MENJELASKAN KEJANG
Kejang
Epilepsia
Volume 58, Issue 4, pages 522-530, 8 MAR 2017 DOI: 10.1111/epi.13670
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/epi.13670/full#epi13670-fig-0002
LO 2
MENJELASKAN PENYAKIT
Status Epileptikus
• Kejang yg berlangsung >30 mnt / 2 atau lbh kejang berturut2 tanpa
pulihnya kesadaran di antara kejang yg berlangsung >30 mnt.
Klasifikasi :
• Eksaserbasi kelainan kejang yg sdh ada
• Manifestasi awal kelainan kejang
• Gangguan lain selain kejang
Etiologi :
• Pd ps epilepsi, yg plg srg krn perubahan th/.
• Kondisi lain: stroke, jejas hipoksik, tumor, perdarahan subarachnoid,
cedera kepala, obat2, alcohol withdrawal, gangguan elektrolit, infeksi
SSP, & racun.
• Sering pd anak : demam &/ infeksi, pd dewasa: peny. serebrovaskular.
Status Epileptikus
Patofisiologi :
• Pada tingkat neurokimia, kejang
dipertahankan oleh eksitasi berlebihan &
inhibisi rendah.
• Neurotransmiter eksitatorik (glutamat) &
reseptor subtipe NMDA terlibat dlm proses ini.
• Kegagalan neurotransmiter inhibitorik(GABA)
diduga mrp mekanisme utama yg
menyebabkan status epileptikus.
Tetanus
• Merupakan penyakit infeksi akut yg disebabkan o/
eksotoksin yg dihasilkan o/ Clostridium tetani yg
ditandai dg peningkatan kekakuan umum dan
kejang2 otot rangka
• Etiologi : Clostridium tetani (gram positif dan
anaerob) tetanospamin dan tetanolisin
– Tetanospamin disebut jg neurotoksin krn toksin ini mll
beberapa jalan dpt mencapai susunan saraf pusat dan
menimbulkan gejala rigiditas, spasme otot dan kejang
– Tetanolisin menyebabkan hemolysis
Tetanus
• Patofisiologis
– Luka tusukan yg terkontaminasi spora Clostridium tetani
spora berubah mjd vegetatif dlm lingkungan anaerob
mengeluarkan eksotoksin (tetanolisin dan tetanospamin)
menyebar ke seluruh bagian tubuh mll peredaran darah dan
system limfe
– Manifestasi biasanya disebabkan o/ pengaruh eksotoksin thd
susunan saraf tepi dan pusat
– Secara molekuler, tjd g3 pd inhibisi presinaptik pencegahan
pelepasan Neurotransmitter inhibisi (GABA/Gama
Aminobutyric Acid dan glisin) shg impuls akan tereksitasi
secara progresif trus menerus dan tjd spasme
Rabies
Klasifikasi
Kejang demam kompleks :
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Kejang demam sederhana :
1. Kurang dari 15 menit, umumnya akan berhenti sendiri.
2. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
3. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S, editors. Konsensus penatalaksanaan kejang
demam. Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2006.
Kejang Demam
• Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan
mengakibabtkan kenaikan metabolisme basal 10 – 15% dan
kebutuhan oksigen akan meningkat 20%
• Kenaikan suhu tubuh tertentu perubahan keseimbangan
dari membran sel neuron & dlm waktu singakt terjadi difusi
dari ion Kalium maupun ion Natrium lepasnya muatan
listrik meluas ke seluruh sel melalui neurotransmiter
kejang
Malaria Serebral
• Malaria Serebral adalah komplikasi neurologik
akibat infeksi Plasmodium falciparum malaria
yg ditandai dengan
– Koma ≥ 1 jam setelah terminasi bangkitan kejang
atau hipoglikemi,
– Ditemukannya plasmodium falciparum pada
apusan darah tepi
Malaria Serebral
• Antigen PfEMP-1 berikatan dengan reseptor
host, ICAM-1 mengganggu perfusi
hipoksia koma
• TNF me↑ ekspresi ICAM-1 di endotel PD
serebral me↑ sitoadesi dari pRBCs
• Sitokin inflamasi me↑ sintase NO di sel
endotelial otak me↑ produksi NO NO
melewati BBB berdifusi ke jaringan otak dan
menggangu neurotransmisi
TANDA DAN GEJALA
Status Epileptikus
Klinis :
• Ps mungkin datag degan gambaran klinis tidak dramatis,
bila mengalami SE halus(subtle SE).
