PENDAHULUAN
1
tranthorachial needle aspiration (TBNA), tranbronchial lung biopsy (TBLB).
Sampel yang buruk akan memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak
valid.
Kesalahan pada proses pra analitik dapat memberikan kontribusi paling besar
pada kesalahan dilaborotarium sekitar (46-77,1%). Pelaksanaan pengambilan
spesimen yang tidak tepat, kurangnya pengetahuan dan kitidakpatuhan dari
petugas dilaporkan sebagai penyebab kesalahan pra analitik yang beruhubungan
dengan kualitas spesimen. Tahap preanalitik ini sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor sehingga jika terjadi kesalahan pada hasil pemeriksaan sangat sulit untuk
ditelusuri atau dilacak. Oleh karenanya sebagai petugas laboratorium harus benar-
benar berusaha bekerja sesuai dengan pelaksanaan kerja sehingga meminimalisir
terjadinya kesalahan.(3)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pra Analitik
3
sistematis mencakup pemeliharaan dan kalibrasi alat, uji kualitas reagen, uji
ketepatan dan ketelitian.
3. Tahap Post Analitik
Tahap post analitik adalah tahap akhir pemeriksaan yang berupa lembar hasil
pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan bahan
penunjang atau penentu diagnosis suatu penyakit. Tahap ini meliputi pembacaan
hasil (penghitungan, pengukuran, identifikasi dan penilaian) dan pelaporan
hasil.(1)
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa tahap preanalitik sangat
berpengaruh terhadap kualitas sampel walaupun tidak dinyatakan secara kualitas.
Tahap preanalitik ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga jika terjadi
kesalahan pada hasil pemeriksaan sangat sulit untuk ditelusuri atau dilacak. Oleh
karenanya sebagai petugas laboratorium harus benar-benar berusaha bekerja
sesuai dengan pelaksanaan kerja sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan.
Disamping pekerjaan dari internal pada tahap preanalitik juga sangat tergantung
pada kondisi pasien saat itu. Identifikasi pasien dan spesimen adalah tahap
utama.(6)
1. Pasien
Identifikasi nama, nomor identitas, gelang, keluarga dalam kasus pasien
koma digunakan untuk identifikasi pasien. Botol/wadah sampel harus
sesuai dengan nama pasien, ID, umur, jenis kelamin, tanggal pengumpulan
dan waktu pengumpulan.(7)
2. Persiapan pengumupulan sampel
Spesimen yang akan diperiksa haruslah memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
Volume mencukupi
Kondisi baik, tidak lisis,segar, tidak berubah warna,tidak berubah
bentuk
Pemakaian pengawet tepat
Ditampung dalam wadah yang memenuhui syarat
Identitas benar sesuai dengan data pasien.
4
3. Pengambilan spesimen
Berbagai metode bisa dilakukan untuk mendapatkan sampel untuk
mendiagnostik tumor paru, diantaranya adalah :
1. sitologi sputum
sputum adalah sekret abnormal yang berasal diekspektorasikan dari sistem
bronkopulmoner pada pemeriksaan sitologi yang diperiksa marfologi sel-
sel cairan tubuh. Sedian atau preparat dibuat berupa apusan pada obek
glass yang diwarnai dengan pewarnaan tertentu. Sputum dikumpulkan
dengan metode :
- sputum yang keluar spontan pada pagi hari
- sputum yang diinduksi dengan aerosol
adapun tujuan pemeriksaan sitologi sputum :
1. untuk mengetahui adanya tumor
2. untuk mengklasifikasikan tumor seakurat mungkin.
Secara umum pengambilan sputum dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pagi hari, dimana kemungkinan
untuk mendapatkan sputum bagian dalam lebih besar.
2. Dianjurkan untuk mengkonsumsi air yang banyak pada malam sebelum
pengambilan sputum.
3. Sputum diambil dari batuk pertama.
4. Cara membatukkan sputum :
- Tarik napas dalam dan kuat dibatukkan kuat sputum dari bronkus ,
trakea, mulut, ke wadah penampungan berupa pot steril bermulut besar
dan berpenutup (screw cap medium)
5
- Bronkhial lavage
- Lung biopsi
Gambar : BAL
Cara penyimpanan sputum :
1. Sputum kriteria kental, sel cukup banyak sehingga langsung dibuat
preparat hapusan
2. Sputum langsung dihapus diobjek gelas dan langsung difiksasi dengan
alkohol 50-70 % dengan metode fiksasi pelapis(coating fixative)
3. Fiksasi pelapis yaitu fiksasi dengan campuran alkohol basa ang menfiksasi
sel-sel dan bahan seperti lilin yang membentuk lapisan pelindung yang
tipis diatas sel.
