Keadaan normal :
Sel neuron mudah dilalui K + , sulit dilalui Na+ & elektrolit lain (kecuali Cl-) dlm
sel Neuron konsentrasi K + ↑, Na+ ↓ (berkebalikan dgn keadaan di luar sel
neuron) terdapat potensial membran dari sel neuron Na-K-ATPase di per.
Sel mngatur keseimbangan potensial membran
keseimbangan potensial membran apat berubah bila:
- terjadi perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
- ada ransangan yg datang mendadak
- terdapat perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit/
keturunan
Pada kenaikan suhu tubuh tertentu prubahan keseimbangan dari membran sl neuron
difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium pelepasan muatan listrik dengan
bantuan neurotransmitter lepas muatan listrik meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel lain kejang (tergantung seberapa tinggi/ rendahnya ambang kejang)
- Kejang demam umumnya singkat, tdk berbahaya, tdk menimbulkan gejala sisa
- Kejang > 15 menit : apnea, kebutuhan oksigen dan energi me↑ hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat, hipotensi arterial disertai denyut jantung tdk teratur, suhu
tubuh me↑ metabolisme otak me↑ terjadi kerusakan neuron otak selama kejang
lama.
- Kejang lama demam yg brlansung lama kelainan anatomis di otak epilepsi
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Patfis Rabies
Gigtan dari hewan yg terinfeksi ke manusia virus masuk lewat luka gigitan
tinggal di tempat tsb selama beberapa minggu akhirnya menuju ujung-ujung
serabut saraf perifer penyebaran terjadi secara sentripetal melalui aliran
aksoplasma & sel Schwan ganglion dorsalis penyebaran trjadi ke saraf
pusat melalui cairan serebrospinal virus mencapai otak & memprbanyak diri
menyebar luas ke arah perifer menyerang saraf otonom, otot lurik, otok
jantung, kel. Adrenal, ginjal, mata, pankreas, kel. Ludah, lakrimalis, sistem
respirasi
Masa inkubasi virus rabies bisa sampai 2 thn. Paling sering 3-8 minggu
Anamnesis :
Kontak/ jilatan/ gigitan hewan yg dicurigai
Manifestasi klinis :
Stadium prodromal nonspesifik
- Gejala awal 1- 4 hari demam, menggigil, malaise, mual, muntah, diare, nyeri tenggorokan, nyeri
perut, sakit kepala, mialgia.
Stadium sensoris
- Rasa panas, nyeri, kesemutan pada bekas luka.
- Disusul gejala cemas & rx berlebihan thdp rangsang sensorik.
Stadium neurologik akut
Dapat bersifat eksitasi/ paralitik, 2-7 hari
Eksitasi
- Tonus otot meninggi dgn tampilan hiperhidrosis, hiperlakimasi, hiprsalivasi, dilatasi pupil.
- Pasien sangat peka trhdp rangsangan suara, cahaya, air, angin timbul hidrofobia akibat
spasme faring setelah minum air
- Hiperaktif, disorientasi, halusinasi, agitasi, kjang, disfagia, afasia, inkoordinasi, hiperventilasi,
hipoksia, gagal napas, gagal jantung (akibat stimulasi vagus)
Rabies
Paralisis :
- Bila fase eksitasi terlewati : demam, sakit kepala, paralisis ekstremitas yg
digigit, pt difus atau menyebar asenden, kaku kuduk
- Kesadaran dpt terganggu hingga pasien disorientasi, paraplgia, gangguan
menelan, kelempuhan pernapasan, hingga meninggal.
Pemeriksaan penunjang
- Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit tdk perlu rutin dilakukan. Hanya
atas indikasi jika dicuriga: hipoglikemi, ketidakseimbangan elektrolit, maupun
infeksi sbg penyebab kejang.
- Pungsi lumbal dilakukan utk menegakkan maupun menyingkirkan diagnosis
meningitis.
- EEG tdk rutin dilakukan. Dianjurkan pada anak dgn kejang demam usia > 6 thn
ataupun ada gambaran kejang fokal.
- Xray, CT-Scan, MRI hanya diindikasikan bila ada kelainan neurologis fokal,
kelainan saraf kranial yg menetap, atau papiledem.
Pemeriksaan fisis :
Identifikasi luka gigitan, tanda komplikasi
Pemeriksaan laboratorium :
- Darah perifer lengkap: leukositosis
- Urinalisis : albuminuria
- Px serologis : isolasi virus dari air liur, cairan serebrospinal, dan urin pada
minggu pertama
- FAT (Fluorescent antibodies test)
- Px mikroskopis : badan Negri asidofilik, bulat dgn butir-butir basofilik di
dlmnya.
- RT-PCR Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV
Tatalaksana
Tetanus
- IVFD dgn lart. Glukosa 5% : NaCl fisiologis (4:1) selama 48-72 jam sesuai
kbutuhan, selanjutnya IVFD hanya utk memasukkan obat.
Bila stlh 72 jam belum mungkin diberikan peroral, maka melalui cairan infus
perlu diberikan tambahan protein dan kalium.
- Diazepam dosis awal 2,5 mg IV perlahan 2-3 mnt. Dosis rumat 8-10 mg/kgbb/
hari IVFD diganti tiap 6 jam.
- Ampisilin 100 mg/ kgbb/ hari dibagi 4 dosis IV selama 10 hari.
- Bersihkan tali pusat dgn alkohol 70% atau betadine
- Perhatikan jalan nafas, diuresis, & kadaan vital lainnya. Bila banyak lendir jalan
nafas harus dibersihkan & bila perlu berikan oksigen
Penanganan luka :
- Setelah digigit hewan cuci luka segera dgn air mengalir & sabun selama 10-15
menit.
- Luka diberi antiseptik/ alkohol 70 % atau tinktura yodium, atau larutan ephiran
0,1 %.
Vaksinasi setelah paparan :
VAR IM pada otot deltoid atau paha anterolateral. Regimen:
- Regimen Essen (rekomendasi WHO): dosis 0,5 ml pada hari 0, 3, 7, 14, 28
- Regimen Zagreb (Rekomendasi Kemenkes RI): dosis 0,5 ml pada hari 0, 7, 21
Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV
Kejang Demam
Prognosis
Anak dgn kejang demam memiliki kemungkinan 30-50 % mengalami kejang
demam berulang, dan 75 % nya terjadi dlm 1 thn stlh awitan yg pertama.
Resiko rekurensi bertambah bila:
- Kejang demam < 1 thn, resiko berulang : 50 %.
Kejang Demam terjadi > 1 thn, risiko berulang: 28 %
- Riwayat keluarga kejang demam atau epilepsi
- Cepatnya kejang setelah demam
- Kejang yg terjadi pd suhu tdk terlalu tinggi
Adanya ke empat faktor diatas meningkatkan resiko kejang demam berulang
hingga 80 %.
Bila tidak ada satupun faktor di atas ditemukan, kmungkinan berulang 10-15 %
Rabies
Komplikasi
- Neurologi : hiperakif, kejang, hidrofobia, aerofobia, edema serebri
- Pulmonal : hipoksemia, hiperventilasi, ateletaksis, apnea, pneumotoraks
- Kardiovaskular : aritmia, hipotensi, trombosis arteri vena, gagal jantung, henti
jantung
- Hipofisis : SAHAD (sindrom abnormalitas hormon antidiuretik), diabetes
insipidus.
- Lain-lain : anemia, perdarahan gastrointestinal, hipr/hipotermia, hipovolemia,
ileus paralitik, retensi urin, gagal ginjal akut