• Biasanya : kejang tonik, klonik, tonik-klonik umum yang
dramatis pada awal presentasi.
• SE menetap bila tdk diterapi atau tdk diterapi dengan
benar, hanya akan muncul gerak2an halus (nystagmus
pd mata/kedutan pd bahu)
• Jika SE tetap berlanjut, semua aktivitas motorik dapat
berhenti, walaupun EEG tetap mencatat adanya kejang.
Tetanus neonatorum
•Gejala:
•Terjadi 3-12 hari setelah lahir
•Demam
•Tidak mau atau tidak dapat menetek lagi
(trismus)
•Mulut mencucu seperti mulut ikan (kaper
Mouth)
•Mudah dan sering kejang disertai sianosis
•Kuduk kaku sampai opistotonus
•Anggota gerak spastik (boxing position)
Rabies
• Klasifikasi
– Rabies Furious
• Gejala patognomonik dr hydrophobia : spasme otot inspirasi,
laringospasme yg nyeri, dan terror (ketakutan utk menelan)
• Refleks dg rangsangan udara (aerophobia) disertai ekstensi punggung,
dan lengan dan dpt berakhir pd kejang generalisata / cardiorespiratory
arrest
– Rabies paralitik
• 20% kasus paralisis flaccid dpt tjd biasanya pd extremitas yg digigit
kemudian ascendens
• Manifestasi klinis
– Demam, Convultion / delirium, agitasi / agresivitas, paresthesia /
nyeri terlokalisir, disfagia
Rabies
Penyakit melewati 4 std :
• Std prodromal
– Demam, malaise, mual dan rasa nyeri di tenggorokan yg berlangsung selama
beberapa hari
• Std sensoris
– Nyeri / rasa panas pd tempat bekas luka gigitan, diikuti perasaan cemas dan
reaksi yg berlebihan thd rangsang sensorik
• Std eksitasi
– Tonus otot serta akt. Simpatis meningkat dg munculnya gejala hyperhidrosis,
hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan dilatasi pupil
– Gejala khas : hydrophobia, kontraksi otot faring, dan otot pernapasan
• Std paralisis
– Paresis otot yg bersifat progresif krn gangguan saraf STB
Kejang Demam
Secara klinis klasifikasi kejang ada 2 :
• Kejang demam simpleks
– Kejang umum tonik, klonik, / tonik-klonik, anak dpt terlihat mengantuk
setelah kejang
– Berlangsung singkat
– Tidak berulang dlm 24 jam
– Tanpa kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang
• Kejang demam kompleks
– Kejang fokal/parsial / kejang fokal umum
– Berlangsung >15 menit
– Berulang dlm 24 jam
– Ada kelainan neurologis sebelum / sesudah kejang
Kejang Demam
• Manifestasi klinis
– Selalu didahului o/ naiknya suhu tubuh dg cepat
– Pd kejang demam simpleks, tipe kejang berupa kejang umum klonik /
tonik-klonik
– Pd kejang demam kompleks, tipe kejang berupa kejang fokal/parsial
selama atau sesudah kejang
– Kejang demam simpleks berlangsung <15 menit dan periode
mengantuk / tertidur post-iktal dpt tjd >15 menit
– Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus diarahkan utk mencari focus
infeksi penyebab demam, tipe kejang, dan pengobatan yg diberikan
sebelumnya
• Dlm anamnesis : Tanya riwayat trauma, riwayat perkembangan dan fungsi
neurologis, dan riwayat kejang demam / kejang tanpa demam pd keluarga
– Pd kejang demam ditemukan perkembangan dan neurologis yg normal
tidak ada tanda2 meningitis atau ensefalitis (kaku kuduk /
penurunan kesadaran)
Tanda & Gejala
• Pada anak • Pada dewasa
– Koma setelah onset bangkitan – Demam
kejang setelah demam 1-3 hari – Sakit kepala
– Brain swelling, hipertensi
– Nyeri tubuh
intrakranial, perubahan retina
(perdarahan, peripheran and – Delirium
macular whitening), brainstem – Koma
signs ( keabnormalan postur, – Anemia, hemoglobinuria,
ukuran dan reaksi pupil) jaundice, shock, gagal ginjal,
– Anemia, asidosis metabolis, asidosis laktat, perdarahan
ketidakseimbangan elektrolit, abnormal, edema aru, adult
hiperpirexia atau hipoglikemi respiratory distress syndrme
dan shock.
