DISUSUN OLEH :
Nim : 711345319009
2020
Judul : Pemeriksaan Reumatoid Faktor
Prinsip : RF pada serum pasien akan bereaksi dengan IgG manusia yang dilekatkan
Dasar Teori :
Arthritis adalah peradangan pada sendi. Arthritis Reumatoid adalah suatu penyakit
autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh system kekebalan tubuhnya
sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi.
Penyebab Arthritis Reumatoid hingga sekarang belum diketahui, namun ada beberapa factor
yang diperkirakan berperan dalam timbulnya penyakit ini yaitu system kekebalan tubuh dan
infeksi virus Epstein Barr (EBV).
Proses inflamasi
PRA ANALITIK
➢ PERSIAPAN PASIEN
Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan
laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari
tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang
diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi
pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis
pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi
yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil
laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan penilaian
hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga
pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut denganbaik.
Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-
analitik yang dapat mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang
hampir tidak dapat diidentifikasi oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup
variabel fisik pasien, seperti latihan fisik, puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi,
kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat adiktif), usia, jenis
kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, pasca donasi, pasca operasi, ketinggian.
Karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa variabel
biokimia dan hematologi, maka gaya hidup individu dan ritme biologis pasien harus
selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.
• Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah
bentuk, steril (untuk kultur kuman)
➢ Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
• bersih, kering
• tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume
spesimen
➢ Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah.
Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan
yang diminta. Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat.
• Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic, atau
vena basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas
luka, hematoma, oedema, canula, fistula
• Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri
brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).
➢ Waktu Pengambilan
• Penentuan waktu pengambilan spesimen penting untuk diperhatikan.
➢ PENGAMBILAN SPESIMEN
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :
1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar
sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.
2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.
o Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada
yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.
o Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk
mencegah spesimen tumpah.
o Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal
seperti berikut :
▪ Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.
▪ Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan
agar tidak terjadi hemolisis.
▪ Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak
keliru.
▪ Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan
lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keras-keras agar
tidak hemolisis.
➢ IDENTIFIKASI SPESIMEN
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus
dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi
pengisian formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada
wadah spesimen. Keduanya harus cocok sama. Pemberian identitas ini setidaknya
memuat nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis serta tanggal pengambilan.
Kesalahan pemberian identitas dapat merugikan.
Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus
pada label dan formulir permintaan laboratorium.
➢ PENANGANAN SPESIMEN
• Identifikasi dan registrasi specimen
• Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius
• Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar
• Gunakan sentrifus yang terkalibrasi
• Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label
• Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan
➢ PENYIMPANAN SPESIMEN
• Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan
dikirim ke laboratorium lain
• Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya
• Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator
• Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan
terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa.
• Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan
• Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -20ºC, -
70ºC atau -120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.
• Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka
plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.
• Memberi bahan pengawet pada spesimen
• Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri
➢ Tindakan Pencegahan
Produk ini hanya untuk penggunaan in-vitro diagnostic. Meskipun serum kontrol
yang tersedia dalam tes kit RF telah diuji oleh metode resmi FDA tentang antigen
kemunculan hepatitis B dan antibodi HTLV-III yang telah non reaktif, semua produk
serum manusia dan spesimen pasien, harus dianggap berpotensi berbahaya dan harus
ditangani dengan cara yang sama seperti menangani agen yang terinfeksi. Sodium azide
pengawet bisa bereaksi pada pipa ledeng dan menyebabkan ledakan metal oxides. Untuk
membuangnya, siram dengan banyak air untuk mencegah penumpukkan metal azide.
➢ Pengumpulan Spesimen
Tes ini harus diujikan pada serum. Jangan menggunakan plasma karena fibrinogen
dapat mengakibatkan aglutinasi non spesifik pada partikel latex. Kontaminasi bakterial
yang parah juga bisa mengakibatkan aglutinasi positif semu. Serum lipemic secara tegas
jangan diujikan karena kemungkinan reaksi nonspesifiknya.
ANALITIK
Prosedur Kerja :
Aglutinasi dari suspensi partikel latex merupakan hasil positif. (Pengelompokan yang
dapat dilihat muncul dalam waktu 3 menit.) Serum yang bereaktif lemah menghasilkan
butiran-butiran yang sangat halus atau pengelompokan parsial. Hasil harus dibaca dalam
jangka 3 menit, karena reaksi non spesifik dapat terjadi setelah periode waktu yang
ditentukan.
