SEFALGIA
1.
2.
Kriteria Diagnosis
4.
Diagnosis Diferensial :
5.
6.
7.
Terapi
- propilaksis.
- CA. entry blocker selektif mis: Flunarizine.
- Pizotifen.
- Sipro heptadin.
Terapi simtomatik.
Bila diketahui penyebab:
terapi kausal
- Karbamazepin.
- Fenitoin.
- Dapat ditambahkan analgetika, vitamin dosis
tinggi terutama vit. B12, penenang bila perlu.
- Bila tak ada respons, konsultasi bagian bedah
saraf.
8. Standart Rumah Sakit
9.
Penyulit
diagnosis kurang teliti.
Tak perlu.
11.
Dokter Umum.
Bila ada kesulitan diagnostik atau terapi, rujuk ke
Tergantung keadaan.
14.
15. P. A.
16. Outopsia
Tak ada.
Standart Tenaga
dokter spesialis.
12.
Lama Perawatan
Output
menetap.
Berobat jalan.
Dirawat apabila rasa sakitnya tidak tertahankan.
EPILEPSI
1. Nama Penyakit/Diagnosis
Epilepsi
2. Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosis Diferensial :
Kejang psikogenik.
4.
5.
Konsultasi
6.
Anastesi.
Penyakit Dalam/Anak.
dll, bila perlu.
- Rawat jalan.
Rawat inap, hanya status kejang yang rawat ianap
di IPI.
7. Terapi
8.
9.
Rawat jalan:
- Lurninal 3 - 5 mglKg/hari.
- Fenitoin 3 - 8 mg/Kg/hari.
- Karbamazepin 10 - 20 mg/Kglhari.
- Asam valporit 15 mg/Kglhari.
- Clonazepam:
Anak 0,1 - 0,2 mg/Kglhari.
Dewasa 1,5 - 20 mg/hari.
- Tindakan umum terhadap koma.
- Hentikan kejang dengan:
Diazepam 10 - 20 mg IV pelan-pelan yang dapat
diulangi setelah 15-30 menit, bila kejang belum
berhenti, Diazepam 40 -100 mg dalam larutan
Darrow dengan kecepatan 40 cc / jam drip, bila
kejang belum teratasi,
Fenitoin 10 - 15 mg/Kg maksimal 250 IV pelanpelan (kecepatan 50 mglmenit) hati-hati
depresi/blok jantung, bila masih kejang,
Pertimbangkan anastesi umum.
- Bila kejang telah berhenti, untuk mencegah
timbulnya kejang yang berulang, diberikan Fenitoin,
Fenobarbital atau anti kejang lainnya untuk
rumatan.
Rawat jalan, semua rumah sakit.
Rawat inap, semua rumah sakit, diutamakan yang
mempunyai IP1.
10. Penyulit
serebri dll.
11.
lnformed Consent
Rawat jalan
- Jenis dari epilepsi.
- Berobat tidak teratur.
Rawat inap
- Karena penyakit, bila kejang tidak
- berhenti timbul gangguan pernafasan. edema
-
Perlu.
12.
Standart Tenaga
13.
Lama Perawatan
Rawat jalan
Sampai 2 - 3 tahun bebas gejala.
Rawat lnap di lPI.
Sampai kejang teratasi dan kesadaran pulih, kemudian
pindah keruangan dan berobat jalan bila keadaan
umum telah memungkinkan.
Masa Pemulihan:
Rawat jalan: Rawat inap: lebih kurang satu minggu.
14.
Output
Rawat inap:
Biasanya kejang dapat diatasi, tapi pasien harus tetap
makan obat anti kejang secara teratur untuk rumatan.
Rawat jalan:
Tergantung jenis epilepsi, biasanya dapat terkontrol
dengan obat anti kejang.
15.
P. A.
Bila diperlukan
16. Autopsi
Dokter Umum.
Konsultasi Dokter Spesialis Saraf.
Jarang.
Bila kausanya dioperasi (misalnya tumor).
Nama Penyakit/Diagnosis:
2.
Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosis Diferensial :
4.
Pemeriksaan Penunjang :
-
Kontusio serebri.
Meningitis/ensefalitis.