PEMERIKSAAN
Status Epileptikus
PF :
• Needle tracks: mungkin mrp tanda SE akb penggunaan obat2 terlarang
• Papilledema: tanda p↑ tek intrakranial, tanda kemungkinan space occupying
lesion(SOL)/infeksi otak
• Tanda2 lateralisasi: p↑ tonus, reflek asimetri
• Curigai subtle SE bila tdk m’alami perbaikan kesadaran dlm 20-30 mnt stlh berhentinya
kejang umum
• Jejas, laserasi lidah, dislokasi bahu, trauma kepala, trauma wajah, diasosiasikan dg
kejang
Diagnosis :
• Berdasarkan klinis, dikonfirmasi dg EEG cito.
• Px lab cito: darah lengkap, gula darah, elektrolit, kalsium, magnesium, tes fungsi hati,
tes fungsi ginjal, toksikologi, kadar antikonvulsan.
• Pencarian sumber infeksi dg kultur & urinalisis.
• Analisis gas darah & pemantauan irama jantung
Tetanus
• Diagnosis: anamnesis + px fisik, cultur hanya
px penunjang.
Menurut WHO adanya trismus/ risus
sardonicus/ spasme otot yg nyeri, serta
didahului trauma dpt menegakkan diagnosis.
Rabies
• Pemeriksaan Fisik
– Adanya demam, takikardia, hipertensi, pupil dilatasi
anisokor, facial palsy, midriasis, lakrimasi, hipersalivasi,
perspirasi, hipotensi postural, delirium, stupor, dan koma
• Pemeriksaan Penunjang
– Deteksi Ag viral ELISA dan tes imunohistokimia serta
imunofluorescent langsung
– Isolasi virus utk mengkonfirmasi hasil tes deteksi Ag
dan utk amplifikasi / karakterisasi isolate
– Deteksi RNA virus pemeriksaan RT-PCR
Rabies
• Diagnosis
– Tanda klasik dr keterlibatan otak / spasme
akibat hydrophobia / aerophobia dpt disertai dg
munculnya gejala agitasi, convultion dan tanda2
disfungsi otonom
– Spasme otot inspirasi muncul secara spontan
– MRI gambaran abnormal berupa hiper sinyal
ringan pd T2 meliputi batang otak,
hippocampus, hypothalamus, white matter
subkortikal dan grey matter subkorteks
Kejang Demam
Pemeriksaan penunjang
• Darah perifer lengkap, gula darah dan elektrolit (tidak rutin
dilakukan) hanya bila curiga hipoglikemi, ketidakseimbangan
elektrolit, maupun infeksi sbg penyebab kejang
• Pungsi lumbal dilakukan utk menegakkan diagnose dan
menyingkirkan meningitis
• Rekomendasi pungsi lumbal berdasarkan usia anak :
– Sangat dianjurkan pd anak <12 bulan
– Dianjurkan utk anak 12-18 bulan
– Anak >18 bulan tidak rutin hanya dilakukan bila tanda meningitis +
• EEG tidak rutin dilakukan dianjurkan pd anak dg kejang demam
usia >6 tahun
• Pencitraan : X-ray, CT-Scan, / MRI hanya diindikasikan bila ada kel.
