Anda di halaman 1dari 113

ILMU PENYAKIT DALAM

ABSES HATI AMUBIK


1. Nama Penyakit

Abses Hati Amubik

2.

Definisi

Proses infeksi akibat masuknya tropozoit Entamoeba


histplytica kedalam hati melalui vena porta
menyebabkan nekrosis sentra lobulus hati.

3.

Kriteria Diagnosis

Nyeri perut kanan atas, demam, hati membesar


dengan fluatuasi dan nyeri tekan, lekositosis
polimorfonuklear, anemi, peningkatan Laju Endap
Darah,sedikit kenaikan bilirubin konyugasi.

a.
b.
c.
d.
e.

4. Diagnosa Banding

5.

Hepatitis Amubik
Abses hati piogenik.
Hepatoma.
Pneumoni lobus kanan bawah.
Demam oleh sebab - sebab lainnya.

Pemeriksaan Penunjang : Darah Iengkap, Faal hati, Foto toraks, USG, Uji
serologi (CFT Elisa), Aspirasi PA.

6. Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam.

7. Perawatan Rumah Sakit :

Harus

8. Terapi

Medikamen:
- Metronidazol 3x750 mg/h selama 10 hari, atau
- Tinidazole 3X800 mg/h selama 5 hari atau
- Seknidazol 3 x 1 tablet I h selama 5 hari.
Tindakan: Asoirasi oerkutaneus dituntun USG

9.

Fistula hepatobronchial,effusi pleura/empiern paw,


abses paru amubik, konsolidasi par perikarditis
amubik/effusi perikard, peritoni amubik,abses otak
amubik, perforasi ke gast dan kolon mengakibatkan
perdarahan salur cerna

10. Informed Concent

Perlu untuk melakukan aspirasi

11. Lama Perawatan

7 hari

12. Masa Pemulihan

3 hari

13. Output

Sembuh total. Jarang relaps (kambuh)

14. PA

Perlu

15. Otopsi/Risalah Rapat

Penyulit

ABSES PARU

1. Nama Penyakit

Abses Paru

2.

Abses paru adalah Iasi di paru yang bersifr supurasi


edan nekrosis dari jaringan. Faktor predisposisi ialah
infeksi saluran nafa dengan daya pertahanan saluran
nafas yan terganggu serta adanya obstruktur mekan
saluran nafas.
Klinis:
Gejala yang kurang khas, bervariasi seperl flu biasa
yang timbul perlahan-lahan ringar sampai sedang.
Gejala yang khas biasanya timbul 3 har setelah
aspirasi berupa malaise, dengar demam diikuti batukbatuk, nyeri pleuritik sesak nafas dan sianosis.
Bila tidak diobati gejala bisa meningkat menjadi batuk
bercampur darah yang banyak, berbau ( infeksi
kuman anaerob ). Bila abses pecah ke pleura bisa
terbentuk Pleuropneumotoraks.
Pada pemeriksaan fisis didapati tanda konsolidasi,
redup, suara pernafasan bronkial, ronki basa atau
krepitasi, bisa dijumpai jari tubuh, perlu dicari faktor
predisposisi.
Radiologik:
Adanya gambaran khas berupa Permukaan udara-

Definisi

3. Kriteria Diagnosis

cairan (Air Fluid Level).

Laboratorium:
LED meningkat, Lekositosis 20.000-30.000/m3 dengan
pergesran ke kiri.

4.

Diagnosa Banding

Dahak dengan pewarnaan Gram:


penuh Lekosit dan bermacam - macam kuman.
:

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Karsinoma Bronkogenik yang mengalami kavitasi.


Tuberkulosa Paru.
Jamur Paru.
Kista Paru Terinfeksi.
Hiatus Hernia.
Skwester Paru.

5.
Pemeriksaan Penunjang : a.Biakan (kultur) darah untuk pemeriksaan kuman
anaerob dan aerob
b. Pemeriksaan radiologik untuk melihat lokasi abses.
6.

Konsultasi

Ahli Fisioterapi
Perawatan Rumah Sakit: Bila penderita Membatukkan
darah dalam jumlah yang banyak disertai demam
tinggi dan menggigil, sesak nafas hebat dan sianosis.

7.

Pengobatan

Umum:
Intake cairan yang cukup, Drainase postural,
bromkoskopi untuk membersihkan jalan nafas
sehingga drainase pus lancar.
Antibiotika dapat diberi berupa Penisislin 1 juta IU/23xsehari intramuskular. Bila diperkirakan kuman Gram
Negatif juga berpendapat ditambahakan Kloramfenikol
selama 2 4 mingg. Kemudian diteruskan dengan

pemberian obatobatan secara oral selama 4 bulan.


Bila dengan rejim diatas kurang berhasil terapi dirobah
menjadi Klindamisin dosis 3 x 600 mg/h dan
Metronidazol 4 x 500 mg/h, serta Gentamisin 5
mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis.
Khusus:
Terapi terhadap penyakit dasar dan penyulit.
8.

Penyulit

Abses Otak, Empiema, Anemi, Amiloidosis.

9.

Informed Consent

Bila diperlukan pembedahan.

10. Lama Perawatan

2 4 minggu.

11. Masa Pemulihan

Sampai 4 bulan.

12. Output

13. PA

14. Otopsi/Risalah Rapat

ADENOMA TIROID
1.

Nama Penyakit

Adenoma Tiroid
1. Adenoma tiroid papiler
2. Adenoma tiroid folikuler
3. eratoma.

2.

Kriteria Diagnosis

Gejala klinik: Soliter,


Laboratorium:
- Nekrosis hemoragik kalsifikasi atau kista.
- Folikel kecil
- Hurthle cell adenoma

3.

Diagniosis Banding

1. Struma nontoksik
2. Tumor tiroid ganas
3. Tiroiditis

4.

Pemeriksaan Penunjang :
2.
3.
4.

1.Aspirasi biopsi jarum halus.


X - Ray foto leher.
Thyroid scanning.
T3, T4 dan TSH.

5.

Rujukan

Spesialis onkologi
Spesialis radiology
Spesialis patotogi.

6. Indikasi Rawat Inap

Keganasan

7.

Malignansi

Pengobatan

8. Penyutit

Hormon tiroid supresi


Tiroidektomi.

9. Informed Consent

10. Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan

Tidak tertentu

12. Masa Pemulihan

Tidak tertentu

13. Hasil

Baik

14. P. A.

Memilih jenis sel

15. Otopsi/Risalah Rapat

AIDS (ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNROME)


1.

Nama penyakit

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)

2.

Definisi

Syndrome (kumpulan gejala) yang timbul akibat


menurunnya
kekebalan tubuh akibat tertular
virus HIV (Human Immunodeficiency Virus)

3.

Kriteria Diagnosa

Terdapatnya riwayat kontak seksual dengan bukan


pasangannya, menerima transfuse darah, mendapat
suntikan atau tindakan invasive lainnya.

4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan

Penilaian kadar antibodi HIV secara ELISA dikonfirmasi


dengan Western Blot, kadar CD4, gamma globulin, sel
T helper.

Penyakit Dalam

6. Konsultasi

7.
Perawatan Rumah Sakit :
pengobatan/perawatan.
8.

Terapi

Untuk rnelindungi penderita dari infeksi luar,

Antiatroviral
Zidovudin + Didanosin atau
Zidovudin + Zalcitabin atau
Zidovudin + Lamivudin atau
Didanosin atau:
Obat-obatan diatas ditambah penghambat protease
yaitu indinavir, saquinavir,daivinavir. Kalau gagal, beri
obat pengganti.
Dosis:
Zidovudin 200 mg/8 jam atau 5 x 100 mg PO
Didanosin BB 60 kg: 200 mg/12 jam PO
< BB 60 kg: 125 mg/12 jam PO
Zalcitabin BB 60 kg: 0,75 mg/8 jam PO
< BB 60 kg: separuhnya
Lamivudin 150 mg/ 12 jam PO
Indinavir 800 mg/ 8 jam P0
Saquinavir 600 mg/ 8 jam PO

Nelvinavir 750 mg/ 8 jam PO.


Antijamur:
Amfoterisin B: 0,6 mg/kgBB/hari/IV (total maksimal 2
gram/hari) dilanjutkan 1 mg/kg BB/minggu atau:
Intrakonazol 1 2 x 200 mg/hari PO selama 2 bulan
sampai 1 tahun atau:
Flukonazol: 400 mg diikuti 200-400 mg/hari atau 3 6
mg/kgBB/hari.
Immunomodulator:
Interferon gamma dan alfa, Interleukin-2. Tumor
Necrotizing Factor (TNF), Human Granulocyte
Stimulating Factor (HGSF), Levamisol.
9. Penyulit

Tergantung organ yang terlibat.

10.

Informed Concent

Perlu

11.

Lama Perawatan

Sesuai klinis

12.

Masa Pemulihan

13.

Output

Umumnya meninggal, sebagian "sehat " sementara

14. PA

Untuk kecurigaan neoplasma

15. Otopsi/Risalah Rapat

Perlu

1. Nama Penyakit

Akhalasia

2.

Gangguan/hilangnya peristaltik dinding esofagus dan


kegagatan sfingter kardio-esofagus untuk relaksasi
sehingga makanan tertahan di esofagus.

3. Kriteria Diagnosis

Disfagi setiap makan makanan baik cair maupun


padat, berlangsung secara kronis dan progresi. Nyeri
biasanya tidak dijumpai, namun setalu ada rasa tidak
enak retrosternat, regurgitasi tanpa ada rasa
asam/pahit. Penurunan BB, gejala paru berupa batuk,
dispnu, aspirasi pneumoni.

4.
Diagnosa Banding
esofagus.

a. Adenokarsinoma gaster yang meluas sampai ke

AKHALASIA

Difinisi

b. Spasme esofagus yang difus.


c. Penyakit Chagas.
5. Pemeriksaan Penunjang :

6. Konsultasi

Spesialis Bedah (Bila dilatasi tidak berhasil, rupture


esophagus akibat dilatasi kesukaran dalam
menempatkan ditatopneumatik).

Esofagogram
Esofagogastroskpi
Manometri

7.

Perawatan Rumah Sakit : Umumnya rawat jalan. Rawat inap hanya kalau
memerlukan tindakan operatif.

8.

Terapi

Dilatasi:
Non Operatif
(dengan Bougie)
Operatif (Kardiomiotomi Heller)

9.

Penyulit

10.

Informed Consent

Diperlukan bila ada endoskopi atau tindakan bedah.

11.

Lama Rawatan

Tergantung berat ringan keadaan dan komplikasi.

12. Masa Pemulihan

13. Output
80% kasus.

Penyakit reversible, kesembuhan diharapkan pada

14.

Tak diperiukan pada akhalasia primer.

1. Nama Penyakit

Anemi Plastik

2.

Difinisi

Anemi aplastik adalah suatu keadaan pansitopeni


yang terjadi akibat apiasia sumsum tulang.

3.

Kreteria Diagnosis

Gejala klinis:
Pucat, lemah dan keluhan anemi lainnya perdarahan
berupa ptekie sampai perdarahan masif serta keluhan
akibat infeksi.
Pemeriksaan fisik:
Anemi, ptekie, Purpura, ulserasi oral dan infeksi.
Laboratorium:
Anemi normokromik normositer, retukulopeni,
lekopeni (granulosit selalu <500/ml, limfopeni) dan
trombositopeni.

4.

Diagnosa Banding

a.
b.
c.
d.
e.

5.

Pemeriksaan Penunjang : BMP Hiposelular, Cadangan bes meningkat


terutama pada mereka yang selalu mendapat
transfusi darah

6.

Konsultasi

P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

Perforasi akibat tindakan dilatasi.


Aspirasi pneumoni.
Anemi defisiensi.

ANEMI APLASTIK

Anemi o. k. Hipersplenisme.
Infiltrasi sel - sel tumor ke sumsum tulang.
Anemia Megaloblastik.
Mieloskelerosis.
Sindroma Mielodiplstik.

Spesialis Penyakit Dalam Hematologi

7.

Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap bila timbul gejala gangguan


perdarahan, infeksi serta anemi yang berat.

8.

Terapi

Hentikan faktor penyebab.


Terapi supportif: Transfusi eritrosit. Bila ada infeksi
obati secara adekwat, Androgen, Globulin anti
Iimfosit/anti timosit.
Terapi optimal: Transfusi sumsum tulang.

9.

Penyulit

Perdarahan dan infeksi

10.

Lama Perawatan

Perawatan diperlukan sampai gejala penyulit teratasi.

11.

Masa Pemulihan

Tidak dapat ditentukan.

12.

Output

Hasil pengobatan tercapai bila sumsum tulang tidak


aplasi atau hipoplasi lagi.

13.

P. A.

Sumsum tulang aplasi/hipoplasi. Hemosiderinb positif.

14.

Informed Consent

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

ANEMI DEFISIENSI BESI


1.

Nama Penyakit

Anemi defisiensi Besi

2.
Definisi
zat besi.

Anemi defisiensi besi ialah anemi akibat kekurangan

3.

Gejala klinis:
Pucat, Iemah, nyeri waktu menelan, pika dan nyeri

Kriteria Diagnosis

epigastrika.

Pemeriksaan fisik:
Anemi, glokitis, atrofi
papillisah, koilonika dan
gejala penyakit
penyebab.
Laboratorium:
HB dibawah nilai normal menurut kriteria WHO
dan/atau Depkes RI Ferritin Serum < mikrogram, Besi
serum < 50 dan TIBC > 350.
4.

Diagnosa Banding

a.
b.
c.
d.

5.
Pemeriksaan Penunjang :
perlu BMP.
6.

Konsultasi

Anemi oleh penyakit kronis.


Anemi aplastik.
Lekemi dan semua penyakit keganasan.
Sindroma Talassemia
Ferritin dan Besi serum, TIBC, darah tepi dan bila

Spesialis Penyakit Dalam


Hematologi.

7.

Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap bila timbul gejala gangguan


hemodinamik, untuk keperluan penjajagan dan untuk
pelaksanaan transfusi.

8.

Terapi

Perbaiki keadaan gizi, atasi penyakit dasar bila ada


malabsorbi perlu diatasi dan mungkin diperlukan diet
babas gluten. Pada keadaan ringan sampai sedang
diberi preparat besi paling sedikit 100 mg besi
elemental/hari sampai HB normal, dilanjutkan sampai
3 bulan setelah HB normal. Preparat besi parenteral
diberikan bila ada malabsorbsi atau intoteransi besi
peroral. Kadang-kadang diperlukan transfusi PRC.

9.

Penyulit

10. Lama Perawatan

Gangguan fungsi semua organ seperti jantung (PJ


Anemik), otak, ginjal, hati, paru, dll.
Perawatan diperlukan sampai gejala penyulit hilang.
Bila tidak ada penyulit setelah transfus penderita
dapat dipulangkan.

11. Masa Pemulihan

Sekitar 6 Bulan

12.

Hasil pengobatan dengan nilai HB, hematokrit, Ferritin


dan besi serum, serta TiBC semuanya normal, dan
gejala - gejala penyakit semuanya menghilang.

13. P. A.

Pengecatan hemosiderin negatif

14. Informed Consent

15. Otopsi/Risatah Rapat

1. Nama Penyakit

Anemi Hemolitik

2.
Definisi
destruksi eritrosit.

Anemi hemolitik ialah anemi akibat peningkatan

3.

Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis:
Pucat, lemah, dan keluhan anemi lainnya, ikterius
ringan yang naik turun disertai disertai dengan
splenomegali.
Pemeriksaan fisis:
Anemi dapat berat secara tiba - tiba, ikterus ringan.
Laboratorium:
Anemi normokromik normositer, retikulosit, LDH dan
SGOT meningkat, Bilirubbin Indirek meningkat, uji
coomb positif pada AIHA, dan G6PD merendah pada
defisiensi G6PD.

4.

Diagnosa Banding

a.
b.
c.
d.

Output

ANEMI HEMOLITIK

Anemi Hemolitik Otoimun.


Defisiensi G6PD
Sferositosis herediter.
Defisiensi Piruvat Kinase.

e. Talasemia.
5.

Pemeriksaan Penunjang : Hitung Retikulosit, SGOT, LDH, Uji Coomb, G6PD,


G6PD, pemeriksaan HB elektroforesis, Bilirubin,
Piruvat kinase.

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi

Hentikan faktor penyebab seperti obat-obatan atau


bahan lain yang dicuragai sebagai penyebab.Terapi
suportif transfusi eritrosit cuci (Washed Red Cells),
splenektomi.

9.

Penyulit

Krisis hemolitik, Anemi Aplastik.

10. Lama Perawatan


diatasi.

Perawatan diperlukan sampai gejala penyulit telah

11. Masa Pemulihan

Tidak dapat ditentukan

12. Output
lagi.

Hasil pengobatan terapi bila hemolisis tidak terjadi

13. Informed Consent

14. P. A.

Sumsum tulang penderita

15. Otopsi/Risalah Rapat

Spesialis Penyakit Dalam Hematologi.


Rawat inap bila timbul gajala hemolisis berat.

ANEMI SEKUNDER (ANEMI OLEH KARENA PENYAKIT KRONIS)


1.

Nama Penyakit

Anemi Sekunder (Anemi Oleh Karena Penyakit Kronis)

2.
Definisi
hematologik.

Anemi sekunder ialah anemi yang menyertai penyakit

3. Kriteria Diagnosis

Gejala klinis:
Pucat, lemah, dan keluhan anemi lainnya. Gejala lain
sesuai penyakit dasarnya.
Pemeriksaan fisik:
Anemi dan kelainan lain sesuai penyakit dasarnya.
Laboratorium:
Anemi normokronik normositer dan/atau anemi
hipokromik mikrositer Besi serum dan TIBC menurun.

4.

a. Anemi defisiensi Besi


b. Talasemia

Diagnos Banding

5.
Pemeriksaan Penunjang :
TIBC, BMP.
6.

Konsultasi

Hitung retikulosit, HB elektroforesis, Besi serum,

Spesialis Penyakit Dalam Hematologi

7.

Perawatan Rumah Sakit :

Rawat inap timbul gejala-gejala anemi berat

8.

Terapi

Atasi penyakit dasa, hati hati dengan pemeberian


preparat besi oleh karena cenderung terjadi
hemosiderosis. Transfusi arang diperlukan, atasi tiap
defisiensi gizi.

9. Penyulit

Tergantung penyakit dasarnya.

10. Lama Perawatan


teratasi.

Perawatan diperlukan sampai gejala penyulit telah

11. Masa Pemulihan

Tidak dapat ditentukan.

12. Output
: Hasil
hemodinamik tidak terganggu.

pengobatan dicapai bila status

13. P. A.

Sumsum tulang hiperplasi.

14. Informed Consent

15. Otopsi/Risalah Rapat

ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL (UNSTABLE ANGINA) NO ICG 411


1.

Nama Penyakit

Angina Pektoris (Unstable Angina)


No. ICG 411

2.

Definisi

Suatu sindroma klinis dari rasa sakit iskhemik yang


mencakup suatu spektrum yang luas dari berbagai
presentasi klinis dimana terdapat perburukan dari pola
gejala angina tanpa terbukti adanya nekrosis miokard.

3.

Kriteria Diagnosis

Nyeri dada khas angina yang:


- Terjadi pertama kali.
- Bertambah freuensinya atau bertambah

lama/bertambah hebat.
4.

Diagnosa Banding

nyeri pleura, dll)


5.

Pemeriksaan Penunjang :
trigliserida, asam urat.
6.

Konsultasi

Timbul ketika istirahat.


Timbul 24 jam pada pasca infrak miokard.
Infak miokard akut.
Disekans aorta.
Nyeri non kardiak akut (esofogagostrik, kolik biller,
Laboratorium:
Faktor Resiko: KGD N/2 jam PP, kholesterol
Faktor Enzim: CK MB
Elektrokradiografi: perobahan st-t, Ro: foto thoraks.

Spesialis Penyakit Dalam


Konsultan Kardiologi
Spesialis Jantung Dan Pembuluh Darah

10

7. Perawatan Rumah Sakit :

ICCU

8.

Non farmokologik Reassurance Farmakolog


- Nitrat sublingual danoral atau bila tidak menolong
dengan isosorbid dinitrat intravena atau infu
- Obat penenang
- Antiplatelet: aspirin
- Beta blocker
Bila tidak dapat diatasi dilakukan PTCA pada kasus-

Terapi

kasus tertentu.
9.

Penyulit

Infrak miokard akut


Payah jantung/edema paru
Mati mendadak (henti jantung)

10.

Informed Consent

Diperlukan untuk tindakan-tindakan invasif.

11.

Lama Perawatan

3 -4 hari setelah angina hilang, bila tidak ada penyulit.

12. Masa Pemulihan

2 minggu

13.

Sembuh parsial tergantung Iuasnya iskhemi &


beratnya stenosis koroner.

14. P. A.

15. Autopsi/Risalah Rapat

Ankilostomiasis

2.
Definisi
duodenale.

Penyakit cacing usus yang disebabkan Ancyclostoma

3.
Kriteria Diagnosis
Anemi.

Diketemukannya telur cacing tambang dalam tinja,

4. Diagnosa Banding

Output

ANKILOSTOMIASIS
1.

Nama Penyakit

5. Pemeriksaan Penunjang :

Darah Iengkap, Tinja Iengkap.

6. Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam.

7. Perawatan Rumah Sakit :

Untuk komplikasi.

8. Terapi

Kausal :
Mebendazol (Vermox ) 500 - 1000 mg dosis tunggal.
Salah satu dari Pirantel pamoat 10-20 mg/kg BB dosis

tunggal.

Mebendazol 150 mg + Pirantel pamoat 100 mg


(Triveksan) dosis tunggal.
Albendazol 400 mg Dosis tunggal (Zentel).

11

Dan pemberian:
Sulfa ferosus 3 x 300 mg/hari
Vitamin C 3 x 50 mg/hari.
9. Penyulit

Anemi.

10.

Informed Consent

Tak perlu.

11.

Lama Perawatan

Untuk penanggulangan komplikasi.

12.

Masa Pemulihan

13.

Output

Sembuh total.

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

ARTRITIS GOUT
1. Nama Penyakit

Artritis Gout

2. Definisi

Suatu kelainan metabolisme yangmenyebabkan


artritis akut yang serangan diikuti dengan adanya
hiperurikemi, menumpuknya kristal pada sendi atau
jaringan (tophi) dan dapat terbentuknya batu pada
ginjal/saluran kemih.

3.
Kriteria Diagnosis
70% pada MTP I.

Manifestasi klinis yang khas, serangan pertama

Terdapatnya kristal urat pada sendi, cairan sinovial

Kriteria ARA.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Pseudo Gout.
Artreitis reumartoid.
Osteoartrosis.
Artritis Psoriatik.
Artritis Infeksious.
Demam rematik.
Bursitis akut.
Selulitis.

atau pada thopi.


4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium:


Asam urat serum meninggi
Radiologik:
Pounched Up Lesion di permukaan sendi dan/atau
gambaran tophi.

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi

Segera cegah serangan akut, cegah kumat-kumatan,

12

cegah komplikasi.
a. Obat-obatan:
NSAID:
- Piroksikam 2 x 20 mg untuk 2 hari 1 x 20

mg/had.
100-500 mg/had.
hari.
untuk 2 hari

Fenilbutazon 200 mg tiap 4 jam untuk 2 hari 4

Indometasin 25-50mg, 3-4 x/hari selama 4-7

Kolcisin 1-7 mg/had dosis terbagi, maksimal

Pemeliharaan: 1 - 2 x 0,5 mg/hari


Obat-obatan Urikosurik dan/atau Urikostatik
diberikan jika keadaan tidak akut lagi.
Urikostatik: Allopurinol 100 - 300 mg/hari
Urikostatik: Benzromaron, Probenesid 1,5-2 mglhari
Sulfinpirazon 200 - 400 mg/hari
b. Diit rendah Purin.
9. Penyulit

Gagal Ginjal, Destruksi Sendi.

10.

Informed Consent

11.

Lama Rawatan

12.

Masa Pemulihan

13.

Output

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

ARTRITIS REUMATOID
1. Nama Penyakit

Artritis Reumatoid

2.

Definisi

Suatu penyakit inflamasi sistemil progresif yang kronis


tidak saja pada sendi dan jaringan sinovial tetapi jug
pada tendon dan berbagai orga Iainnya.

3.

Kriteria Diagnosa

a. Dengan menilai: Manifestasi klinis, gambaran


radiologik dan laboratorium
b. Klasifikasi ARA
c. Revised Criteria ACR 1987

a.
b.
c.
d.
e.

4. Diagnosis Banding

5.

Demam rematik
Lupus Erimatosus Sistemik
Osteoartrosis
Artritis Gout.
Artritis Piogenik.

Pemeriksaan Penunjang : a.Uji Faktor Rematik Positif.


b. L.E.D meninggi.

13

c. Radiologik/Sinar X: adanya Osteoporosis.


6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit : Pada serangan akut yang berat, dan sistemik perlu
tirah baring total sekitar 2 minggu.

8.

Terapi

a. 1. Atasi nyeri dan cegah kecacatan.


2. Tirah sistemik dan tirah artikuler.
3. Tirah emosional.
b. Fisioterapi.
c. Psikoterapi.
d. Diet yangcukup dan seimbang (Well Balance Diet).
e. Obat-obatan simtomatik:
Salisilat 4 - 6 Gr/hari, Parasetamol 1 - 2 Gr/hari,
Fenilbutazon 200-400 mg/hari NSAID = Piroksikam
1 x 20 mglhari, Sodium Diklofenat 75 - 150 mg/haft
f. Obat - obat Remitif:
- Garam emas pertahap sampai 1 gr dosis

pemeliharaan 50 gr/bulan.

- Penisilamin-D bertahap s/d 4x300 mg untuk 2-4

minggu.

- Klorokuin fosfat 250-500 mg/hari.


- Metotreksat 7,5 mg/minggu sampai
- Sulfasalazin bertahap 3 s/d 2x 1000 mg/hari 2-3

bln sampai remissi.


9.

Penyulit

1. Dampak samping obat.


2. Deformitas.
3. Disabilitas.

10.

Informed Consent

11. Lama Rawatan

12. Masa Pemulihan

13. Output

Mencapai remisi.

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

Asbestosis

2.
Definisi
debu asbes.

Asbestosis adalah penyakit yang disebabakan oleh

3. Kriteria Diagnosis

Klinis:
Sesak nafas waktu latihan yane timbul setelah fibrosis

ASBESTOSIS
1.

Nama Penyakit

progresif.