4. Cara membuat preparat hapus :
Ambil dahak dengan ose steril hapus ke objek glass dengan ukuran 2x3cm,
fiksasi dengan alkohol 50-70% dengan perbandingan 1:1
5. Alternatif lain selain fiksasi : simpan dalam lemari es 4c
6
Gambar : cara membuat preparat hapus dahak
Cara pengiriman spesimen :
Pengirimin sputum dalam wadah pot maupun wadah harus disertai dengan data/
keterangan, baik mengenai kriteria spesimen maupun pasien. Ada 2 data yang
disertakan, yaitu :
Data 1 :
Pot/ wadah dilabelkan dengan menempel label pada dinding pot. Proses direct
labeling berisi : nama, umur, jenis kelamin, jenis spesimen, jenis tes yang dimta
dan tanggal pengambilan
Data 2:
Forrmulir/ kertas/ buku yang berisi dataketerangan klinis : dokter yang mengirim,
riwayat anamnesis,
Spesimen tidak diterima bila :
- Tidak lengkap dengan data yang sesuai
- Jumlah yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kurang
- Cara pengambilan tidak sesuai dengan prosedur pengambilan
Pengiriman :
1. Objek gelas sputum yang telah difiksasi cukup disimpan dalam amplop
(transport :< 1jam)
2. Alternatif lain : pengiriman dengan media transport screw cap medium.(8)
2. Biopsi
Biopsi aspirasi jarum halus atau Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
adalah suatu metode atau tindakan pengambilan sebagian jaringan tubuh manusia
dengan suatu alat aspirator berupa jarum suntik yang bertujuan untuk membantu
diagnosis berbagai tumor. Untuk tumor pada organ dalam misalnya paru, ginjal,
limfa dan lain-lain dilakukan dengan bantuan CT scan.
Tumor paru berdasarkan lokasinya dibagi menjadi dua yaitu tumor paru
sentral dan perifer. Tehnik diagnostik tumor paru perifer ada 2 tehnik diagnostik
tradisional dan lanjut. Tehnik diagnostik tradisional seperti transthoracic needle
aspiration dan transbronchial lung biopsy (TBLB), sedangkan tehnik lanjut berupa
7
Endobrachial Ultrasound ( EBUS) dan elektromagnetik navigation bronchoscopi
(ENB).
8
mendiagnosis tumor paru perifer. Sensitivitas diagnostik menurun pada 69%
menjadi 33% untuk ukuran tumor 33% untuk ukuran tumor < 2cm.
(Endobrachial Ultrasound) EBUS juga dapat digunakan sebagai alat panduan
dengan angka keberhasilan 75%. EBUS dapat dipakai sebagai alat panduan TBLB
tanpa panduan alat radiologidan pajanan radiologi. Dua bentuk EBUS dilengkapi
dengan spesifik tranduser dan aplikasi yang berbeda yaitu radial dan linear. GS
(guide sheath) untuk menilai struktur sentral peribronkial pada saluran napas
proksimal dan mengindentifikasi tumor paru perifer. Pada penelitian prospektif
EBUS GS TBLB menunjukan hasil yang bermakna pada ukuran tumor <3cm,
EBUS GS TBLB dapatjuga membedakan antara tumor jinak dan ganas.
9
3. FNAB ( Fine Needle Aspiration Biopsy)
- Menggunakan jarum 27G-22G
- Dengan ata tanpa aspirasi aktif
Prosedur pemeriksaan :
- Sel di dapat dengan cara aspirasi jaringan tubuh
- Bahan yang diaspirasi, segera dibuat preparat apus, kirim sedian kering
diawetkan atau fiksasi dengan alkohol 96% selama 30 menit
- Formulir diisi lengkap
- Kirim ke Patologi Anatomi
4. Brokoskopi
Bronkoskopi adalah inspeksi dan pemeriksaan langsung terhadap laring,
trakea dan bronki baik melalui bronkoskopi serat optik yang fleksibel atau
bronkoskop yang kaku
Jenis bronkoskopi :
a. Rigid bronkoskopi
Menurut smeltzer, bronkoskopi adalah logam berongga dengan
cahaya pada ujungnya : panjang dan lebar bervariasi, tetapi
bronkoskopi untuk dewasanya berukuran panjang 40cm.