Neurologis fokal, kel. Saraf kranial, atau papiledem
Kejang Demam
• Diagnosis selain kejang demam yg harus
diwaspadai/dipikirkan bila ditemukan :
– Kecurigaan / bukti proses intracranial : infeksi, radang,
massa, dan proses lainnya mll anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan penunjang
– Adanya ggg elektrolit
– Riwayat kejang tanpa demam sebelumnya
– Tjd pd bayi <1 bulan
– Bila tjd pd anak <6 buan / >5 tahun pikirkan etiologi
lain : infeksi SSP
TATALAKSANA
Status Epileptikus
Tatalaksana :
• Sblm sampai RS: pertahankan ABC( airway, breathing,
circulation), jika berlangsung >5mnt berikan diazepam lwt
IV/rektal
• Pasang jalur IV, beri 50cc bolus dextrosa 40% & tiamin 100mg,
kmdn mulai beri antikonvulsan
• Beri diazepam(0,15 mg/kg) atau lorazepam(0,1 mg/kg) IV dlm
5 mnt, diikuti dg fosfenitoin(15-20 mg fenitoin ekuivalen/kg)
dg kecepatan tdk melebihi 150 mg fenitoin ekuivalen/mnt).
Jangan pernah campur fenitoin dg dextrose 5%, berikan
fenitoin dg larutan normal salin agar tdk tjd pembtkn kristal.
Tetanus Neonatorum
•Tatalaksana
•Larutan glukosa 5% : NaCl fisiologis 4 :1 selama 48 - 72 jam sesuai dgn
kebutuhan secara IV
•Diazepam dosis awal 2,5 mg IV selama 2-3 menit
•Bila kejang masih sering timbul --> tambahan diazepam 2,5 mg/kgBB/ hari IV
secara perlahan-lahan dan dalam 24 jam diberikan tambahan 5 mg/kgBB/hari
•Setelah keadaan klinis membaik, diazepam diberikan PO dan diturunkan secara
bertahap
•Anti tetanus serum 10.000 U/hari dan diberikan selama 2 hari berturut-turut
•Ampisilin 100 mg/kgBB/hari IV dibagi 4 dosis selama 10 hari
•Tali pusat dibersihkan dengan alkohol 70% atau betadine
•Perhatikan jalan nafas, diuresis dan keadaan vital lainnya. Bila banyak lendir
jalan nafas harus dibersihkan dan perlu diberikan oksigen
Rabies
Tatalaksana
• Pemberian vaksin rabies intradermal utk
mempercepat proses imun
• Pemberian serum antirabies utk penghentian
proses infeksi rabies
• Pemberian immunoglobulin HRIG dosis 20 IU/kgBB
• Pemberian ribavirin dan IFN-alpha IV
• Perawatan dilakukan di ruang isolasi utk
menghindari kemungkinan penularan
Kejang Demam
Tatalaksana
• Saat kejang
– Tenangkan dan yakinkan ortu bahwa kejang demam memiliki prognosis
yg baik risiko kematian sgt kecil dan kemungkinan epilepsi dimasa
mendatang sgt kecil
– Pastikan jalan napas tidak terhalang, pakaian yg ketat dilonggarkan,
posisi badan anak dimiringkan
– Periksa tanda vital gunakan antipiretik paracetamol 10-15 mg/kgBB
4-5x/hari atau ibuprofen 5-10mg/kgBB 3-4x/hari
– Dpt digunakan diazepam rektal 5 mg (BB <10 kg) atau 10 mg (BB >10kg)
– Diazepam IV dg dosis 0.25-0.5 mg/kgBB dg kec 2 mg/menit, dosis maks
20 mg
– Fenitoin 10-20 mg/kgBB dg kec 1 mg/kgBB/menit maks. 50 mg/menit