SOL (tumor otak dll).
Dll.
- LP, Head CT Scan, Arteriografi, MRI, Dopler dll
Laboratorium: darah rutin, thrombosit, hematoktrit,
fibrinogen, agregasi thrombosit, urine rutin, gula
darah N/ PP, cholestrol (total, HDULDL, trigliseride),
asam urat, ureum creatinin.
X-Foto Thoraks dan ECG.
5.
Konsultasi
Penyakit dalam.
6.
7.
Terapi
yang menurun.
8.
9. Penyulit
dll).
10.
lnformed Consent
Perlu (tertulis).
11.
Standart Tenaga
12.
Lama Perawatan
14.
Output
15.
P. A.
16.
Autopsi
Kriteria Diagnosis
Anamnese/dilihat sendiri:
adanya benturan dikepala, riwayat pingsan, muntah,
amnesia retrograd, post traumatic amnesia.
Adanya lusid interval, pusing, pening, perdarahan
telinga, hidung, dll.
Pemeriksaan: gangguan tingkat kesadaran,
kelumpuhan, kejang, SKG.
3.
Diagnosis Diferensial
4.
Pemeriksaan Penunjang :
Artereografi/EEG, LP.
5. Konsultasi
6.
Terapi
7.
Perawatan Rumah Sakit : Semua kasus trauma kapitis harus dirawat nginap
di rumah sakit minimal 3 hari untuk observasi/adanya
suatu perdarahan epidural/subdural yang mempunyai
lusid interval (terutama pada daerah RS yang tidak
mempunyai alat CT Scan/Arteriografi).
8.
kelas C.
Perdarahan masif.
Edema serebri yang tak terkontrol.
Sindroma otak organik.
Herniasi.
9. Penyulit
10.
lnformed Consent
11.
Standart Tenaga
Minimal 3 hari.
13. Output
SOO.
14. Autopsi
hukum.
saraf).
2.
Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosis Diferensial :
No 1 dan 2
Kelainan intra kranial.
Kelainan saraf tepi.
4. Pemeriksaan Penunjang :
5.
Konsultasi
7.
Terapi
8.
Prognosis
fungsi saraf.
2.
Kriteria Diagnosis
Riwayat kecelakaan/jatuh.
Keluhan kelumpuhan anggota gerak, sensibilitas,
miksi defekasi.
3.
Diagnosis Differensial :
disease.
4. Pemeriksaan Penunjang :
5.
Konsultasi
6.
Terapi
lstirahat mutlak/immobilisasi/fiksasi.
Anti oedema.
Operatif.
Rehabilitasi/fisioterapi.
Mutlak.
9.
Dokter Spesialis.
Minimal 2 minggu.
Perlu.
13. P. A.
Penyulit
2.
Kriteria Diagnosis
autonom.
3. Diagnosis Differensial
4.
Pemeriksaan Penunjang :
5.
Konsultasi
6.
Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap segera pada Neuropati akut, bila timbul
gangguan pernafasan (pada sindroma Landry),
memerlukan perawatan intensif di ICU Neuropati.
Khronik: Tergantung keadaan.
7.
Terapi
8.
9. Komplikasi
10
lnformed Consent
11.
Standart Tenaga
14. Output
yang menetap.
15.
P. A.
16.
Autopsi
MIASTENIA GRAVIS
1.
Nama Penyakit/Diagnosis:
2.
Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosis Diferensial :
4.
Pemeriksaan Penunjang :
-
5.
Konsultasi
hematology-imunologi.
Miastenia Gravis
6.
Perawatan Rumah Sakit : Miastenia umum yang berat dan krisis miastenia
harus dirawat, kalau bisa diruang ICU.
7.
Terapi
dexamethason).
siklofosfamid).
Timektomi.
Plasmaphoresis.
11
8.
Standart Rumah Sakit :
alat bantu nafas.
9.
Penyulit
kholinergik.
Perlu.
:
:
Dokter Spesialis.
Tergantung keadaan.
14. Output
sembuh parsial.
15. P. A.
Bila timektomi.
16. Autopsi
Jarang.
MIOPATI
1. Nama Penyakit/Diagnosis
: Miopati
Distrofia muskulorum progessiva.
