikan obat minum yang
dibawa pulang, pasien sempat curiga terhadap pengobatan tersebut karena obat – obatnya terlalu mahal dan muncul keinginan pasien untuk
memeriksa obat tersebut di internet, setelah mencari jenis obat yang sama pasien mengetahui kalau obat tersebut biasanya digunakan untuk
pengobatan  kanker, sejak itu pasien tidak meminum obat dan berhenti dari terapi tersebut. Beberapa hari kemudian pasien mengatakan dapat
merasakan beberapa macam elemen kehidupan, seperti listrik, panas, dan dingin.  Pasien dapat  mendeteksi energi tersebut pada setiap orang
yang ia temui dan di tempat – tempat yang ia datangi.
Satu minggu berikutnya pasien mengantar ibu nya belanja ke salah satu Mall di bengkulu, saat di perjalanan  menuju pakiran  kendaraan
 pasien mengatakan kepada ibunya kalau  orang – orang disekitar  membicarakan dirinya, mengejek dirinya, dan ingin berbuat jahat kepada
keluarganya, akibatnya pasien tidak mau keluar dari mobil dan tetap menunggu sampai ibunya selesai berbelanja.
Melihat perubahan kondisi pada anaknya ini akhirnya ibu pasien membawa anakanya untuk berobat ke rumah sakit jiwa bengkulu.
• Keluhan Utama 
Sering mendengar suara – suara, merasa ketakutan dan cemas sejak 1 minggu sebelum dibawa ke rumah sakit  

Riwayat Penyakit Sekarang 


Menurut ibu pasien, pasien mulai mengalami perubahan perilaku sejak bulan oktober 2014 yang lalu, saat itu memang sedang terjadi
perselisihan antara ibu pasien dengan keluarga di daerah lahat, di ketahui ibu pasien memiliki harta warisan dari ayahnya berupa
rumah dan perkebunan, di ketahui rumah dan perkebunan ini sudah dijual tanpa sepengetahuan ibu pasien, adiknya berkata kalian
bukan anggota keluarga kami lagi dan harta ini sepenuhnya milik kami, sejak kejadian  itu lah pasien sering curiga dengan keluarga
yang lain dan menganggap akan berbuat jahat kepada keluarga pasien.  Rasa takut, cemas dan adanya suara – suara yang menggangu
belum mucul.
Dua minggu sebelum datang ke rumah sakit, pasien sedang sendirian dirumah, sekitar pukul 18.30 WIB pasien melihat ada orang
asing di depan  rumah yang sedang menyenteri rumahnya dan  kemudian  meletakkan sesuatu di teras rumahnya, setelah orang
tersebut pergi pasien kemuadian keluar dari rumah dan melihat apa yang diletakkan oleh orang tersebut, ternyata setelah pasien
mendekat benda tersebut adalah seekor ular, kemudian pasien mangambil sapu dan membuang ular tersebut,  menurut ibu pasien
sejak kejadian itu pasien sering terlihat ketakutan, cemas, tidak mau keluar kamar, dan malas melakukan perawatan diri.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut oarang tua pasien melihat periaku yang tidak biasa pada diri pasien, dan memutuskan untuk
membawa pasien berobat, awalnya pasien sudah datang ke rumah sakit jiwa dan rumah sakit tiara sella untuk menemui psikiater
namun  tidak bertemu, akhirnya ibu pasien mencoba pengobatan alternatif terlebih dahulu, pasien mendapat 4 kali terapi dan
diberikan obat minum yang dibawa pulang, pasien sempat curiga terhadap pengobatan tersebut karena obat – obatnya terlalu mahal
dan muncul keinginan pasien untuk memeriksa obat tersebut di internet, setelah mencari jenis obat yang sama pasien mengetahui
kalau obat tersebut biasanya digunakan untuk pengobatan  kanker, sejak itu pasien tidak meminum obat dan berhenti dari terapi
tersebut. Beberapa hari kemudian pasien mengatakan dapat merasakan beberapa macam elemen kehidupan, seperti listrik, panas,
dan dingin.  Pasien dapat  mendeteksi energi tersebut pada setiap orang yang ia temui dan di tempat – tempat yang ia datangi.
Satu minggu berikutnya pasien mengantar ibu nya belanja ke salah satu Mall di bengkulu, saat di perjalanan  menuju pakiran
 kendaraan  pasien mengatakan kepada ibunya kalau  orang – orang disekitar  membicarakan dirinya, mengejek dirinya, dan ingin
berbuat jahat kepada keluarganya, akibatnya pasien tidak mau keluar dari mobil dan tetap menunggu sampai ibunya selesai
berbelanja.
Melihat perubahan kondisi pada anaknya ini akhirnya ibu pasien membawa anakanya untuk berobat ke rumah sakit jiwa bengkulu.
• Pasien seorang laki – laki berusia 38 tahun, belum menikah, bekerja membantu  ibunya dalam
mengurus kebun sawit.  Mengalami keluhan mendengar suara – suara, merasa cemas, dan
ketakutan.  Pasien merasa  semua orang membicarakan dirinya, dan pikiran pasien tersebar
keluar dan diketahui orang lain.  Penampilan rapi, cenderung pendiam, menurut ibu pasien
pasien dari kecil adalah anak yang penurut, suka menyimpan masalah, seorang anak yang lemah,
susah berinisiatif, susah mengutarakan pendapat, dan selalu meminta pendapat ibunya dalam
menyelesaikan suatu masalah.  Pasien dari kecil dididik dengan keras oleh ayahnya, ayahnya
membatasi pertemanan, sehingga disekolah pasien meimilih – milih teman.  Pasien mengetahui
bahwa ia sedang diwawancara diruang tamu rumah bersama ibu kandung dan dokter muda.
Pasien dapat membeca dan menulis dengan baik, pasien dapat berhitung, dan menggolongkan
jenis buah – buahan serta sayuran, mengetahui batasan nilai norma – norma yang ada.
Pasien ini mengalami perubahan  mental dan perilaku sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit, berawal ketika ada orang asing yang datang kedepan rumah yang menyenteri dan menaruh
ular di teras rumah, yang pasien yakini perbuatan orang tersebut adalah suruhan dari keluarga
jauh pasien,   sejak itulah  pasien  merasa mendengar banyak suara – suara, takut setiap ada
orang asing yang lewat atau berkumpul didepan rumah, ketakutan dan kecemasan  itu juga
membuat pasien lebih banyk diam, murung, berdiam diri dikamar, sulit tidur.
Pada pasien ini didapatkan adanya hendaya dalam perawatan diri, sosial, dan pekerjaan, selain
itu juga terdapat halusinasi, dan waham sehingga dapat digolongkan ke dalam gangguan psikotik.
• Evaluasi Multiaksial
 Aksis I
◦ F20.0 Skizofrenia Paranoid
 Aksis II
◦ Ciri kepribadian dependen
 Aksis III
◦-
 Aksis IV
◦ Masalah pekerjaan
◦ Masalah pasangan
 Aksis V
◦ Current GAF = 70-61 gejala ringan dan menetap.

Anda mungkin juga menyukai