Biasanya timbul setelah pemaparar+ dengan asbes

14

selama 15 - 20 tahun
Fisis:
Ronki basah akhir inspirasi pads bagian bawah paru.
Biasa dijumpeo jari tabuh dan sianosis. Gerakan
dinding dada berkurang. Auskultasi, suara jantung ke
III dan ke IV dt daerah epigastrium.
Foto dada:
Pada pleura terdapat penebalan dan kalsifikasi sering
berupa obliterasi pada sinus disertai dengan kalsifikasi
di daerah diafragma.
Paru-paru, tampak bayangan opaque yang berbentuk
garis terutama bagian bawah. Juga biasa didapati
kekaburan antara batas difragma dan jantung.
Didapati pula kista dan honey comb, pembesaran
jantung dan juga pembesaran arteri pulmonalis.
Sangat jarang didapati gambaran massa.
4.

Diagnosa Banding

5. Pemeriksaan Penunjang :
penurunan volume total.

Semua fibrosis yang disebabkan penyakit paru lain.


Anamnesis: terkena paparan debu asbes selama
bertahun-tahun minimal 3 tahun.
Faal paru: kapasitas vital menurun progressif,
Difusi CO menurun, kompliance paru menurun.

6. Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit :

Bila timbul tanda kor pulmonale dekompensasi.

8.

Terapi

Tidak ada obat mempengaruhi perjalanan penyakit.

9.

Penyulit

Kor Pulmonale Keganasan (tumor paw, mesothelioma).

10. Informed Concern

11. Lama Perawatan


12. Masa Pemulihan

:
:

13. Output

14. P. A.

15. Otopsi / Risalah Rapat :

ASITES
1.

Nama Penyakit

Asites

2.

Difinisi

Berkumpulnya cairan

3.

Kriteria Diagnosis

Perut membesar seperti kodok, ada undulasi, ada


pekak beralih, ada suara ganda (double sounds).

4.

Diagnosa Banding

a. CHF

dalam rongga peritoneum.

15

b. Sindroma nefrotik
c. TBC Peritonium
d. Sindroma Meig
5.

Konsultasi

Bedah

6.
Perawatan Rumah Sakit : Pada asites permagna (amat besar dan
mengganggu penderita)
Untuk penjajagan diagnostik
7.
Penyulit
Ensefalopati hepatik.

Peritonitis bacterial spontan, Sindroma hepatorenal,

8.

Tirah Baring: Diit rendah/pantang garam (tergantung


Na kemih), restriksi cairan cukup 1 L I 24 jam.
Bila dengan cara-cara diatas tidak ada penurunan
berat badan atau diuresis spontan maka diberikan
spinorolakton 100 mg yang dapat ditingkatkan sampai
400mg/h, bila juga tidak berhasil dapat diberi
furosemide 40 sd 240 mg/hari.
Bila ada ginekomasti diberi amilorid 10 mg/hari.
Untuk asites yang sangat besar dan membandel
(refraktoir), dapat dilakukan parasen tesis dengan
infus albumin 6 gr/1 L cairan asites. Shut/TIPPS.

9.
Lama Perawatan
minggu.

Tergantung respon pengobatan, umumnya 2 - 4

10. Masa Pemulihan

11. Informed Consent

12. Output

Asites berkurang sd menghilang.

13. P. A.

14. Otopsi/Risalah Rapat

1. Nama Penyakit

Asma Bronkial (AB)

2.

Definisi

3.

Kriteria Diagnosis

Serangan yang berulang peneyempitan saluran nafas,


sembuh spontan maupun dengan pengobatan.
Klinis : Sesak nafas wheezing.
Riwayat serangan sesak yang berulang dan reversible.
Riwayat faktor pencetus/predisposisi wheezing dan
tanda-tanda fisik yang hilang dengan pengobatan.
Adanya eosinofilia dalam darah dan sputum.
Skin tes positif.
IgE dalam serum meninggi.

4.

Diagnosa Banding

Terapi

ASMA BRONKIAL (AB)

Bronkitis Akut.
Bronkitis Kronis.

16

Asma Kardiak.

5.

Pemeriksaan Penunjang : Foto Toraks:


- Tidak waktu serangan: Normal
- waktu serangan:
Hiperinflation: Diafragma rendah Iga II tampak jantung
kecil panjang.
Bayangan Tramline: Bulat dan elipsoid.
Faal paru:
- Tidak waktu serangan: Normal
- Waktu serangan: VEP1,VEP1 tKVP dan APE
merendah.
Analisa Gas Darah:
- Pasien Asimtomatik: Normal
- Serangan ringan sedang: Hipocapnia dan
respiratory alkalemia.
- Serangan berat: Hipercapdan respiratory acidemia.
6.
Konsultasi
mekanis.

Bagian Anestesia untuk pemasangan ventilasi

7.

Perawatan Rumah Sakit : Penderita sama yang berat yang memerlukan


pengobatan yang mendesak atau ventilasi mekanis.

8.

Terapi

tanpa tapering of.

Ventilator

Serangan Asma Akut Ringan Sedang.


- Beta 2 Agonist (Salbutamol, Terbutalin, Fenoterol).
- Inhaler 4 x 2 puff sehari.
- Beclomethasone aerosol 4 x 2 puff sehari.
- Prednisolone 40 mg per hari selama 7 - 10 had
Serangan Asma Akut yang Beret:
- Pemberian 02 2 L/menit dengan nasal Prong
ditingkatkan dosisnya.
- Pemberian Beta 2 Agonist dengan Nebulizer atau
-

menit.
pemberian per infus.
(Sc).

Pemberian Aminophyline intra venuos:


Loading dose 5,6 mg/Kg BB pelan-pelan 5 - 20
Oasis pemeliharaan: 0,5-0,9 mg/kgBB/jam dgn

Pemberian epinefrine atau Beta 2 Agonist subcutan

Hydrocortisone 150 mg iv dan dapat diulangi setiap


6 jam dengan dosis maksimum 1000 mg.
- Bila pasien sudah bisa makan obat: Beri oral steroid
Prednisolone 60 mg/hari kemudian tapering 10 mg
sehari selama 2 hari dan 5 mg sehari sampai
mencapai dosis pemeliharaan 10 mg/hari.
- Pemberian Beta 2 Agonist inhaler.
Pencegahan:
- Beclothasone inhaler 4 x 1-2 puff/hari.
- Beta 2 Agonist 4 x 2 puff/hari. 1pratropium Bromide
4 x 1-2 puff/hari (usia diatas 40).
- Oral Theophyline Slow release 2 x 1 tablet.
- Slow release Salbutamol 4 - 8 mg untuk wheeze

17

malam hari.
-

Ketotifen 2 x 1 tablet.

9. Penyulit

Spontaneous Pneumothorax

10.

Informed Consent

11.

Lama Rawatan

10 hari.

12. Masa Peralihan

1 minggu

13. Output

Sembuh

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

1. Nama Penyakit

Baru Saluran Kemih

2. Definisi

Didapatinya batu pada saluran kemih, baik secara


sinar-x ataupun secara USG, dengan ataupun tanpa
gejala.

3. Kriteria Diagnosis

Sama dengan nefropati obstrukstif

4. Diagnosa Banding

BATU SALURAN KEMIH

5. Pemeriksaan Penunjang :
posisi dan besar batu.

Pemeriksaan Sinar X
- Foto polos (BNO): Untuk melihat adanya batu,
-

6. Konsultasi

Bedah Urologi

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi

Ringer laktat).

Pyelografi Intravena: Untuk melihat ekskresi kedua


ginjal posisi serta intensitas obstruksi
USG: Melihat batu yang radiolucent, melihat
intensitas obstruksi terutama pada yang nonekskresi.

Rawat Inap bila nyeri berkelanjutan, anuria

Umum: Seperti pada nefropati obstruktif


Khusus: Batu ureter dengan diameter < 5 mm dengan
obstruksi unilateral dan tidak total, dapat dilakukan
salah satu prosedur diuresis paksa :
- Metode Sesia
- Metode HRL:
Infus larutan elektrolit 5 liter/24 jam dan diberi
suntikan IV Loop diuretik (Furosemide 40 mg/6 jam)
Batu radiolucent:
Berikan larutan elektrolit bersifat alkali (seperti
Berikan tablet Na bikarbonat 3-4 x 1 gram dan

18

Allopurinol 300 mg/hari.


9. Penyulit

Infeksi Saluran Kemih

10.

Informed Consent

Bila diperlukan tindakan Kemih

11.

Lama Rawatan

12.

Masa Pemulihan

13.

Output

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

DEMAM
1. Nama Penyakit

Demam

2. Definisi

Kenaikan suhu tubuh


yang disebabkan oleh
kenaikan titik tetap (set point) suhu di hipotalamus

3.
Kriteria Diagonosis
pengukur oral.

Suhu badan istirahat > 3 derajad Celsius pada

4.

Diagnosa Banding

a. Demam Trivial (1-3 hari) Common Cold, Malaria,


Infeksi Sal. Kemih.
b. Demam tanggung (4-7 hari). Infeksi Virus.
c. Demam serium (> 7 hari)
Bakteri: Demam Tifoid, Tuberkulosis.
Virus: Dengue.
Protozoa: Amebiasis, Toksoplasmosis.
Spirocheta: Leptospirosis.
Cacing: Filariasis.
d. Prolonged Fever (Demam berkepanjangan):
Kenaikan suhu 38,3 derajad Celsius atau lebih
selama beberapa minggu, misal : Demam yang tak
diketahui penyebabnya (Febris Unknown Origin
atau FUO).

5.

Pemeriksaan Penunjang : Darah lengkap, hapusan darah tepi, urinalisa rutin ,


tinja lengkap, uji widal, biakan dan pemeriksaan
enzim-enzim serui uji imunologik (ASTO, CRP, AN dsb).

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap untuk demam yang lama (> 2 minggu),
demam yang munculnya perlahan-lahan, demam
dengan perdarahan, demam kejang-kejang, dan
demam dengan kesadaran yang menurun.

Spesialis Penyakit Dalam.

19

8.

Terapi

Umum:
Dipiron (antalgin) tablet 3 x 500 Mg/hari, ataupun
injeksi parasetamol 3 x 500 mg/hari.
Khusus:
Lihat uraian diagnosa/terapi masing-masing penyakit

penyebab demam.
9.

Penyulit

Syok (renjatan)septik, perdarahan.

10.

Inforrmed Consent

Tidak perlu.

11.

Lama Rawatan

7 - 14 hari.

12.

Masa Pemulihan

1 minggu.

13.

Output

Sembuh total.

14.

P. A.

Tidak diperlukan.

15.

Otopsi / Risalah Rapat :

DEMAM BERDARAH (DENGUE HEMORRHAGIC FEVER/DHF)


1.

Nama Penyakit

Demam Berdarah (Dengue Hemorrhagic Fever/DHF)

2.

Definisi

3.

Kriteria Diagnosis

Penyakit infeksi yang ditimbul oleh masuknya virus


den (arbovirus) melalui gigitan nyai Aedes dan,
menimbulkan mani Tasi klinis berupa demam s
perdarahan serta kecenderur terjadinya renjatan yang
di berakibat fatal.
Dengue klasik: demam akut selama 2 - 7 hari dan
turun se lisis, bisa naik kembali sets beberapa jam
sampai 2 selama 1-2 hari, disertai torniquet positif
dengan tanpa perdarahan spontan.
DHF derajat I: Disertai trombositopenia ( trombosit
100.000/mm3 dan hemokonsentrasi ( kenaikan
hematokrit >1= 20 %)
DHF derajat II: Disertai perdara spontan
DHF derajat III: Disertai kegagF sirkulasi, tekanan nadi
</= 20 mn hipotensi, dingin, kulit bas gelisah.
DHF derajat IV : Disertai renjal tensi dan nadi tidak

terukur.
4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang : Darah lengkap, Serologik (Haemaglutinin, Inhibition


Test, Complement
Fixation Test).

6. Konsultasi

a.
b.
c.
d.

Purpura Trombositopenik.
Lekemia stadium Ianjut.
Anemia aplastik.
Sepsis.

Spasialis Penyakit Dalam.

20

7. Perawatan Rumah Sakit :

Perlu.

8. Terapi

Simtomatik:
Dipiron 3 x 500 mg PO atau injeksi atau Parasetamol 3
x 500 mg PO
Asam traneksamat 500 mg/8jam IV
Infus cairan Ringer Laktat (RL) kalau kenaikan

hematokrit >/= 20%

Transfusi trombosit bila sampai pada derajat II


Dengue Syok Sindrome / DSS (derajat III-IV): Oksigen

2-4 liter/m

Infus RL /NaCI 0,9 % 10-20 ml/ kgBB dalam 30 menit.


Bila renjatan tak teratasi :
- Infus diatas dilanjutkan dengan 15-20 mg/kgBB/j
- Infus Dextran atau kolloid plasma atau FFP dengan
dosis 10-20 ml/kg BB/jam sampai renjatan teratasi
- Koreksi asidosis .
Bila renjatan teratasi: Infus RL ml/kgBB/jam (selama
24 jam) dilanjutkan dengan 5 ml/kg BB/jam .
9. Penyulit

Koagulasi Intravaskular Disseminata

10.

Informed Consent

Tidak perlu

11.

Lama Perawatan

7 hari

12.

Masa Pemulihan

13.

Output

Dengue klassik sampai derajat II sembuh total.


DSS, Case Fatality Rate tinggi

14. P. A.

Tidak perlu

15. Otopsi/Risalah Rapat

DEMAM TIFOID
1.

Nama Penyakit

Demam Tifoid

2.

Definisi

Penyakit sistemik akut dan menulat yang disebabkan


infeksi Salmonella tiphi .

3.

Kriteria Diagnosis

Demam lebih dari 5 hari, naik turur secara bertangga,


tidak pernah mencapai normal , bradikardi relative
pembesaran hati dan limpa, bintikbintik roseola,
keluhan gastro. intestinal, toksemia, ditemukar
Salmonella pada biakan darah, tinja ataupun urin.

4.

Diagnosa Banding

a.
b.
c.
d.
e.

Influensa.
Malaria.
Disentri Basiler.
Abses Hati Amubik.
Tuberkulosis.

21

f. Hepatitis
g. Penyebab lain demam lebih dari 7 hari.
5.

Pemeriksaan Penunjang : Darah lengkap, Urinalisa, Faal Hati, ureum/kretinin,


biakan darah , urin, tinja, sumsum tulang, empedu,
serologik (widal, immunofluoresen ). Foto toraks, EKG.

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi

Tirah Baring
Supportif: Diet tinggi kalori rendah serat/cellulose.
Kausal:
- Kloramfenikol 4 x 500 mg PO ( 10-14 hari ) atau
- Tiamfenikol 4 x 500 mg / h PO atau
- Kotrimoksazol forte 2 x ltab selama 7 hari atau
- Ampisilin trihidrat 4 x1gram/h,14 hr atau
- Amoksilin 4 x 500 mg/h 14 -21 hari.
Pada demam Tifoid yang sangat toksik yaitu demam
tinggi, kesadaran menurun , gelisah , terapi diatas
ditambah dengan injeksi Dexametason 3 mg/kgBB
dalam Ringer Laktat 2cc /kgBB, di infuskan selama 30
menit dilanjutkan dengan 1 mg /kgBBl6jam /IV
sebanyak 6 kali pemberian. Pada demam Tifoid
dengan perdarahan/ perforasi terapi kausal diberikan
parenteral, puasa 24 jam dan pemberian NPE,
transfusi darah, koreksi cairan/ elektrolit dan asam
traneksamat 500 mg/ 8 jam IV.

9.

Penyulit

Intestinal: Perdarahan , Perforasi, ileus paralitik.


Ekstra intestinal: miokarditis, trombosis,
tromboflebitis, renjatan septik, hemolitik,
trombositopenia, KID, pneumonia, empiema, pleuritis,
epatitis kolesistitis, glomerulonefritis,
pielonefritis,
perinefritis, osteomielitis, periotitis, spondilitis, artritis,
psikosa, meningitis, meningismus, polyneuritis per
sindroma Guillain Barre.

10. Informed Consent

Perlu.

11. Lama Rawatan

14 hari.

12. Masa Pemulihan

6 hari.

13. Output

Penyembuhan atau sebagai Carrier.

14. P. A.

Tidak perlu

15. Otopsi/Risalah Rapat

Diabetes Insipidus

Spesialis Penyakit Dalam.


Harus

DIABETES INSIPIDUS
1.

Nama Penyakit

22

2.

Kriteria Diagnosis

Gejala klinis:
Poliuria, dehidrasi, rasa haus, tidur terganggu.
Laboratorium:
Jumlah urin/24 jam 5-10 liter BD urin 1005. ADH

1. Diabetes Mellitus: Kadar gluk plasma meninggi.


2. Diabetes Insipidus Nefrogenik: ureum dan kreatinin

menurun.
3.

Diagnosa Banding

plasma meningkat

3. Gagal Ginjal Kronik : Ureum dan kreatinin plasma

meninggi.

4. Compulsive Water Drinking : Gangguan jiwa, respon

ADH normal
4.

Pemeriksaan Penunjang :
-

- Foto X-Ray Kepala.


Water Depriviation Test.

5.

Rujukan

Spesialis Radiologi.
Spesialis Bedah.

6.

Indikasi Rawat Inap

Poliuria, dehidrasi.

7.

Pengobatan

Ada beberapa alternatif.


1. Aqueosus vasopressin. 5-10 usc/im 3 - 5 x / hari.
2. Lysin vasopressin, nasal spary 1 - 20 unit setiap

beberapa jam.

3. Desmopressin, 10 - 20 mikrogram 2 kali sehari


sehari nasal spary atau suntikan.
4. Obat - obat non - hormonal mis. Diuretika,
chlorpropamid, carbamazepin, clofibrat.
5. Microsurgery.
8.

Penyulit

Dehidrasi berat, koma.

9.

Informed Consent

10. Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam.

11. Lama Rawatan

Diperlukan waktu sekitar 3 - 5 hari.

12. Masa Pemulihan

Diperlukan waktu sekitar 2 - 3 hari.

13. Hasil

Diuresis dapat dikendalikan.

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

Diabetes Mellitus
terdiri dari:
1. Diabetes mellitus tipe I (IDDM ).

DIABETES MELLITUS
1.

Nama Penyakit

23

2. Diabetes mellitus tipe II (NIDDM).


3. Diabetes mellitus malnutrisi (MRDM).
2.

Kriteria Diagnosis

3.

Diagnosa Banding

4.

Gejala klinis polifagi, polidipsi, poliuri, pruritus,


berat badan menurun dalam waktu singkat yang
tidak dapat diterangkan, lemah (kekuatan fisik
menurun).
Kadar glukosa plasma puasa > 140 mg/dl.
Kadar glukosa plasma 2 jam setelah mendapat
beban 75 gram gula 2 jam > 200 mg/dl.
IDDM didapatkan umumnya pada usia < 30 tahun.
NIDDM didapatkan umunya pada usia > 40 tahun.
MRDM didapatkan umumnya pada usia antara 30 40 tahun dan mempunyai riwayat malnutrisi.
Diabetes melitus sekunder (mis. Pemakai
kortikosteroid) jangka lama, penyakit cushing,
akromegali / gigantis, stress hyperglycemia).

Pemeriksaan Penunjang :
kolesterol.
kalsifikasi pankreas.
-

- Pemeriksaan urin: reduksi protein.


HbA1, HbA1 c, Fruktosamin.
Trigliserida, kolesterol total, HDL kolesterol LDL -

5.

Spesialis
Spesialis
Spesialis
Spesialis

Spesialis Rehabilitasi Medik.


Spesialis Bedah.
Spesialis Gizi.

Rujukan

gastroenterologi).

Foto sinar - X dada, abdomen untuk melihat


EKG.
Mata.
Saraf.
Paru.
Penyakit Dalam (ginjal, kardiologi,

6.

Indikasi Rawat Inap

Krisis ketoasidosis diabetik.


Krisis hiperglikemia hiperosmoler nonketotik .
Infeksi.
Glukosa darah tinggi tidak terkontrol dengan diet,
latihan jasmani dan obat penurun glukosa darah
oral untuk NIDDM.

7.

Pengobatan

Diet sesuai dengan berat badan, tinggi badan,


aktifitas, usia, penyakit penyerta.
Latihan jasmani disesuaikan dengan kebugaran

jasmani penderita.

Obat penurun glukosa darah oral (gol. Sulfonilurea,


biguanid, acarbose) bagi NIDDM yang tidak
terkontrol dengan diet dan latihan jasmani.
Insulin bagi IDDM, bisa dikombinasikan dengan
obat penurun glukosa darah oral golongan biguanid
atau akarbose.
Penderita MRDM bisa dimulai dengan obat penurun
glukosa oral disamping diet dan latihan jasmani,

24

dan bila tidak berhasil bisa diganti dengan insulin


atau gabungan insulin dengan obat penurun
glukosa darah oral.
8.

Penyulit

diabetik.

Ketoasidosis sampai koma diabetik.


Hiperglikemia hieprsmoler nonketotik sampai koma

Penyakit jantung koroner.


Gangren diabetik.
Nefropati diabetik .
Neuropati diabetik.
Kardiomopati diabetik.
TBC paru.
Hiperlipdemia.
Hipoglokimia.
Stroke.

9. Informed Consent

10. Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam.

11. Lama Rawatan


: Diperlukan waktu sekitar 2 minggu untL
mengendalikan glukosa darah.
12. Masa Pemulihan

Diperlukan waktu lebih kurang 7 hari.

13.

Dicapai dengan glukosa dare terkendali.

:
:

Hasil

14. P. A.
15. Otopsi/Risalah Rapat

DIABETES MELLITUS GESTASI


1. Nama Penyakit

Diabetes Mellitus Gestasi

2.

Kadar glukosa plasma puasa.


Tes Toleransi glukosa dengan beban glukosa 100

Diabetes mellitus sebelum hamil biasanya


ditemukan pada usia < 30 tahun (IDMM).
Diabetes mellitus semasa han biasanya ditemukan
pada ibu yang mempunyai faktor resiko : gemu
riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat keluarga
diabetes mellitus.

Kriteria Diagnosis

gram.
3.

Diagnosa Banding

4.

Pemeriksaan Penunjang :
-

5. Rujukan

- HbA1, HbA1 c, Fruktosamin.


EKG.
Trigliserida, kolestrol total, LDL
kolesterol.
Spesialis gizi.
Spesialis KebidananlPenyakit kandungan.
Spesialis Mata

25

Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi).

6.

Indikasi Rawat Inap

Kehamilan.
Infeksi.
Penyakit Kardiovaskular.

7.

Pengobatan

Diet.
Latihan jasmani.
Insulin.

8.

Penyulit

Obes.
Retinopati.
Neuropati.
P J K.

9. Informed Consent

10.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam.

11.

Lama Rawatan

6 - 8 minggu.

12.

Masa Pemulihan

1 minggu.

13. Hasil
badan ideal.

Dicapai dengan kadar glukosa darah terkendali, berat

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

1. Nama Penyakit

Disentri Amuba

2.

Definisi

Penyakit infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh


Entamuba histolitika dengan gejala diare, tenesmus
dan berak darah disertai mukus.

3.

Kriteria Diagnosis

Diketemukannya trofozoiddan/atau kista dalam tinja


secara Mikroskopik.
Gejala klinis: diare dengan tenesmu muntah, nyeri
abdomen, demai tinja berbau amis.

4.

Diagnosa Banding

a.
b.
c.
d.

5.

Pemeriksaan Penunjang : Tinja rutin


Biakan Entamoeba histolyca.
Foto Barium
Kolonoskopi
Tes serologis

DISENTRI AMUBA

Disentri basiler.
Kolitis Ulserosa.
Irritable Bowel Syndrome (IBS).
Tumor kolon

26

6.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam.

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi

Metronldazol 3 x 750 mg/had selar 10 hari atau


Seknidazol 2 gr (4 tablet) dosis tunggal. Atau 2 x 1
gram selar 3 hari atau Tinidazol 2 gr dosis tunggal,
atau Tetrasiklin 4 x 500 mg ! h selama 10 hari

9.

Penyulit

Perforasi intestinal
Apendisitis amubik
Abses hati amubik
Perdarahan massif
Ameboma
Striktur amubik
Pleuropulmonari amebiasis
Perikarditis amubik
Cerebral amebiasis
Kutaneus amebiasis

10.

Informed Concent

Tak diperlukan.

11.

Lama Perawatan

10 hari.

12.

Masa Pemulihan

3 hari

13.

Output

Sembuh

14.

P. A.

Tidak perlu

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

Bila keadaan umum jelek.

DISENTRI BASILER
1.

Nama Penyakit

Disentri Basiler

2.

Definisi

Penyakit infeksi saluran cerna yang disebabkan


bakteri dengan gejala mual, muntah, demam, dan
diare yang disertai darah.

3.

Kriteria Diagnosis

Ditemukannya kuman dalam tinja.


Gejala klinis: Nyeri perut, tenesmus, demam,
menggigil, anoreksi, tinja bercampur darah dan
mukus.

4.

Diagnosa Banding

A.
B.
C.
D.
E.

5.
Pemeriksaan Penunjang :
Biakan tinja

Disentri amuba.
Salmonella enterokolitis.
Enterotoxigenic E. coll.
Campilobacter enteritis.
Kolitis ulserosa
Tinja rutin: ditemukan banyak lekosit dan eritrosit .

27

6.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam.

7.
Perawatan Rumah Sakit :
penyebaran infeksi .
8.

Terapi Kausal

Kalau keadaan umum jelek dan mencegah

Kotrimokazol forte 2 x 1 tablet/h selama 5 hari atau


Siprofloksasin 2 x 750 mg ( kontra indikasi pada
wanita hamil dan anak dibawah 12 tahun )

9. Penyulit

Dehidrasi, Asidosis, Artritis.

10.

Informed Concent

Tidak perlu.

11.

Lama Rawatan

5 hari.

12.

Masa Pemulihan

1 minggu.

13.

Output

Sembuh total.

14.

P. A.

Tidak perlu

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

DISRITMIA ( ARITMIA ) NO. ICD 427 yang panting adalah BRADIARITMIA dan
TAKIARITMIA
1.

Nama Penyakit

Disritmia (Aritmia) No. ICD 427


yang penting adalah Bradiaritma dan Takiaritmia

2.

Definisi

Gangguan irama jantung dilua berbatas-batas


fisiologis yang dapat disebabkan pengaruh ekstra
kardia pada pusat pembentukan rangsangan jantung
(nod SA) atau boleh sebab sebab intra kardia dari
tempat-tempat pembentukai rangsang dan
penghantarnya yanl berada di atrium maupun di
ventrikel.

3.

Kriteria Diagnosis

4.

Diagnosa Banding

Adanya gejala: Pusing, berdebal lemah, pandangan


gelap, bisa sampa pingsan, angina atau sesak
nafas.
Tanda-tanda gangguan hemodinami Iain:Tekanan
darah turun, perfus berkurang.
Debar jantung pada bradiaritmi kurang dari 60 x /
mnt dan bisa tidak teratur, ada takiaritmia lebih
dari 100 x / mnt dan bisa tidak teratur.

