Anda di halaman 1dari 36

PEMICU 1

Tidur atau Kejang?


FORTUNE DE AMOR
405140230
KEL. 7
LEARNING ISSUES

1. MM Kejang (Definisi, Etiologi, Klasifikasi)


2. MM Patofisiologi, Tanda & Gejala, PF, PP, Tatalaksana, Prognosis &
Komplikasi, DD
LI
1. MM Kejang (Definisi, Etiologi, Klasifikasi)
Definisi
- Manifestasi elektrik sementara dari korteks serebri.
- Ketidakseimbangan antara kekuatan eksitatorik & inhibitorik dalam jaringan
neuron korteks  eksitasi mendadak.
- Manifestasi klinis : tergantung dari jaringan korteks yg teransang

Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV


Ropper AH, Samuels MA,
Klein JP. Adams and
victor’s principles of
neurology. 10th ed. New
York: McGraw-Hill
Education; 2014.
PENYEBAB KEJANG ONSET BARU
Kelainan neurologis primer Kelainan sistemik
 Idiopatik  Hipoglikemi
 Disgenesis serebral  Hiponatremi
 Trauma  Status hiperosmolar
 Stroke / malformasi vaskuler  Hipokalsemi
 Lesi massa  Uremia
 Infeksi SSP  Ensefalopati hepatik
 Ensefalopati  Porfiria
 Toksisitas obat
 Withdrawal obat
 Eklampsia
 Demam, hipertermia
Simon RP, Greenberg DA, Aminoff MJ. Clinical
neurology. 7th ed. New York: The McGraw-Hill
Companies Inc.; 2009.
LI
2. MM Patofisiologi, Tanda & Gejala, PF, PP, Tatalaksana, Prognosis &
Komplikasi, DD
PATOFISIOLOGI
Luka tusuk dalam, luka laserasi yg Patfis Tetanus
kotor, luka bakar, patah tulang
terbuka  keadaan anaerob ideal
bagi Clostridium tetani 
mengeluarkan toksin  bersifat
seperti antigen, menghancurkan
SDM, rusak leukosit,
tetanospasmin  toksin diabsorbsi
:
- pada ujung saraf motorik melalui
aksis silindrik  kornu anterior
saraf pusat
- susunan limfatik  sirkulasi
darah arteri  susunan saraf pusat

Jika diikat oleh jar. Saraf : tidak dapat


lagi dinetralkan oleh antitoksin
spesifik
Jika bebas dlm predaran darah : mudah
dinetralkan oleh antitoksin
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Patfis Kejang Demam

Keadaan normal :
Sel neuron mudah dilalui K + , sulit dilalui Na+ & elektrolit lain (kecuali Cl-)  dlm
sel Neuron konsentrasi K + ↑, Na+ ↓ (berkebalikan dgn keadaan di luar sel
neuron)  terdapat potensial membran dari sel neuron  Na-K-ATPase di per.
Sel mngatur keseimbangan potensial membran
keseimbangan potensial membran apat berubah bila:
- terjadi perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
- ada ransangan yg datang mendadak
- terdapat perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit/
keturunan

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II


Patfis Kejang Demam
Keadaan demam kenaikan suhu 1◦C  kenaikan metabolisme basal 10-15%, kebutuhan
oksigen meningkat 20%.

Pada kenaikan suhu tubuh tertentu  prubahan keseimbangan dari membran sl neuron 
difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium  pelepasan muatan listrik  dengan
bantuan neurotransmitter lepas muatan listrik meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel lain  kejang (tergantung seberapa tinggi/ rendahnya ambang kejang)

- Kejang demam umumnya singkat, tdk berbahaya, tdk menimbulkan gejala sisa
- Kejang > 15 menit : apnea, kebutuhan oksigen dan energi me↑  hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat, hipotensi arterial disertai denyut jantung tdk teratur, suhu
tubuh me↑  metabolisme otak me↑  terjadi kerusakan neuron otak selama kejang
lama.
- Kejang lama demam yg brlansung lama  kelainan anatomis di otak  epilepsi
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Patfis Rabies
Gigtan dari hewan yg terinfeksi ke manusia  virus masuk lewat luka gigitan 
tinggal di tempat tsb selama beberapa minggu  akhirnya menuju ujung-ujung
serabut saraf perifer  penyebaran terjadi secara sentripetal melalui aliran
aksoplasma & sel Schwan  ganglion dorsalis  penyebaran trjadi ke saraf
pusat melalui cairan serebrospinal  virus mencapai otak & memprbanyak diri
 menyebar luas  ke arah perifer  menyerang saraf otonom, otot lurik, otok
jantung, kel. Adrenal, ginjal, mata, pankreas, kel. Ludah, lakrimalis, sistem
respirasi

Masa inkubasi virus rabies bisa sampai 2 thn. Paling sering 3-8 minggu

Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV


TANDA & GEJALA
Tetanus
- Trismus (kesukaran membuka mulut)
- Kaku kuduk sampai opistotonus
- Ketegangan otot dinding perut (harus dibedakan dari abdomen akut)
- Kejang tonik terutama bila diransang krn toksin di kornu anterior
- Risus sardonikus
- Kesukaran menalan, gelisah, mudah terangsang, nyeri kepala, nyeri anggota
badan
- Spsame khas : badan kaku dengan opistotonus, ekstremitas inferior dlm
keadaan ekstensi, lengan kaku, tangan mengepal kuat.
- Asfiksia & sianosis (akibat serangan pada otot pernafasan & laring).
- Biasanya terdapat leukositosis ringan dan terkadang peninggian tekanan cairan
otak Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Tetanus
Menurut beratnya gejala dapat dibedaka 3 stadium :
- Trismus (3 cm) tanpa kejang tonik umum meskipun diransang.
- Trismus (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang tonik umum apabila diransang
- Trismus (1 cm) dgn kejang tonik umum spontan

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II


Tetanus Neonatorum
- Bayi tiba-tiba panas
- Tidak mau & tidak dapat menetek lagi (trismus), sblmnya bayi bisa menetek
biasa
- Mulut mencucu seperti mulut ikan (karpermond)
- Sering kejang disertai sianosis
- Suhu meninggi
- Kaku kuduk sampai opistotonus

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II


Kejang Demam
Serangan kejang biasanya terjadi dlm 24 jam pertama sewaktu demam. Berlansung
singkat. Sifat bangkitan: tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya
kejang berhenti sendiri. Ketika kejang selesai, pasien tidak memberi reaksi apapun utk
sejenak, setelah itu terbangun & sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.
Kriteria Livingston yg sudah dimodifikasi:
- Umur pasien ketika kejang : 6 bln - 4 thn
- Kejang bersifat umum
- Kejang hanya berlansung sebentar saja, tidak lebih dari 15 mnit
- Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
- Pemeriksaan saraf sebelum & sesudah kejang normal
- Pemeriksaan EEG yg dibaut setidaknya 1 minggu ssudah suhu nomla tidak
menunjukkan kelainan
- Frekuensi bangkitan kejang di dlm 1 thn tdk melebihi 4x Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Epilepsi
Anamnesis:
 Riwayat penyakit paling baik jika didapatkan dari orang yg melihat lansung
kejadian kejang. Akan tetapi paisen dpt memberikan keterangan tentang aura,
kesadaran, & keadaan post-iktal.
Hal yg perlu diketahui utk klarifikasi kejang:
- Pencetus kejang
- Durasi dan frekuensi kejang
- Respons terhadap terapi
 Perhatikan tanda riwayat kejang lama seperti luka pada ekstremitas

Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV


Rabies Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV

Anamnesis :
Kontak/ jilatan/ gigitan hewan yg dicurigai
Manifestasi klinis :
Stadium prodromal nonspesifik
- Gejala awal 1- 4 hari  demam, menggigil, malaise, mual, muntah, diare, nyeri tenggorokan, nyeri
perut, sakit kepala, mialgia.
Stadium sensoris
- Rasa panas, nyeri, kesemutan pada bekas luka.
- Disusul gejala cemas & rx berlebihan thdp rangsang sensorik.
Stadium neurologik akut
Dapat bersifat eksitasi/ paralitik, 2-7 hari
Eksitasi
- Tonus otot meninggi dgn tampilan hiperhidrosis, hiperlakimasi, hiprsalivasi, dilatasi pupil.
- Pasien sangat peka trhdp rangsangan suara, cahaya, air, angin  timbul hidrofobia akibat
spasme faring setelah minum air
- Hiperaktif, disorientasi, halusinasi, agitasi, kjang, disfagia, afasia, inkoordinasi, hiperventilasi,
hipoksia, gagal napas, gagal jantung (akibat stimulasi vagus)
Rabies
Paralisis :
- Bila fase eksitasi terlewati : demam, sakit kepala, paralisis ekstremitas yg
digigit, pt difus atau menyebar asenden, kaku kuduk
- Kesadaran dpt terganggu hingga pasien disorientasi, paraplgia, gangguan
menelan, kelempuhan pernapasan, hingga meninggal.

Stadium koma (disfungsi batang otak)

Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV


PF, PP
Tetanus Epilepsi
Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan penunjang:
Px lab biasanya tidak - Radiologi (nuroimaging dgn
menunjukkan perubahan pemeriksaan CT scan/ MRI)
- EEG, seringkali tidak
memberikan hasil yg tdk
spesifik

Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV


Kejang Demam

Pemeriksaan penunjang
- Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit tdk perlu rutin dilakukan. Hanya
atas indikasi jika dicuriga: hipoglikemi, ketidakseimbangan elektrolit, maupun
infeksi sbg penyebab kejang.
- Pungsi lumbal dilakukan utk menegakkan maupun menyingkirkan diagnosis
meningitis.
- EEG tdk rutin dilakukan. Dianjurkan pada anak dgn kejang demam usia > 6 thn
ataupun ada gambaran kejang fokal.
- Xray, CT-Scan, MRI hanya diindikasikan bila ada kelainan neurologis fokal,
kelainan saraf kranial yg menetap, atau papiledem.

Kapita selekta Kedokteran. Jilid I. Edisi IV


Rabies

Pemeriksaan fisis :
Identifikasi luka gigitan, tanda komplikasi
Pemeriksaan laboratorium :
- Darah perifer lengkap: leukositosis
- Urinalisis : albuminuria
- Px serologis : isolasi virus dari air liur, cairan serebrospinal, dan urin pada
minggu pertama
- FAT (Fluorescent antibodies test)
- Px mikroskopis : badan Negri asidofilik, bulat dgn butir-butir basofilik di
dlmnya.
- RT-PCR Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV
Tatalaksana
Tetanus

Tatalaksana non medikamentosa Tatalaksana mendikamentosa


- Pembersihan & debridement luka - HTIG 3000-6000 U IM
yg kotor - Penicilin prokain 1,2 juta unit
- Ruang rawat yg gelap (cahaya setiap hari, selama 10 hari
cendrung mencetuskan spasme &
kejang) - Mtronidazol 4x500 mg atau
- Diet diberikan melalui selang tetrasiklin 2 g/hari selama 10 hari
nasogastrik bila diperlukan. Beri - Antieplpsi utk cegah spasme otot :
diet ↑ kalori. diazepam/ fenobarbital/ Mg Cl2
- Cegah ulkus dekubitus - Vit. B12
Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV
Tetanus Neonatorum

- IVFD dgn lart. Glukosa 5% : NaCl fisiologis (4:1) selama 48-72 jam sesuai
kbutuhan, selanjutnya IVFD hanya utk memasukkan obat.
Bila stlh 72 jam belum mungkin diberikan peroral, maka melalui cairan infus
perlu diberikan tambahan protein dan kalium.
- Diazepam dosis awal 2,5 mg IV perlahan 2-3 mnt. Dosis rumat 8-10 mg/kgbb/
hari IVFD diganti tiap 6 jam.
- Ampisilin 100 mg/ kgbb/ hari dibagi 4 dosis IV selama 10 hari.
- Bersihkan tali pusat dgn alkohol 70% atau betadine
- Perhatikan jalan nafas, diuresis, & kadaan vital lainnya. Bila banyak lendir jalan
nafas harus dibersihkan & bila perlu berikan oksigen

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II


Kejang Demam

 Diazepam IV  (tidak berhasil)  fenitoin IV  (tidak berhasil) 


fenobarbital IV  (tidak berhasil)  knock down dgn midazolam, tiopental atau
propofol dan ICU
 Di rumah  diazepam rektal  (tidak berhasil)  diulang dalam interval 5
menit  (tidak berhasil)  RS

Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV


KEJANG DEMAM-EDUKASI ORANG TUA
Penanganan kejang :
 Kejang demam umumnya
 Tetap tenang dan jangan panik
mempunyai prognosis baik  Kendurkan pakaian ketat di sekitar leher
 Cara penanganan kejang  Bila tidak sadar → posisi terlentang dengan
kepala miring; Bersihkan muntahan / lendir di
 Informasi tentang kemungkinan mulut / hidung
kejang kembali  Ukur suhu; Pantau dan catat lama dan bentuk
 Pemberian obat untuk mencegah kejang
rekurensi + efek samping yang  Tetap bersama pasien
 Diazepam rektal. Stop setelah kejang berhenti
dapat timbul  Bawa ke dokter / RS bila kejang > 5 menit

Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S, editors.


Konsensus penatalaksanaan kejang demam.
Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2006.
Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and
victor’s principles of neurology. 10th ed. New
York: McGraw-Hill Education; 2014.
Rabies

Penanganan luka :
- Setelah digigit hewan cuci luka segera dgn air mengalir & sabun selama 10-15
menit.
- Luka diberi antiseptik/ alkohol 70 % atau tinktura yodium, atau larutan ephiran
0,1 %.
Vaksinasi setelah paparan :
VAR IM pada otot deltoid atau paha anterolateral. Regimen:
- Regimen Essen (rekomendasi WHO): dosis 0,5 ml pada hari 0, 3, 7, 14, 28
- Regimen Zagreb (Rekomendasi Kemenkes RI): dosis 0,5 ml pada hari 0, 7, 21

Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV


Tatalaksana Rabies
(Kemenkes RI, 2011)
Prognosis & Komplikasi
Tetanus Tetanus Neonatorum
Komplikasi Komplikasi
- Kematian biasanya diakibatkan - Bronkopneumonia, asfiksia &
asfiksia yg ditimbulkan spasme sianosis akibat obstruksi saluran
laring. pernafasan
- Pneumonia - Sepsis neonatorum

Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV
Kejang Demam
Prognosis
Anak dgn kejang demam memiliki kemungkinan 30-50 % mengalami kejang
demam berulang, dan 75 % nya terjadi dlm 1 thn stlh awitan yg pertama.
Resiko rekurensi bertambah bila:
- Kejang demam < 1 thn, resiko berulang : 50 %.
Kejang Demam terjadi > 1 thn, risiko berulang: 28 %
- Riwayat keluarga kejang demam atau epilepsi
- Cepatnya kejang setelah demam
- Kejang yg terjadi pd suhu tdk terlalu tinggi
Adanya ke empat faktor diatas meningkatkan resiko kejang demam berulang
hingga 80 %.
Bila tidak ada satupun faktor di atas ditemukan, kmungkinan berulang 10-15 %
Rabies

Komplikasi
- Neurologi : hiperakif, kejang, hidrofobia, aerofobia, edema serebri
- Pulmonal : hipoksemia, hiperventilasi, ateletaksis, apnea, pneumotoraks
- Kardiovaskular : aritmia, hipotensi, trombosis arteri vena, gagal jantung, henti
jantung
- Hipofisis : SAHAD (sindrom abnormalitas hormon antidiuretik), diabetes
insipidus.
- Lain-lain : anemia, perdarahan gastrointestinal, hipr/hipotermia, hipovolemia,
ileus paralitik, retensi urin, gagal ginjal akut

Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV

Anda mungkin juga menyukai