Polimiositis/miositis
Miotonia
Drug induced myopathy.
Periodic paralysis.
2. Kriteria Diagnosis
idiopatik).
Herediter.
Poliomielitis.
Neuropati.
3.
Diagnosis Diferensial :
4.
Pemeriksaan Penunjang :
:
5.
Konsultasi
6.
Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap bila ada penyulit atau untuk
menegakkan diagnosis dan mencoba mencari
kausanya.
7.
Terapi
Herediter:
Suportif.
12
Rehabilitasi/fisioterapi
Pencegahan (marriage counseling).
Didapat: tergantung diagnosisnya.
8.
9.
Penyu!it
bertahap.
10.
lnformed Consent
Perlu.
11.
Standart Tenaga
Dokter Spesialis.
12.
Lama Perawatan
13.
Masa Pemulihan
14.
Output
15.
P. A.
16.
Autopsi
2. Kriteria Diagnosis
3. Diagnosis Diferensial
13
- Penyakit Weil.
2. Bentuk Paralistik:
- Mielitis transversa.
- Guillain Barre.
- Poliartritisrematika.
- Motor neuron disease. -dll.
4.
5.
Konsultasi
Anestesi.
Orthopaedi.
Fisioterapi.
6.
Rawat inap.
7.
Terapi
hangat.
8.
1. Istirahat total.
2. Pada bagian tubuh yang nyeri dapat diberi botol
3. Analgetika, Phenobarbital.
Sesudah 2 minggu dan keadaan likuor kembali
normal dilakukan fisioterapi.
Fase Rekon/valensi pertama (1 6) bulan:
Fisioterapi.
Tindakan orthopedik bila perlu.
Fase Rekon/valensi kedua (6 bulan 3 tahun):
Latihan latihan berkelompok.
Orthopedik bila perlu.
9. Penyulit
10. lnformed Consent
:
:
Gsaluran pernafasan.
Perlu.
Dokter Spesialis.
Kira-kira 2 minggu.
14.
Output
15.
P. A.
Tidak dilakukan.
16.
Autopsi
Bila diperlukan.
Nama Penyakit/Diagnosis:
14
3. Diagnosis Diferensial
1. Lues Spinalis.
2. Siringo mieli dan siringobulbi.
3. Tumor medulla spinalis (didaerah servikal).
Diskus hernia di daerah servikal.
Adkesi adkesi pada arakhnoidea didaerah servikal.
4.
Pemeriksaan Penunjang :
2.
3.
4.
5.
Konsultasi
6.
Perawatan Rumah Sakit :
dengan penyakit.
7.
Terapi
8.
9.
Penyulit
10.
lnformed Consent
Perlu.
11.
Standart Tenaga
Dokter Spesialis.
14.
15. P. A.
16. Autopsi
Bisa diperlukan.
Output
1. Suporsif.
2. Fisioterapi.
15
1. Nama Penyakit/Diagnosis
dll).
2.
: Gangguan Ekstrapiramidal/
Movement Disorders (Gangguan Gerak)
Sindroma Parkinson (parkinson Disease, Drug induced
Chorea.
Athetosis.
Dystonia.
Myoklonus.
Ballismus.
Myokymia.
Tic.
Spasmodic torticollis.
dll.
Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosis Diferensial :
involunter.
4.
Pemeriksaan Penunjang :
kemungkinan diagnosis).
aktivitas fungsinal dll.
5.
Terapi
Sindroma Parkinson:
Levodopa.
Anticholinergic-drugs.
Antihistamine.
Bromocriptine.
Deprenyl dll.
Chorea:
lstirahat.
Chlorpromazine.
Kortikosteroid.
Haloperidol.
Penicillin (Prophylaxis).
7.
Perawatan Rumah Sakit :
diagnostik.
8.
Standart Rumah sakit :
diagnostik.
9.
Penyulit
penyakit.
Dokter Spesialis.
16
12.
Lama Perawatan
13.
Masa Pemulihan
14 . Output
15. P. A.
16. Autopsi
TUMOR OTAK
1. Nama Penyakit/Diagnosis
2. Kriteria Diagnosis
Primer:
Jaringan otak.
