Sebelum difiksasi jaringan yang baru diambil oleh ktinisi bila diinginkan untuk
menetapkan apakah batas sayatan operasi telah bebas dari massa tumor, harus
diberi tanda mana bagian atas, bawah, kiri, kanan, permukaan atau dasar dari tumor
misalnya dengan menggunakan zijde, cat gut, atau tinta cina.
Untuk biopsi aspirasi hati, limpa, paru, dan organ intraabdomina{ lainnya,
harus dicantumkan pemeriksaan jumiah trombosit, dan lainlain berhubungan dengan
pembekuan darah.
Untuk biopsi paru harus dilampirkan foto torak sedikit foto lateral dan A-P.
RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMt
Jenis atau metode pemeriksaan PA yang dapat dilakukan di RSHAM meliputi
pemeriksaan :
1. Pemeriksaan histopatologi.
Blok parafin
Potong beku
2. Pemeriksaan sitopatologi
Sitologi cairan tubuh urine, cairan asites, cairan pleura, cairan kista, dan lainlain.
3. Pemeriksaan histokimia.
4. Pemeriksaan imunopatologi.
5. Pemeriksaan otopsi klinik.
1. Pemeriksaan Histologi
1.1. Pemeriksaan PA Biasa (memakai blok paraiin) Prosedur peng+riman Bahan
Bahan yang akan diperiksa setelah dikeluarkan dari tubuh pasien secepatnya
difiksasi dalam formalin 10 %.
Bi{a jaringan besar maka jaringan ini harus dipotong lameller dengan jarak 4-5 mm
tapi bagian bawahnya tidak sampai dipotong lepas agar dapat dikonstruksi kembali.
Prosedur Pengolahan Jaringan
Petugas lab. Memotong blok parafin, memutas sediaan dan memberi label
pada petugas lab, menyerahkan sediaan kepada Dokter Spesialis PA untuk dianalisis.
Prosedur Diagnosis
Balasan konsult bila langsung, melalui keluarga pasien atau melalui pos.
1.2.
Bahan yang akan diperiksa, segera dikirimkan kepada lab. PA tanpa fiksasi.
Dokter Spesialis PA, segera memilih dan memotong bagian jaringan yang
akan diproses atau diperiksa.
Potongan yang dipilih, segera difikasi dalam formalin 14!, 60 derajat celcius
selama 2-3 menit.
Bahan yang akan diperiksa bisa berupa usapan vagina atau serviks.
Sediaan dapat dikirim dalam keadaan kering sesudah difiksasi atau dalam
keadaan masih di dalam cairan fiksatif.
Dokter Spesialis PA, memeriksa jawaban yang sudah diketik dan ditanda
tangani jawaban itu.
Sel yang terkandung biasanya sangat sedikit, dan smeat-nya sendiri dapat
menyebabkan perubahan-penabahan pada sel.
.
Cairan serebrospinal sebaiknya tidak difiksasi tapi cepat dikirimkan
kelaboratorium. Dalam keadaan terpaksa dapat juga difiksasi dengan mencampurkan
alkohol 50 % dalam jumlah yang sama banyak.
PROSEDUR PENGIRIMAN BAHAN
Cairan tubuh (urine, cairan pleura, asites, bilasan, atau sikatan bronkus),
tanpa fiksasi segera dikirm ke laboratorium PA.
Bahan harus disertai formulir pengiriman bahan yang telah dilengkapi dengan
identitas pasien, cara pengambilan bahan, diagnosa klinik serta keterangan yang
berhubungan dengan diagnosa klinik.
PERUBAHAN PENGOLAHAN BAHAN
diagnosa.
PROSEDUR PENGIRIMAN JAWABAN
Jarum Franzen untuk aspirasi prostat, 210 mm no. 23. 3. Staining Kit
Hemacolor atau May Grunewatd Giemsa.
TEKNIK PENGAMBILAN SEDIAN-SEDIAAN SITOLOGI
Teknik pengambilan sampel sebagai mana yang dianjurkan oleh Franzen dkk, dimana
dipergunakan semprit plastik (disposible syringe) 10 cc yang dipasangkan pada
handle berupa pistol (Comeco, Enebyberg, Sweden).