• Diencerkan dg NaCl 0.9% : 10 mg fenitoin/ 1 mL NaCl 0.9% dosis inisial 1 gram
• Dosis rumatan diberi 12 jam setelah kejang berhenti : 5-7 mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis
Kejang Demam
Tatalaksana
• Setelah kejang
– Pencegahan intermiten
• Disarankan pd ps dg kejang demam kompleks yg
rekuren tetapi tidak disarankan pd ps kejang demam
simpleks
• Diberikan diazepam saat demam >38.5 derajat C
0.3 mg/kgBB 3x/hari per oral selama 2-3 hari selama
masih demam disamping antipiretik
• Diazepam rektal 5 mg/10 mg
• Efek samping : letargi, iritabilitas dan ataxia yg dpt
dikurangi utk menurunkan dosis
Kejang Demam
• Setelah kejang (Pencegahan terus-menerus)
– Disarankan bila adanya kel. Neurologis nyata sebelum dan sesudah
kejang (serebral palsy, paresis Tod’s, hidrosefalus, Kejang berlangsung
>15 menit, Kejang fokal / parsial
– Dipertimbangkan bila adanya kejang berulang dlm 1 episode demam,
kejang pd bayi <12 bulan, kejang demam kompleks berulang >= 4x dlm 1
tahun
– Konsumsi antikonvulsan sbg profilaksis
• Fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dibagi 2x sehari ESO : dpt
mengurangi fungsi kognitif pd pemakaian jangka panjang
• Sodium valproate 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3x dosis
merupakan obat pilihan utama ESO : hepatitis pd anak >2 tahun
Malaria serebral
Pemasangan kateter
Pemasangan nasogastric tube
dan aspirasi lambung (u/
mencegah pneumonia aspirasi)
Perhatikan intake & output
cairan
Perhatikan tingkat kesadaran
dgn GCS, temperatur, RR, TD.
Prognosis
Dipengaruhi o/ : masa inkubasi (buruk bila <7 hari), umur (buruk pd
neonates), onset kejang (buruk bila <7 hari), demam tinggi (buruk),
kecepatan pengobatan, ada tidaknya komplikasi, dan frekuensi kejang
Rabies
• Komplikasi
– Meliputi peningkatan tek. Intrakranial, aritmia,
kejang, gagal napas, gagal ginjal akut, CHF,
perdarahan gastrointestinal, dan koma
• Prognosis
– Penyakit ini selalu diakhiri dg kematian, bila telah
menunjukkan gejala klinis
– Dpt dicegah dg imunisasi
Status epileptikus
Prognosis: berhub dg patologis yg menyebabkan
SE :
• Ps dg mslh pengobatan antikonvulsan/ kejang
yg b’hub dg alkohol, memiliki prognosis baik.
• Ps dlm koma & SE akb anoksia/hipoksia mrp
prognosis buruk.
• Semakin lanjut std SE, smkn buruk respon th/.
• Mortalitas SE mendekati 2%
Kejang Demam
Prognosis
• Anak dg kejang demam memiliki kemungkinan 30-50%
mengalami kejang demam berulang
• Risiko rekurensi bertambah bila :
– Kejang demam tjd <1 tahun, risiko berulang 50%, kejang demam
tjd >1 tahun, risiko berulang adalah 28%
– Riwayat keluarga kejang demam / epilepsy
– Cepatnya kejang setelah demam
– Kejang yg tjd pd suhu tdk terlalu tinggi 38 derajat C
• Adanya faktor diatas meningkatkan risiko kejang demam
berulang hingga 80%