Serum yang positif dalam tes pengecekan harus dites ualng dalam tes titrasi untuk
menghasilkan sebuah verifikasi untuk penginterpretasian garis batas. Pengenceran terbesar
dari sampel tes yang menunjukkan aglutinasi dianggap sebagai nilai akhir. Pengalian dari
faktor pengenceran dengan 20IU/ml akan menghasilkan level perkiraan dari RF.
➢ Cara Kualitatif
- Hasil (-) : Tidak terjadi Aglutinasi pada Well/lingkaran < 8 IU/ml
- Hasil (+) : Adanya Aglutinasi yang diidentifikasi pada level ≥ 8 IU/ml
Melakukan test pada setiap pengenceran sesuai dengan prosedur kualitatif sampai tidak ada
aglutinasi yang terlihat. Konsentrasi RF kemudian dapat dihitung dari pengenceran terakhir
yang ada aglutinasi.
RF (IU/ml) = pengenceran tertinggi reaksi positif x sensitivitas reagen (8,0 IU/ml)
Pembacaan Hasil
Cara pembacaan dari pemeriksaan Rheumatoid faktor secara aglutinasi latex:
A B
Gambar 1. Reaksi positif dan negatif pada slide test
A: Reaksi positif bila terjadi aglutinasi
B. Reaksi negatif bila campuran keruh seperti susu
Jika terjadi hasil yang meragukan pada pemeriksaan, diulangi dan dibandingkan dengan
kontrol positif dan negatif.
• Pengenceran
1+1(1:2)
1+3(1:4)
1+7(1:8)
1 + 15 ( 1 : 16 )
1 + 31 ( 1 : 32 )
• Rumus :
Volume Sampel (serum)
Vol. Sampel + Vol.
Pengencer
• Contoh :
1. 50µl/50µl + 50µl = 50 / 100 = ½
2. 25µl/25µl + 75µl = 25 / 100 = ¼
3. Dst..
PEMBAHASAN
Radang sendi reumatik adalah penyakit sistemik kronis, yang mana umumnya
memiliki gejala: pembengkakan dan rasa sakit pada persendian, inflamasi, proses degeneratif
pada tulang rawan, membran synovial, atau pada otot. Umumnya penyakit ini mulai
menyerang orang dewasa di usia 30 – 40an. Sementara ini belum ditemukan penyembuhan
spesifiknya, terapi dini membantu menghentikan atau meminimalisir kerusakan permanen
pada sendi. Untuk alasan ini, diagnosis yang jitu menjadi hal yang penting.
Salah satu ciri radang sendi reumatik adalah munculnya sekumpulan protein yang
reaktif di dalam darah dan cairan synovial yang secara kolektif dikenal sebagai Rheumatoid
factors. Mereka adalah macroglobulins yang memiliki 1 juta berat molecular.Menurut
pendapat para penyelidik, RF adalah antibodi yang diarahkan untuk melawan gamma
globulin manusia yang dibedakan. RF ditemukan pada 70 – 100% kasus dari radang sendi
reumatik yang mana keakuratannya bergantung pada prosedur tes yang dipakai untuk
mendeteksi RF. Karena efek RF yang menyebar luas, kemunculannya merupakan kriteria
laboratoris yang berguna untuk diagnosa dari kasus yang dicurigai adanya radang sendi
reumatis. Sebagai perbandingan adanya RF dalam penyakit osteoarthritis atau demam
reumatik secara berturut-turut kurang dari 2% dan 3%. Harus dicatat bahwa penyebaran RF
telah dilaporkan dalam penyakit-penyakit non-reumatik seperti pulmonary tuberculosis,
bakterial endocarditis, syphilis dan pada penyakit yang lain. Adanya kejadian RF yang
signifikan juga dialami oleh kelompok lansia.
Sensitivitas
Sensitivitas analitik tes RF ini adalah 8 IU/L.
Keterbatasan Prosedur
Kekuatan aglutinasi dalam tes pengecekan tidak bersifat indikatif dari titer aktual RF. Waktu
reaksi yang lebih dari 3 menit dapat menghasilkan reaksi positif yang nampak semu, ini
karena efek pengeringannya.
Serum lipemic atau yang telah terkontaminasi dapat dengan menghasilkan reaksi positif
semu.
Performa dari uji RF DALF telah dibandingkan dengan tes dari perusahaan lain dalam uji
klinis. Uji RF Dalf dinyatakan memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 95%.