Biopsi aspirasi dilakukan dengan pasien terbaring atau duduk dan ditengadahkan
tergantung pada daerah yang akan dibiopsi. Oleh karena aspirasi dilakukan dengan
cepat dan hanya menyebabkan trauma yang sangat ringan biasanya anastesia tidak
diperiukan. Sejumtafi tusukan dapat dilakukan, sehingga daerah-daerah yang
berbeda dapat dibiopsi pada suatu waktu dan aspirasi dapat segera diulangi bila
materi dilekatkan pada disposable syringe yang dipasang pada tegangan khusus
atau pistol grip. Alat ini memungkinkan untuk melakukan penusukan dan
penghisapan dengan satu tangan sedang massa pembengkakan dapat dipegang dan
difiksasi antara jempol dan jari telunjuk tangan yang lain. Pemilihan jarum tergantung
pada pengalaman. Umumnya akan diperoleh hasil yang baik dengan jarum no. 22
(external diameter 0.6 mm). Jarum dengan diameter yang lebih besar diperlukan jika
jaringan mengalami fibrotik atau kalsifikasi.
Aspirasi dilakukan dalam 4 tahap :
Sebelum jarum ditarik lesi, tekanan daiam syringe harus dibuat sama dengan
melepaskan pinston dari syringe. Jika darah terisap lebih dari 0,3 ml aspirasi
sebaiknya dibuang dan biopsi diu(ang. Setelah aspirasi selesai, jarum dilepaskan dan
syringe di isi dengan udara. Jarum dan syringe kembali dihubungkan dan dilakukan
sedikit penekanan untuk memancarkan aspirat dari jarum ke slide kaca. Aspirat
diteteskan satu tetes pada bagian ujung dari slide, dan ini paling baik dilakukan
Untuk imprint bidang syaratan tersebut diatas ditekan, oleskan keatas kaca
objek.
Untuk organ tertentu seperti payudara, ovarium dan endometrium, ginjal, kulit dan
kelenjar getah bening maka pemeriksaan imunopatologi sangat diperlukan untuk
dapat sampai pada diagnosa yang lebih rinci dan untuk terapi.
Pemeriksaan imunopatoiogi pada lab. PA, dapat dilakukan pada jaringan yang sudah
diproses (blok parafin) atau pada jaringan yang masih segar. Oleh karena
pemeriksaan imunopatotogi ini merupakan pemeriksaan khusus, maka kepada yang
memerlukan pemeriksaan ini diharapkan untuk berkomunikasi terlebih dahulu
dengan lab. PA.
Pemeriksaan imunologi dapat dilakukan antara lain untuk menetapkan reseptor
estrogen, reseptor progesterone, CD (clusterdifferentiation), antigen virus misainya
EBV (Ebstein Barr Virus).
5. PEMERIKSAAN OTOPSI KLINtK
Pemeriksaan otopsi klinik ialah pemeriksaan yang dilakukan terhadap jenazah yang
meninggal karena sakit, untuk mengetahui lebih pasti antara lain penyebab
kematian, penyakit yang diderita sebefumnya dan mekanisme terjadinya kemafiian.
Setiap dokter spesialis PA mampu melakukan otopsi klinik, tetapi pemeriksaan ini
hanya dpat dilaksanakan pada lab. PA yang mempunyai sarana untuk otopsi kinik.
Agar otopsi klinik dapat ditaksanakan, maka permintaan dari dokter yang merawat
penderita sebelumnya, harus telah mendapat persetujuan dari keluarga terdekat dari
almarhum atau tetah disetujui oieh direktur rumah sakit kepala bagian dimana
almarhum meninggal.
Dokter Spesialis PA yang melakukan otopsi klinik, hendaknya diberikan data-data
tentang keadaan almarhum sewaktu dirawat serta dugaan tentang penyebab
kematian. Pemeriksaan otopsi ktinik, tidak bermaksud untuk mengadili tindakan
sebelumnya, melainkan semata-mata untuk mendapatkan kebenaran dalam ilmu
kedokteran yang sangat berguna baik bagi para dokter maupun bagi pasien.