Anda di halaman 1dari 24

ATNA PERMANA , M.

BIOMED
 Laboratorium klinik sebagai subsistem
pelayanan kesehatan menempati posisi
penting dalam diagnosis invitro.
 Setidaknya terdapat 5 alasan penting
mengapa pemeriksaan laboratorium
diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis,
pemantauan progresifitas penyakit, monitor
pengobatan dan prognosis penyakit.
 Oleh karena itu setiap laboratorium harus
dapat memberikan data hasil tes yang teliti,
cepat dan tepat.
 Dalam proses pengendalian mutu
laboratorium dikenal ada tiga tahapan
penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan
pasca analitik.
 Pada umumnya yang sering diawasi dalam
pengendalian mutu hanya tahap analitik dan
pasca analitik yang lebih cenderung kepada
urusan administrasi, sedangkan proses pra
analitik kurang mendapat perhatian
 Kesalahan pada proses pra-analitik dapat
memberikan kontribusi sekitar 61% dari total
kesalahan laboratorium, sementara kesalahan
analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%.
 Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu : pra-analitik ekstra laboratorium dan pra-
analitik intra laboratorium.
 Proses-proses tersebut meliputi persiapan
pasien, pengambilan spesimen, pengiriman
spesimen ke laboratorium, penanganan
spesimen, dan penyimpanan spesimen.
 Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter
merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi
pasien.
 Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai tindakan apa
yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu,
dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh
pasien.
 Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak
menimbulkan ketakutan atau persepsi yang
keliru bagi pasien.
 Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak
sesuai dengan kondisi klinis pasien akan
menghasilkan interpretasi yang berbeda
 Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan
oleh dokter atau paramedis sangat
berpengaruh terhadap hasil laboratorium;
tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan
memberikan penilaian hasil laboratorium
yang tidak tepat.
 Hal yang sama juga dapat terjadi bila
keluarga pasien yang merawat tidak
mengikuti instruksi tersebut dengan baik.
 Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang
terkontrol dari proses pra-analitik yang dapat
mempengaruhi keandalan pengujian
laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat
diidentifikasi oleh staf laboratorium.
 Ini terutama mencakup variabel fisik pasien,
seperti latihan fisik, puasa, diet, stres, efek
posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup
(konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat adiktif),
usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca
transfusi, pasca donasi, pasca operasi,
ketinggian.
 Spesimen yang akan diperiksa laboratorium
haruslah memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
 Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
 Volume mencukupi
 Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak
kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak
berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman)
 Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat
 Ditampung dalam wadah yang memenuhi
syarat
 Identitas benar sesuai dengan data pasien
 Sebelum pengambilan spesimen, periksa
form permintaan laboratorium.
 Identitas pasien harus ditulis dengan benar
(nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam
medis, dsb) disertai diagnosis atau
keterangan klinis.
 Periksa apakah identitas telah ditulis dengan
benar sesuai dengan pasien yang akan
diambil spesimen.
 Tanyakan persiapan yang telah dilakukan
oleh pasien, misalnya diet, puasa.
 Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang
dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb.
 Catat apabila pasien telah mengkonsumsi
obat-obatan tertentu, merokok, minum
alkohol, pasca transfusi, dsb.
 Catatan ini nantinya harus disertakan pada
lembar hasil laboratorium.
 Peralatan yang digunakan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
 bersih, kering
 tidak mengandung deterjen atau bahan kimia
 terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-
zat dalam spesimen
 sekali pakai buang (disposable)
 steril (terutama untuk kultur kuman)
 tidak retak/pecah, mudah dibuka dan
ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume
spesimen
 Antikoagulan adalah bahan kimia yang
digunakan untuk mencegah pembekuan
darah.
 Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus
disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang
diminta.
 Volume darah yang ditambahkan juga harus
tepat.
 Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis
spesimen yang diperlukan, seperti :
 Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti,
vena cephalic, atau vena basilic).
 Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi,
bekas luka, hematoma, oedema, canula, fistula
 Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan
tangan), arteri brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat
paha).
 Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari
manis tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi
telapak kaki pada bayi.
 Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh
memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau
pucat.
 Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat
yang sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.
 Penentuan waktu pengambilan spesimen penting
untuk diperhatikan.
 Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi
(ideal)
 Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum
pemberian antibiotik
 Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam
setelah buang air yang terakhir
 Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam
 Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah
malam
 Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi
hari setelah bangun tidur
 Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil
pada pagi hari dan setelah puasa 10-12 jam
Hal-hal yang harus diperhatikan pada
pengambilan spesimen adalah :
 Tehnik atau cara pengambilan.
 Pengambilan spesimen harus dilakukan
dengan benar sesuai dengan standard
operating procedure (SOP) yang ada.
 Cara menampung spesimen dalam
wadah/penampung.
 Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai
kapasitas), jangan ada yang menempel pada bagian
luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.
 Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan
dalam posisi berdiri untuk mencegah spesimen
tumpah.
 Darah harus segera dimasukkan dalam tabung
setelah sampling.
 Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding
tabung perlahan-lahan agar tidak terjadi
hemolisis.
 Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas,
pemindahan sampel ke dalam media dilakukan
dengan cara aseptik
 Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah
yang ditambahkan tidak keliru.
 Homogenisasi segera darah yang menggunakan
antikoagulan dengan lembut perlahan-lahan.
Jangan mengkocok tabung keras-keras agar tidak
hemolisis.
 Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak
terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah
dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar
 Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang
urine yang mula-mula keluar sebelum
mengumpulkan urine untuk diperiksa.
 Perempuan yang sedang menstruasi atau yang
mengeluarkan banyak secret vagina,
sebaiknya memasukkan tampon sebelum
mengumpulkan specimen.
 Bagian luar wadah urine harus dibilas dan
dikeringkan setelah spesimen didapat dan
keterangan tentang pemeriksaan harus jelas
dicantumkan.
 Sampel tinja sebaiknya berasal dari
defekasi spontan. Jika sangat
diperlukan, sampel tinja juga dapat
diperoleh dari pemeriksaan usap dubur
/ rectal swab.
 Masukkan sampel ke dalam wadah yang