Bradiaritmia:
- Blok AV.
- Aritmia atrial dengan blok AV derajat tinggi .
- Penyakit nodus sinus (SSS).
Takiaritmia:
- Takikardia supraventrikuler.
- Fibrilasi atrium respon cepat.

28

5. Pemeriksaan Penunjang :

EKG, EKG monitor, Elektrolit.

6.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiologi.


Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.

7. Perawatan Rumah Sakit :

Ruang Rawat Kardiologi.

8. Terapi

Bradiartimia:
Non Farmakologis: tirah baring, hentikan obat-obat
yang mungkin bisa menyebabakan bradiaritmia.
Farmakologis:
- Sulfas Atropin
- Orciprenalin
- Isoprenalin
Takiaritmia:
Non Farmakologis: tirah baring
Farmakologis:
- Takikardi supraventrikuler: Verapamil (isoptin),

digitalis.

- Fibrilasi atrium respon cepat: digitalis


- Takikardi ventrikuler:
- Xylocard, Disopiramid, meksiletin.
Penting dikoreksi defisit/ketidak seimbangan elektrolit
dan/atau gas darah.
Defibrilasi (DC Shock) bila hemodinamik terganggu
atau obatobatan gagal.
Pada kasus tertentu diatasi dengan pacu jantung (over
drive).
9. Penyulit

Henti jantung.
Syok.
Payah jantung.
Penyulit akibat tindakan invasif (pemasangan alat

10. Informed Concent


elektif.

Perlu untuk pemasangan alat pacu atau defibrilasi

11.

Bisa singakat 1-2 hari (takikardi supraventrikuler).


Bisa lama tergantung penyakit yang mendasari .

12. Masa Pemulihan

Tergantung penyakit yang mendasari.

13.

pacu).

Lama Perawatan

Output

14. P. A.

Takikardi supraventrikuler bisa hilang sendiri pada


umumnya sembuh parsiel.
-

15. Otopsi/Risalah Rapat

DISPEPSI
1.

Nama Penyakit

Dispepsi

2.

Definisi

Kumpulan keluhan saluran cerna bagian atas yang

29

beraneka ragam, seperti perut gembung, rasa penuh


rasa cepat kenyang, nyeri epigastrium, mual,muntah.
Berdasarkan pengamatan endoskopik dibedakan atas
Dispepsi Non Ulser dan Dispepsi Ulser.
3.

Kriteria Diagnosis

Nyeri diulu hati, rasa mual dan muntah, perut


gembung rasa penuh, rasa cepat kenyang.
Gejala-gejala dapat berhubungan atau tidak ada
hubungannya dengan makan.

Diagnosa Banding

a.
b.
c.
d.

5.

Pemeriksaan Penunjang : Esofagogastroduodenoskopi:


Foto Esofagus, lambung/duodenum.
Pemeriksaan EKG, USG.
Pemeriksaan Iengkap dianjurkan pada penderita
dengan keluhan berat, muntah-muntah yang telah
berlangsung > 4 minggu, penurunan berat badan, dan
usia > 40 tahun.

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit : Umumnya rawat jalan, Rawat inap bila banyak
muntah-muntah dan dehidrasi.

8.

Terapi

Bila perlu ke Divisi Gastroenterologi Penyakit Dalam.

Prokinitic.

Tukak peptik.
IMA.
Esofagitis.
Cholangitis kronis.

Diet lunak, tidak merangasang, sedikit- sedikit ,


sering-sering. -Diberikan penjelasan yang memadai
keluhan mungkin hilang timbul berlangsung dalam
waktu yang lama, sehingga rasa aman dapat
membantu penderita agak cukup toleran.
Terapi obat-obatan disesuaikan dengan keluhan
yang paling dominan.
Ulcer like dyspepsia:
Antasida, H2 - Receptor Blocker, Omeprazole,
Reflux like dyspepsia:
Prokinetic, Antasida, H2-Receptor, Blocker
Omeprazole, Mucosa
protector.
Dismotility like dyspepsia: Prokinetic.
Non Specipic: Prokinetic, Antasida.

9. Penyulit

Malnutrisi: Dehidrasi.

10.

Diperlukan bila ada pemeriksaan endoskopi.

11. Lama Perawatan

Bila diperlukan perawatan biasanya 7-10hari.

12. Masa Pemulihan


kepribadian si sakit.

Kurang dari 7 hari tergantung lingkungan dan

13.

Umumnya dapat sembuh total.

Informed Concent

Output

30

14.

P.A.

Dilakukan pemeriksaan jaringan bila pada endoskopi


ada yang mencurigakan.

1. Nama Penyakit

Efusi Pleura

2.

Definisi

Penumpukan cairan dalam jumlah afnormal dirongga


pleura basik berupa transudat maupun eksudat yang
disebabkan infeksi, keganasan, gangguan
kardiovaskular dan lain-lain.

3.

Kriteria Diagnosis

Klinis berupa sesak nafas, rasa tidak lemak


didada,batuk-batuk non produktif.
Pemeriksaan fisis:
Perkusi didaerah efusi redup, pada palpasi resonans
berkurang, auskultasi suara pernafasan melemah
sampa hilang.

4.

Diagnosa Banding

a. Pneumotoraks.
b. Tumor disertai kolaps paru.
c. Pneumoni.

16. Otopsi/Risalah Rapat


EFUSI PLEURA

5. Pemeriksaan Penunjang :

6.
Konsultasi
Dokter bedah toraks.

Foto dada PA dan lateral.


Aspirasi cairan untuk keperluaan diagnostic terutama
pemeriksaan
biokimiawi dan mikrobiologik.
Biopsi Pleura.
Onkologist bila disangkakan penyebabnya tumor,

7. Perawatan Rumah Sakit :

Bila efusi disertai sesak nafas hebat.

8.

Aspirasi cairan pleura untuk mengurang sesak.


Pengobatan kausal tergantuni penyebabnya, bila
penyebabnya TBC paru diberi OAT dsb.
Kortikosteroid diberikan untuk mencegah
perlengketan/fibrosis. Bila penyebabnyE proses
keganasan diberi kemoterapi intrE pleural.

9. Penyulit

Gagal nafas.

10.

Diperlukan bila dilakukan aspirasi atat. biopsi fleura.

11. Lama Perawatan

1 minggu.

12. Masa Pemulihan

13. Output

Tergantung penyebab

14. P.A.

Terapi

Informed Concent

31

15. Otopsi/Risalah rapat

ENSEFALOPATI HEPATIK
1.

Nama Penyakit

Ensefalopati Hepatik

2.

Definisi

Sindroma neuropsikiatrik yang terjadi pada pasien


dengan gagal hati karena menderita penyakit hati
kronis dan dapat tersects oleh diit yang tinggi protein,
infeksi perdarahan usus, hipokalemi, penggunaan obat
sedatif/hipnotik, asites terinfeksi, konstipasi, dan
azotemia.

3.

Kriteria Diagnosis

Kelainan intelektual, Dispraksia konstruksional, (uji


menghubungkan angka, menu! is nama, menggambar
bintang : tak bisa), flapping tremor, foetor hepatikum.
Tanda - tanda menderita kelainan/ penyakit hati kronis
(+) kelainan-kelainan EEG yang khas.

4.

Diagnosis Banding

Koma oleh sebab-sebab serebral.

5.

Pemeriksaan Penunjang :

EEG, pemeriksaan kadar amoniak.

6.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam


Spesilis Penyakit Syaraf
Psikiater
Ahli Bedah Digestif

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi

Perlu

Tirah baring total,


Diit sonde babas protein maksimal 3 hari, kemudian
protein dinaikkan menjadi 40 60 gram/h sebaiknya
protein nabati.
Koreksi faktor pencetus, Stop pemberian obat-obat
diuretika, sedatifa/hipronika.
Laktulosa diberi 30 cc / 8 jam sd b.a.b 2 - 3 x hari,
Klisma, Salah satu dari pemberian obat oral Neomisin
4 x 1 gram, Metronidazol 3 x 500 mg atau pemberian
vancomycine, infus BCAA 1 flaks/hari.
Antibiotika sistemik bila ada infeksi.

9. Penyulit

10.

Lama Perawatan

2 - 4 minggu.

11.

Informed Consent

12.

Output

Sadar.

13.

P. A.

14.

Otopsi/Risalah Rapat :

32

ESOFAGITIS
1. Nama Penyakit

Esofagitis

2.
Definisi
keradangan.

Suatu keadaan dimana mukosa esofagus mengalami

3.
Kriteria Diagnosis
mual-mual.

Rasa terbakar didada (Heart burn), nyeri di ulu hati,

Kadang-kadang penderita mengeluh dapat


merasakan jalannya makanan yang ditelan dari
kerongkongan ke lambung, kadang-kadang nyeri
retrosternal yang menyebar sampai kedaerah
skapula.
Regurgitas yang kadang-kadang amat pahit.

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Esofagitis
Esofagitis
Esofagitis
Esofagitis
Esofagitis
Esofagitis

4. Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang :
-

6. Konsultasi

refluks.
refluks basa.
infeksi (moniliasis, herpes).
Korosif.
pit.
radiasi.

- Radiologi dengan barium.


Endoskopi.
Manpmetri esofagus.
Pengukuran pH.

Spesialis Penyakit Dalam.

7.

Perawatan Rumah sakit : Umumnya rawat jalan.


Rawat inap bila keadaan umum kurang baik atau
timbul komplikasi.
8. Terapi

atau alkohol.

Esofagitis Refluks:
- Menghindari faktor predisposisi.
- Mengurangi berat badan jika gemuk.
- Menghindari makanan yang merangsang, merokok
-

tidur.
dengan balok).

Menghindari terlalu banyak makan.


Menghindari makanan/minuman 3 jam sebelum

Terapi postural:
- Meninggikan bagian kepala (tempat tidur diganjal
-

Antisekretorik.

Pencegahan posisi yang meninggikan refluks,


menghindari pekerjaan/olahraga yang
menimbulkan refluks.
Obat:
Metoklopropamide, Domperidone, Cicapride, Antasida,
Operasi:
Bila resisten dengan pengobatan konservatif

33

(Funduplikasi).
Esofagitis Monilia: Nystatin 3 x 200.000 atau obat

jamur Iainnya.

Esofagitis herpes: Acyclovir, Adenosine arabinoside.


Esofagitis korosif: Antibiotika, Antasida, obat
sitoprotektor.

9.

Penyulit

Esofagitis pil: Minum obat dalam posisi tegak


sebaiknya bentuk obat cair atau bubuk disertai minum
air yang cukup.
:

10.

Informed Concent

Striktura esofagus perdarahan, transisi ke epitel


kolumnar (Baretis) pramaligna.
Sindroma aspirasi pulmonal.

Diperlukan bila melakukan tindakan endoskopi.

11. Lama Perawatan

12. Masa Pemulihan

13. Output

Sembuh.

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

Filariasis

FILARIASIS
1.

Nama Penyakit

2.

Definisi

Penyakit yang disebabkan infeksi satu atau dua cacing


jenis filaria yaitu Wuchereria bancrofti atau Brugria
malayai.

3.

Kriteria Diagnosis

Terdapat pemaparan pada daerah endemis.


Ditemukan mikrofilaria dalam darah atau sayatan

kulit.

Bentuk tanpa gejala:


Pembesaran kelenjar limfa inguinal, mikrofilaria dan
eosinofilia darah.

4.

Diagnosa Banding

Filariasis dengan peradangan:


- Terdapat Infeksi sekunder oleh bakteri dan jamur
pada saluran limfa tungkai dan alat genital
- Elefantiasis.
Fialriasis dengan penyumbatan:
- Terjadi Proliferasi jaringan granulasi dan
pembentukan varices saluran limfe.
- Elefantiasis.
:

A.
B.
C.
D.

Deep Mycosis.
Limfangitis bakterial .
Tromboflebitis .
Tuberkulosis, leprosy, sarkoidosis dan penyakit

34

granulomatous sistemik lain.


5.

Pemeriksaan Penunjang : Hapusan darah tebal dan tipis malam hari


Biopsi kelenjar getah bening
Limfografi

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit : Untuk mengatasi gejala serangan akut, infeksi


sekunder dan operasi

8.

Terapi Kausal

Dietil karbamazin ( DEC ) 6 mg/kg BB/hari dibagi


dalam 3 dosis, selama 10-14 hari (total dosis kumulatif
kumulatif 72 mg/kgBB)

9.

Penyulit

Infeksi sekunder. Gangguan tropfis.

10.

Informed Consent

Perlu

11.

Lama Perawatan

2 minggu

12.

Masa Pemulihan

13.

Output

Kambuh kembali

14.

P. A.

Perlu.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

Spesialis Penyakit Dalam


Spesialis Bedah

GANGGUAN PSIKOSOMATIK
1.

Nama Penyakit

Gangguan Psikosomatik

2.

Definisi

Gangguan Psikosomatik atau nama lain gangguan


psikofisiologi adalah suatu penyakit gangguan fungsi
organ/sistem tubuh yang penyebabnya berupa
masalah kejiwaan dalam bentuk keluhan personal
maupun psikososial.

3.

Kriteria Diagnosis

Prosedur pemeriksaan dan penentuan diagnosa


mengikuti azas Elektik Holistik:
A. Anamnese yang mendalam
Meliputi pada masa anak, remaja dan pada masa
dewasa, pada saat pasien mengalami gangguan
berupa keluhankeluhan jasmani.
Gejala/khas:
- Keluhan jasmani datangnya berkaitan dengan

adanya emosi.

Keluhan jasmani sifatnya berganti - ganti


umpama : kadang-kadang mengenai jantung,
mengenai saluran pencernaan, mengenai
saluran pernafasan, mengenai kepala dan
sebagainya.

35

Pasien umumnya mempunyai bakat jasmaniah,


gangguan pola kepribadian atau stress
psikososial
- Pasien suka berpindah-pindah dokter (Dokter
shopping) adakalanya pasien pergi kedukun,
orang pintar dan siapa saja yang menurutnya
pasien yang mau menolongnya.
- Pasien datang kedokter selalu membawa daftar
keluhan-keluhannya, obat-obat yang telah
didatanginya.
- Realitas masih positif.
B. Pemeriksaan Jasmani:
- Dilakukan pemeriksaan Diagnosa Fisik yang
teliti.

Endoskopi dsb .

C. Laboratorium:
- Darah Rutin, Urine dan Faeces.
- Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan Fungsi
hati, kadar gula darah, fungsi ginjal, fungsi tiroid
dsb.

4.

Laboratorium Penunjang :
-

5.

Diagnosa Banding

6.
Konsuitasi
sedang dan berat.

Bila diperlukan dilakukan EKG, Thorax Fhoto,

- Test insulin.
Test adrenalin.
Test air.

Neurosis.

Pasien yang mempuyai derajat keparahan penyakit

7.
Perawatan Rumah Sakit :
penyakit pasien.

Melihat keadaan umum dan derajat keparahan

8.

Terapi

Tujuan pengobatan untuk menghilangkan keluhan dan


gejala dan mengembalikan kestabilan emosi menuju
kematangan pribadi.
Terdiri dari obat-obatan:
1. Medis Internis
2. Psikofarmaka
- anti anxietas
- anti depresi (F)
- Lingkungan yang kurang mendukung.
- Keadaan social
- Ekonomi lemah

9.

Penyulit

10.

Lama Perawatan

Tergantung derajat keparahan penyakit pasien.

11.

Masa Pemulihan

3 sampai 12 minggu. (F)


Psichoterapi Supervisial: Ventilasi, Re-Edukasi, Agama

GASTROENTERITIS KOLEROFORMIS
1. Nama Penyakit

Gastroenteritis Koleroformis

36

2. Definisi

Penyakit infeksi akut saluran cerna disebabkan serotip


Vibrio cholerae.

3.

Diare akut dan berat (frekwensi > 6 x /had, bisa > 1


L/jam), tinja tidak berbau, tidak mengandung darah
ataupun pus, (seperti air cucian beras), dan tidak ada
disertai mulas.

Kriteria Diagnosis

4. Diagnosa Banding

5. Pemeriksaan Penunjang :

Mikroskopis (Lapangan gerlap ataupun fluoresen ):


Biakan tinja, Aglutinasi serologik spesifik.

6. Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam

7. Perawatan Rumah Sakit :

Harus.

8. Terapi

Kausal
- Tetrasiklin HCL 500 mg (awal) dilanjutkan 4 x
selama 3 hari.
- Kloramfenikol 500 mg (awal) dilanjutkan 4 x 500
mg/h selama 3 hari.
- Kotrimoksazol forte 2 x 1 tablet/h selama 5 hari.
- Doksisiklin 2 x 200 mg / h
( hari I) diteruskan
dengan 1 x (5 hari).

9.

Dehidrasi, asidosis, hipokalemi, hipotensi.

10. Informed Consent

Tak perlu.

11. Lama Rawatan

3 hari.

12. Masa Pemulihan

2 hari.

13. Output

Sembuh total.

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

Gagal Ginjal Akut

Suatu keadaan kedaruratan medik ditandai dengan


adanya penurunan fungsi ginjal yang berlangsung
akut dengan oliguria atau tanpa oliguria tetapi
penjemihan kreatini < 5 ml / menit.
Anamnese:
Gejala dan tanda:
- Sindroma uremia
- Oliguria/anuria
- Peningkatan ureum dan kreatinin darah

Penyulit

GAGAL GINJAL AKUT


1.
2.

Nama Penyakit
Definisi

3. Kriteria Diagnosis

37

- Gangguan kardiovaskuler
- Gangguan kesadaran dan kejang
Pemeriksaan Fisik:
- Kesadaran dapat terganggu
- edema
- uremic lung
- bisa asites
- nyeri tekan/ketok sudut kostorenal.
Laboratorium:
- Darah rutin: Lekositosis, LED meninggi
- Urin rutin: Proteinuria, reduksi bisa (+)
Sedimen:
- Hematuria > 3 lpb
- Lekosituria > 5 I Ipb
- Silinderuria (+)
- Khusus:
Ureum, kreatinin,asam urat darah meninggi
Penjemihan kreatinin meninggi
Elektrolit Kalium meninggi
Analisa gas darah, asidosis metabolik
4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang :

6.
7.

1.USG: Melihat ukuran, permukaan, bendungan,


massa, kista dan batu
pada ginjal.
2. BN0/IVP: Gambaran fungsi ekskresi, keadaan
ureter, dan distorsi pelvicalyceal.

Konsultasi

Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap segera pada GGA dengan sindroma
uremia, anuria, uremic lung

8. Terapi

ml.

Konservasi:
Pengaturan diet:
- Cukup kalori
- Pantang garam
- Restriksi protein: 0,6 gr / kg BB / hari
- Restriksi Kalium, Magnesium dan fosfor.
Pemantauan cairan:
- Pada oliguria, cairan = jumlah urine 24 jam + 500
Pemberian diuretik:
- Disesuaikan dengan intake dan output cairan
- Dosis 20-100mg / jam
Pemberian bicarbonat:
- Substitusi dengan formula:
24 - aktual bikarbonat x Berat Badan
Koreksi Hiperkalemia: insulin, Ca glukonas
Bila ada tanda infeksi beri antibiotik, nontoksin

pada ginjal:

Doksisiklin 2 x 100 mg
Ceftriaxon 1 gram / hari
Eritromisin 3 x 500 mg

38

Terapi pengganti:
Dialisis: Hemodialisis, peritoneal dialisis, peritoneal
dialisis mandiri kesinambungan.
Indikasi:
A. Klinis:
1. Sindroma uremia dengan penurunan kesadaran
2. Kelebihan cairan dalam sirkulasi/edema.
3. Anuria > 3 hari.
B. Biokimia :
1. Asidosis metabolik, pH<7,2 yang tidak membaik
dengan substitusi Bicarbonat
2. Hiperkalemia K >7 mEq / I
3. Ureum > 200 mg / dl
9.

Penyulit

10. Informed Consent

11.

12. Masa Pemulihan

13. Output

14. P. A.

15. Otopsi / Risalah Rapat :

Lama Perawatan

Kardiovaskuler, Hipertensi, perikarditis, CHF


Hematologi , anemia , koagulopati
Neurologi, periferal neuropati

GAGAL GINJAL KRONIK


1.
2.

Nama Penyakit
Definisi

3. Kriteria Diagnosis
singultus.

Gagal Ginjal Kronik

Suatu keadaan dimana terjadi kegagalan fungsi ginjal


secara perlahan oleh karena berbagai gangguan pada
ginjal atau saluran kemih .

Gejala dan tanda:


- Sindroma uremia
- Gastrointestinal: nausea, anoreksia, muntah,
-

Hematologi: anemia, gangguan pembekuan.


Endokrinologi: amenorea, gangguan metabolisme
KH , protein/lemak
- Kulit: pucat , gatal , uremic frost.
- Miski terganggu, polakisuria, dysuria, nokturia
Pemeriksaan fisik:
- kesadaran dapat terganggu,
- udem
- uremic lung
- bisa asites
- nyeri tekan/ ketok sudut kostorenal
Laboratorium:

39

Darah rutin: HB menurun, lekositosis, LED meninggi

Urine rutin:
Proteinuria: reduksi bisa (+)
Sedimen: Hematuria >3/Ipb
Lekosituria >51/pb
Silinderuria (+)
Khusus:
Ureum, kreatinin, asam urat darah meninggi
Penjemihan kreatinin meninggi
Elektrolit Kalium meninggi, Analisa gas darah,

asidosis metabolik
4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang :

6.
7.

Konsultasi

1.USG: melihat ukuran, permukaan, bendungan,


massa, kista dan batu pada ginjal
2. BNO/IVP : Gambaran fungsi ekskresi, keadaan
ureter, dan distorsi pelvicalyceal.
-

Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap pada penderita dengan sindroma


uremia berat dan pada penderita dengan penyulit.

8. Terapi

Konservasi:
Pengaturan diet:
- Cukup Kalori
- Restriksi cairan dan garam
- Restriksi protein : 0,6 grfkgBB/hari
- Restriksi Kalium , Magnesium dan Fosfor
Terapi Pengganti:
Dialisis: Hemodialisa, peritoneal dialisis, Peritoneal
dialisis mandiri berkesinambungan Indikasi sama
dengan gagal ginjal akut Transplantasi

9.

Penyulit

10.

Informed Consent

11.

Lama Perawatan

12.

Masa Pemulihan

13. Output

14. P. A.

Otopsi/Risalah Rapat :

15.

Perdarahan saluran cerna


Disfungsi platelet
Anemia
Hiperfosfatemia, hipokalsemia

HENTI JANTUNG (CARDIAC ARREST) No. ICD 427.6

40

1.

Nama Penyakit

Henti Jantung (Cardiac Arrest ) No. ICD 427.6

2.

Definisi

Kematian klinis yang ditandai dengan hilangnya nadi


arteri karotis dan arteri femoralis, terhentinya denyut
jantung atau pernafasan dan terjadinya
penurunan/kehilangan kesadaran.

3.

Kriteria Diagnosis

Berlangsung tiba-tiba.
Tidak sadar, tidak ada pulsasi, tidak ada

Stroke dengan koma.


Koma lain.

pernafasan.
4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang :
-

- "Quick Look" dengan EKG monitor/EKG.


Analisa gas darah, elektrolit, gula darah.

6.

Konsultasi

7.

Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiologi.


Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.
Spesialis Anestesi.

Perawatan Rumah Sakit

ICCU

8.

Terapi

Segera dilakukan resusitasi jantung paru/bantuan


hidup dasar sesuai protokol resusitasi diikuti bantuan
hidup lanjut .

9.

Penyulit

10.

Informed Consent

Komplikasi akibat tindakan (fratuktur, laserasi jantung


dan paru, perdarahan rongga dada).
Tidak diperlukan, kecuali untuk tindakan invasif Iebih
lanjut pada bantuan hidup lanjut.

11. Lama Perawatan

Bila henti jantung primer rata-rata 2 minggu.

12. Masa Pemulihan

Tidak dapat ditentukan.

13. Output

Kurang balk.

14. P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

Untuk menegakkan diagnosis bila kejadiannya tidak


terekam (unwitnessed).

HEPATITIS AKUT
1.
2.

Nama Penyakit
Definisi

Hepatitis Akut

Radang hati difus yang dapat disebabkan oleh infeksi


virus (Virus hepatitis A.B.C.D. dan E), alkohol dan
obat-obatan, penyakit Wilson, leukemi, limfoma, dan
bakteri (Tifoid penyakit wail), dengan kematian sel-sel
hati yang mengakibatkan terjadinya serangkaian
kelainan klinis, biokemis, imunoserologik, dan
morfologik yang berlangsung tidak Iebih dari 6 bulan

41

sejak timbulnya keluhan/gejala penyakit.


3.

Kriteria Diagnosi

Gejala Klinis:
a. Fase prodmoral:
Demam ringan, Anoreksi, sakit kepalalsendi, mual
muntah.
b. Fase ikterus:
Kemih gelap, kuning, mata kuning, gejala
prodromal berkurang.
c. Fase penyembuhan:
Mata kuning berangsur membaik sedang rasa lelah
dapat bertahan beberapa bulan.
Laboratorium:
AST dan ALT meninggi > 10 x normal pada minggu I
sedang bilirubin meninggi pada fase lebih lanjut dari
penyakit.
IgM Anti HAV (+) pada Hepatitis A, HBsAg dan IgM anti
HBC (+) pada Hepatitis B.
Anti HCV IgM (+) pada Hepatitis C, dan Anti HDV,
HBsAg (+) pada Hepatitis D, dan Anti HEV (+) pada
Hepatitis E
Copper urine meninggi dan seruloplasmin darah
menurun serta Copper sel hati meninggi pada sediaan
biopsi hati penderita dengan Penyakit Wilson.

a. Influensa pada fase prodromal.


b. Penyakit Weil.

4.

Diagnosa Banding

5.

Perawatan Rumah Sakit : Muntah-muntah berat, Billirubin > 10 mg%


Masa Protrombin memanjang > 3 detik
Perubahan mental.

6. Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam.

7.

Pengobatan

Aktivitas ringan sesuai dengan toleransi, Diit tinggi


kalori, protein, karbohidrat, lemak secukupnya, dan
pengobatan simptomatis.

8.

Penyulit

Hepatitis fulminans, Ikterus berkepanjangan pada


hepatitis A, dan Hepatitis kronis Hepatitis B dan C.

9.
Informed Consent
10. Lama Rawatan

:
:

Perlu bila ada biopsi.


Antara 1 - 2 minggu.

11. Masa Pemulihan

Dibawah 6 bulan sd semua faal hati normal.

12.

Output

Umumnya Hepatitis Akut A sembuh total. Hepatitis B 5


- 10% dan Hepatitis C 50-70% menjadi Hepatitis
Kronis.

13.

P. A.

Diperlukan biopsy hati bila diagnosa meragukan.

14. Otopsi/Risalah Rapat

42

HEPATITIS FULMINANS
1.
2.

3.

Nama Penyakit
Definisi

Kriteria Diagnosis

Hepatitis Fulminans

Gagal hati mendadak oleh karena nekrosis sel-sel hati


masif yang terlihat berupa suatu sindroma klinis
(ensefalopati progresif, ikterus progresif, hati yang
mengecil).
Pada penderita yang belum pernah menderita
penyakit hati sebelumnya (timbul 8 minggu sejak
timbulnya penyakit Hepatitis akut).
Etiologi (penyebab) , Virus Hepatitis A, B, C, D dan E,
obat-obatan, perlemakan hati akut pada ibu hamil.

Gejala klinis:
- Ikterius yang progresif (bilirubin > 20 mg%).
- Gangguan kesadaran yang progresif.
- Mual dan muntah.
- Hati mengecil.
- Masa protrombin sangat memanjang.
- Transaminase cepat dan sangat meninggi.
- Albumin darah menurun.

4.

Diagnosa Banding

Psikosis.

5.

Pengobatan

adalah:

Transplantasi hati.
6.

Penyulit

kemih <20 mEq/L).

Oksigen 2-4 L/menit:


Dextrose 10% 3 L 124 jam dengan KCL 50 mEq.
Hindari obat sedatif dan bila sangat perlu pilihan
Diazokside, antihistamin, laktulosa dan kalau perlu
dilakukan klisma, Neomisin 4 x 500 mg oral.
Koreksi kelainan faktor pembekuan darah dan
elektrolit serta antibiotika bila terbukti ada infeksi.
Mannitol i.v 1 Gr/KgBB dan steroid pada udem otak.
Glukosa 10 - 25% pada hipoglikemi.
Terapi suportif dan perawatan sebaiknya di IPI.

Udem serebri dengan kejang-kejang.


Kelainan kardiovaskular dengan hipoksemi,
asidosis, dan aritmi jantung.
Kelainan paru yang cenderung pneumoni.
Kelainan ginjal dengan Sindroma Hepatorenal (Na

Perdarahan saluran cerna atas.


Pankreatitis akut.
Spesialis Penyakit Dalam (Nefrologi).
Anestesi.
Bedah saluran cerna.

7.

Konsultasi

8.

Lama Perawatan

9.
10.

Masa Pemulihan
Informed Concent

:
:

43

11.

Output

Mortalitas 95%

12.

Otopsi

13.

Otopsi/Risalah Rapat :

HEPATITIS KRONIK
1.

Nama Penyakit

Hepatitis Kronik

2.

Definisi

Peradangan hati yang berlanjut lebih dari 6 bulan


sejak tirnbulnya keluhan/gejala penyakit dengan
fibrosis dan tanpa nodul regenerasi yang terdiri dari
kelompok kronik persisten lobular dan kronik aktif,
yang dapat disebabkan oleh virus hepatitis B, C dan D,
obat-obatan (metildopa), alkohol, autoimun (Hepatitis
lupid), penyakit Wilson, kolestasis empedu,
hemokromatosis, defisiensi antitripsin al, kriptogenik.

3.

Kriteria Diagnosis

Gejala klinis:
Pada Hepatitis kronik persisten dan lobular: Rasa lekas
Ietih, kurang enak perut kanan atas, anoreksi,
hepatomegali ringan.
Pada Hepatitis kronik aktif:
Fase eksaserbasi: Rasa letih, demam, ikterus, nyeri
sendi anoreksi, berat badan menurun.
Fase remisi: Keluhan dan tanda klinis pada fase akut
(eksaserbasi) berkurang hepatomegali, kadang kadang ditemukan spidernevi.
Eritema palmaris dan splenomegali.
Laboratorium: Peninggian AST dan ALT yang
berfluktuasi, peninggian bilirubin, peninggian gamma
globulin tanpa penurunan albumin plasma, HBSAg,
Anti HCV dan Anti HDF (tergantung penyebabnya)
positif.

a. Hepatitis akut.
b. Sirosis hati tahap awal.

4.

Diagnosa Banding

5.
Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium faal hati (AST, ALT, Bilirubin),
imunoserologik.
Ultrasonografi (melihat ukuran, pinggir, permukaan
parenkim dan pembuluh darah hati).
Biopsi hati dan pemeriksaan P.A.
6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi

Spesialis Penyakit Dalam.


HKA yang progresif dan bilirubin yang meninggi.

HK persisten HK Lobular: tak perlu diobati.


HK Aktif Autoimun: Kortikosteroid.
HK Aktif Type C: Anti HCV (+) , HBV DNA (+), dan
transminase > 3 x normal diberi Interferon 3 x 3

44

MU/minggu selama 6-12 bulan.


Hemokromositosis: Flebotomi.
Penyakit Wilson: Copper < 1 mg/hari, D Penicillamine.
9.

Sirosis Hati, Ensefalopati hepatik.

10. Informed Concent

Perlu bila biopsi hati.

11. Lama Perawatan

12. Masa Pemulihan

13.
14.

Penyulit

Output
:
Otopsi/Risalah Rapat :

HKA B dan C: kemungkinan sembuh 10 - 25 %.


-

HEPATOMA
1. Nama Penyakit

Hepatoma

2.

Tumor ganas hati primer yang biasanya didapati


bersamaan dengan sirosis hati, dengan etiologi yang
berhubungan dengan Virus Hepatitis B dan C,
Predisposisi pada sirosis hati, dan Aflatoksin.

Rasa pembengkakan di hipokondrium kanan

Hepatomegali berbenjol-benjol, dan kadang ada

Biasanya dengan sirosis hati B atau C.


Alfafetoprotein > 500 atau terus meningkat pada

USG ada Iasi fokal.


Gambaran khas pada pemeriksaan PA jaringan dari

Definisi

3.
Kriteria Diagnosis
kadang-kadang nyeri.
bruit didaerah hati.
pemeriksaan sari
biopsi hati.
4.

Pemeriksaan Penunjang :

5.

Diagnosa Banding

a. Tumor hati sekunder.


b. Abses hati.
c. Tumor jinak hati.

6.

Konsultasi

Ahli Bedah. Ahli Radiologi.

7.
Perawatan Rumah sakit :
nyeri.
8.
Terapi
Reseksi tumor.

USG, CT Scan, MRI.

Kalau ada sirosis hati dekompensata, atau bila ada

Tumor soliter < 5 cm, tenaga cadangan hati baik:


Percutaneous etanot injeksi 0,5 cm.
Kemo-Embolisasi transarteriall bila vena porta utuh
(intact = tak ada tromboemboli).
Pengobatan sintomatis.

9.

Penyulit

Hipoglikemi, Perdarahan SMBA.

45

10. Informed Consent


operasi.

Tak perlu bila ada biopsi, PEI, TACE, atau tindakan

11.

Lama Perawatan

2 - 4 minggu.

12.

Masa Pemulihan

I3.

Output :

Prognosa jelek/fatal.

14.

P. A.

Perlu (diagnosa pasti).

15.

Otopsi/Risalah rapat

HEPERGLIKENIA HIPEROSMOLAR NON KETOTIK


1. Nama Penyakit

Heperglikenia Hiperosmolar Non Ketotik

2. Kriteria Diagnosis

3.

Diagnosa Banding

Gejala klinis: Dehidrasi, kulit dan membrana


mukosa kering, mata cekung, oliguria, sampai
anoria, temperatur tubuh meninggi, hipovolemia
sampai syok, stupor samapai koma.
Glukosa plasma > 600 mg/dl.
Osmolalitas plasma > 340 mOsm/I.
Ketoasidosis diabetik krisis biasanya glukosa
plasma > 350 mg/dl, badan keton plasma positif
kuat (4+).
Hipoglikenia krisis biasanya glukosa plasma < 55
mg/dl, badan keton plasma negatif.

4. Pemeriksaan Penunjang :

Badan keton plasma.


Serum elektrolit (Na, K, CI).
pH dan gas darah arteri.
EKG, foto sinar - X dada, enzim jantung,
kultur darah, pemeriksaan serebrovaskular.

5.

Rujukan

Spesialis penyakit saraf.


Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi, Paru).
Spesialis Radiologi.

6.

Indikasi Rawat Inap

Dehidrasi berat, hiperosmolaliti, oliguria sampai


anuria, syok, stupor atau koma.

7.

Pengobatan

8. Penyulit

Koma diabetik.

9. Informed Concent

10. Tenaga Standard

Spesialis Penyakit dalam.

Memberikan cairan intravena.


Insulin.
Memperbaiki gangguan elektrolit.
Mencari faktor pencetus.

46

11. Lama Rawatan


pencetus.

Diperlukan waktu 1 hari bergantung pada faktor

12. Masa Pemulihan

Diperlukan waktu lebih kurang 1 hari.

13. Hasil
normal.

Dicapai dengan kadar glukosa plasma dalam batas

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

1. Nama Penyakit

Hipernatremia

2.

Kriteria Diagnosis

Gejala klinis:
Rasa haus yang hebat, kulit dan membrana mukosa
kering, dispnoe berat
dengan pemafasan
mussmaul, takhikardia, stupor, konvulsi, koma.
Laboratorium:
Natrium serum meninggi.
Osmolalitas serum meninggi.
Hemoglobin dan hematokrit meninggi.

3.

Diagnosa Banding

Keadaan hiperosmolar pada koma diabetic


ketoasidosis dan hiperglikemia non - ketotik.

4.

Pemeriksaan Penunjang :
-

5.

Rujukan

6.
7.

Indikasi Rawat Inap


Pengobatan

:
:

Konvulsi dan koma.


Ada beberapa alternatif
1. Infus intravena larutan glukosa 5%
2. Infus intravena larutan NaCl 0,45 %
3. Pasien mampu minum berikan cairan peroral.

8.

Penyulit

Konfulsi, koma.

9.

Informed Consent

10.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam.

11.

Lama Rawatan

Diperlukan waktu 2 - 3 hari tergantung penyakit yang


mendasarinya.

12.

Masa Pemulihan

Diperlukan waktu 2 hari.

13.

Hasil

Natrium serum berada dalam rentangan normal.

HIPERNATREMIA

- Kalium, khlorida, glukosa serum.


Ureum, kreatinin serum.
Hb dan Htc.
Albumin, globulin serum.

47

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

1. Nama Penyakit

Hipertensi

2. Definisi

Peninggian abnormal menetap Tekanan Darah (Sistole


> 140 mmHg, Diastole 90 mmHg). (KRITERIA
PERNEFRI 1995)

3.
Kriteria Diagnosis
organ tubuh

Anamnese: tanpa gejala dengan gejala: keterlibatan

HIPERTENSI

Pengukur Tekanan Darah:


- Dengan Sphygmomanometer di lengan kanan/kiri
duduk atau berbaring, sedikitnya setelah 5 menit
istirahat.
- Dilakukan pengukuran sebanyak 2-3 kali
pemeriksaan dengan interval 2-3 kali menit.
- Pencatatan tekanan darah diambil dari
pemeriksaan ke 2 dan ke 3.
- Bila perlu dilakukan pengukuran tekanan darah
sewaktu berbaring (2-3 kali dengan interval 2-3
menit)
- TD Sistolik: Korotkoff I
- TD Diastolik: Korotkoff IV/V
Hipertensi Ringan: 140 - 159 mmHg/90-99mmHg.
Hipertensi Sedang : 160 179 mmHg/100109mmHg.
Hipertensi Berat: 180 mmHg/110mmHg.
Pemeriksaan fisik:
(melihat keterlibatan target organ/adanya hipertensi

sekunder)

Kepala: Funduskopi:
KW I: Penyepitan a. retina ( ailed > 2/3 vena )
Dijumpai adanya Flame shape pada retina
KW II: Crossing phenomena antara arteri dan vena
KW III: Bercak bercak eksudat
KW IV: Perdarahan, papil udema
Leher: TVJ , kelenjar tiroid
Toraks: batas jantung, ronki basah pada basis paru
Abdomen: hepatomegali, asites, ballotement ginjal
Ekstremitas: udem , kelemahan otot
Laboratorium: Darah rutin/urin rutin
4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang : EKG,


X-Ray Thorax
Profil lemak, KGD, Urem/kreatinin (hanya bila urinalisa
abnormal)
Konsultasi
: - Spesialis Mata
- Neurologi

6.

48

7.

Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap pada hipertensi berat, krisis


(gawat/mendesak) atau dengan komplikasi.

8.

Terapi

farmakologi.

Hipertensi ringan: Non farmakologi.


Bila setelah 3-6 bulan tak memadai diberi terapi
Hipertensi berat dan sedang: Non farmakotogi dan

farmakologi

1. Non farmakotogi:
- Turunkan Berat badan
- Olah raga teratur
- Diet rendah Garam
- Hindari stress, atkohol , rokok dan

hiperlipidemia.

2. Farmakologi
Hipertensi sekunder: mendahulukan pengobatan

kausal

Obat-obatan:
1. Diuretik
2. Obat dengan aksi sentral: klonidin , guanefensin
3. Vasodilator: hidralazin
4. Penghambat adrenergik: atfa, beta , alfa + beta.
5. Penghambat ACE
6. Antagonis kalsium
Titrasi dosis terapi farmakologi ditakukan setelah 2
minggu .

Bila terapi optimal telah diperoleh: kontrol 1 3

bulan

Hipertensi berat, bila tidak krisis, rawat jalan. Diberi


obat dengan aksi farmakologi yang cepat: kfonidin,
beta bloker , kalsium antagonis, ACE-1

9. Penyulit

10.

Informed Concent

11.

Lama Perawatan

12.

Masa Pemulihan

13.

Output

Terkontrol

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

HPOGLIKEMIA
1.

Nama Penyakit

Hipoglikemia

2.

Kriteria Diagnosis

Gejala klinis:
Palpitasio kordis (jantung berdebar), berkeringat, rasa
lapar, lemah, penglihatan kabur, koma.
Kadar glikosa plasma < 55 mg/dl.

49

3.

Diagnosa Banding

Krisis hiperglikemia nonketotik: KGD > 600 mg/dl.


Krisis ketoasidosis diabetik: KGD > 350 mgldl,

badan keton darah 4+


4.

Pemeriksaan Penunjang :
-

5.

Rujukan

6.

lndikasi Rawat lnap

Krisis/koma hipoglikemia.

7.

Pengobatan

8.

Penyulit

Brain syndrome.

9.

lnformed Concent

10.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit dalam.

11. Lama Rawatan


penyebab hipoglikemia.

Diperlukan waktu sekitar 1 hari bergantung pada

12.

Diperlukan waktu Iebih kurang 1 hari.

13. Hasil
normal.

Dicapai dengan kadar glukosa darah dalam batas

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

1. Nama Penyakit

Hiponatremia

2. Kriteria Diagnosa

Gejala klinis:
- Nausea, muntah, anoreksia, hilang indera rasa,

Masa Pemulihan

- Pemeriksaan urine
EKG.

Glukosum 40 % 40 ml bolus.
Infus intravena dekstrose 10%

HIPONATREMIA

banyak ludah.

- Sakit kepala, cemas.


- Disorientasi.
- Kejang sampai koma.
Laboratorium:
- Na serum menurun.
- Osmolalitas serum menurun.
- Hematokriet menurun.
3.

Diagnosa Banding

1.
2.
3.
4.

Hiperkalsenia: Kalsium serum meninggi.


Tirotoksikosis: Hipermetabolik, gondok.
Hipokalemia : Kalium serum menurun.
Pseudohiponatremia didapat pada hiperglikemia,
hiperproteinemia, hiperlipidemia.

50

4.

Pemeriksaan Penunjang :
-

- Kalsium serum
T3 dan T4 serum
K. CI serum.
Kadar gula darah
Albumin dan globulin serum
Lemak darah.

5.

Rujukan

Spesialis Jiwa
Spesialis Saraf

6.

lndikasi Rawat lnap

Efek terhadap sistem saraf pusat

7.

Pengobatan

Pemberian larutan Na - Khlorida hipertonik 5%

8.

Penyulit

Kejang - kejang

10. Tenaga Standar


11. Lama Rawatan
penyebabnya.

:
:

Spesialis Penyakit dalam.


Diperlukan waktu sekitar 1 hari bergantung pada

12.

Masa Pemulihan

Diperlukan waktu sekitar 1 hari

13.

Hasil

Baik

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

9.

lnformed Concent

INFARK MIOKARD AKUT (IMA) No. ICD 410


1.

lnfark Miokard Akut (IMA) No. ICD 410

2.
Definisi
terganggu

Nekrois miokard akibat aliran darah ke otot jantung

3.

Nyeri dada khas, lamanya 30 menit atau lebih.


Perobahan EKG: gelombang Q, Elevasi segmen ST,
gel. T hiperakut.

Angina pektoris tidak stabil.


Disekans aorta.
Emboli paru.

4.

Nama Penyakit

Kriteria Diagnosis

Diagnosa Banding

5. Pemeriksaan Penunjang :

Laboratorium:
Konfirmasi dengan enzim.
Ro. Foto thorax.
Pemantauan hemodinamik hanya selektif atas indikasi

6.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam


Konsultan Kardiologi.
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

51

7. Perawatan Rumah Sakit :

ICCU.

8.

Terapi

Non Farmakologi Reassurance, tirah baring, oksigen.


Farmakologik:
- Trombolisis bila masih dalam masa 6 dan tersedia
obat sesuai protokol
- Aspirin.
- Beta blocker bila tidak ada indikasi kontra.
- Obat-obat perendam nyeri: Morfin/petidin.
- lsosorbid dinitrat oral atau intravena.
- Laksantia.

9.

Penyulit

10.

lnformed Consent

Perlu untuk tindakan invasif/pembedahan.

11. Lama Perawatan


infark.

bila tanpa penyulit 10 -14 hari, tergantung luasnya

12.

Masa Pemulihan

2 3 bulan.

13.

Output

Bila infark kecil cukup baik.


lnfark luas atau dengan penyulit, prognosis kurang

Syok kardiogenik.
Ruptur miokard.
Payah Jantung.
Disritmia atau block.
Henti Jantung.

baik.
14.
15.

P. A.
:
Otopsi/Risalah Rapat :

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)


1.

Nama Penyakit

lnfeksi Saluran Kemih (ISK)

2.

Definisi

Berkembangnya mikroorganisme di dalam saluran


kemih yang ditunjukkan oleh bakteriuria bermakna,
dengan atau tanpa gejala ktinis.

3.

Kriteria Diagnosis

Gejala dan tanda: Dapat tanpa gejala


Anamnese (Bakteriuria Asimptomatik)
Gejala yang Iazim:
ISK atas: Sakit pinggang/kolik ,demam (Pyelonefritis)
tinggi, menggigil, mual dan muntahserta hematuri
ISK bawah: polakisuria, disuria,dan nyeri daerah
(cystitis, urethritis) supra pubik dengan atau tanpa
demam hematuria.
Pemeriksaan fisik: Demam, nyeri tekan/ketok sudut
kostorenal, nyeri pinggang, nyeri supra pubik.
Laboratorium:
Darah rutin: Leukositosis bisa ada/tidak
Urine rutin: Pyuria.5/Ipb, hematuria.3lpb)
Leukosituria

52

Protein uria ringan: trace sld ++atau< 2 grlhr.


Bakteri uria:
1. Urine aliran pertengahan/Mid Stream Urine (MSU)
- cuci duluh dengan air bersih
- buka labia/preputium
- miksi secara bebas : 113 awal dibiarkan
terbuang, 1/3 tengah ditampung, 1/3 akhir
dibuang
- Wadah/botol steril dengan mulut lebar (diemeter
minimal 2 cm ) bertutup
Kriteria:
10 000 kofoni/ml urine : Bakteriuria ber makna
10.000 -100.000 koloni /ml kofoni:
Ragu-ragu-ulang, bermakna bakteriuria 10.000
kolonia/ml urine: Kontaminasi
2. Aspirasi Supra Pubik ( SPA/SPP ) Kultur : setiap ada
pertumbuhan kuman : bermakna
3. Bila kateter sudah terpasang ( indwelling
catheter) ? 100.000 koloni/ml urine bermakna
Catatan: Dilarang mengambilan sampel untuk kultur
urine dengan menggunakan kateter.
4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang : Sangat sefektif: terutama pada infeksi berulang


1. USG:Melihat besar ginjal, permukaan ginjal, adanya
bendungan, massa, kista, batu.
2. BNO/IVP: Gambaran fungsi ekskresi, keadaan uter,
dan distorsi pelvicalyceal (hanya dilakukan bila
fungsi ginjal baik)

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi

Bedah urologi (koreksi terhadap penyulit)


Pada penderita dengan infeksi berat

A. Bakteriuria simptomatik
1. Anti mikroba sesuai dengan test kepeka
2. Dalam keadaan klinis yang akut dilakukan:
a. Ambil sampel urin untuk kultur, kirimkan ke
laboratorium atau simpan di lemari pendingin
4C sebelum di kirim ke Lab
b. Berikan anti mikroba: amoksisillin,
kotrimoksazole, oral cephalosporin, Quinolone
(Ciprofloksasin). Bila tdk mungkin oral:
parenteral amoksisillin inj, cefalosporine
qufnolone inj. Bila fungsi ginjal terganggu
berikan oral doksisik pefloxacine, amoksisillin
dosis sesuai. Bila tdk mungkin oral:
cefoperazone, Ceftriaxc Pefloxacine inj. Lama
pemberian antimikroba: 5-7 hari
B. Bakteriuria asimptomatik:
Tidak diobati kecuali hamil:
Pemilihan AB: Perlu diperhatikan perubah
farmakodinamik pada kehamilan dan e toksik pada
janin.

53

9.

Penyulit

Sepsi, Batu saluran kemih

10.

Informed Consent

Bila diperlukan tindakan Bedah

11.

Lama Perawatan

12.

Masa Pemulihan

13.

Output

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

JANTUNG BAWAAN BIRU DENGAN SPELSIANOTIK TETRALOGI FALLOT (yang


terbanyak)
No. ICD 745.2
1.

Nama Penyakit

Jantung Bawaan Biru Dengan Soelsianotik Tetralogi


Fallot (yang terbanyak) No. ICD 745.2

2.

Definisi

Sekumpulan Malformasi struktur jantung atau


pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir.
Terdiri dari:
1. defek septum ventrikel.
2. obstruksi outflow ventrikel kanan.
3. aorta yang overriding.
4. hipertrofi ventrikel kanan.

3.

Kriteria Diagnosis

Biru sejak lahir/beberapa bulan kemudian, biru


bertambah bila aktifitas.
Sering squating.
Jari tabuh.
Spel (serangan biru bertambah berat dan lama), dapat

Kelainan bawaan biru lain (Atresia trikuspidal, TGA).

disertai kejang.
4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium: Analisa gas darah, Hb, Ht, Eritrosit.


EKG: RVH
Ekokardiografi: Anatomi
Kateterisasi jantung.

6.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiologi.


Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah
Spesialis Anak Konsultasi Kardiologi.

7. Perawatan Rumah Sakit :

Ruang rawat Kardiologi

8. Terapi

Non farmakologik: Knee chest position.


Farmakologik: Oksigen, morphin sulfat, propanolol,
koreksi dengan
Bic. Natricus bila asidosis.

54

9.
Penyulit
napas/syok.

Tromboemboli abses otak. Asidosis berat sampai henti

10.

lnformed consent

tidak diperlukan, kecuali bila tindakan invansif

11.

Lama Perawatan

Beberapa hari bila tidak ada penyuiit.

12.

Masa Pemulihan

Beberapa hari bila tidak ada penyulit.

13.

Output

Jelek kecuali bila dioperasi

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

JANTUNG REMATIK NO. ICD 371- 398 yang terbanyak adalah:


STENOSIS MITRALIS (MS) NO. ICD 394.0.
REGURGITASI MITRALIS (MS) NO. ICD 394.1.
STENOSIS AORTA (AS) NO. ICD
REGURGITASI AORTA (AR) NO.ICD
1.
Nama Penyakit
adalah:

2.

Sekuele Demam Rematik pada katup - katup jantung


yang dapat menyebabkan penebalan struktur katup
(stenosis) hingga pembukaan katup tidak sempurne
saat sistolik (katup Aorta & Pulmonal) dan saat
diastolik (katup Mitral & Trikuspidal) atau penutupan
katup tidak sempurna (regurgitasi) baik saat sistolik
(Mitral & Trikuspidal) atau diastolik (Aorta & Pulmonal)
hingga terjadi refluks darah melalui katup tersebut.

Adanya bisisng jantung yang sesuai dengan letak

Riwayat reuma atau sedang mengalami reaktifasi

EKG: Gambaran pembesaran 1 hipertrofi ruang


jantung dan kadang-kadang gangguan irama
(disritmia).
Ro Foto toraks: Pembesaran ruang-ruang jantung.

Penyakit katup non rematik.


Defek septum atrium (ASD) Atau Defek septum

Definisi

3.
Kriteria Diagnosis
lesi katup.

STENOSIS MITRALIS (MS) NO. ICD 394.0.


REGURGITASI MITRALIS (MS) NO. ICD 394.1.
STENOSIS AORTA (AS) NO. ICD
REGURGITASI AORTA (AR) NO. ICD

reuma.

4. Diagnosa Banding

Jantung Rematik NO. ICD 371-398 yang terbanyak

ventrikel (VSD).
5.

Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium: ASTO, CRP, LED


Ekokardiografi
Katerisasi jantung (selektif)

55

6.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam


Konsultan Kardiologi.
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.

7.

Perawatan Rumah sakit : Ruang perawatan Kardiologi


lndikasi rawat antara lain:
- Bila ada komplikasi
- Eksaserbasi akut/reaktifasi reuma
- Untuk tindakan invasive/pembedahan.

8.

Terapi

Non farmakologis: Reassurance, cukup istirahat.


Farmakologis:
Profilaksis SBE/Endokarditis.
Pengobatan penyulit payah jantung.
Pengobatan reuma/reaktifasi reuma dengan anti
inflamsi (aspirin atau steroid).

9.

Penyulit

Payah jantung.

10. lnformed Consent


invasif/pembedahan.

Tidak diperlukan, kecuali untuk tindakan

11.

Lama Perawatan

Rata-rata 4 minggu untuk reuma/reaktifasi reuma.

12.

Masa Pemulihan

3 bulan.

13.

Output

Sembuh parsial bila ada sekuele.


Jelek bila sudah ada payah jantung.
Cukup baik bila belum ada payah jantung dan
dilakukan pencegahan sekunder atau tindakan
invasive/pembedahan bila ada indikasi.

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

KARSINOMA BRONKOGENIK
1.

Nama Penyakit

Karsinoma Bronkonenik

2.
Definisi
nafas.

Tumor Ganas Paru primer, yang berasal dari saluran

3.

Klinis terdiri dari:


- Gejala dari endobrokial: batuk dan batuk berdarah.
- Gejala dari obstruksi bronkus sesak, pneumoni.
- Gejala dari keterlibatan pleura: sesak, efusi pleura.
- Gejala dari struktur yang berdekatan: berupa
jantung (gangguan fungsionil, efusi perikarditis),
esofagus (disfagi).
- Gejala dari komplikasi keterlibatan mediatinum:
berupa n. frenikus (paraselparalise diagframa),
n.rekuren (parase / paralise cord vokalis). Vena
kava superior (sindroma vena kava superior).

Kriteria Diagnosis

56

adrenal.

Gejala metastasis jauh: keotak, hati, tulang,

Gejala ekstra pulmoner non metastatik.


Neuromuskuler: Neuropatia Karsinomatosa.
Endokrin/Metabolik: S. Cushing, S. Carcinoid
Hiponatremia, Hiperparatiroid + Hiperkalsemia,
sekresi insulin + Hipoglikemia, Ginekosmatia,
hiperpigmantasi.
Jaringan ikat/tulang: Hypertrophic osteo
arthropathy.
- Gejala Sistemik: Anoreksia, berat badan menurun.
Fisis didapatui berat badan menurun, jari tubuh,
Iimfadenopati (leher, supraklavikuler, ketiak),
Kardiovaskuler (fibrilasiatrium, efusi perikardial), perut
(Hepatosplenomegali).
Foto dada: bisa didapat Tumor yang sangat besar,
pneumonis, Kolaps paru, efusi pleura.
Histologis untuk menentukan jenis Tumor

4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang : Foto Thoraks, Sitologi sputum, Bronkoskopi, Biopsi


kelenjar limfe, Biopsi paru perkutan, CT Scan,
Bronkografi, bedah eksploratif.

6.

Konsultasi

Benda asing, Tuberkulosa, Jamur Paru, Hamartoma,


penyakit autoimun, Tumor Metastatik.

Onkologis.

7.
8.

Perawatan Rumah Sakit : Terapi


: Karsinoma Bronkogenik non Small Cell Type:
Bila Masih operabel: Operasi
Non Operabel: paliatif.
Small cell type: tidak dioperasi, oleh karena telah
menyebar saat didiagnosa.
Untuk keperluan evaluasi tidak dilakukan pentahapan
NTM. Tetapi dibagi atas:
- Limited disease: Tumor terbatas pada Hemitoraks
dan kelenjar ipsilateral.
- Extensive disease : Penyebaran tumor melampaui
batas limited disease.
Pemberian Kemoterapi pada:
Non Small cell (bila telah ada metastase).
a. FAM (4mg)
- Flouracil 300mg/M2, iv hari ke 1, 8, 15, 21.
- Adriamycin 40mg/M2, iv hari ke 1.
- Menthotrexate 15 mg/M2, iv hari 1,8,15 dan 21.
b. PV (4mg)
- Cisplatin 100 mglM2, iv hari 1
- Vinblastine 6mg/M2, iv hari 1, 15. Small cell:
MVCA (3 - 4 MG)
- Methotrexate 50mg / M2 iv, hari 1
- Vincristine 1,4 mg/M2 iv, hari i
- Cyclospospamide 500mglM2 iv, hari 1
- Adriamycin 30mg 1 M2 iv, hari 1

57

9. Penyulit

10.

Diperlukan setiap melakukan tindakan invasif baik


untuk diagnostik maupun pengobatan.

11. Lama Perawatan

12. Masa Pemulihan

13. Output

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

Informed Consent

KERACUNAN HIDROKARBON
1. Nama Penyakit

Keracunan Hidrokarbon

2.

Definisi

Kumpulan gejala klinis akibat terpapar bahan kimia


hidrokarbon (misalnya DDT, TDE, DFDT, Aldrin,
Chlordane, Eldrin, Dieldrin).

3.

Kriteria Diagnosis

Ada riwayat pemaparan (terminum, terhirup, kontak


dengan kulit atau mata). Manifestasi pneumositis
aspirasi (batuk, perasaan tercekik, muntah, tandatanda bronkhopneumoni) Manifestasi sistemik
(kebingungan, vertigo, lesu, sinkop, koma, henti nafas,
aritmia jantung, gangguan fungsi hati dan ginjal).
Manifestasi kontak kuliUmata : iritasi, terbakar,
kerusakan kornea)

Tergantung bahan kimianya.

4. Diagnosa Banding

5. Pemeriksaan Penunjang :

Analisa gas darah arteri (AGDA), elektrolit,


ureum/kreatinin, tes faal
hati, foto torak, EKG.

6.
Konsultasi
: Spesialis Penyakit Dalam, Kulit, Mata, THT
7.
Perawatan Rumah Sakit : Untuk Penanganan komplikasi, Pemasangan selang
endotrakheal.
8.
Terapi Kausal
kulit.

Kumbah lambung bila tertelan kecuali kerosens. Bersih


Irigasi mata dengan larutan garam fisiologis bila

terjadi kontak.

Untuk kasus inhalasi, bebaskan jalan nafas dan beri

oksigen.
9.

Penyulit

Aspirasi pneumonia

10.

lnformed Consent

Perlu.

11.

Lama Perawatan

tergantung klinis.

58

12.

Masa Pemulihan

13.

Output

Umumnya sembuh bila pertolongan segera

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

Perlu.

KERACUNANMAKANAN (BOTULISMUS)
1.

Nama Penyakit

Keracunan Makanan (Botulismus)

2.

Definisi

Suatu bentuk keracunana yang spesifik akibat


penyerapan toksin botulin dari makanan yang
tercemar Clostiridium botulinum dan sering berakibat
fatal.

3.

Kriteria Diagnosi

Riwayat memakanan makanan yang tercemar Cl.


botulinum atau sporanya.
Manifestasi klinis :mual, muntah, mulut kering, nyeri
tenggorokan, vertigo, ptosis, disartria, konstipasi
gejala neurologik (diplopia, disfonia, disfagia
kelelahan, paralysisdesending) midrasis, kesadaran
normal.
Masa inkubasi beberapa jam sampai 8 hari (umumnya

a. Miastenia gravis.
b. Sindroma Guillan Barre.
c. Poliomielitis Akut.
Sindroma Eaton Lambert.

18-36 jam)
4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang : lndentifikasi toksin pada makanan yang dicurigai,


dari sampel muntahan, tinja dan darah.
Elektrolit, AGDA, analisis CSF.
EEG.

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi

Langsung: intubasi trakhea, kalau gagal nafas


dilakukan ventilasi mekanis.
Katartik, enema.
Medikamen:
- Prokain penisilin 1,2 juta unit 12 jam
- Antitoksin: ABE Trivalen 1 vial/ 4 jam(minimal 4-5
kali pemberian)

9.

Penyulit

Gagal nafas.

10.

lnformed Consent

Perlu.

Spesialis Penyakit Dalam. Spesialis THT.


Spesialis Penyakit Syaraf.
Harus.

59

11.

Lama Rawatan

7 hari.

12.

Masa Pemulihan

7 hari.

13. Output
neurologik.

Tergantung strain (bisa fatal). Sembuh dengan sekuele

14.

P. A.

Tidak perlu.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

Perlu (kalau pasien meninggal).

KERACUNAN OPIAT
1.

Nama Penyakit

Keracunan Opiat

2.

Definisi

Kumpulan gejala klinis akibat intoksikasi obat yang


kerjanya
menyerupai morfin.

3.

Kriteria Diagnosis

Ringan: Perubahan Mood, euforia, mual, kadang kadang muntah, miosis, hipotensi, bradikardia,
kelemahan otot.
Berat: Depressi pernafasan, vasodilatasi perifer, pupil,
pin point, udem paru, koma, bisa terjadi kematian
mendadak.

Tergantung jenis obat.

4. Diagnosa Banding
5.

Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium rutin, elektrolit, AGDA.


Foto toraks.

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit : Pemberian antidotum.


Penanggulangan komplikasi.

8. Terapi

Spesialis Penyakit Dalam.


Spesialis Penyakit Jiwa.

Langsung:
Antidotum: Naloksan 0,4 mg IV.
Methadon 10 mg PO untuk gejala withdrawal, diulang
tiap 4-8 jam, kemudian turunkan dosis setelah 24 jam.
Clonididn 0,1 mg/hari (10-14 hari) bila terjadi
keracunan Methadon.
Bebaskan jalan nafas, kalau perlu ventilasi mekanik,
beri oksigen.
Atasi koma, kejang hipotensi dan udem paru (bila

9. Penyulit

Udem paru.

10. lnformed Consent

11. Lama Perawatan

Tergantung penyulit.

terja).

60

12. Masa Pemulihan

13. Output

Tergantung penyulit.

14. P. A.

Tidak perlu

15. Otopsi/Risalah Rapat

Perlu.

KERACUNAN ORGANOPOSFAT
1. Nama Penyaki

Keracunan Organoposfat

2. Definisi

Kumpulan gejala klinis akibat terpapar bahan


insektisida organoposfat (suatu penghambat
kolinesterase) baik pada kulit maupun saluran
makanan.

3.

Terdapat riwayat pemaparan.


Gejala muncul sekitar 2 jam pemaparan.
Hiperhidrosis, hiperlakrimasi, muntah, diare,
kelemahan otot, kejang, gangguan kesadaran miosis,
bronkhoreamengi.

Tergantung jenis bahan kimia

Kriteria Diagnosis

4. Diagnosa Banding

5.
Pemeriksaan Penunjang :
kolinesterase eritrosit/plasma.
:

Sampel darah untuk pemeriksaan kadar

6.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam.


Spesialis Penyakit Jiwa.

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi

Tindakan Umum:
- Tirah Baring, kumbah lambung, klisma tinggi.
- Oksigen 2-4 liter / menit.
- lnfus Ringer Laktat 40 tetes lmenit
- Monitor EKG dan Refleks pupil.
Tindakan Khusus:
- Pasien sadar:
Sulfas atropin 2 mg/ IV kemudian 0,5 mg/ 30 menit
sampai terjadi antropinisasi, dilanjutkan dengan
0,25 / 4 jam sampai 24 jam.
- Pasien tidak sadar:
Sulfas atropin 4 mg/IV dilanjutkan 2 mg/30 menit
sampai pasien sadar, kemudian 0,5 mg / 30 menit
sampai atropinisasi, selanjutnya 0, 251 4 jam
sampai 24 jam.

9.

Penyulit

Udem paru akibat:


- Gangguan aktivitas Pace Maker
- Gangguan konduksi atrioventrikular.

10.

lnformed Consent

Harus, tindakan awal dilakukan di IGD

61

11.

Lama Rawatan

3 hari.

12.

Masa Pemulihan

1 hari.

13.

Output

Umumnya sembuh.

14.

P. A.

Tidak perlu

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

KRISIS KETOASIDOSIS DIABETIK


1. Nama Penyakit

Krisis Ketoasidosis Diabetik

2.

Kriteria Diagnosis

3. Diagnosa Banding

hiperglikemia.
mg/dl.

Gejala klinis: Dehidrasi dengan kulit dan mukosa


kering, mata cekung, pernafasan cepat sampai
anuria, muntah, otot-otot sakit, hipotensi dan
takhikardia, stupor sampai koma.
Glukosa plasma biasanya > 350 mgldl, keton
plasma positif kuat (4+), pH darah dalam batas
asidosis, pCO2 arteri menurun.

Koma dan asidosis yang disebabkan infark serebri,


trauma kepala, meningitis, ensefalitis.
Asidosis disebabkan seperti uremia atau keracunan.
Ketosis alkoholik biasanya tidak disertai

Hiperosmolar non ketotik glukosa plasma > 600

Hipoglikemia glukosa plasma < 55 mg/dl.

4.

Pemeriksaan Penunjang :
-

- Pemeriksaan urin: reduksi, keton.


Pemeriksaan darah : elektrolit, bikarbonat serum.
EKG
Head Scanning.

5.

Rujukan

Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi).


Spesialis saraf.

6.

Indikasi Rawat Inap

Asidosis, dehidrasi, stupor sampai koma.

7.

Pengobatan

Memperbaiki volume cairan.


Memperbaiki metabolisme dengan insulin.
Memperbaiki gangguan elektrolit.
Mencari faktor pencetus.

8.

Penyulit

Brain syndrome.
infark miokard.

9.

lnformed Consent

10.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam.

62

11. Lama Rawatan


pencetus.

Diperlukan waktu 1 hari bergantung pada faktor

12. Masa Pemulihan

Diperlukan waktu lebih kurang 1 hari

13. Hasil
normal.

Dicapai dengan kadar glukosa darah dalam batas

14. P. A.

Otopsi/Risalah Rapat :

15.

KOLESISTITIS
1.

Nama Penyakit

Kolesistitis

2.

Definisi

Radang kandung empedu yang terjadi akut maupun


kronis sebagian besar disebabkan adanya sumbatan
ductus cysticus oieh batu dan 10% tanpa disertai
batu.

3.

Kriteria Diagnosis

Kholesistitis akut:
Gejala klinis bervariasi dari radang ringan sampai
gangren fulminan. nyeri tiba-tiba pada perut kanan
atas terutama malam hari yang menetap sampai 3060 menit, dapat dicetuskan oleh makan kenyang atau
banyak lemak, dan tekanan pada perut kanan atas,
mual, muntah dan demam ringan sampai tinggi, tanda
Murphy (+).
Kholesistitis kronis:
Nyeri yang ringan dan menetap pada perut kanan
atas,mual, tanda Murphy (+).
Laboratorium:
Lekositosis ( Lekosit > 10.000/mm3).
USG Kolesistitis akut:
Penebalan berlapis dua dari dinding kandung empedu,
batu kandung empedu biasanya ditemukan,
pembesaran kandung empedu.
Perforasi
Kolesistitik akut:
Apendisitis akut, perforasi tukak peptik, pankreatitis
akut, Iskemi miokardial, pleuritis diafragmatika.
Kolesistitis kronis:
Intoferansi lemak, tukak lambung, hiatus hernia,

4. Diagnosa Banding

dispepsi fungsional.
5.

Pengobatan

Kolesistektomi emergensi:
Konservatif pada kolesistitis akut ber-resiko tinggi
untuk operasi, (analgetik kuat), antipasmodik, serta
antibiotika.
Kolesistektomi berencana dilakukan pada kolesistitis
kronik.

6.

Penyulit

Empiema kandung empedu, Gangren, kandung

63

empedu, Perforasi kandung empedu, Fistel biliar


interna, Sepsis.
7.

Koresultasi

Dokter Spesialis:
- Patologi Klinik.
- Radiologi.
- Patologi Anatomi.
- Bedah digestif.

8.

Lama Rawatan

9.

Output

10.

lnformed Consent

Perlu kalau ada ERCP, Pembedahan.

11. P. A.

12. Otopsi/Risalah Rapat

Kolitis Ulserosa

KOLITIS ULSEROSA
1.

Nama Penyakit

2.

Definisi

Radang kronis non spesifik kolon dan rektum yang


tidak diketahui penyebabnya.

3.

Kriteria Diagnosis

Diare dengan darah dan lendir, mungkin disertai


dengan kram-kram serta gejala infeksi seperti
demam, nyeri abdomen bagian bawah yang
berderajad sedang, bersifat hilang timbul sehingga
kurang mendapat perhatian.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

4.

Diagnosa Banding

5.
Pemeriksaan Penunjang :
enema, Kolonoskopi.
6. Konsultasi

Tuberkulosis intestinal
Sigelosis
Kolitis kampilobakter
Kolitis hemoragika akut
Poliposis kolon famial
lnfeksi virus sitomegali
Penyakit Crohn
Sigmoidoskopi, pemeriksaan/biakan tinja, Barium

Spesialis Penyakit Dalam.

7.

Perawatan Rumah Sakit : Bila masih ringan dapat rawat jalan, bila keadaan
sedang / berat harus rawat inap.

8.

Terapi

: Serangan akut dan eksaserbasi:


Diit Tinggi kalori tinggi protein, tidak minum susu,
kortikosteroid, (prednison 60 mg pada pagi hari, dosis
diturunkan bila terkontrol).
Dapat juga dipakai metilprednisolon 40 mg.
Sulfasalazin dimulai dosis 3x 1-2 Gr/h secara oral

64

sampai perbaikan khas terlihat lalu diturunkan,


dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sampai pasien
sembuh sama sekali.
Pengobatan simptomatik:
Dapat diberikan toperamide atau codein. Pada
keadaan berat mungkin memerlukan transfusi,
pemberian elektrolitlsteroid i.v.
Pengobatan rekurensi:
Sulfasalazin 3 x 1 Gr diberikan seterusnya:
Pencegahan terjadinya Karsinoma kolon:
Dilakukan pada penderita yang lebih dari 10 tahun,
penyakit luas dengan melakukan kolonoskopi tiap
tahun & Biopsi multipel.
Tindakan pembedahan:
Dilakukan pada megakolon, perforasi, karsinoma
kolon.
9.

Penyulit

Terlokalisir pada rektum dan kolon:


Mega kolon,Perforasi kofon,pendarahan masif,
supurasi peritoneal, karsinoma.
Jauh dari rektum dan kolon Artritis, Sakroileitis,
Uveitis, Perikolangitis, Kritamarnodosum, Pioderma
gangrenosum.

10. Informed Consent


pembedahan.

Diperlukan bila dilakukan endoskopi atau

11.

Lama Perawatan

Tergantung kondisi penderita.

12.

Masa Pemulihan

13. Output
bisa kambuh.

Kolitis ini tidak dapat diobati sampai tuntas.Tiap saat

14.

P. A.

Diperlukan pengevaluasian terjadinya keganasan.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

KRISIS HIPERKALEMIA
1.

Nama Penyakit

Krisis Hiperkalemia

2.

Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis:
- Weakness, lassitude, dan fatigue.
- Refleks tendon dalam menurun.
- Parestesia (kadar kalium 6,5-8,0 mEq/liter).
- Paralisa neuromuskular.
- Bradikardia, aritmia, cardiac arrest, cardiovascular
collapse (kadar kalium > 8,0 mEq/liter).
Laboratorium: Kalium serum.

3.

Diagnosa Banding

Manifestasi neuromuscular irritability dijumpai pada


hiperkalsemia dan hipokalsemia.
Manifestasi kardiovascular dijumpai pada penyakit

65

jantung koroner dan kardiomiopati.


4.

Pemeriksaan Penunjang :
-

5.

Rujukan

Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi, Nefrfilogi).

6.

lndikasi Rawat Inap

Aritmia kordis.

7.

Pengobatan

Perbaikan jantung karacunan hiperkalemia:


1 - 3 ampul 10% kalsium khlorida intravena selama 3-

5 menit.

- serum elektrolit, glukosa, ureum, dan pH darah.


EKG.

Pengobatan hiperkalemia ada tiga pilihan:


1. 1 ampul natrium bikarbonat (50mEq) dalam 5-10

menit.

2. Larutan glukosa 5 - 10 % 500-1000 ml infus


intravena 1-2 jam. Bisa ditambahkan regular insulin
(1 U per 3g glukos) kedalam larutan infus atau
dengan subkutan.
3. Terapi glukosa dan insulin bisa diberikan bersamasama dengan infus natrium bikarbonat.
Removal of Potassium.
1. Cation exchange resin.
2. Pritoneal dialysis atau hemodialysis.
8.

Penyulit

Aritmia jantung.

9.

Informed Consent

10.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam.

11.

Lama Rawatan

Diperlukan waktu 3-7 hari.

12.

Masa Pemulihan

Diperlukan waktu 7 hari.

13. Hasil

Penurunan kadar kalium.

14. P. A.

15. OtopsilRisalah Rapat

1. Nama Penyakit

Krisis Hiperkalsemia

2. Kriteria Diagnosis

Gejala klinis:
- Simptom gastrointestinal (anoreksia, nausea,
muntah, dan konstipasi, abdominal pain).
- Sirnpton ginjal (poliuria, polidipsia)
- Simptom neuromuskular.
- Simptom non spesifik (hidung, mata kering, letargi,
disfagia,berat badan, menurun, sakit belakang
kepala insomnia, denyut jantung ireguler, sakit
sendi, mialgia).

KRISIS HIPERKALSEMIA

66

- Keratopati, Hipertensi.
Laboratorium:
- Kalsium serum meninggi,
- Fosfor serum merendah, normai atau meninggi.
- EKG: QTc memendek.
3.

Diagnosa Banding

Pankreatitis akut.
Ulkus peptikum.
Hiperparatiroidi.
Diabetes insipidus.

4. Pemeriksaan Penunjang :

Fosfor serum.

5.

Spesialis Penyakit Dalam. (Endokrinologi).

6. lndikasi Rawat Inap

Rasa sakit perut yang hebat.

7. Pengobatan

8.

Penyulit

- Larutan salin isotonic.


- Furosemid intravena.
- Prednosin 40 mglhari.
- Larutan 0,1 M fosfat.
Sakit perut yang hebat.

9.

lnformed Consent

10.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan


penyakit dasar.

Diperlukan waktu sekitar 3 - 5 hari bergantung pada

12. Masa Pemulihan

Diperlukan waktu sekitar 2 -3 hari .

13. Hasil

Memuaskan.

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

1. Nama Penyakit

Krisis Hipokalemia

2. Kriteria Diagnosis

Gejala klinis:
- Weakneas and lethargy (kalium serum < 3,5

Rujukan

KRISIS HIPOKALEMIA

mEq/liter).

kiri, asistole.

3.

Diagnosa Banding

Anoreksia, mual, muntah, perut terasa penuh, ileus


(kalium serum < 2,5 mEq / Iiter).
Gangguan kardiovaskular aritmia, dilatasi ventrikel

- Paralisis dan koma.


Laboratorium:
Kalium serum < 3,5 mEqlliter.
:

Penyakit gastrointestinal primer.

67

Penyakit-penyakit metabolik.
Penyakit kardiovaskular primer.

4.

Pemeriksaan Penunjang :

EKG.

5.

Rujukan

Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi).


Dokter Spesialis Saraf.

6.

lndikasi Rawat lnap

Aritmia kordis.

7.

Pengobatan

Terapi penggantian kalium.

8.

Penyulit

Aritmia kordis.

9.

lnformed Consent

10. Tenaga Standar

Dokter Spesialis Penyakit Dalam.

11.

Diperlukan waktu 3 - 5 hari bergantung pada penyakit


yang mendasarinya.

12. Masa Pemulihan

Diperlukan waktu 3 hari.

13.

Kalium serum dalam rentangan normaL

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

1. Nama Penyakit

Krisis Hipokaisemia

2. Kriteria Diagnosis

Gejala klinis:
- Tetani (Chovostek's sign, twitching pada sudut
mulut, Trousseau's sign, main d' accoucheur ).
Spasme otot-otot laring, kejang.
- Oedema papil.
- Halusinasi.
- Katarak.
- Kulit kering dan coarse.
Laboratorium:
- Kalsium rendah.
- fosfor serum bisa rendah, normal, tinggi
bergantung pada etiologi hipokalsemia.
- QTc memanjang.
- EEG --> voltase tinggi gelombang lambat (+).
- X-Ray tengkorak: Kalsifikasi basal gangglia.

3.

Diagnosa Banding

4.

Pemeriksaan Penunjang :

Lama Rawatan

Hasil

KRISIS HIPOKALSEMIA

Respiratory acidosis.
Pankreatitis akut
Tetanus: Spasme mulai pada kepala dan leher.
- Fasfor serum.

68

PTH serum.
Clostridium tetani.

5.
Rujukan
infeksi).

Spesialis Penyakit Dalam (Endokrinologi, penyakit

6. Indikasi Rawat Inap

Spasme.

7. Pengobatan

8.

Penyulit

Spasme.

9.

lnformed Consent

10.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam.

11. Lama Rawatan


penyakit dasar.

Dibutuhkan waktu sekitar 1-3 hari bergantung pada

12.

Masa Pemulihan

Dibutuhkan waktu sekitar 2 hari.

13.

Hasil

Baik

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

Calcium gluconate 10%


Terapi pendukung bergantung pada penyakit dasar.

PHEOKHROMOSITOMA
1.

Nama Penyakit

Pheokhromositoma

2.

Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis:
Sakit kepala serang-serangan, berkeringat, palpitasi,

hipertensi.

Laboratorium:
Metanefrin urin/24 jam mininggi.

3.

Diagnosa Banding

4.

Pemeriksaan Penunjang :
-

5.
Rujukan
Endokrinologi).

6.

lndikasi Rawat lnap

1.
2.
3.
4.

Hipertensi esensial: Tekanan darah menetap.


Hipertiroidi: T3 dan T4 meninggi, struma (+).
Diabetes mellitus: kadar glukosa plasma meninggi.
Anxietas: Tekanan darah normal.
- Kadar glukosa plasma
EKG
T3, T4 dan TSH

Spesialis Penyakit Dalam (Neprologi,

Spesialis Jiwa.
Spesialis Bedah.

Hipertensi maligna.

69

Sakit kepala yang hebat.

7. Pengobatan

Eksisi tumor.

8.

9. lnformed Consent

10.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam.

11.

Lama Rawatan

Diperlukan waktu 7 hari, dilanjutkan tindakan bedah.

12. Masa Pemulihan

Lihat bagian bedah.

13. Hasil
normal.

Diharapkan kadar katekolamin (metanefrin urin)

14. P. A.

Lihat bagian bedah.

15. Otopsi/Risalah Rapat

Penyulit

Hipertensi maligna
Sakit kepala yang hebat.

KRISIS TIROTOKSIK (HIPERTIROID STROM)


1. Nama Penyakit

Krisis Tirotoksik (Hipertiroid Strim)

2. Kriteria Diagnosis

Gejala klinis:
Demam, hiperpireksia (37,7 - 41 C) takikardia >140
x/menit atrial fibrilasi. Tremor, nause, muntah, diare,
oedema paru, agitasi, konvulsi, koma.
Laboratorium: T3 dan T4 meninggi.

3.

Diagnosa Banding

4.

5.

Pemeriksaan Penunjang :
Rujukan

6.

lndikasi Rawat lnap

7.

Pengobatan

Infeksi, demam, kenaikan denyut jantung sesuai


dengan kenaikan tempratur, lekosit meninggi.
Penyakit gastrointestinal, nausea, muntah dan
diare tidak spesifik.
Gambaran tekanan darah mirip dengan
pheocoromocytoma: tidak ada gondok, sistolik dan
diastolik meninggi.
Manifestasi neurologik dan psikiatri pada
hipertiroidi bisa dikacaukan dengan berbagai
penyakit neuropsikiatri.
- TSH
Lekosit, kultur urin dan darah.
Foto x-ray dada dan leher.

Spesialis Saraf
Spesialis Jiwa
Spesialis Penyakit Dalam
Demam, hiperpireksia
Gangguan kesadaran

Menghentikan peningkatan sintesia dan sekresi T3

70

dan T4
-

Menekan sinergisme iodotironin


katekolamin pada target organ
Mengobati penyakit pencetus
Memperbaiki mekanisme pertahanan tubuh.

Atrial fibrilasi, dekompensasi kordis.


Koma
Hiperpireksia
Mual, muntah, dan diare.

9. Informed Consent

10. Tenaga Standart

Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan

Diperlukan waktu sekitar 14 hari.

12. Masa Pemulihan

Diperlukan waktu sekitar 7 hari.

13. Hasil

Menghilangkan tanda-tanda neuropsikiatri,


gastrointestinal kerja iiodotironin-katekolamin pada
target organ.

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

8.

Penyulit

LEKEMIA GRANULOSITIK KRONIK (CGL)


1. Nama Penyakit

Lekemia Granulositik Kronik (CGL)

2.

Likemia granulositik kronik adalah kelainan


mieloprotiferatif yang kronik dan bersifat klonal,
ditandai dengan lekositosis yang terdiri dari sel-sel
yang matang dan tidak matang.

3. Kriteria Diagnosis

Gejala klinis: Anemia, malaise, lekas lelah, keringal


malam dan berat badan menurun, perdarahan.
Pemeriksaan fisik: Splenomegali yang masif.
Pemeriksaan Laboratorium: Hitung iekosit meningkat
> 50.000 tml, shift to the ieft, blase sedikit, mielosit
dan granulosit yang lebih tua meningkat.
Sumsurn tulang: Hiperseluler, megakariosit dan
granulopoiesis meningkat.

4.
Diagnosa Banding
limfoblastik kronik.

Lekemia mieloblastik akut, reaksi lekemoid, lekemia

Definisi

5.
Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan sitokimia seperti PAS, Peroksidase,
Sudan Black, esterase
Pemeriksaan biokimia seperti LDH
Pemeriksaan kromosom philadelhia.
BMP

71

6.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam Hematologi

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi

9.

Penyulit

Komoterapi:
Busutphan atau Hydroxiurea peroral.
Allopurinol Radioterapi bila adanya splenomegali
dengan rasa nyeri.
Perdarahan, Infeksi, Splenomegali yang masif.

10.

Lama Perawatan

Perawatan diperlukan bila ada penyulit.

11.

Masa Pemulihan

Tidak dapat ditentukan.

12.

Output

Pengobatan yang ingin dicapai adalah remisi.

13.

P. A.

Sumsum tulang: Hiperseluler dengan mieloid yang


dominan dengan kematangan yang berbeda.
Bisa ditemui kromosom Ph.

14.

Otopsi/Risalah Rapat :

Rawat inap bila ada penyulit.

LEKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT


1. Nama Penyakit

Lekemia Limfoblastik Akut

2.

Lekemia limfoblastik akut adalah penyakit keganasan


darah yang ditandai dengan proliferasi abnormal selsel limfoblast disumsum tulang (sel sel hemopoietik
imatur) yang timbulnya akut.

Gejala klinis:
Anemia, perdarahan, demam, infeksi, nyeri tulang,
pembesaran kelenjar limfe, hepatosplenomegalia,
sakit kepala sampai kelumpuhan syaraf kranial.
Pemeriksaan fisik:
Perdarahan dibawah kulit, mukosa dan gejala
perdarahan intrakranial, kadang - kadang kejang.
Pemeriksaan Laboratorium:
Hitung lekosit meningkat dengan limfoblast > 30%

Lekemia mieloblastik akut, reaksi lekemoid,

Definisi

3. Kriteria Diagnosis

pada sumsum tulang.


4.
Diagnosa Banding
mononukleosis infeksiosa.

5.
Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan sitokimia seperti PAS, Peroksidase,
Sudan Black, esterase.
Pemeriksaan biokimia seperti Tdt, acid phosphatase,
Petanda imunologik seperti antigen cALL, antigen T,
Smlg. BMP.
6. Konsultasi
7.

Spesialis Penyakit Dalam Hematologi.

Perawatan Rumah Sakit :

Rawat inap saat pemberian kemoterapi dan bila

72

timbul penyulit.
8.

Terapi

Kemoterapi:
Vinkristin, Asparaginase, Prednisoslon, Daunorubisisn,
Allopurinol dan Metotrexat secara intra tekal.
Radioterapi bila adanya lekemia pada SSP dan adanya
massa lekemia extra meduler.

9.

Penyulit

Perdarahan intrakranial. Perdarahan gastrointestinal.


lnfiltrasi sel-sel lekemia ke SSP. lnfeksi.

10.

Lama Perawatan

Perawatan diperlukan pada waktu pemberian


kemoterapi dan bila ada
penyulit.

11.

Masa Pemulihan

Tidak dapat ditentukan.

12.

Output

Pengobatan yang ingin dicapai adalah remisi.

13.

P. A.

Sumsum tulang
Hiperseluler dengan blast yang dominan ebih dari 30

%.
14.

Otopsi/Risalah Rapat :

LEKEMIA MIELOBLASTIK AKUT


1.

Nama Penyakit

Lekemia Mieloblastik Akut

2.

Definisi

Lekemia mieloblastik akut adalah plorifelasi dari se-sel


blast seri nonlimfoid, sehingga didarah tepi dan/atau
sumsum tulang, sel-sel blast tersebut tebih dari 30%.

3.

Kriteria Diagnosis

Gejala klinis:
Anemia, perdarahan, demam, spesis, limfadenopati,

hepatosplenomegali.

Pemeriksaan fisik:
Sama dengan gejala klinis.
Pemeriksaan Laboratorium:
Hitung lekosit meningkat dengan jumlah blast lebih
dari 30 % disumsum tulang.

4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan sitokimia seperti PAS, peroksidase,


Sudan Black, estrerase nonspesifik, Tdt dan
sitogenetik.
BMP.

6. Konsultasi
7.

Reaksi lekemoid, mononuk Ieosis krisis blastik dari


GGL, lekemia limfoid akut, sindroma mielodisplastik.

Spesialis Penyakit Dalam Hematologi.

Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap untuk pemberian sitostatika dengan


empat perawatan yang khusus.

73

8. Terapi

Suportif:
Transfusi PRC dan trombosit. Kemoterapi dengan
protokol khusus untuk AML seperti Cytosine
Arabinoside, daunorubisisn atau Doxorubisisn dan
Etoposid. Antibiotika yang poten untuk bakteri gram
negatif dan anti jamur, seperti vankomisin, Piperasilin,
ltrakanazol, Gentamisin. Untuk ini tersedia protokol
khusus.

9.

Penyulit

Perdarahan, lnfeksi sampai sepsis, Infeksi jamur.

10.

Lama Perawatan

Perawatan diperlukan pada saat pemberian


kemoterapi dan bila timbul penyulit.

11. Masa Pemulihan

Tidak dapat ditentukan.

12.

Output

Hasil pengobatan yang ingin dicapai adalah remisi.

13.

P. A.

Sumsum tulang:
Ditemui sel-sei blast > 30k, seri eritrosit dan

trombosit tertekan.
14.

Otopsi/Risalah Rapat :

LEPTOSPIROSIS (PENYAKIT WEIL)


1.

Nama Penyakit

Leptospirosis (Penyakit Weil)

2.

Definisi

Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh


mikroorganisme berbentuk spiral dan bergerak aktif,
dinamakan Leptospira icterohemorrhagiae,
menimbulkan gejala leptospirosis yang berat.

3.

Kriteria Diagnosis

Riwayat kontak dengan hewan reservoir atau berada


pada air tergenang. Manifestasi klinis: mialgia berat,
demam kontinua, conjuctival injection, ikterus,
anemia, uremia, gangguan kesadaran, kadang-kadang
disertai perdarahan (epistaksis, hemoptisis,
hematemesis/ melena, perdarahan adrenal,
pneumonitis hemorhagik)

4.

Diagnosa Banding

a.
b.
c.
d.

5.

Pemeriksaan Penunjang : Darah lengkap, urin rutin, faal hati, faal ginjal,
bakteriologis (pemeriksaan darah/ urine secara
mikroskopik lapangan gelap, biakan leptospira
inokulasi pada hewan), pemeriksaan serologis (reaksi
aglutinasi, spesifitas genus)

6. Konsultasi

Influensa sporadik.
Meningitis Aseptik Viral.
Penyakit - penyakit dengan ikterus.
D. H. F.

Spesialis Penyakit Dalam.

74

7. Perawatan Rumah Sakit :

Perlu.

8.

a. Langsung.
- Penisilin G 4 x 1,6 juta unit/ hari selama 7 hari.
- Obat alternatif:
- Doksisiklin 2 x 100 mg/hari selama 7 hari
- tetrasiklin 500 mg diikuti 250 mg18 pada 24
jam pertama, dilanjutkan dengan 4 x 500
mg/hari selama 10 hari
- Eritromisin 500 mg diikuti 4 x 250 mg / hari

Terapi

selama 10 hari.

- Sefalosporin generasi ketiga, Quinolon.


b. Suportif.
9. Penyulit

Nekrosis Tubular Akut.

10.

lnformed Consent

Tidak perlu.

11.

Lama Rawatan

10 hari.

12.

Masa Pemulihan

3 hari

13. Output
sembuh.

Tergantung keadaan umum saat masuk Umumnya

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

LIMFOMA NON-HODGKIN (NHL)


1.

Nama Penyakit

Limfoma Non-Hodgkin (NHL)

2.

Definisi

Limfoma Non - Hodgkin adalah suatu keadaan


proliferasi yang abnormal dari system limfoid dan
struktur pembentukannya yang terutama
menyerang kelenjar getah bening.

3.

Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis:
Anemia, purpura, infeksi, demam, keringat malam,

berat badan menurun

Pemeriksaan fisisk: Hepatosplenomegali, pembesaran


nodus retroperitoneal atau mesenterik dan
gastrointestinal, kulit, otak, testis, tiroid, kelenjar
orofaring (cincin Waldeyer), kelenjar limf leher.
Pemeriksaan Laboratorium: Anemia normokromik
normositik, hitung lekosit menurun (netropenia),
eosinofilia, limfosit bisa meningkat. Sumsum tulang
infiltrasi sel-sel ganas.
Limfadenitis tuberkulosa, metastase karsinoma,
lekemia, mononukleousus infeksiosa.

4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang : Pemriksaan limfografi CT Scan


Arteriografi, Biopsi jaringan limfoid.

75

Pemeriksaan biokimia seperti: LDH, fungsi hati, fungsi


ginjal B M P.
6. Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam Hematologi.

7.

Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap pada waktu pemeberian kemoterapi


dan bial ada penyulit. Sebagian besar penderita dapat
berobat jalan pada waktu pemberian kemoterapi.

8.

Terapi

LNH derajat rendah tidak perlu diterapi Kemoterapi:


Siklofosfamid, Onkovin.
Prednison (COP). Allopurino Radioterapi bila penyakit
terlokalisasi. mediastinal, SSP.

9.
Penyulit
dimediastinum.

lnfeksi sampai sepsies. Penekanan organ vital misal

10. Lama Perawatan

Perawatan diperlukan bila ada penyulit.

11. Masa Pemulihan

Tidak dapat ditentukan.

12. Output
sempurna.

Pengobatan yang ingin dicapai adalah remisi

13.

Biopsi getah bening untuk menetukan klasifikasi.

Untuk menentukan staging

P. A.

14. Otopsi/Risalah Rapat

LUPUS ERIMASTOSUS SISTEMIK


1. Nama Penyakit

Lupus Erimastosus Sistemik

2.

Penyakit radang multisistim yang penyebabnya belum


diketahui dengan perjalanan penyakit yang semakin
akut dan fulminan kronik, dengan remisis dan
eksaserbasi disertai oleh terdapatnya bermacam macam otoantibodi.

3. Kriteria Diagnosis

Sesuai kriteria ARA 1982.

4. Diagnosa Banding

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

5.

Definisi

Pemeriksan Penunjang

Artritis reumatoid.
Endokarditis bakterial sub-akut.
Septikemia.
Reaksi terhadap obat.
Limfoma.
Leukemi.
T. T. P.
Sarkoidosis.
Lues.
Sepsis bakterial.

: Laboratorium:
Anemi, Leukopeni, Trombositopeni, Limfopeni Sel LE
Positif. Antibodi antikuneklear positif.

76

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi

Penjelasan mengenai penyakitnya.


Hindarkan kontak dengan sinar matahari atau dengan

sinar ultraviolet.

Obat-obat simptomatik: Salisilat, lndometasin 3 x

25mg/h. NSAID

Obat antimalaria: Klorokuin atau hidroksi - klorokuin

200 - 500 mg/h.

lmunosupresif: Azatioprin 3-4 mg/KgBB/h

Siklofosfamid 100-150 mg/h.


9.

Penyulit

Komplikasi pada ginjal dan susunan syaraf pusat.

10.

lnformed Consent

11.

Lama Perawatan

12.

Masa Pemulihan

13.

Output

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah rapat

MALARlA
1.

Nama Penyakit

Malaria

2.

Definisi

Penyakit infeksi yang disebabkan sporozoa genus


plasmodium ditandai dengan serangan demam
paroksismal dan periodik disertai anemi, pembesaran
limpa dan kadang-kadang penyulit lainnya.

3.

Kriteria Diagnosis

Riwayat pemaparan di daerah endemik malaria,


serangan menggigil diikuti demam dan berkeringat
banyak yang bersifat periodik, splenomegali.
Laboratorium: Terhadap plasmodium pada

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

pemeriksaan darah tepi.


4.

Diagnosa Banding

5.
Pemeriksaan Penunjang :
Faal hati.

Influensa.
I. S. K.
Demam tifoid.
Hepatitis.
Demam Dengue.
Abses hati amuba.
Leptospirosis.
Darah/Urine lengkap, hapusan darah tebal/tipis,

77

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi kausal

Bergantung pada jenis plasmodium, beratnya


penyakit, dan resistensi terhadap obat, Lengkapnya
dapat dilihat pada lampiran malaria.

9.

Penyulit

10.

Informed Consent

Khususnya pada Malaria Falsifarum:


Malaria serebral.
Shock Lung Syndrome.
Gagal ginjal akut.
Hemolisis akut.
Kelainan Gastrointestinal.
Hipoglikemia.
Asidosis Metabolik.
Gagal Nafas.
Malaria Algida.
Tak perlu

11.

Lama Rawatan

7 hari

12.

Masa Pemulihan

13.

Output

Sering kambuh kembali

14.

P. A.

Tidak perlu.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

PLASMODIUM
FALSIPARUM:
Terpapar di daerah
Resisten Klorokin
Atau:
lnfeksi diketahui
Resisten Ktorokin

Spesialis Penyakit Dalam.


Bila terjadi resistensi antimalaria.

KLINIS
Berat

Tidak berat

OBAT PILIHAN
Kuinin dihidrokforida 20
mg /kgBB dalam 220
NaCI 0,9% diinfus selama
4 jam diikuti 10mg/kgBB
tiap 8-12 jam +
Pyrimetamin-suifadoksin
3 tablet dosis tunggal.
Atau:
Kuinidin glukonat 10-15
mg /kg BB dalam 500 ml
NaCI + glukosa isotonik
selama 2 jam, diikuti 11,5 mg/kgBB /jam selama
maksimal 72 jam +
Pyrimetamin-sulfadoksin
3 tablet dosis tunggal.
Kuinin sulfat 3 x 650 mg
selama 3 - 7 hari +
pyrimetamin-sutfadoksin
Atau:
Kuinidin sulfat 3x650

OBAT ALTERNATIF
Kuinin dihidroklorida 20
mg /kgBB dalam 200
NaCl 0,9% diinfuskan
selama 4 jam diikuti 10
mg/kgBB setiap 8-12 jam
+ Tetrasiklin 4 x 500 mg
selama 7 hari.
Atau:
Kuinidin glukonat 10-15
mg /KgBB dalam 500 ml
NaCI + glukosa isotonik
selama 2 jam, diikuti 11,5 mg/kgBB /jam selama
maksimal 72 jam +
Tetrasiklin 4x500 mg
selama 7 hari.
Atau:
Meflokin 750-1250 mg
dosis tunggal.
Kuinin sulfet 3x 650 mg
selarna 3-7 hari +
Tetrasiki 4x500 mgl
Atau:

78

selama 7 hari +
pyrirnetamin-sulfedoksin
3 tablet dosis tunggal

FALSIPARUM
Terpapar di daerah
Yang tak diketahui
Resisten Klorokin

Berat

Tidak berat
FALSIPARUM
Terpapar di daerah
Yang diketahui
resisten Klorokuin
dan PyrimetaminSulfadoksin atau
infeksi diketahui
resisten Klorokuin
dan PyrimetaminSulfadoksin atau
daerah pemaparan
tak diketahui

Berat

Tidak Berat

MALARIA

Kuinin dihidrokforida 20
mg/ kgBB dalam 200 ml
NaCI 0,9% diinfuskan
selama 4 jam diikuti 10
mg/kgBB setiap 8-12 jam
Diikuti:
Klorokuin posfat/diposfat
600 mg diikuti 300 mg
jam ke 6, 24 & 48
Atau:
Kuinidin glukonat 10-15
mg /kgBB + glukosa
isotonik selama 2 jam,
diikuti 1-1,5 mg/kgBB/jam
selama maksimal 72 jam
Diikuti:
Klorokuin posfat/diposfat
600 mg diikuti 300 mg
pada jam ke 6, 24 & 48.
Klorokuin posfat/diposfat
600 mg diikuti 300 mg
pada jam ke 6, 24 & 48.
Kinin dihidroklorida 20
mg/ KgBB per drip
selama 4 jam. Diikuti 10
mg/kg BB setiap 8-12 jam
+ Tetrasikilin 4 x 500 mg
selama 7 hari.
Atau:
Kinidin glukonat 10-15
mg/ KgBB dalam 500 ml
NaCI + glukosa isotonik
selama 2 jamdiikuti 1-1.5
mg/kgBB/ jam selama
maksimal 72 jam +
Tetrasiklin 4 x 500 mg
selama 7 hari
Kinin sulfat 3 x 650 mg
selama 3-7 hari +
Tetrasiklin 4 x 500 mg
selama 7 hari.
Atau:
Kinindin sulfat 3 x 650
mg selama 3-7 hari +
Tetrasikiin 4 x 500 mg
selama 7 hari.
Kiorokin posfat/diposfat
600 mg diikuti 300 mg

Kuinidin sulfet 3x650 mg


Selama 3-7 hari +
Tefresiklin 4x 500 mg
salama 7 hari. Atau:
Meflokin 750 -1250 mg
Dosis tunggal
Klorokuin dihidrokbrida
300 mg tiap 8-12 jam IM
diikuti (kalau sudah bias
minum):
Klorokuin posat/diposfat
600 mg diikuti 300 mg
pada jam ke 6, 24 & 48.
Atau:
Klorokuin dihidroklorida
10 mg/kgBB dilarutkan
dalam 500ml NaCI 0,9%
diberikan selama 8 jam
Diikuti:
Klorokuin posfat/diposfat
NaCL 0,9% diberikan
dalam 8 jam, diulang 3
kali
Diikuti:
Klorokuin posfat/diposfat
600 mg diikuti 300 mg
pada jam ke 6, 24 & 48.
Amodiekuin600 mg
(inisial)
Diikuti: 300-400 mg pada
jam ke 24 dan 48.
Kinin dihklrokiorida 20
mg/ KgBB per drip selama
4 jam. Diikuti 10 mg/kgBB
setiap 8-12 jam +
Meflokin 750-1250 mg
dosis tunggal.
Atau:
Kinidin glukonat 10-15
mg/ KgBB dalam 500 ml
NaCI + glukosa isotonik
selama 2 jam, diikuti 11,5 mg/kgBB selama
maksimal 72 jam +
Meflokin 750-1250 mg
dosis tunggal
Meftokin 750-1250 mg
Dosis tunggal

Amodiakuin 600
mg(inisilin) diikuti 300-

79

pada jam ke 6, 24 & 48.


VIVAX & OVALE

Klorokin posfat/diposfat
600 mg diikuti 300 mg
pada jam ke 8, 24 & 48.
Diikuti:
Primakuin 1 x 15 mg PO
selama 14 hari

TAK DIKETAHUI
INFEKSI CAMPURAN

= FALSIPARUM
= FALSIPARUM DIIKUTI
SPESIES LAIN

400 mgpada jam ke 24


dan 48.
Amodiakuin 600 mg
(inisilin)
Diikuti:
300-400 mg pada jam ke
24 dan 48.
Primakuin 1x15 mg PO
Selama 14 hari
= FALSIPARUM
= FALSIPARUM DIIKUTI
SPESIES YANG LAIN

MIKOSIS PARU
1. Nama Penyakit

Mikosis Paru

2. Difinisi

Adalah penyakit paru baik berupa infeksi maupun


kelainan imunologi yang disebabkan oleh jamur
patogen dan jarmur opurtunis.

3. Diagnosa Banding

Tuberculosa paru, Tumor paru, Pneumonia

4.

Kriteria Diagnosa

Klinis: sangat bervariasi mulai tanpa gejala sampai


yang paling berat.
Gejala utama yang sering adalah batuk-batuk kronis
dengan dahak kadang-kadang sesak nafas, batuk
darah, sabt dada, demam. Dijumpai jamur dari kuftur
(dahak, bilasan bronkus, darah)

5.

Pemeriksaan Penunjang : Biopsi jaringan, test kulit dan reaksi serologis,


pemeriksaan radiologis sangat bervariasi, gambaran
khas berupa aspergilosis paru (fungus ball) berupa
bayangan bulat atau oval yang dikelilingi oleh
bayangan udara.

6. Konsultasi
7.

Ahli mikrobiologi klinik.

Perawatan Rumah sakit : Bila dijumpai tanda-tanda sistemik berupa demam


tinggi, limfadenopati, hepatosplenomegali,
pansitopenia dan terlibatnya organ - organ lain.

8. Terapi
ltrakonasol.

Ringan:
Pilihan utama Flukonasol dan bila tidak berhasil
Berat (Sistemik): Terapi awal dengan Amphoterisin B
kemudian deteruskan dengan Flukonasol atau
ltrakonasol.
Khusus terhadap Aspergillosis Bronkopulmoner Alergik
dan Kandidiosis Bronkopufmoner Alergik diberikan.
Kortiko steroid 0,5 mg/kgBB/hari seiama 1 bulan
kemudian dilanjutkan lagi beberapa bulan berikutnya.
Aspergilloma paru tidak memerlukan pengobatan,
tetapi bila timbul batuk darah hebat dengan fungsi

80

cadangan paru cukup memadai dilakukan reaksi paru.


Untuk Nokardiosis diberikan preparat Sulfa.
9.

Penyulitan

Batuk darah masif, empiema, osteomiolitis iga.

10. lnformed Consent


paru.

Bila diperlukan pemeriksaan bronkoskopi & biopsi

11.

Lama Perawatan

12.

Masa Pemulihan

13.

Output

14.

P. A.

Diperlukan setelah biopsi paru.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

NEFROPATI OBSTRUKTIF
1.

Nama Penyakit

Nefropati Obstruktif

2.

Definisi

Obstruktif saluran kemih, kiri danlatau kanan baik


total maupun partial oleh sesuatu penyebab.
Penyebab dapat oleh batu, striktur, tumor ataupun
debris. Lokasi dapat di dalam kandung kemih, ureter
distal, pertengahan ureter, ureter proksimal, pyelum
ataupun calyces.

3.

Kriteria Diagnosis

Anamnese:
- Kolik, nyeri, pinggang kananlkiri
- miksi: polakisuri, dysuri
- urine: poliuri/normo/oliguri, hematuri, pyuri, chyluri.
Pemeriksaan fisik:
- Tekanan darah meningkat/Normal
- sebab/oedema
- flank: ballotement
- Nyeri sudut kostorenal
Laboratorium:
- Darah: lekositosis/normal
- Urine proteinuria ( s/d ++)
- Urem/kreatinin, kreatinin klirens meningkat/normal
- biakan kuman.

4. Diagnosa Banding

5. Pemeriksaan Penunjang :

X-Ray:
- Opacity di ginjal/diatur urine
- ukuran ginjal, pelvis calyces
- keutuhan ureter sampai ke v. urinari.
IVP tidak dilakukan bila ureum darah > 100mg%
dan/atau kreatinin > 3,5 mg%. Pecahan tidak
menggunakan Mg SO4
USG:

81

6. Konsultasi

Ukuran ginjal
Dilatasi sistim pelvi calyces
Material sonodens dengan bayangan akustik
Densitas korteks, ratio korteks/medulla

Bedah Urologi

7. Perawatan Rumah Sakit :

Nyeri berkelanjutan, Evaluasi fungsi ginjal

8. Terapi

Umum:
- Atasi rasa nyeri: Analgetik, NSAIDs, Muscles

relaxant

- Balans cairan dan elektrolit


Khusus: lnfeksi: Antibiotik yang sesuai

9. Penyulit

10.

Informed Consent

Bila diperlukan Tindakan Bedah

11.

Lama Perawatan

12.

Masa Pemulihan

13.

Output

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

OSTEOARTROSIS
1.

Nama Penyakit

Osteoartrosis

2.

Definisi

Penyakit sendi degeneratif yang mengenai tulang


rawan, mengakibatkan tulang rawan jadi rapuh tidak
kenyal dan menipis.

3.

Kriteria Diagnosis

Manifestasi klinis yang khas.


Terdapat krepitasi.
Gambaran radiologik yang khas.

4.

Diagnosa Banding

a. Artritis reumatod.
b. Artritis gout.
c. Demam rematik.

5.

Pemeriksaan Penunjang : SinarX:


Celah sendi menyempit asimetris
Osteofit, Spur, Nodulus, dan deformitas

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit :

Pada tahap lanjut:


Dokter Bedah Ortopedik.
-

82

8.

Terapi

- Mencegah bertambahnya kerusakan tulang rawan


- Mengatasi/menghilangkan nyeri
- Mempertahankan ruang lingkup gerak sendi
- lstirahatakan sendi yang sakit
- Fisioterapi
- Alat bantu (tongkat dsb)
Obat: Analgetika/antiinflamasi:
- NSAID
- Aspirin

9.

Penyutit

10. lnformed Consent

Dampak samping obat


Deformitas
Diasbilitas

11. Lama Perawatan

12. Masa Pemulihan

13. Output

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

1. Nama Penyakit

Pankreatitis

2.

Reaksi keradangan parenkim pankreas yang berjalan


secara akut (pankreatitis akut) ataupun kronis
(pankreatitis kronis) yang menimbul kan nekrosis dan
perdarahan atau fibrosis dan atrofi parenkim.
Penyebab pankreatitis akut:
Minum alkohol berlebihan, penyakit hati biliar,

PANKREATITIS

Difinisi

idiofatik.

Penyebab pankreatitis kronis:


Minum/kecanduan alkohol, malnutrisis,
hiperparatiroidi, herediter, kelainan ampula Vateri,
kotedokolitiasis, batu keganasan saluran pankreas,
trauma.
3.

Kriteria Diagnosis

Pankreatitis akut
Gejala klinis:
- Nyeri tiba-tiba pada perut tengah atas yang terus
menerus dan progresif.
- Mual dan muntah serta demam
- Teraba massa pada epigastrium yang nyeri tekan.
- Bising usus melemah sampai menghilang (ileus
pankreatitis).
Laboratorium:
- Lekositosis
- Lipase dan amilase meninggi > 3 x normal.
USG:

83

Gambaran khas:
Pembengkakan setempat atau difus dari pankreas
dengan eko parentim berkurang.
CT Scan: Gambaran khas.
Pankreatitis kronis klinis:
Nyeri berfluktuasi atau terus menerus pada perut
bagian atas yang akan bertambah bila minum alkhol,
Diare dan steatore, serta kurus.
Laboratorium:
Heperglikemi, Labil, cenderung menjadi hipoglikemi

dengan cepat.

USG:
Pankreas bisa membesar atau mengecil dengan
hiperekoik dengan kontour iregular, pelebaran saluran
pankreas.
ERCP: Saluran pankreas iregular seperti manik manik.
4. Diagnosa Banding

Pankreatitis akut:
Kolik biliar, Kolesistitis akut, Perforasi tukak lambung,
IMA, aneurisma aorta yang pecah, ileus obstruktif,
infark mesenterium, kehamilan ektopik yang pecah,
kolik ginjal.
Pankreatitis kronis:
Tukak peptik, IMA, Batu empedu.

5. Pengobatan

Pankreatitis akut:
Puasa 24 jam dengan NGT untuk aspirasi cairan
lambung terus menerus. NPE, Analgetika kuat, H2
Antagonist, antasid, antibiotika, Pembedahan
eksplorasi dan drainage.
Pankreatitis kronis:
Simptomatik, eksaserbasi akut: seperti pankreatitis
akut. Stop minum alkohol, diet tinggi protein/rendah
lemak, substitusi enzim pankreas, lnsulin bila ada DM,
Reaksi parsil, pankreatektomi sub total atau total.

6. Penyulit

Pankreatitis akut:
Pseudokista atau abses pankreas, penjalaran radang

ke sekitar.

Pembentukan fistel, ulkus duodeni, asites, sepsis,

Koma DKA.

Pankreatitis Kronis:
Pseudokista, eksudat pleura, efusi perikard,
kecanduan opiat.
7.

Konsultasi

8.

Masa Perawatan

Patologi klinik.
Radiologi.
Bedah saluran cerna.

PAYAH JANTUNG (HEAR FAILUREIDECOMPENSATIO CORDIS) No. ICD 428


PAYAH JANTUNG KONGESTIF

84

1.
Nama Penyakit
ICD 428

2.

Keadaan dimana jantung tidak mampu lagi


memompakan darah secukupnya dalam memenuhi
kebutuhan sirkulasi badan untuk keperluan
metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu,
sedangkan tekanan pengisian kedalam jantung masih
tinggi.

Sesak:
Dyspnoe dsefort, paroxysmal noctumal dyspnoe,
orthopnoe. Takhikardia dan irama gallop.
Tanda - tanda bendungan:
- Rhonki basah basal diparu (payah jantung kiri).
- Peningkatan JVP, hepatomegali, edema pretibial
(payah jantung kanan).
Tanda perfusi perifer yang berkurang:
- Rasa lelah.
- Nadi kecil.
- Urin berkurang.

3.

Difinisi

Kriteria Diagnosis

Payah Jantung (Hear Failure/Decompensatiocordis) No.


Payah Jantung Kongestif

4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang : Ro Foto thoraks:


Kardiomegali, tanda bendungan.
EKG:
Takhikardial, gangguan irama, LVH, RVH.
Laboratorium:
LFT, Fungsi ginjal, elektrolit, Hb, Ht. Ekokardiografi.

6.

Konsultasi

Asma bronkial.
Gagal ginjal.
Sirosis hepatis.

Spesialis Penyakit Dalam Konsuttan Kardiologi.


Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.

7. Perawatan Rumah Sakit :

Ruang rawatan kardiologi.

8. Terapi

Non farmakologis: Reassurance, istirahat atau tirah


baring setengah duduk, makan porsi kecil dan
pembatasan cairan.
Farmakologis: Oksigen nasal, i.v. line, digitalis,
diuretika. Bila edema paru dapat dengan morfin.
Vasodilator bila diperlukan.

9. Penyulit

10. lnformed Consent


invasif.

Tidak diperlukan, kecuali bila diperlukan tindakan

11.

Payah jantung ringaNsedang 1 minggu.

Lama Perawatan

Kematian mendadak.
lntoksikasi digitalis.
Gangguan etektrolit, asam basa dan gas darah.
Payah ginjal.

85

Payah jantung berat sampai dengan 1 bulan.


12.

Masa Pemulihan

Tergantung penyebab dasar.


Untuk payah jantung ringan kira-kira 2 minggu.

13. Output

Tergantung penyebab dasar.

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

PENYAKIT JANTUNG PARU (KOR PULMONALE) No ICD 416.9


1.

Nama Penyakit

Penyakit Jantung Paru (Kor Pulmonale) No. ICD 416.9

2.

Definisi

Keadaan Patologis dengan temukannya hipertrofi


ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan
fungsional dan struktur paru.

3.

Kriteria Diagnosa

Riwayat penyakit paru menahun (PPOM).


Keluhan sesak dan bisa disertai tanda bendungan

Tanda - tanda pembesaran jantung kanan (P.D, EKG,

Tanda - tanda kelainan paru Emfisema, tanda -

Kardiomiopati/payah jantung kiri.


Perikarditis konstriktiva.
Hipertensi pulmonal.

perifer.
Ro).
tanda obstruktif.
4.

Diagnosa Banding

6.
Pemeriksaan Penunjang : Laporatorium: Hb, Ht darah tepi lainnya, analisa
gas darah.
Ekokardiografi: Tes faal paru.
6.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiologi.


Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.
Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Pulmonologi.

7. Perawatan Rumah Sakit :

Ruang rawat kardiologi.

8. Terapi

Non farmakologis:
lstirahat, hindari aktifitas fisik yang memberatkan,

Fisioterapi.

Farmakologis:
Oksigen.
Terutama untuk penyakit dasar:
- Antibiotika untuk atasi infeksi.
- Mukolitik
- Bronkodilator.
Pengobatan payah jantung:
- Diuretika.
- Digitalis.
- Vasodilator pada kasus-kasus dengan hipertensi

86

pulmonal.
9.

Penyulit

Antikoagulan bila ada emboli paru.


Payah jantung
Gagal nafas

10.

lnformed Consent

Tidak diperlukan, kecuali ada tindakan invasif.

11.

Lama Perawatan

Pada payah jantung 1-2 minggu.

12.

Masa Pemulihan

Tidak bisa pulih.

13.

Output

Dubia

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIP KRONIK (PPOK) - BRONKITIS KRONIS DAN


EMFISEMA.
1.
Nama Penyakit
Emfisema

Penyakit Paru Kronik (PPOK) Bronkitis Kronis Dan

2.

Difinisi

Bronkitis Kronis: Batuk - batuk dengan sputum selama


lebih dari 3 bulan dalam setahun selama sekurangkurangnya 2 tahun.
Emfisema: Dilatasi rongga udara yang letaknya distal
dari terminal bronchiole dan kerusakan dindingnya.
Dalam stadium lanjut Bronkitis Kronis (BK) dan
emfisema (EF) menjadi 2 bentuk Pink Puffer dan Blue
Bloater yang mempunyai beberapa sifat yang sama
dari bentuk itu.

3.

Kriteria Diagnosi

1. Gejala batuk dengan dahak dan pada stadium


lanjut sesak nafas waktu bekerja dan sesak malam
hari.
2. Tanda-tanda fisik Emfisema:
Infeksi: Dada bentuk tong (Bralel chest), diameter
AP bertambah.
Palpasi: Frernitus suara melemah.
Perkusi: Hipersonor.
Auskoltasi: Suara pemafasan melemar
3. Pemeriksaan Faal Paru:
Bronkitis Kronis: VEP 1, VEP 1/KVP rendah.
Enfisema: TLC, RV/TLC meninggi (hiperinflation).
Transfer faktor (Tco) rendah.
4. Pink Puffer
- Kurus, sesak menonjol.
- Hiperinflation
- Analisa Gas Darah: Pa02 dan PaCo2 relatif

normal.

5. Blue Bloater:
- Tidak begitu sesak
- Sentral sianose

87

4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang :

Oedem.
Analisa Gas Darah: Pa02 rendah, PaCo2 tinggi.

TB.
Ca. Bronchus
Bronkiectasis
Asma Bronkial.

1.Pemeriksaan Faal Paru:


Bentuk obstruktif: VEP 1, VEP 11 KVP rendah.
Hiperinflation: TLC, RV/TLC tinggi
Emfisema: Toc rendah.
2. Analisa Gas Darah:
Pink Puffer: Pa02 rendah/sedikit rendah. PaCO2

meninggi.

3. Foto toraks:
- Untuk menyingkirkan penyebab batuk yang lain.
- Hiperinflation:
- Diafragma rendah.
- Tanpa iga 11.
- Jantung kurus.
- Blue Boater:
- Jantung membesar
- Hilus melebar
- Conus Pulmonalis menonjol.
4. Pemeriksaan Bakteriologis:
- Pengecatan Gram sediaan hapus, lebih berguna
untuk konfirmasio.

H. lnfluenzae.

Kultur sputum:
- Bakteri yang biasa: S. pneumoniae, Saureus,
-

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit :


-

8.

Terapi

minggu perbulan.
yang biasa:

UMenit.

Bakteri yang jarang: Klebsiella pneumoniae,


E. coli, Proteus, Pseudomonas.

Anaestesia untuk pemasangan Ventilasi Mekanis.


Bagian Rehabilitasi & Fisioterapi, untuk
memperbaiki kemampuan dan toleransi kerja
dengan latihan pernafasan dan postural drainase.
- Penderita dengan eksaserbasi infeksi yang berat.
Penderita yang memerlukan ventilasi mekanis.
Penderita dengan CPC (Blue - Blue Bloater).

1. Pengobatan Jangka Panjang.


A. Menghentikan merokok.
B. Menghindari polusi udara.
C. Pencegahan infeksi Ampicilin/Tetracycline 1
D. Pengobatan eksaserbasi akut dengan bakteri
F. Terapi Oksigen Jangka Lama.
Tipe Blue Bloater:
Hipoksemia: Pa02 kurang dari 60 mmHg 02 2
E. Bronkolidator:

88

1. Ipatropium Bromide: 4 x 2 puff


2. Betab 2 Agonist:
Salbutamol, terbutalin Fenoterol 4 x 2 puff.
3. Theohyline/xanthine:
Tablet Long acting 300 - 900 mg/hari, 2 x 1
tab.

Pada eksaserbasi akut:


Aminophyline loading dose 5,6 mg/kgBB
maintenanse 0,5 mg/kgBBt jam.
Perhatian interaksi theopylyline dengan:
- Obat-obatan: cimetidine, erythromycine

dan ciprofloxacine.

jantung.

Keadaan: perokok, orang tua, penyakit

4. Kortikosteroid.
- Beclomethasone 4 x 2 puff.
- Prednisone 40 mg/hari selama 14 hari dan
selanjutnya tapering sampai dosis 0- 10
mglhari atau dengan inhalasi.
Bila dalam 1 minggu tidak ada respon,

hentikan.

G. Fisioterapi:
- Latihan pernafasan.
- Latihan batuk.
- Postural drainase
H. lnfluenzae, S. pneumonia, S. aureus dengan:
Ampicillin 4x500 mg/hari.
Amoxicilin 4x500 mg/hari.
Erythromycine 4 x 500 mg/hari.
Trymethoprim - cotrimoxazole 2 x 2 tablet

Cephalosporin.

2. Penatalaksanaan Eksaserbasi Akut


A. Faktor pencetus:
lnfeksi H. lnfluenza
S. Pneumoniae
Eksaserbasi Akut memperberat:
- Keadaan hipoksenia
- Hiperkapnia
- Asidosis
B. Terapi
Ampicillin 4x500 mglhari
Amoxcilin 4x500 mg/hari
Erythromycine 4x500 mg/hari
Trimethoprim - cotrimoxazole 2x2 tab
Cephalosporin parenteral, pasien RS.
C. Kontrol Oksigen Terapi:
Pemberian 02 2 U menit dengan nasal prong,
Ventimask, Edimburgmask.
D. Ventilasi Mekanis.
9.

Penyulit

10.

Informed Concent

Pneumothorax
CPC.

89

11.

Lama Rawatan

2 minggu

12.

Masa Pemulihan

1 minggu.

13.

Output

Keadaan Penyakit kembali stabil.

14.

P. A. :

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

PERITONITIS BAKTERiAL SPONTAN


1.

Nama Penyakit

Peritonitis Bakterial Spontan

2.

Definisi

Peritonitis yang terjadi pada penyakit hati akut dan


kronik dimana tidak didapati sumber intraabdomen
yang menularkan seperti abses dan perforasi.
Terjadi pada 10 - 30 % pasien dengan asites yang
berlama-lama, yang dapat disebabkan (etiologinya)
Escherechia coli, pneumococcus, Klebsiella, atau
anaerob (jararang).
Patogenesisnya multifaktorial seperti penurunan
filtrasui retikuloendotelial bakteri usus, penurunan
aktifitas antibakterial, cairan asites dengan rendahnya
aktiofitas opsonik.

3.

Kriteria Diagnosis

Klinis:
Asimptomatik dan Simptomatik:
Simptomatik:
Pada pasien dengan asites klasik: demam menggigil,
nyeri perut dengan rebound, peristaltik menurun.
Analisa cairan asites:
Asimptomatik: sel > 1000/mm3, tipe granulositik atau
sel > 1500 neutrofil/mm3.
Simptomatik: Sel > 250 Neutrofil/mm3.

4.

Diagnosa Banding

a. Peritonitis TBC
b. Peritonitis Sekunder

5.

Pemeriksaan Penunjang :
-

6. Konsultasi

- U S G.
Analisa dan biakan cairan asites.

7.

Perawatan Rumah Sakit :

Rawat inap sesuai dengan sirosis dekompensata .

8.

Terapi

Sefalosporin generasi 111 minimal 55 hari intravena


atau Amoksisilin - Asam klauvulanat.

9. Penyulit

Ensefalopati hepatik.

10.

lnformed Concent

11.

Lama Perawatan

2 - 4 minggu.

90

12.

Masa Pemulihan

1 minggu

13.

Output

Sirosis hati kompensata.

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

PIELONEFRITIS AKUT (PNA) No. ICD 590.1


1.

Nama Penyakit

Pielonefritis Akut (PNA) No. ICD 590.1

2.

Kriteria Diagnosis

3.

Diagnosa Banding

4.

Pemeriksaan Penunjang :
-

5.
Konsultasi
bedah.

Demam rnenggigil.
Nyeri pinggang bagian atas, nyeri ketok.
Disuri (nyeri pada saat berkemih).
Didapat bakteri dalam urin (kultur urun porsi
tengah > 100.000 koloni/ml urin, atau dengan
aspirasi suprapubik terdapat bakteri berapapun
jumlahnya).

- Urinalisis: Leukosit > 5/LPB, silinder leukosit.


BNO.
USG:
Terdapat faktor predisposisi (batu kelainan)
dilakukan terutama pada pria saja.
Pada wanita hanya apabila infeksi berulang-ulang
atau terdapat PNA.

Spesialis Bedahl Urologi apabila ada batu/kelainan

6.

Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap segera, pada PNA atau yang
mempunyai gejala sistemik atau pada yang
berkomplikasi (dengan faktor predisposisi).

7.

Terapi

lebih.

tersebut.

Tanpa Komplikasi 5- 7 hari:


- Ampisilin 4 x 500 mg, Amoksilin 3x500 mg.
- Nitrofurantoin 4x50 - 100 mg
- Trimetoprim - Sulfametoksazol 2 x (80/400 mg).
- Cefaleksin 4 x 250 - 500 mg.
Dengan komplikasi (bukan obstruksi) 7 - 14 hari atau
lnfeksi di RS/Nosokomial:
- Menghilangkan faktor penyebab: Kateter, obstruksi.
- Antibiotik sesuai dengan pola kuman ditempatkan
Pada infeksi berulang:
Menghilangkan faktor penyebab.
lnfeksi pada obstruksi/batu:
Pembedahan.

91

8.

10. Tenaga Standart

11.

Lama Perawatan

1 minggu

12.

Masa Pemulihan

1 minggu

13.

Output

Sembuh

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

9.

Penyulit

lnformed Concent

Sepsis.
Pielonefrosis.
Pada wanita hamil: partus prematurus.
Gagal ginjal.

PNEUMOTORAKS
1.

Nama Penyakit

Pneumotoraks

2.

Difinisi

Terdapatnya udara dalam rongga pleura.

3.

Kriteria 'Diagnosis

Klinis:
Nyeri dada dan sesak nafas yang mendadak, sianosis,
gagal nafas dan kollaps.
Pemeriksaan fisis:
lnfeksi bulging palpasi fremitus suara melemah
sampai menghilang, perkusi hipersonor.
Auskultasi:
Suara pernafasan menghilang.

4.

Diagnosa Banding

a.
b.
c.
d.
e.

5.

Pemeriksaan Penunjang :

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi

Pleuritis.
Perikarditis.
Emboli paru.
Hernia diafragma.
IMA.
Foto toraks (foto dada).

Bedah toraks.
Perlu.

Pada keadaan ringan:


Konservatif saja, diharapakan udara diserap spontan.
Pada Tension Pneumothorax:
Pemasangan WSD
Pemberian Oksigen.
Bila pengembangan paru lambat:
Dilakukan penghisapan udara.
Bila ada fistel Bronkopleural:

92

Operasi ekstirpasi.
Pneumotoraks berulang:
Sclerosing agents.
9.

Penyulit

Gagal nafas, renjatan.

10. Informed Concent


operatif.

Diperlukan bila ada pemasangan WSD atau tindakan

11.

Tergantung keadaan, umumnya 7-10 hari.

12. Masa Pemulihan

13. Output
biasanya memuaskan.

Tergantung penyulit. Dengan terapi intensif hasil

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

Lama Rawatan

PURPURA TROMBOSITOPENIK IDIOPA-TIK (ITP)


1.

Nama Penyakit

Purpura Trombositopenik ldiopa-Tik (ITP)

2.

Definisi

ITP adalah suatu keadaan ditemui adanya purpura


yang disebabkan oleh trombositopenia yang idiopatik.

Gejala Klinis:
Purpura, ptekie, mudah memar, menoragia,
perdarahan gusi dan kadang-kadang dijumpai
perdarahan hebat dari mukosa atau perdarahan
intrakranial.
Pemeriksaan fisik:
Perdarahan dibawah kulit, mukosa dan gejala

3.

Kriteria Diagnosis

perdarahan intrakranial.

Pemeriksaan laboratorium: Hitung trombosit rendah,


pada sumsum tulang ditemui megakariosit meningkat.

4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang :
-

6.

Konsultasi

Trombosito penia oleh karena obat, trombositopenia


imun akut, anemia aplastik, trombastenia, DIC.
- Pemeriksaan fungsi trombosit.
BMP.

Spesialis Penyakit Dalam Hematologi.

7.
Perawatan Rumah Sakit :
berat.

Rawat inap bila timbul gejala-gejala perdarahan

8.

Terapi

Steroid: Prednison 60 mg/h. Transfusi trombosit.


Obat-obat: lmunosupresan seperti vinkristin,
siklofosfamid, azatioprin, andragen, gamma globulin.

9.

Penyulit

Perdarahan berat.

93

Perdarahan intrakranial.

10. Lama Perawatan


diatasi.

Perawatan diperlukan sampai gejala penyulit telah

11. Masa Pemulihan

Tidak dapat ditentukan.

12.

Output

Hasil pengobatan dicapai bila ada perdarahan


berhenti dan hitung Trombosit cukup tinggi agar
ancaman perdarahan dapat dihindarkan.

13.

P. A.

Sumsum tulang: Megakariosit meningkat.

14. 0topsi/Risalah Rapat


RABIES
1.
2.

Nama Penyakit
Definisi

:
:

Rabies
Penyakit infeksi akut susunan syaraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies (Rhabdo virus) dan
hampir selalu berakhir dengan kematian.

3.

Kriteria Diagnosis

Ada riwayat gigitan hewan.


Manifestasi klinik: hidrofobia, aerofobia, inspirasi, yang
menyentak-nyentak, spasmus otot bantu pernafasan,
kepala tertarik kebelakang, opistotonus, kejang
umum, parese/paralise, hipersalivasi, hiperhidrosis,
hiperlakrimasi, tindak tanduk maniakal, agresif,
meningismus, hiperestesia, fluktuasi tekanan darah
dan tempratur yang tinggi, diabetes insipidus, libido
meningkatkan dengan orgasme spontan.

4.

Diagnosa Banding

A.
B.
C.
D.

5.

Pemeriksaan Penunjang : Isolasi virus.


Uji antibody fluoresen (Fluorescent Antibody Test =

FAT)

Histeria
Intoksikasi obat (strichin, fenotiazin, canabis)
Ensefalomielitis herpes simplex
Tetanus.

6.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi

Profilaksi:
- ATS 5000 10000 subkutan
- Human Diploid Cell Vacicine HDCV 0,5 -1 ml
suntikan subkutan atau IM pada hari 0, 3, 7, 14,
dan 28.
- Nerve Tissue Vaccine (Verorav).

9.

Penyulit

Kelumpuhan otot-otot pernafasan, Apnu.

Sangat perlu.

94

10.

lnformed Concent

Perlu.

11.

Lama Rawatan

Umumnya sampai pasien meninggal

12. Masa Pemulihan

13. Output

Infaus i fatal.

14. P. A.

Tidak perlu

15. Otopsi/Risalah Rapat

SINDROMA CHUSING
1.

Nama Penyakit

Sindroma Chusing

2.

Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis:
Berat badan bertambah, amenorroe sekunder,
infertilitas, otot-otot melemah, moon face.
Simpton hipertensi.
Simpton diabetes mellitus.
Sakit pinggang, pink striae, acne, hirsutis. Perubahan

mental.
3.

4.

5.

6.

7.

Diagnosa Banding

Laboratorium: Kortisol serum meninggi.

1.
2.
3.
4.
5.
Pemeriksaan Penunjang :
-

Penyakit Cushing: ACTH Meninggi.


Tumor supraren: Kortisol meninggi, ACTH rendah.
Sindroma produksi hormon ektopik
Alkoholis.
Sindroma Cushing sekunder: Pemakaian steroid.
- Foto X Ray Kepala, toraks, abdomer
ACTH serum
17 - ketosteroid urin.

Rujukan

lndikasi Rawat Inap

Pengobatan

Spesialis Radiologi.
Spesialis Penyakit Dalam (Endokrin).
Spesialis Bedah.

Hipertensi berat.
Tumor basofilik hipofisa.
Oat celled bronchial carcinoma.

Hentikan pemakaian steroid.


Tindakan bedah.

8.

Penyulit

Metastase.

9.

lnformed Concent

10. Tenaga Standart

Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan

Bergantung pada etiologi.

12. Masa Pemulihan

Bergantung pada etiologi.

95

13. Hasil

Sindroma Cushing sekunder baik dengan


menghentikan pemakaian
steroid.

SINDROMA HEPATO RENAL


1.

Sindroma Hepato Renal

2.
Definisi
hati yang berat.

Gagal ginjal fungsional yang progresif pada penyakit

3.

Kriteria Diagnosis

Azotemi progresif oliguri/anuri Osm kemih/Osm


plasenta rasionya > 1 Konsentrasi Na kemih < 10
mEq/L, Urinalisis normal.

4.

Diagnosa Banding

Gagal Ginjal Akut.

5.

Nama Penyakit

Kebanyakan pada penderita Sirosis hati dekompensata


dengan asites yang tegang. Ginjal secara anatomis
dan histologis normal. Etiologi (pasti tidak diketahui
tetapi sering akibat pemakaian diuretik yang
berlebihan, parasentesis, perdarahan saluran cerna,
diare.

Pemeriksaan Penunjang :
-

6. Konsultasi

- U S G.
Urinalisis.

Spesialis Penyakit Dalam (Nefrolog).

7. Perawatan Rumah Sakit :

Perlu (rawat inap)

8.
Terapi
pencetus gagal ginjal.

Mengenali, mengurangi dan menghilangkan faktor

9.

Penyulit

Hentikan penggunaan diuretika, penggantian cairan


tubuh (perdarahan, diare).
Hentikan pemakaian obat yang menghambat
prostaglandin.
Tingkatkan (ekspansi) volume plasma dengan
albumin.
Dialisis pada pasien yang potensial reversibel,
Transplantasi hati.

10. Informed Concent


11. Lama Perawatan

:
:

12. Masa Pemulihan

13. Output

90 % meninggal

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

96

SIROSIS HATI
1.
2.

3.

Nama Penyakit
Definisi

Kriteria Diagnosis

Sirosis Hati

Penyakit hati menahun dengan proses peradangan,


nekrosis selhati, usaha regenerasi dan penambahan
jaringan ikat difus dengan terbentuknya nodul-nodul
yang rriengganggu susunan lobulus hati, dapat
disebabkan oleh Virus hepatitis B, C dan D, alkohol,
gangguan metabolisme (DM, penyakit Wilson,
Hemokromatosis, Galaktosemi), Kolestatik bilier yang
lama, bendungan vena hepatika yang lama,
skistosomiasis, obat-obatan, malaria, sirosis primer
ataupun kriptogenik (idiofatik).

Klinis:
Gejala pada stadium awal tidak khas, seperti cepat
letih, anoreksi, berat badan semakin menurun, diare
atau konstipasi, kemih warna kuning tua, demam sore
dan malam hari, ikterus, udem pretibial, eritema
palmaris, spider naevi, splenomegali dengan atau
tanpa hepatomegali dan asites, ginekomasti dan atrofi
testis serta hiperpigmentasi, venakolateral dinding
perut (Caput Medusae).
Laboratorium: Bilirubin darah dan transaminase
meninggi, albumin darah menurun sedangkan gamma
globulin meninggi.
USG: Perobahan ukuran, permukaan pinggir dan
parenkim hati serta perobahan pembuluh darah
didalamnya, juga perobahan ukuran limpa, vena
lienalis, dan adanya asites.

a. Hipertensi portal nom sirotik.


b. Sirosis dengan hepatoma.

4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang :
-

6.

Konsultasi

- U S G.
CT Scan.
MRI Upper abdomen.

Bedah digestif bila ada kemungkinan shunt.

7.

Perawatan Rumah Sakit :

Bila sirosis dekompensata.

8.

Terapi

Sirosis Kompensata:
Latihan jasmani hanya boteh yang ringan saja.
Diet Kalori dengan protein 1 mg/KgBB/H. Roboransia.
Sirosis dekompensata:
- Penanganan asites (Iihat bagian asites).
- Penanganan Ensefalopatihepatik (lihat

Ensefalopatihepatik).
bagian ybs).

Penanganan perdarahan varices esofagus (lihat

Penanganan Sindroma hepatorenal (lihat bagian

97

ybs).
9.

Penyulit

Asites, Ensefalopati hepatik, periton-1 bakterial


spontan, perdarahan varoea esofagus, hipertensi
portal, sindroma hepatorenal.

10. Lama Perawatan


11. Masa Pemulihan

:
:

Tergantung penyulit, rata-rata 2-minggu.


2 minggu.

12. Output

Menjadi Kompensata.

13. lnformed Concent

Perlu bila ada biopsi.

14. P. A.

Perlu untuk diagnosa pasti.

15. Otopsi/Risalah Rapat

STRUMA ENDEMIK
1.

Nama Penyakit

Struma Endemik

2.

Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis: Pembesaran kelenjar tiroid sejak kecil,


berasal dari daerah endemik kekurangan yodium,
mental retardasi.
Kadar hormon tiroid merendah, TSH meninggi.

Struma non-toksik.
Tiroiditis.
Tumor ganas tiroid.
Adenoma Tiroid.

4.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yodium urin.

5.

Rujukan

6.

lndikasi Rawat lnap

3.

Diagnosa Banding

7.

Pengobatan

Hormon tiroid.
Lipiodol.
Garam yodium.

8.

Penyulit

Penekanan organ leher.

9.

lnformed Concent

10.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam

11.

Lama Rawatan

12.

Masa Pemulihan

13.

Hasil

Gondok mengecil, perbaikan mental.

14.

P. A.

98

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

STRUMA NON TOKSIK (Struma Simpel)


1.

Nama Penyakit

Struma Non Toksik (Struma Simpel)

2.

Kriteria Diagnosis

Struma.
T3, T4 dalam rentangan normal

3.
Diagnosa Banding
pertengahan, soliter.

Adenoma tiroid biasanya dijumpai pada usia

Struma endemik biasanya dijumpai didaerah


endemik kekurangan yodium.
Hipertiroidi biasanya kadar hormone tiroid
meninggi, TSH merendah.
Tiroiditis biasanya disertai tanda-tanda inflamasi.
Tumor ganas tiroid biasanya pada aspirasi biopsi
jarum halus menunjukkan gambaran sel ganas.

4.

Pemeriksaan Penunjang :
-

- Biopsi aspirasi jarum halus.


Kultur cairan aspiat.
TSH.

5.

Rujukan

6.

lndikasi Rawat lnap

7.

Pengobatan

Hormon tiroid.

10. Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan

12. Masa Pemulihan

13. Hasil

Pengecilan gondok.

14. P. A.

Memilah diagnosis banding.

15. Otopsi/Risalah Rapat

8.
9.

Penyulit
lnformed Concent

Penekanan organ leher.


Keganasan.

SINDROMA NEFRITIK AKUT (SNA)


1.
2.

Nama Penyakit
Definisi

Sindroma Nefritik Akut (SNA)

Sindroma yang terdiri dari terutama hematuria yang


disertai oleh oliguria dan/atau hipertensi dan/atau

99

peningkatan kreatinin.
3.

Kriteria Diagnosis

Anamnese: Kwalitas/kwantitas urin


Pem Fisik: Tekanan darah meninggi Periorbital,
hematuria/mikroskopis Hematuria/cylinderuria.
Lab rutin: Urine, Proteinuria, hematuria cylinderuria.
Darah: Lekositosis, kreatinin meningkat, Kreatinin
klirens menurun, ureum meningkat.

4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang

<100 mg% Creatinin <3,5%

: X-toraks
BNO
IVP: hanya dilakukan bila kadar ureum
USG

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit

8.

Terapi

9.

Penyulit

Bed rest sampai hematuria mengurang


Diet: Diet ginjal, rendah garam, protein 0,6 g/kgBB
hari Rendah Kalium. Medikamen: Antibiotik, bila masih
ada tanda infeksi (Doksisiklin, eritromisin, ktoksasillin)
Roboransia.
-

10. lnformed Concent

11. Lama Rawatan

12. Masa Pemulihan

13. Output

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

Sindroma Nefrotik

Suatu keadaan yang ditandai dengan adanya


proteinuria masif, lebih dari 3,0 gr/24 jam.

Anamnese
Gejala dan tanda:
- Proteinuria lebih dari 3.5 gr/24 jam
- Hipoalbuminemia
- Serum albumin < 3.Og /dl
- Udema perifer atau anasarea dng Asites
- Hiperkholesterolemia Puasa >200 mg/dl.

SINDROMA NEFROTIK
1.
2.
3.

Nama Penyakit
Definisi
Kriteria Diagnosis

100

5.

Pemeriksaan Penunjang :
-

- Urine
protein kwantitatif 3.5 gr/24 jam
protein kwalitatif + 2 atau + 3 "Oval fat bodies"
Darah
Albumin < 3.0 g/dl
Protein tota! < 6.0 g/dt dan
Kholesterol > 200 mg/dl

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit

8.

Terapi

Diet
Restriksi garam
Asupan protein 0.6 g/kgBB/hari.
Bila kehilangan protein melebihi 10 g/24 jam, perlu
diberikan tambahan protein sesuai dengan jumlah
yang hilang.
Restriksi kholesterol.
Medikamen:
Prednison 1 mglkg BB/hari Respon diharapkan
setelah 2- 4 minggu, lalu tappering off.
Alternatif lain:
- ACE inhibitor
- Captopril 2-3 X ( 12.5-25.0 ) mg
- lndometasin 150-200 mglhari
- Siklofosfamid 2-3X50 mg
- Siklosporin 2.5 mg/kg BB

9.

Penyulit

10.
11.

lnformed Concent
Lama Rawatan

:
:

12.

Masa Pemulihan

13.

Output

14.

P. A.

Biopsi ginjal membantu mengenal abnormalitas ginjal


sebagai petunjuk terapi dan prognosa.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

TETANUS
1.

Nama Penyakit

Tetanus

2.

Definisi

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Clostiridium


tetani yang menghasilkan toksin tetanospasmin yang
mengakibatkan ketegangan otot seluruh tubuh diikuti
kejang otot paroksismal

3.

Kriteria Diagnosis

Manifestasi klinis: timbul mendadak, dimulai dengan


ketegangan otot

101

terutama rahang dan leher, diikuti trismus dan


opistotonus, risus sardonikus, kejang rangsang atau
spontan.
Ada riwayat lukaltrauma.
4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang :

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit :

8.
Terapi
(isolasi).

a.
b.
c.
d.

Abses Retrofaringeal.
Abses ginggiva berat.
lnfeksi Akut Susunan Syaraf Pusat.
Keracunan strichnin / fenotiazin.
Darah Lengkap.

Spesialis Penyakit Dalam


Perlu

Pasien dirawat di ruangan yang sejuk dan tenang


1. Hilang sumber toksin
a. Eksplorasi luka.
b. Antibiotik.
Prokain Penisilin 1,2 juta unitl 12 jam IM selama 10
hari atau: Eritromisin 4 x 500 mg PO selama 10 hari
atau Klindamisin 4 x 300 mg PO atau Tetrasiklin 4 x
500 mg PO atau Metronidazol 2 x 2 gram PO
selama 10 hari.
2. Netraliser toksin bebas.
- Anti Toksin Tetanus 10.000 unit IM.
- Atau : Tetanus lmmuno Globulin Human 500 unit

IM .

3. Cegah/atasi kejang
lnjeksi Diazepam 50 mg dalam 500 ml NaCI 0,9 %,
20 tetes/menit (150 mg/hari).
Bila masih kejang, injeksi Diazepam 10 mgljam,
maksimun pemverian 400 mg sehari.
Bila masih kejang berikan injeksi Klorpromazin 2575 mg / hari IM atau Fenobarbital.
4. Perawatan jalan nafas, kalau perlu ventilasi

mekanik.
9.

Penyulit

Spasme otot pernafasan dan obstruksi jalan nafas.

10.

lnformed Concent

Perlu.

11.
12.

Lama Rawatan
Masa Pemulihan

:
:

14 hari.
14 hari.

13.

Output

Umumnya sembuh.

14.

P. A.

Tidak perlu

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

TIROIDITIS HASHIMOTO (Lymphocytic Thyroiditis)

102

1.

Nama Penyakit

Tiroiditis Hashimoto (Lymphocytic thyroiditis)

2.

Kriteria Diagnosis

Gejaia Klinis:
Kelenjar tiroid membesar, tertanam erat, berlobus.
Laboratorium:
- Infiltrasi limfosit, folikel rusak, oksifilia (+), fibrosis.
- Antitiroid antibodi.
- Antibodi tiroid (tiroglobulin antibodi, mikrosomal
antibodi, antinuklear antibodi).
- Cell-mediated antibody.

3.

Diagnosa Banding

4.

Pemeriksaan Penunjang :
-

Tiroiditis Supuratif akut: mikroorganisme (+),


demam, sakit di daerah leher menjalar ke telinga.
Tiroiditis subakut: lnfeksi virus, demam, sakit
didaerah leher menjalar ke telinga.
Tumor Tiroid: sel-sel tumo jinak atau ganas.
Struma nontoksit: Antibodi antitiroid (-) cellmediated immunity (-).
Struma Endemik: Hormon tiroid rendah
- Biopsi aspirasi jarum halus.
Foto feher.
Kultur cairan aspirat.

5. Rujukan

Spesialis Bedah

6. lndikasi Rawat Inap

7. Pengobatan

Terapi supresif.

8. Penyulit

9. lnformed Concent

10. Tenaga Standart

Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan

12. Masa Pemulihan

13.

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

Hasil

TIROIDITIS SUB AKUT (Dequervain's thyroiditis, Granulomatous thyroiditis)


1.
Nama Penyakit
: Tiroiditis Sub Akut (Dequervain's
thyroiditis,Granulomatous thyroiditis)
2.

Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis:
- Wanita, dekade 2 dan 5.

103

virus lainnya.
atau occiput.

3.

Diagnosa Banding

Mengikuti parotitis, measles, adevirus atau infeksi

Akut, sakit berat menjalar ke telinga, mandibula

- Demam (38,9 C ), disertai malaise.


- Tiroid membesar.
Laboratorium: Mikroabses, sel besar (+).

: - Tiroiditis supuratif akut:


Mikroorganisme (+).
- Tiroiditis Hashimoto:
Cell-mediated immunity (+), anti tiroid antibodi

(+).

Tumor Tiroid:
Sel-sel tumor ganas atau jinak.
Struma Non-toksit:
Demam (-), sakit (-).
Struma Endemik: T3 dan T4 rendah.

4.

Pemeriksaan Penunjang :
-

- Biopsi aspirasi jarum halus.


Foto leher.
Kultur cairan aspirat.

5.

Rujukan

Spesialis Bedah
Spesialis Patologi

6.

Indikasi Rawat lnap

Infeksi.

7.

Pengobatan

Kortikosteroid & hormon tiroid.

8.

Penyulit

Demam tinggi.

9.

lnformed Concent

10. Tenaga Standart

Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan

Diperlukan waktu 2 minggu.

12. Masa Pemulihan

Diperlukan waktu 7 hari.

13. Hasil

Baik.

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

TIROIDITIS SUPURATIF AKUT


1.

Nama Penyakit

Tiroiditis Supuratif Akut

2.

Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis:
- Muncul mendadak dengan demam menggigil,
malaise, sulit menelan.
- Rasa sakit di daerah leher menjalar ketelinga,

104

mandibula atau occiput.


Rasa sakit menjadi berat dengan menggerakkan
kepala atau menelan.
- Leher dalam posisi fleksi.
- Leher membengkak dan keras.
- Bisa terlihat tanda-tanda abses.
Laboratorium:
- Lekositosis sedang sampai berat.
- T3 dan T4 dalam batas normal.
- Kultur: mikroorganisme (+).
- Tiroiditis sub akut: Mikroorganisme (-).
- Tiroiditis Hashimoto:
Anti tiroid antibodi (+), cell mediated immunity (+)
- Tumor Tiroid: Folikel kecil, hurthle sel (+), T3 dan T4
normal atau meninggi, menunjukkan sel tumor
jinak atau ganas.
- Struma Non-toksik: Demam (+), mikroorganisme
-

3.

Diagnosa Banding

(-).

Struma Endemik: T3 dan T4 rendah.

4.

Pemeriksaan Penunjang :
-

- Biopsi aspirasi jarum halus.


Foto leher.
Kultur cairan aspirat.

5.

Rujukan

Spesialis Bedah.
Spesialis Patologi.

6.

lndikasi Rawat lnap

lnfeksi.
Perforasi ke mediastinum.

7.

Pengobatan

Antibiotika.
Trakheostomi.
Partial tiroidektomi.

8.

Penyulit

Perforasi.

9.

lnformed Concent

10. Tenaga Standart

Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan

Diperlukan waktu sekitar 2 minggu.

12. Masa Pemulihan

Diperlukan waktu sekitar 7 hari.

13.

Bergantung pada ketepatan diagnosis dan terapi.

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

Hasil

TIROTOKSIKOSIS (Hipertiroidi)
1.

Nama Penyakit

Tirotoksikosis (Hipertiroidi)

105

2.

Kriteria Diagnosis

3.
Diagnosa Banding
rentangan normal.

Gejala Klinis:
Gugup, berkeringat banyak, palpitasi, lemah, berat
badan menurun, kulit hangat, nadi cepat, tekanan
nadi melebar.
Laboratorium:
T4 dan T3 meninggi, TSH rendah, FT4 meninggi.

Struma non-toksik biasanya T3, T4 dan TSH dalam

Mobes Basedowi biasanya terdapat pada usia


muda, dan LATS positif (dekade ke 3).
Gondok multinoduler toksik dijumpai pada usia tua
(dekade ke-5)
Adenoma toksik biasanya pada us.a pertengahan
(dekade ke 4), gondok kecil (soliter).
Yod Basedowi biasanya ditemulcan di daerah
struma endemik yan5 mendapat terapi yodium.
Tirotoksikosis factitia ditemukan orang yang
mendapat terapi hormon tiroid (obat pengurus,
obat jerawat).
Struma ektopik toksik biasanya didapati jaringan
tiroid di luar tempat biasanya (mis ovarium).
- FT41, TSH
Foto sinar-X leher.

4.

Pemeriksaan Penunjang :
-

5.

Rujukan

Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi).

6.

lndikasi Rawat lnap

Dehidrasi.
Penyakit Jantung Tiroid.
Toksikosis Krisis.

7.

Pengobatan

Propiltiourasil atau kartbimazol.


Vitamin B kompleks dan vitamin C.

Toksikosis krisis
Penyakit jantung tiroid

8.

Penyulit

9.

lnformed Concent

10.

Tenaga Standart

Spesialis Penyakit Dalam

11.

Lama Rawatan

Diperlukan waktu biasanya 7 hari.

12.

Masa Pemulihan

Diperlukan waktu biasanya 7 hari.

13. Hasil
mendekati batas normal.

Gejala perifer menghilang, dan hormon tiroid

14.

P. A.

15.

Otopsi/Risalah Rapat :

TOLERANSI GLUKOSA TERGANGGU

106

1.

Nama Penyakit

Toleransi Glukosa Terganggu

2.

Kriteria Diagnosis

3.

Diagnosa Banding

Diabetes melitus umumnya menunjukkan polifagi,


polidipsi, poliuri, pruritus, berat badan menurun dalam
waktu singkat, kadar glukosa plasma puasa > 140
mg/dl dan kadar glukosa plasma 2 jam prospandial >
200 mg/dl.

4. Pemeriksaan Penunjang :
kolesterol.

Kadar glukasa darah puasa 120 -139 mgldl.


Kadar glukosa plasma 2 jam setelah pemberian
beban 75 gram gula 2 jam < 200 mg/dl.

HbA1, HbA1 c, Fruktosamin.


Triglesirida, kolesterol total, HDL-kolesteroi, LDL
Spesialis Gizi
Spesialis Mata
Spesialis saraf

5. Rujukan

6.

Indikasi Rawat Inap

7.

Pengobatan

Diet
Latihan jasmani
Kalau gagal bisa ditambah dengan penghambat
alfa glukosidase (alfa- glukosidase inhibitor).

8.

Penyulit

Obes
Retinopati
Neuropati
Diabetes mellitus

10. Tenaga Standart

Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan

12. Masa Pemulihan

13. Hasil

Kadar glukosa terkendali.

14. P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

Tuberkulosis Paru

Adalah penyakit infeksi kronis disebabkan oleh


Mikobakterium tuberkulosis yang ditandai dengan
pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
pada jaringan.

9.

Informed Consent

TUBERKULOSiS PARU
1.
2.

Nama Penyakit
Definisi

107

3.

Kriteria Diagnosis

nafas/sakit dada.

4.

Diagnosa Banding

Klinis: Gejala bervariasi dari tidak ada keluhan sama


sekali sampai keluhan yang sangat mencotak.
Timbulnya gejala secara perlahan-lahan.
Gejala sistemik: Bisa berupa demam, malaise, badan
terasa tidak enak, pegal-pegal, nafsu makan
berkurang, badan makin kurus, sakit kepala, mudah
capek, pada wanita dapat terjadi gangguan siklus
haid.
Gejala respiratorik: Berupa batuk, batuk darah, sesak
Fisis: Pada permulaan penyakit umumnya tidak
banyak membantu. Pada tahap ini bisa ditemukan
ronki basah halus yang umumnya dipuncak paru. Pada
stadium lanjut macamnya proses bervariasi dari
infiltrasi sampai fibrosis, kadang ada kavitas. Foto
dada sesuai dengan pemeriksaan fisis. Ditemukannya
kuman BTA baik secara hapusan dahak maupun kultur.

Semua penyakit paru menahun atau subakut.

5.
Pemeriksaan Penunjang :
Auramin.
6.

Konsultasi

Perawatan Rumah Sakit :

8.

Terapi

12 18 bulan.
Etambutol/Pirazinamid.
atau Pirazinamid.

Kultur pada medium Lowenstein-Jensen.


Biopsi.

7.

- Pewamaan Ziehl-Neelsen atau pewamaan

Perdarahan masif,infeksi sekunder, gagal nafas.

Pada terapi kasus baru harus dipertimbangkan


pemberian obat-obatan yang bersifat bakterisid,
sterilisator dan dapat mencegah terjadinya
rensistensi. Terapi jangka pendek dengan memakai
Rifampisin.
Fase permulaan: INH 400 mg, Rifampisin 450 sampai
600 mg (tergantung berat badan kurang atau lebih
dari 50 kg) ditambah dengan salah satu obat dibawah
ini yaitu:
Pirazinamid 25 35 mg/kg BB yang diberikan setiap
hari selama 2 bulan.
Fase lanjutan: INH 700 mg + Rifampisin 600-900 mg
seminggu 2 kali sampai total 6-9 bulan atau INH 400
mg + Rifampism 450-600 mg tiap hari. Pada populasi
dengan tingkat resistensr awal tinggi, untuk ini
dipertimbangkan untuk memberikan obat ke 4 pada
fase awal, yaitu Etambutol atau Streptomisin.
2 EHRZ/4 HR
2 SHRZ/4HR
Terapi jangka panjang, yaitu tanpa Rifampisin lamanya
Obat inti:
INH + Streptomisin, mulanya ditambah
INH + Etambutol, mulanya ditambah Streptomisin

108

Pengobatan dengan INH harus disertai dengan Vitamin


B6.
9.

lnfeksi sekunder, efusi pleura, tuberkulosis organ lain.

10. lnformed Concent

11. Lama Perawatan

Tergantung penyutit.

12. Masa Pemulihan

13. Output

Baik, selama patuh dalam pengobatan.

14. P. A.

15. Otopsi/Risatah Rapat

TUMOR GANAS TIROID


1.
KARSINOMA TIROID
2.
KARSINOMA TIROID
3.
KARSINOMA TIROID
4.
UNDIFFERENTIATED

PAPILER
FOLIKULER
MEDULER
CARCINOMA.

1.

Narna Penyakit

Tumor Ganas Tiroid


1. KARSINOMA TtROID PAPILER
2. KARSINOMA TtRO1D FOLIKULER
3. KARSINOMA TIROID MEDULER
4. UNDIFFERENTIATED CARCINOMA.

2.

Kriteria Diagnosis

Sel tumor tiroid ganas.

3.

Diagnosa Banding

4.

Pemeriksaan Penunjang :
Rujukan
: -

5.

Penyulit

Adenom.a tiroid
Struma nontoksik.
Tiroiditis.
- T3, T4 dan TSH.
Kultur aspirat.
Biopsi aspirasi jarum halus.
Spesialis Onkologi
Spesialis Radiologi
Spesialis Patologi

6.

lndikasi Rawat lnap

Keganasan.

7.

Pengobatan

8.

Penyulit

Metastase.

9.

lnformed Concent

10.

Tenaga Standart

Spesialis Penyakit Dalam

Hormon tiroid supresi.


Sitostatika.
Radiasi.

109

11.

Lama Rawatan

Tidak tertentu

12. Masa Pemulihan

Tidak tertentu

13. Hasil

Jelek.

14. P. A.

Memilih jenis sel ganas.

15. Otopsi/Risalah Rapat

Tumor Mediastinum

Tumor yang terdapat dalam rongga mediastinum dan


berasal dari salah satu organ mediastinum.

Klinis:
Tumornya sendiri umumnya tidak memberikan gejala,
kecuali timoma bisa memberikan gejala miastenia
gravis.
Gejala yang diberikan berupa batuk, sesak, parau,
disfagi, sindroma vena kava superior, gangguan
hemodinamik adalah gejala akibat penekanan organ
sekitar.
Foto dada, adanya bayangan bulatllonjong di daerah
mediastinum atau pelebaran bayangan mediastinum
mempunyai batas yang tegas, tanpa disertai kelainan
yang berhubungan pada parenkim paru.
Laboratorium:
Tidak ada yang khas atau menunjang.

Atas dasar Iokasi tumor yang mempunyai predileksi


dibagian tertentu mediastinum.
Mediastinum anterior:
Timoma, Teratoma, Tiroid intratorakal, kistaperikardial.
Mediastinum medial:
Limfoma, kista Bronkogenik.
Mediastinum posterior:
Tumor neurogenik.

TUMOR MEDIASTINUM
1.
2.
3.

Nama Penyakit
Definisi
Kriteria Diagnosis

4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang : Computerized Tomography Scan (CT Scan), untuk


menentukan Iokasi tumor dan bagaimana
hubungannya dengan organ sekitarnya.
Mediastinoskopi,berguna untuk menentukan diagnosa
pasti tipe tumor mediastinum dan juga pertimbangan
operabilitas.

6.

Konsultasi

7.

Perawatan Rumah Sakit

8.
Terapi
dan sitostatika.

Onkologis
:

Untuk keperluan operasi

Operasi sedini mungkin, kecuali pada limfoma radiasi

110

9.

Penyulit

superior.

lnformed Concent

organ sekitarnya dan menjadi ganas.


trakes dan bronkus: batuk, sesak.
n. laringeus reccurens: parau.
esophagus: disfagi.
V. Cava superior: sindroma V. Cava

Penekanan jantung dan pembuluh darah: gangguan

hemodinamik.
10.

Penekanan
Penekanan
Penekanan
Penekanan
Penekanan

Diperlukan bila akan melakukan tindakan invasif baik


dalam rangka diagnosis maupun terapi.

11. Lama Perawatan

12. Masa Pemulihan

13. Output
14. P. A.

:
:

15. Otopsi/Risalah Rapat

TUMOR PARU METASTASIS


1.

Nama Penyakit

Tumor Paru Metastasis

2.

Definisi

Tumor soliter atau multipel diparu dimana dari organ


lain yang mana bisa berasal dari organ kepalalleher,
kolon, testis, ginjal, tulang hati, prostat dan lain-lain.

3.

Kriteria Diagnosis

Tegakkan adanya tumor ganas primer.


Dibuktikan kelainan paru ganas.
Cara:
Sama dengan yang dilakukan Tumor bronkus. Kelainan
PA diparu sama dengan kelainan PA tumor primemya.
Foto dada:
Bisa didapatkan beberapa bentuk yaitu tipe milier,
limfangitis, softball, noduler, sub pleural, pneumoni
dan peribronkial.
Laboratorium:
Tidak ada yang khas, kelainan laboratorium

Semua kelainan paru multinoduler.

tergantung tumor primer.


4.

Diagnosa Banding

5.

Pemeriksaan Penunjang

6.

Konsultasi

Onkologis

7.

Perawatan Rumah Sakit

8.

Terapi

Palliatif.
Hormonal untuk tumor primer tertentu (buah dada,

prostat).

Segera

111

Reseksi tumor primer (ginjal, chorio karcinoma).


9.

Penyulit

10. lnformed Consent


dan terapi.

Untuk tindakan invasif baik dalam rangka diagnosis

11. Lama Perawatan

12. Masa Pemulihan

13. Output

14.

Untuk menegakkan tumor ganas primer atau paru.

P. A.

15. Otopsi/Risalah Rapat

MENINGITIS TUBERKULOSA
1. Nama Penyakit

Meningitis Tuberkulosa

2. Definisi

Suatu keadaan inflamasi meningens akibat invasi basil


Mikobakterium
tuberkulasis.

3.

Kriteria Diagnosa

4.

Diagnosa Banding

Manifestasi klinis: sakit kepala, gangguan kesadaran,


kaku kuduk, ada riwayat tuberkulosis di tempat lain,
umumnya di paru, tanda-tanda rangsangan
meningeal.
A. Meningitis virus
B. Meningitis Bakterial.
C. Abses Otak
D. Tuberkuloma

5. Pemeriksaan penunjang :

Darah tengkap
Pemeriksaan BTA ditempat lain
Foto Toraks
CT Scan kepala
MRI

6.

Spesialis Penyakit Dalam


Spesialis Penyakit Syaraf

Konsultasi

7. Perawatan Rumah sakit :

Harus

8.

Streptomisin + Etambutol + Pirazinaimd + Rifampisin


+ INH + Vitamin + B6 dosis dengan TBC paru.
Lama pemberian obat diatas minimal 12 bulan.
Kortikisteroid: sama dengan meningitis purulenta .

9. Penyulit

Sekuele neurolokik

10. lnformed Concent

Perlu

Terapi kausal

112

11. Lama Perawatan

Bergantung perkembangan klinis.

12. Masa Pemulihan

Bergantung sekuele.

13. Output

Sebagai sembuh dengan sekuele

14. P. A.

Tidak perlu

15. Otopsi/Risalah rapat

113

Anda mungkin juga menyukai