Keuntungan dari penggunaan bronkoskopi rigid adalah lebih
mudah untuk menilai dan mendiagnosis pita suara, kelainan
perpanasan atas, atau trakea.
b. Fiber optik bronkoskopi (serat optik )
Brokoskopi yang tipis dan fleksibel yang dapatdiarahkan ke dalam
bronkhial segmental.
10
Tehnik bronkoskopi ada 3 macam, yaitu :
1. Trans nasal
2. Trans oral
3. Melalui rigid atau endotrakial
Gambar : bronkoskopi
Pada tindakan bronkoskopi biasanya ada spesimen-spesimen yang
diperiksa di laboratorium, yaitu :
1. Bahan sedian langsung
2. Bahan sitologi dan fiksasi : aspirasi biopsi fiksasi alkohol 90%,
bronkhial washing fiksasi alkohol 70%, brankhial fiksasi alkohol 70%.
3. Bahan histologi dan fiksasinya : biopsi forcep dengan fiksasi formalin
6-10%. Keadaan tersebut sesuai dengan permintaan laboratorium yang
memeriksa.
Minat para klinisi untuk memeriksa jaringan baik yang diperoleh dengan
cara biopsi atau operasi semakin meningkat. Pengelolaan jaringan tersebut
umumnya sudah memdai, namun masih ada jaringan yang pengelolaannya tidak
memadai sehingga bahan tersebut tidak baik akan memberikan hasil yang kurang
sempurna dari patologi anatomi.
Penanganan spesimen diruang oka :
Dimulai dari pengumpulan spesimen diruang oka, penanganan spesimen
dengan pelabelan, recording dan penyimpanan. Penanganan spesimen, pengiriman
spesimen dari ruang oka ke depertemen patologi klinik untuk penambahan
dokumentasi, persiapan, perwarnaan dan terakhir spesimen diproses untuk
didiagnosis oleh ahli patologi anatomi.
Beberapa faktor yang menjadi perhatian para klinisi pengelolaan spesimen/sedian
biopsi atau operasi.
Formulir
11
Formulir permintaan :
a. Pemeriksaan berisi identitas penderita yaitu nama, jenis kelamin, umur
serta alamat.
b. Lokasi jaringan dan cara jaringan diambil misalnya biopsi, operasi,
keroka, insisi oleh karena lokasi yang berbeda akan membuat interprestasi
yang berbeda pula.
c. Keterangan klinik
Pemeriksaan penunjang laboratorium, foto, USG, dan diagnosis sementara
sangat diperlukan untuk melengkapi data yang akurat sehingga membantu
diagnosis patologinya.
12
kitidakpatuhan dari petugas dilaporkan sebagai penyebab kesalahan pra analitik
yang beruhubungan dengan kualitas spesimen.(3)
Berdasarkan studi yang dilakukan Plebani dan Carraro dalam Westgard
(2008), kontribusi kesalahan laboratorium menunjukkan bahwa ada 60%
kesalahan pra analitik, 15% kesalahan analitik dan 25% kesalahan post analitik.
13
proses batch dengan spesimen yang mirip atau fungsi dari tingkat pelatihan staf.
Penghindaran proses bacth dan penggunaan tehnologi baru seperti kode batang
pada wadah spesimen, permintaan ulang bentuk, kaset, dan slide atau pengunaan
frekuensi radio tehnologi untuk mengurangi kejadian spesifik secara signifikan.(13)
Hilangnya spesimen jaringan merupakan peristiwa yang jarang terjadi,
namun dampaknya bagi klinisi yang hasil diagnosa tertunda, pasien tidak puas,
pengulangan prosedur. Pengambilan spesimen dimulai dari pelabelan, rekaman,
dan penyimpanan. Selanjutnya spesimen dikirim ke departemen patologi untuk
dilakukan pewarnaan. Dan dibacakan diagnosisnya. Kehilangan speciment secara
khusus dapat diperbaiki dengan anggota staf keruang operasi untuk pengumpulan
spesimen dan memastikan spesimen dicatat dan dikirim ke patologi.(14,15)
14
1. Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 1267/ Menkes/ SK/ XII/2004.
Tentang Pelayanan Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Kota.
Jakarta: Depkes RI; 2007.
2. Plumhoff E, Masoner D, Dale J. Preanalitik Laboratory Error:
Identification and Prevention. 2008;33(12).
3. Indyanti E, Al Rasyid H. Pengaruh Pengaturan Sikap dan Penilaian
Tentang Flebotomi Terhadap Kualitas Spesimen Laboratorium. J
Kedokt Brawijaya. 2015;28(3).