Masalah Klinis
PENINGKATAN KADAR : rematik arthritis, LE, dermatomiositis, scleroderma,
mononucleosis infeksiosa, leukemia, tuberculosis, sarkoidosis, sirosis hati, hepatitis, sifilis,
infeksi kronis, lansia.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
• Hasil uji RF sering tetap didapati positif, tanpa terpengaruh apakah telah terjadi
pemulihan klinis.
• Hasil uji RF bisa positif pada berbagai masalah klinis, seperti penyakit kolagen,
kanker, sirosis hati.
• Lansia dapat mengalami peningkatan titer RF, tanpa menderita penyakit apapun.
• Akibat keanekaragaman dalam sensitivitas dan spesifisitas uji skrining ini, temuan
positif harus diinterpretasikan berdasarkan bukti yang terdapat dalam status klinis
pasien.
Catatan :
Sensitivitas tes dapat berkurang pada saat suhu rendah. Hasil terbaik diperoleh pada suhu
lebih dari 10℃.
Keterlambatan membaca hasil dapat mengakibatkan positif palsu tingkat RF. Hasil yang
diperoleh dengan uji lateks tidak bisa dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan uji
Waaler Rose. Perbedaan dalam hasil tidak mencerminkan perbedaan antara teknik dalam
kemampuan untuk mendeteksi factor rheumatoid.
KESIMPULAN
Antigen X yang masuk kedalam sendi akan diproses oleh beberapa sel immunokompeten
dari sinovia sendi sehingga merangsang pembentukan antibody terhadap antigen tersebut.
Antibodi yang dibentuk dalam beberepa sendi ini terutama adalah dari kelas IgG walaupun
kelas antibody yang lain juga terbentuk. Pada beberapa penderita dengan arthritis rheumatoid,
secara genetic didapatkan adanya kelainan dari sel limposit T-supresornya sehingga tidak
dapat menekan sel limposit T-helper dengan akibat timbulnya rangsangan berlebihan pada sel
plasma sehingga terjadi pembentukan antibody yang berlebihan pula.
Dalam jangka waktu yang lama hal ini dapat menyebabkan gangguan glikosilasi IgG
sehingga terbentuk IgG yang abnormal, dan menimbulkan pembentukan auto antibody yang
dikenal sebagai factor rematoid (IgG,IgA,IgE, dan IgM anti-IgG). IgG yang abnormal
tersebut akan difagositosis oleh magrofag atau APC yang lain. Di dalam APC, IgG tersebut
akan dproses namun pada orang normal tidak menimbulkan respons imun sebab bahan yang
berasal dari tubuh sendiri tidak dapat membangkitkan molekul konstimulatoris B7 pada
permukaan APC sehingga tak dapat terikat pada molekul konstimulatoris CD28.
Pada penderita RA, oleh karena HLA-nya, terjadi peningkatan kadar molekul B7-1 dan
B7-2, sehingga dapat mengikat molekul CD28, dan menimbulkan respons imun CD4 Th2
yang menghasilkan otoantibodi, yaitu IgG atau factor rheumatoid. Umunya FR baru
terbentuk setelah panderita menderita penyakit lebih dari 6 bulan, tetapi dapat pula terjadi
lebih awal atau sesudah waktu yang lama. Dalam tahap selanjutnya antibody tersebut
(terutama IgG) akan mengadakan ikatan dengan antigen X dalam bentuk kompleks IgG-
antigen X atau dengan IgG sendiri dalam bentuk kompleks IgG-IgG. Kompleks imun yang
terjadi akan mengaktifkan komplemen , dan menimbulkan kemotaksin yang menarik lekosit
PMN ketempat proses. PMN ini akan mengadakan fagositosis kompleks imun tersebut, dan
mengalami kerusakan atau mati dengan akibat pengeluaran enzim lysosin yang dapat
merusak tulang rawan sendi.
Pengendapan kompleks imun yang disertai komplemen pada dinding sendi juga dapat
menyebabkan kerusakan sendi. Beberapa peneliti melaporkan bahwa jaringan sinovia sendi
(sel dendritik abnormal) yang mengalami arthritis rematoid mengeluarkan enzim collagenase
dalam jumalah yang cukup banyak sehingga dapat menyebabkan tulang rawan sendi yang tak
dapat pulih lagi (irreversible).
DAFTAR PUSTAKA
PPT dari Ibu Rahmah
https://www.slideshare.net/mobile/syifarosifah1/rheumatoid-factor
https://www.academia.edu/10217530/makalah_rheumatoid_factor_RF_