Spinal kord.
Selaput otak.
Pembuluh darah.
Kelenjar pituitari & Pineal.
Metastase:
Paru-paru.
Saluran cerna.
Payudara.
Ginjal.
3.
Diagnosis Diferensial :
4.
5.
Konsultasi
Tumor Otak
Hematoma Subdural.
Abses otak.
Ensefalitis akuta.
Meningitis Tuberculosa.
Pseudo tumor serebri.
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
Bedah.
Paru.
THT.
Mata.
17
6.
7.
Terapi
8.
9.
Penyulit
10.
lnformed Consent
Perlu.
11.
Standart Tenaga
Dokter Umum.
Dokter Spesialis.
CEREBRAL PALSY
1.
Nama Penyakit/Diagnosis:
2.
Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosis Diferensial :
4.
Pemeriksaan Penunjang :
-
- EEG.
X foto tengkorak.
Brain CT Scan/MRI.
5.
Konsultasi
T H T.
Mata.
Cerebral Palsy
18
6.
7.
Terapi
vitamin, tranquilizzer k/p.
Psikiatri.
Psikologi.
Jika tergolong Scvere CP.
Rehabilitasi.
Operatif Ortopedi.
8.
Penyulit
9.
lnformed Consent
Tergantung indikasi.
12. Output
13. P. A.
NYERI PUNGGUNG
1.
2. Kriteria Diagnosis
1. Nyeri tengkuk.
Nyeri yang berasal dari tengkuk, lokal, adakalanya
menjalar ke kepala belakang, atau lengan dan jari
yang tidak berasal dari organ viseral.
Misalnya: trauma,spondilosis,HNP,dll.
2. Nyeri punggung bawah.
Nyeri yang berasal dari punggung bawah, lokal,
adakalanya menjalar ketungkai, kaki, dan jari yang
tidak berasal dari organ viseral.
Misalnya: trauma, HNP, Osteoartropati, ankilosing,
spondilitis, neoplasma (ekstradural malignant
tumors), infeksi, dll.
3. Nyeri dada belakang.
Misalnya spondilitis tuberkulosis, dll.
3.
Diagnosis Diferensial :
4.
5.
Konsultasi
Nyeri Psikogenik.
Nyeri pada tengkuk ataupun punggung bawah, tapi
pada pemeriksaan tidak dijumpai kelainan saraf.
19
6.
7.
Terapi
1. Analgetik.
2. Relaksan Otot.
3. Tergantung kausa.
9.
Bila perlu.
11.
Standart Tenaga
Penyulit
14. Output
Tergantung kausa.
15. P. A.
16. Autopsi
VERTIGO
Bila perlu.
1.
Nama Penyakit/Diagnosis:
2.
Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosis Diferensial :
4.
Pemeriksaan Penunjang :
2.
vertebra servicalis.
3.
4.
5.
Konsultasi
dalam).
6.
7.
Terapi
Vertigo
1. Terapi kausal.
2. Terapi medikamen:
20
- Betahistine (merislon).
- Betahistine dihidrochloride (Betaserc).
3. Sinarizin.
Flunarizin.
Fenotiazin.
Tietilperazin.
Sulperid.
Pirasetam.
8.
9.
Penyulit
10.
lnformed Consent
Tidak perlu.
12.
Lama Perawatan
13.
Masa Pemulihan
Tergantung keadaan.
14. Output
tersebut.
15.
P. A.
16.
Autopsi
2.
Kriteria Diagnosis
fokal.
1. Koma metabolik.
Tidak dijumpai tanda defisit neurologis.
2. Koma intrakranial primer fokal.
Tanda kelainan neurologi dimulai dengan gejala
3. Koma intrakranial primer difus.
Tanda kelainan neurologi sejak permulaan difus
atau simetris yang progresif tingkat demi tingkat.
3.
Diagnosis Diferensial
1. Koma Psikogenik.
Kelihatannya seperti koma tapi pada pemeriksaan
tidak dijumpai kelainan.
2. Locked-in syndrome.
Pasien bangun dan sanggup berkomuniksai hanya
dengan kedip/gerakan mata.
Persistent vegetative state.
Pasien bangun tapi tidak waspada.
21
4.
Ruang ICU.
7.
Terapi
optimal.
Perawatan bowel.
Perawatan bladder.
dll.
9.
Perlu.
11.
13.
Masa Pemulihan
Tergantung kepada:
Cepat dan tepatnya tindakan.
Lamanya koma.
Kausa, penyakit lain dan penyulit.
14.
Output
15.
P. A.
Jarang.
16.
Autopsi
Bila perlu.
Penyulit
Standart Tenaga
DEMENSIA
22
1.
2.
Kriteria Diagnosis
parkinson.
3.
Diagnosis Diferensial :
4.
5.
Konsultasi
6.
7.
Terapi
8.
9.
Penyulit
obat berbeda.
10.
Informed Consent
Tidak perlu.
11.
Standart Tenaga
12.
Lama Perawatan
13.
Masa Pemulihan
Tergantung keadaan.
14.
Output
1. SDAT.
Belum ada penyembuhan.
2. Reversibel dementia.
Bergantung keadaan.
23
15.
P. A.
16.
Autopsi
Sangat perlu.
NEUROGENfC BLADDER
1.
Nama Penyakit/Diagnosis :
Nuerogenic Bladder
2.
Kriteria Diagnosis
sistem saraf.
3.
Diagnosa Banding
hipertrofi, malignansi, dll.
4.
Pemeriksaan Penunjang :
5.
Konsultasi
6.
7.
Terapi
LMN.
1. Tahap Akut.
Kateterisasi intermiten.
Metode ini dengan tehnik "non touched". Ritriksi
pemberian cairan. Bila penderita dirawat di ruang
ber AC, maka jumtah cairan total yang diberikan
1500 cclhari, dibagi rata tiap 2 jam. Katerisasi tiap
6 jam. Urine yang diperoleh tidak lebih dari 500 cc.
2. Tahap Rehabilitasi.
Pada tahap ini KK telah terbagi dua, KK UMN dan KK
1. KK Umum.
Dua hari kemudian dilakukan pemeriksaan
refleks anal superfisial, refleks bulbokapernosus
dan tes air dingin. Bila belum memberikan
respons, evaluasi diulangi tiap 72 jam.
Bila percobaan percobaan tersebut
memberikan hasil yang positif, maka latihan KK
(Bladder training) dimulai.
Katerisasi dapat dihentikan, bila jumlah urin
yang keluar spontan sama dengan jumlah yang
diperoleh via kateter.
Kadang-kadang bladder training tidak
memberikan hasil yang memuaskan, untuk itu
pemberian obat-obatan dapat dipertimbangkan
misalnya:
Untuk otot detrusor kurang efisien, obat
kolinergik, misalnya:
- Karbakol 0,25 mg IM tiap 6 jam.
- Betanekol kloridal0 mg SK tiap6 jam.
- Tab. Betanekol 4 x 50 mg.
Terkadang otot detrusor terlalu Wuac kontraksi,
untuk mengatasinya, obt anti kolinergik
24
misalnya, oral:
Bantin 4 x 50 - 100 mg, probantin 4 x 15 mg.
Obat yang mengurangi spastic berlebihan
sfingter:
- Diazepam 4 x 10 - 20 mg.
- Baklofen 3 x 5 - 30 mg.
Bila dengan bantuan obat Bladder training
terlalu spastik.
2. KK LMN.
Manual compression.
9. Penyulit
lnfeksi.
10.
lnformed Consent
Perlu.
11.
Standart Tenaga
Dokter Umum.
12.
Lama Perawatan
Tergantung keadaan.
13.
Masa Pemulihan
Tergantung keadaan.
14.
15.
Output
P. A.
:
:
Tergantung keadaan.
-
16.
Autopsi
Nama Penyakit/Diagnosis:
a.
b.
c.
2.
Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosis Diferensial :
4.
5.
Konsultasi
Klinis.
Penurunan kesadaran, demam, kejang, sakit kepala
sangat, kelumpuhan, refleks-refleks patologis, kaku
kuduk, gangguan sensibilitas.
Ensefalopatia, stroke, epilepsi.
25
6.
7.
8.
9.
Terapi
26