4. Dorland WAN. Kamus Kedokteran Dorland. Mahode AA et. a., editor.
Jakarta: EGC; 2010. 500-1875 p.
5. Beatriz S, Loper M. Error In Pathology Laboratorium. Virginia; 2015.
6. Plebani, Carraro. Errors in a Stat Laboratory: Types and Frequencies
10 Years Later Clinical Chemistry. 2007;53:133842.
7. Ammanangi A. Sputum Cytologi in Suspected Case of Carsinoma of
Lung (Sputum Cytologi a Poor Mans Bronchoscopy). Lung India.
2012;29(2012).
8. Restiawati, Soehardiman D, Andriani SL. Modalitas Diagnostik
Tumor Paru Perifer. Respiro Indo. 2012;32(3).
9. Adwaita G, Narendra M. Role of Fiberoptic Bronchoscopy in
Histopathological Analisis of Lung Lession. IAIM. 2016;3(4):1305.
10. Lung Cancer, Reporting Protokol. 2nd ed. 2013.
11. Anthony S, Leong, Stephen B, Brahm B. Diagnostic Error in
Anatomic Pathology: Relevance to Australian Laboratories. Australia;
2006.
12. Lester J, Layfield M. Spesiment Labeling Error in Surgical in
Pathology. Am Soc Clin Pathol. 2010;134:46670.
13. Lee, Slavin MD M. Bone But Not Forgotten: The Search for The Lost
Surgical Specimens: Aplication of Quality Improvement Techniques in
Reducing Medical Error. Journ Nurs Qual. 2002;16(3):509.
14. Sharline R. Quality Measure in Preanalitik Phase of Tissue Proccesing:
Understanding itd Value in Histopathology. J Clin Diagnostic Res.
2016;10(1):EC 07-EC 11.
15
15. Raout E, Nakleh M. Patient Safety and Error Reduction in Surgical
Pathology. Arch Pathol Lab Med. 2008;132.
16
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1267/ Menkes/ SK/ XII/2004. Tentang
Pelayanan Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Kota. Jakarta. 2007.
DepKes RI
2. Plumhoff EA, Masoner D, Dale JD. 2008. Preanalitik laboratory Error :
identification and
Prevention, Vol. 33 No. 12
3. Eki Indyanti, Harun Al Rasyid. 2015. Pengaruh Pengaturan Sikap, dan Penilaian
tentang Flebotomi Terhadap Kualitas Spesimen Laboratorium. Jurnal Kedokteran
Brawijaya vol. 28. No. 3
4. Kamus dorlan ???
5. Beatriz S, Loper, MD. 2015. Error In the Pathology Laboratorium. Virginia
6. Plebani dan Carraro dalam Westgard (2008), tentang kesalahan pada
laboratorium????
7. Ammanangi A.S. 2012. Sputum CytologI in Suspected Case of Carcinoma of lung(
sputum cytologi a Poor Mans Bronchoscopy). Lung india vol. 29 issue 2012
8 Restiawati, Dicky Soehardiman, Sita Laksmi Andriani. Modalitas Diagnostik
Tumor paru Perifer. 2012. Departement Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Universitas Indonesia, Jakarta. Respiro Indo Vol. 32 no. 3 juli 2012
9 Adwaita gohlot, Narendra megra. 2016. Role of Ffiberoptic Brochoscopy in
Histopathological analisis of lung lession. IAIM,2016:3(4)130-135
10 Lung cancer, reporting protokol (2nd edition) 2013
11. Anthony S-Y, Leong, stephen Braye and BRAHM Bhagwandeen. 2006. Diagnostic
error in anatomic pathology : relevance to Australian laboratories. Australia.
Doi:10.1080/003020601032477
12. Lester j, Layfield, MD. 2010 Speciment Labeling Error in surgical in Pathologi.
America society clinical Pathology, AMJ clin Pathol 2010: 134: 466-470
13. Lee Slavin MD, MPH. 2002. Bone But Not Forgotten : The search for the lost
surgical specimens : Aplication of Quality Improvement Techniques in reducing
Medical Error. Ohio. Journ Nurs Qual : 16 (3) : 50-59
14. Shaline rad. Quality Measure in Preanalitik Phase of Tissue Proccesing :
Understanding its Value in histopathology. 2016. Jounal of clinical and diagnostic
research Vol 10(1) : EC 07-EC11
15. Raout E, Nakleh, MD. 2008. Patient Safety and Error Reduction in Surgical
Pathology, Arch Pathol lab med vol 132.
17
18