bersih, kering, tidak terkontaminasi


oleh bahan apapun, dapat ditutup
rapat, dapat dibuka dengan mudah dan
bermulut lebar.
 Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak
terkontaminasi oleh bahan apapun,
mudah dibuka, mudah ditutup, dan
bermulut lebar.
 Untuk pewarnaan BTA, jangan gunakan
wadah yang mengandung bercak lilin atau
minyak, sebab zat ini dapat dilihat
sebagai bintik-bintik tahan asam dan
dapat menyulitkan penafsiran.
 Sebelum pengambilan spesimen,
penderita diminta berkumur dengan air,
bila mungkin gosok gigi terlebih dulu.
 Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas
dulu.
 Pada saat pengambilan spesimen, penderita
berdiri tegak atau duduk tegak
 Penderita diminta untuk menarik nafas dalam
2 – 3 kali kemudian keluarkan nafas
bersamaan dengan batuk yang kuat dan
berulang kali sampai dahak keluar.
 Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung
dalam wadah dengan cara mendekatkan
wadah ke mulut.
 Amati keadaan dahak.
 Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan
akan tampak kental purulen dengan volume
cukup ( 3 – 5 ml )
 Pemasangan
turniquet terlalu lama dapat
menyebabkan :
 Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat,
dan Mg2+ meningkat
 pH menurun, hemokonsentrasi
 PPT dan APTT mungkin memendek karena
pelepasan tromboplastin jaringan ke dalam
sirkulasi darah
 Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa,
dan Mg2+ meningkat, sedangkan pH menurun
 Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk
kena) dapat menyebabkan :
 trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang
 kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat
 Pengambilan darah pada jalur infus dapat
menyebabkan :
 natrium meningkat pada infus saline
 kalium meningkat pada infus KCl
 glukosa meningkat pada infus dextrose
 PPT, APTT memanjang pada infus heparine.
 kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit,
trombosit, eritrosit menurun pada semua jenis infus
 Homogenisasi darah dengan antikoagulan
yang tidak sempurna atau keterlambatan
homogenisasi menyebabkan terbentuknya
bekuan darah.
 Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan
K+, Mg2+, fosfat, aminotransferase, LDH,
fosfatase asam total
 Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai