ICD X : A 35
DEFINISI
Penyakit sistem saraf yang perlangsungannya akut dengan karakteristik spasme tonik
persisten dan eksaserbasi singkat.
KRITERIA DIAGNOSIS
Hipertoni dan spasme otot
o Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, opistotonus, dinding
perut tegang, anggota gerak spastik.
o Lain-lain: Kesukaran menelan, asfiksia dan sianosis, nyeri pada otot-otot
di sekitar luka.
Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu
Umumnya ada luka/riwayat luka
Retensi urine dan hiperpireksia
Tetanus lokal
Pemeriksaan Penunjang
Bila memungkinkan, periksa bakteriologik untuk menemukan C. Tetani.
EKG bila ada tanda-tanda gangguan jantung.
Foto toraks bila ada tanda-tanda komplikasi paru-paru.
DIAGNOSIS BANDING
Kejang karena hipokalsemia
Reaksi distonia
Rabies
Meningitis
Abses retrofaringeal, abses gigi, subluksasi mandibula
Sindrom hiperventilasi/reaksi histeri
Epilepsi/kejang tonik klonik umu
TATALAKSANA
IVFD dekstrose 5% : RL = 1 : 1 / 6 jam
Kausal :
o Antitoksin tetanus:
a. Serum antitetanus (ATS) diberikan dengan dosis 20.000 IU/hari/i.m.
selama 3-5 hari. TES KULIT SEBELUMNYA. ATAU
b. Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG). Dosis 500-3.000 IU/i.m.
tergantung beratnya penyakit. Diberikan SINGLE DOSE.
o Antibiotik :
a. Metronidazole 500 mg/8 jam drips i.v.
b. Ampisilin dengn dosis 1 gr/8 jam i.v. (TES KULIT SEBELUMNYA).
Bila alergi terhadap Penisilin dapat diberikan:
Eritromisin 500 mg/6 jam/oral. ATAU
Tetrasiklin 500 mg/6 jam/oral.
o Penanganan luka :
Dilakukan cross incision dan irigasi menggunakan H2O2.
PENYULIT
Asfiksia akibat depresi pernapasan, spasme jalan napas
Pneumonia aspirasi
Kardiomiopati
Fraktur kompresi
KONSULTASI
Dokter gigi
Dokter ahli bedah
Dokter ahli kebidanan dan kandungan
Dokter ahli THT
Dokter ahli anestesi
JENIS PELAYANAN
Rawat segera, bila diperlukan, rawat di ICU
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum/residen, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
2 minggu-1 bulan
PROGNOSIS/LUARAN
Angka kematian tinggi bila :
o Usia tua
o Masa inkubasi singkat
o Onset periode yang singkat
o Demam tinggi
o Spasme yang tidak cepat diatasi
Sebelum KRS : Tetanus Toksoid (TT1) 0,5 ml i.m.
TT2 dan TT3 : diberikan masing-masing dengan interval waktu 4-6 minggu.
TENAGA : Dokter spesialis saraf/ konsultan
Kriteria Diagnosis
Klinis:
Migren tanpa aura (G43.0):
a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan nyeri kepala berulang dengan
manifestasi serangan berlangsung 4-72 jam, yang mempunyai sedikitnya 2
karakteristik berikut: unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat,
bertambah berat dengan aktivitas fisik.
b. Selama nyeri kepala disertai salah satu berikut: nausea dan atau muntah,
fotofobia dan fonofobia.
c. Serangan nyeri kepala tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: TT gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi toksik,
gangguan metabolik/ elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. SOL (space-occupying lesion) misal: subdural hematom, neoplasma, dll.
3. Temporal arteritis.
4. Medication-related headache.
5. Trigeminal neuralgia.
TATALAKSANA
Status Migren
Jika obat bebas gagal/tidak jika obat anti migren gagal/ Jika
berhasil muntah sehingga dehidrasi
PENYULIT
Adanya penyakit penyerta misalnya stroke, infark miokard, epilepsi dan ansietas,
penderita hamil (efek teratogenik).
KONSULTASI
JENIS PELAYANAN
TENAGA
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis ( lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta dan respon
terhadap pengobatan.
TENSION-TYPE HEADACHE (TTH) (4A)
ICD : G44.2
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
a. Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan nyeri kepala.
b. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
c. Sedikitnya memiliki 2 karakteritik nyeri kepala berikut :
1. Lokasi bilateral.
2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
3. Intensitas ringan atau sedang.
4. Tidak diperberat oleh aktivitas seperti berjalan atau naik tangga.
d. Tidak dijumpai :
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia).
2. Lebih dari keluhan : fotofobia atau fonofobia.
e. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
Laboratorium : darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, dll (atas indikasi untuk
menyingkirkan penyebab sekunder)
Radiologi : atas indikasi (untuk menyingkirkan penyebab sekunder)
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri Kepala Kelompok Studi Nyeri
Kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari IHS (International Headached
Society).
Patologi Anatomi : -
DIAGNOSA BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: TT gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi toksik,
gangguan metabolik/ elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Nyeri kepala servikogenik.
3. Psikosomatis.
TATALAKSANA
Medikamentosa :
1. Analgetik : aspirin, asetaminofen, NSAIDs.
2. Caffein 65 mg (analgetik ajuvan).
3. Kombinasi : 325 mg aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein.
4. Antidepressan : amitriptilin.
5. Antiansietas : gol. Benzodiazepin, butalbutal.
Terapi Non-farmakologis:
a. Kontrol diet.
b. Hindari faktor pencetus.
c. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin.
d. Behaviour treatment.
Terapi fisik.
PENYULIT
KONSULTASI
JENIS PELAYANAN
TENAGA
LAMA PERAWATAN
PROGNOSIS
Baik.
VERTIGO (4A)
Definisi
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atas rasa gerak dari tubuh atau lingkungan
sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang
disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau
penyakit.
Klasifikasi:
Vestibulogenik:
a. Primer: motion sickness, benign positional paroxysmal vertigo, Meniere
disease, neuronitisvestibuler, drug-induced
b. Sekunder: migren vertebrobasiler, insufisiensi vertebrobasiler, neuroma
akustik.
Nonvestibuler: Gangguan serebellar, hiperventilasu, psikogenik, dll.
KRITERIA DIAGNOSIS
Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektif (symptoms) dan
objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh.
Gejala subjektif
Pusing, rasa kepala ringan
Rasa terapung, terayun
Mual
Gejala objektif
Keringat dingin
Pucat
Muntah
Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan
Nistagmus
Gejala tersebut di atas dapat diperhebat/diprovokasi perubahan posisi
kepala.
Dapat disertai gejala berikut:
Kelainan THT
Kelainan Mata
Kelainan Saraf
Kelainan Kardiovaskular
Kelainan Penyakit Dalam lainnya
Kelainan Psikis
Konsumsi obat-obat ototoksik
A. Anamnesis
Bentuk vertigo: melayang, goyang berputar, dsb.
Keadaan yang memprovokasi: perubahan posis kepala dan tubuh,
keletihan, ketegangan.
Profil waktu: Akut, paroksismal, kronik.
Adanya gangguan pendengaran yang menyertai.
Penggunaan obat-obatan misalnya streptomisin, kanamisin, salisilat.
Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi,
hipotensi, penyakit paru.
Adanya nyeri kepala.
Adanya kelemahan anggota gerak.
B. Pemeriksaan fisik
Umum: Keadaan umum, anemia, tekanan darah berbaring dan tegak, nadi,
jantung, paru, abdomen.
Pemeriksaan neurologis umum:
Kesadaran
Saraf-saraf otak: visus, kampus, okulomotor, sensori di muka, otot
wajah, pendengaran, dan menelan.
C. Fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas) dam fungsi sensorik (hipestesi,
parestesi)
Pemeriksaan khusus oto-neurologis untuk menentukan lesi sentral dan perifer.
Fungsi vestibuler/serebelar
1. Tes Nylen Barany atau Dix Hallpike
2. Tes kalori
3. Tes Romberg, tandem gait, past pointing test, tes Fukuda dll.
Fungsi pendengaran
1. Tes Garputala
2. Audiometri
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: darah rutin, kimia darah, urin, dan
pemeriksaaan lain sesuai indikasi.
Pemeriksaan Radiologi: Foto tulang tengkorak leher, Stensvers (pada
neurinoma akustik).
Pemeriksaan neurofisiologi: elektroensefalografi (EEG),
elektromiografi (EMG).
Pemeriksaan Neuro-imaging: CT-scan kepala, pneumoensefalografi,
Transcranial Doppler.
TATALAKSANA
Terapi kausal: sesuai dengan penyebab
Terapi simptomatik:
Pengobatan simptomatik vertigo:
Ca-entry blocker (mengurangi aktivitas eksitatori SSP dengan
menekan pelepasan glutamate, menekan aktivitas NMDA spesial
channel, bekerja langsung sebagai depressor labirin): Flunarisin
(Sibelium) 3x 5-10 mg/hr
Antihistamin (efek antikolinergik dan merangsang inhibitory-
monoaminergik dengan akibat inhibisi n.vestibularis): Cinnarizine
3x25 mg/hr, Dimenhidrinat (Dramamine) 3x50 mg/hr.
Histaminik(inhibisi neuron polisinaptik pada n. verstibularis lateralis):
Betahistine (Merislon) 3x8 mg
Fenotiazine (pada kemoreseptortrigger zone dan pusat muntah di
medulla oblongata): Chlorpromazine (largaktil): 3x25 mg/hr
Benzodiazepine (Diazepam menurunkan resting activity neuron pada
n. vestibularis) 3x2-5 mg/hr
Antiepileptik: Carbamazepine (Tegretol) 3x200 mg/hr, Fenotoin
(Dilantin) 3x100 mg (bila ada tanda kelainan epilepsy dan kelainan
EEG)
Campuran obat-obat di atas
Pengobatan simptomatik otonom (mis.muntah):
Metoclopramide (Primperan, Raclonid) 3x10 mg/hr
Terapi rehabilitasi
Latihan visual-vestibular, Metode Brandt-Daroff, Gait exercise.
PENYULIT
Dehidrasi
Gangguan elektrolit
KONSULTASI
THT dan unit pelayanan lain yang terkait sesuai indikasi.
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Rawat inap, terutama bila disertai muntah hebat
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 1 minggu
PROGNOSIS
Tergantung penyebab
Hasil:
Orang normal dengan maneuver tersebut tidak timbul vertigo atau nistagmus.
HIPERSOMNIA
INSUFFICIENT SLEEP ( Sleep Restriction/Deprivation )
KRITERIA DIAGNOSIS
A. Klinis :
1. Adanya pembatasan jumlah waktu tidur dalam sehari kurang dari 7 jam (6
jam atau kurang).
2. Mengantuk di siang harinya disertai perubahan mood dan psikomotor.
B. Laboratorium :
Tidak diperlukan
C. Radiologis :
Tidak diperlukan
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Hipersomnia sebab lain
TATA LAKSANA
A. Non Medikamentosa:
Meningkatkan waktu tidur total sampai 8 jam atau lebih.
Kadang kadang dibutuhkan perubahan pola hidup dan pekerjaan.
B. Medikamentosa:
Cara non medikamentosa biasanya berhasil, tetapi bila diperlukan obat
stimulant jangka pendek (Methylphenidate, Ritalin 5 20 mg pagi dan atau
siang hari)
PENYULIT
- Pembatas tidur parsial ( 4 6 jam per-malam), jangka pendek (kurang dari 2
minggu) menyebabkan perubahan mood dan psikomotor serta perubahan
endoktrin seperti peningkatan kadar kortisol dan resistensi insulin yang
ringan.
- Pembatasan tidur parsial yang kronis menyebabkan peningkatan angka
kematian karena penyakit jantung dan kematian pada umumnya.
KONSULTASI
Bagian Saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Biasanya berlangsung jangka pendek, jarang kronis
PROGNOSIS
Baik bila diobati dengan benar
EPILEPSI (3A)
ICD G40
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis:
Suatu keadaan neurologik yang ditandai oleh bangkitan epilepsi yang berulang, yang
timbul tanpa provokasi. Sedangkan bangkitan epilepsi sendiri adalah suatu
manifestasi klinik yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang abnormal,
berlebih dan sinkron, dari neuron yang (terutama) terletak pada korteks serebri.
Aktivitas paroksismal abnormal ini umumnya timbul intermiten dan self-limited.
Sindroma Epilepsi adalah penyakit epilepsi yang ditandai oleh sekumpulan gejala
yang timbul bersamaan (termasuk tipe bangkitan, etiologi, anatomi, faktor presipitan
usia saat awitan, beratnya penyakit, siklus harian dan prognosa).
Laboratorium/Pemeriksaan Penunjang:
1. EEG
2. Laboratorium: (atas indikasi)
A. Untuk penapisan dini metabolik
Perlu selalu diperiksa:
1. Kadar glukosa darah
2. Pemeriksaan elektrolit termasuk kalsium dan magnesium
Atas indikasi
1. Asam amino
2. Asam organik
3. NH3
4. Enzim lysosomal
5. Serum laktat
6. Serum piruvat
B. Pada kecurigaan indeksi SSP akut
Lumbal Pungsi
Radiologi
Gold standard
1. EEG iktal dengan subdural atau depth EEG
2. Long term video EEG monitoring
Patologi Anatomi
Hanya khas pada keadaan tertentu seperti hypocampal sclerosis dan mesial temporal
sclerosis.
DIAGNOSIS BANDING
1. Bangkitan Psychogenik
2. Gerak Involunter (tics, headnodding, paroxysmal choreoathethosis/dystonia,
bnign sleep myoclonus, paroxysmal torticolis, startle response, jitterness, dll)
3. Hilangnya tonus atau kesadaran (sinkop, drop attacks, TIA, TGA, narkolepsi,
attention deficit)
4. Gangguan respirasi (apnea, breath holding, hiperventilasi)
5. Gangguan perilaku (night terrors, sleepwalking, nightmares, confusion, sindroma
psikotik akut)
6. Gangguan persepsi (vertigo, nyeri kepala, nyeri abdomen)
7. Keadaan episodik dari penyakit tertentu (tetralogy speels, hydrocephalic spells,
cardiac arrhythmia, hipoglikemi, hipokalsemi, periodic paralysis, migren, dll)
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Pemilohan obat anti epilepsi (OAE) sangat tergantung pada bentuk bangkitan dan
sindroma epilepsi, selain itu juga perlu dipikirkan kemudahan pemakaiannya.
Penggunaan terapi tunggal dan dosis tunggal menjadi pilihan utama. Kepatuhan
pasien juga ditentukan oleh harga dan efek samping OAE yang timbul
Antikovulsan Utama
1. Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
2. Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
3. Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari
4. Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari
Penghentian OAE: dilakukan secara bertahap setelah 2-5 tahun pasien bebas kejang,
tergantung dari bentuk bangkitan dan sindroma epilepsi yang diderita pasien (Dam,
1997).penghentian OAE dilakukan secara perlahan dalam beberapa bulan.
Adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit atau dua atau lebih bangkitan,
diman diantara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan kesadaran. Penanganan kejang
harus dimulai dalam 10 menit setelah awitan suatu kejang.
Stadium Penatalaksanaan
Stadium IV (30-90 menit) Bila kejang tetap tidak teratasi selama 30-60 menit,
transfer pasien ke icu, beri propofol (2mg/kgBB
bolus iv, diulang bila perlu) atau thiopentone (100-
250 mg bolus iv pemberian dalam 20 menit,
dilanjutkan dengan bolus 50 mg setiap 2-3 menit_,
dilanjutkan sampai 12-24 jam setelah bangkitan
klinis atau bangkitan EEG terakhir, lalu tapering off.
Memonitor bangkitan dan EEG, tekanan
intrakranial, memulai pemberian OAE dosis
maintenance
Tindakan:
1. Operasi
Indikasi operasi:
a. Fokal epilepsi yang intraktabel terhadap obat-obatan
b. Sindroma epilepsi fokal dan simptomatik
Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut
a. Penyakit neurologik yang progresif (baik metabolik maupun degeneratif)
b. Sindroma epilepsi yang benigna, dimana diharapkan terjadi remisi dikemudian
hari
Jenis-jenis operasi:
a. Operasi reseksi: pada mesial temporal lobe, neokortikal
b. Diskoneksi: korpus kalosotomi, multiple supial transection
c. Hemispherektomi
PENYULIT
Prognosis pengobatan pada kasus baru pada umunya baik, pada 70-80% kasus
bangkitan kejang akan berhenti dalam beberapa tahun pertama. Stetelah bangkitan
epilepsi berhenti, kemungkinan rekurensinya rendah, dan pasien dapat menghentikan
OAE.
Prognosis epilepsi akan menjadi lebih buruk bila terdapat hal-hal sebagai berikut:
a. Terdapat lesi struktural otak
b. Bangkitan epilepsi parsial
c. Sindroma epilepsi berat
d. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
e. Frekuensi bangkitan tonik klonik yang tinggi sebelum dimulainya pengobatan
f. Terdapat kelainan neurologis maupun psikiatris
KONSULTASI
Konsultasi : (atas indikasi)
1. Bagian Psikiatri
2. Bagian Interna
3. Bagian Anak
4. Bagian Bedah Saraf
5. Bagian Anestesi (bila pasien masuk ICU)
JENIS PELAYANAN
1. Rawat jalan
2. Rawat inap
Indikasi rawat inap:
1. Status epileptikus
2. Bangkitan berulang
3. Kasus bangkitan pertama
4. Epilepsi intraktabel
TENAGA
1. Spesialis Saraf
2. Epileptologist
3. Electro Encephalographer
4. Psychologist
5. Teknisis EEG
LAMA PERAWATAN
1. Pada kasus bukan status epileptikus : pasien dirawat sampai diagnosis dapat
ditegakkan
2. Pada status epileptikus: pasien dirawat sampai kejang dapat diatasi dan pasien
kembali ke keadaan sebelum status
STROKE
Definisi :
Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis
(defisit neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih
dari 24 jam atau menyebabkan kematian, yang semata-mata disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah (stroke iskemik)
atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke perdarahan).
Pembagian Stroke
1. Etiologi :
1.1. Infark : aterombotik, kardioembolik, lakunar
1.2. Perdarahan : Perdarahan Intra Serebral, Perdarahan Subarachnoid,
Perdarahan Intrakranial et causa AVM
2. Lokasi :
2.1. Sistem Karotis
2.2. Sistem Vertebrobasiler
Dasar Diagnosis :
1. Anamnesa dari pasien, keluarga atau pembawa pasien
2. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum, kesadaran (Glasgow Coma Scale/kwantitas/kwalitas), tanda
vital,
status generalis, status neurologis.
3. Alat Bantu Scoring (skala) :
Siriraj Stroke Score (SSS), Algoritme Stroke Gajah Mada (ASGM).
4. Pemeriksaan Penunjang :
Pungsi lumbal (bila neuroimajing tidak tersedia).
Neuroimejing : CT Scan, MRI, MRA, Angiografi, DSA.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Anamnesis :
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/istirahat, kesadaran
baik/terganggu, nyeri kepala/tidak, muntah/tidak, riwayat hipertensi (faktor risiko
strok lainnya), lamanya (onset), serangan pertama/ulang.
Pemeriksaan Fisik (Neurologis dan Umum) :
Ada defisit neurologis, hipertensi/hipotensi/normotensi.
Pemeriksaan Penunjang
Tergantung gejala dan tanda, usia, kondisi pre dan paska stroke, resiko pemeriksaan,
biaya, kenyamanan pemeriksaan penunjang.
Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL), Gula Darah Sewaktu (GDS),
Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin dan Asam Urat), Fungsi Hati (SGOT dan SGPT),
Protein darah (Albumin, Globulin), Hemostasis, Profil Lipid (Kolesterol, Trigliserida,
HDL, LDL), Homosistein, Analisa Gas Darah dan Elektrolit. Jika perlu pemeriksaan
cairan serebrospinal.
Radiologis
Pemeriksaan Rontgen dada untuk melihat ada tidaknya infeksi paru maupun
kelainan jantung
Brain CT Scan tanpa kontras (Golden Standard)
MRI Kepala
EKG
Echocardiography ( TTE dan atau TEE)
Carotid Doppler (USG Carotis)
Transcranial Doppler (TCD)
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN / TERAPI
Penatalaksanaan Umum
1. Umum :
Ditujukan terhadap fungsi vital: paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan
eletrolit dan cairan, gizi, higiene.
2. Khusus :
Pencegahan dan pengobatan komplikasi
Rehabilitasi
Pencegahan Stroke : tindakan promotif, primer dan sekunder.
Penatalaksanaan Khusus
1. Stroke iskemik / infark :
- Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidin, klopidogrel, dipiridamol
- Trombotik : rt-PA (harus memenuhi kriteria inklusi)
- Antikoagulan : heparin, LMWH, heparinoid, (untuk stroke emboli)
(Guidelines stroke 2004)
2. Perdarahan subarachnoid :
- Antivasospasme : Nimodipin
- Neuroprotektan
3. Perdarahan Intraserebral :
Konservatif :
- Memperbaiki faal hemostasis (bila ada gangguan faal hemostasis)
- Mencegah/mengatasi vasospasme otak akibat perdarahan : Nimodipine
- Neuroprotektan
Operatif :
Dilakukan pada kasus yang indikatif /memungkinkan :
- Volume perdarahan lebih dari 30 cc atau diameter > 3cm pada fossa posterior
- Letak lobar dan kortikal dengan tanda-tanda peninggian TIK akut dan
ancaman
herniasi otak
- Perdarahan serebellum
- Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebellum
- GCS >7
Terapi komplikasi :
- Antiedema : Larutan Manitol 20%
- Antibiotika, Antidepressan, Antikonvulsan, : atas indikasi
- Anti trombosis vena dalam dan emboli paru
Penatalaksanaan Faktor Risiko :
- Antihipertensi : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu (guidelines
stroke 2004)
- Antidiabetika : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu (guidelines
stroke 2004)
- Antidislipidemia : atas indikasi
Terapi Nonfarmaka
- Operatif
- Phlebotomi
- Neuroestorasi (dalam fase akut) dan Rehabili Medik
- Edukasi
Komplikasi / Penyulit :
Fase Akut :
- Neurologis:
Stroke susulan
Edema Otak
Infark Berdarah
Hidrosefalus
- Non Neurologis :
Hipertensif / hiperglikemia
Edema Paru
Gangguan Jantung
Infeksi
Gangguan Keseimbangan
Fase Lanjut :
- Neurologis : gangguan fungsi luhur
- Non neurologi :
Kontraktur
Dekubitus
Infeksi
Depresi
KONSULTASI
- Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Ginjal/Hipertensi, Endokrin),
Kardiologi bila ada kelainan organ terkait
- Dokter Spesialis Bedah Saraf untuk kasus hemorhagis yang perlu dioperasi
(aneurisma, SVM, evakuasi hematom)
- Gizi
- Rehabilitasi medik (setelah dilakukan prosedur Neurorestorasi dalam 3
bulan pertama pasca onset)
JENIS PELAYANAN
Rawat inap : Stroke Corner, Stroke Unit atau Neurologic High Care Unit
pada fase akut
Rawat jalan pasca fase akut
TENAGA STANDAR
Dokter Spesialis Saraf, Dokter umum, Perawat, Terapis
LAMA PERAWATAN
Stroke perdarahan : rata-rata 3-4 minggu (tergantung keadaan umum
penderita)
Stroke iskemik : 2 minggu bila tidak ada penyulit / penyakit lain
PROGNOSIS
Ad vitam
Tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul
Ad Functionam
Penilaian dengan parameter :
- Activity Daily Living (Barthel Index)
- NIH Stroke Scale (NIHSS)
Risiko kecacatan dan ketergantungan fisik / kognitif setelah 1 tahun : 20% - 30%
DEFINISI/ETIOLOGI
Patogenesis
Mikroorganisme (MO mencapai parenkim otak melalui) :
- Hematogen : dari suatu tempat infeksi yang jauh
- Perluasan di sekitar otak : sinusitis frontalis, otitis media
- Trauma tembus kepala/operasi otak
- Komplikasi dari kardiopulmoner, meningitis piogenik
- 20% kasus tak diketahui sumber infeksinya
Lokasi :
- Hematogen paling sering pada substansia alba dan grisea
- Perkontinutatum : daerah yang dekat dengan permukaan otak
Sifat :
- Dapat soliter atau multiple. Yang multiple sering pada jantung bawaan sianotik
karena ada shunt kanan ke kiri
Tahap-tahap :
- Awal : Reaksi radang yang difus pada jaringan otak (infiltrat leukosit, edema,
perlunakan dan kongesti) kadang disertai dengan bintik-bintik perdarahan
- Beberapa hari-minggu : Nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga
membentuk rongga abses. Astroglia, fibroblas, makrofag mengelilingi jaringan
yang nekrotik sehingga terbentuk abses yang tidak berbatas tegas
- Tahap lanjut : Fibrosis yang progresif sehingga terbentuk kapsul dengan
dinding yang konsentris
Stadium :
- Serebritis dini (hari I-III)
- Serebritis lanjut (hari IV-IX)
- Serebritis kapsul dini (hari X-XIII)
- Serebritis kapsul lanjut (hari > XIV hari)
KRITERIA DIAGNOSIS
Gambaran kliniknya tidak khas, kriteria terdapat tanda infeksi + TIK khas bila
terdapat trias : gejala infeksi + TIK + tanda neurologik fokal
Darah rutin : 50-60% didapati leukositosis 10.000-20.000/ cm2
70-95% LED meningkat
LP : bila tak ada kontraindikasi untuk kultur dan tes sensitifitas
Radiologi :
- Foto polos kepala biasanya normal
- CT Scan kepala tanpa kontras dan pakai kontras bila abses berdiameter
>10mm
- Angiografi
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin (leukosit, LED)
LP : bila tak ada kontraindikasi untuk kultur dan tes sensitifitas
Rontgen : foto polos kepala, CT Scan kepala tanpa kontras dan pakai kontras,
atau angiografi.
DIAGNOSIS BANDING
Space Occupying lesion lainnya (metastase tumor, glioblastoma)
Meningitis
TATALAKSANA
Prinsipnya menghilangkan fokus infeksi dan efek massa
Kausal :
- Ampisilin 2 gr/6 jam iv (200-400 mg/kgBB/hari selama 2 minggu)
- Kloramfenikol 1 gr/6 jam iv selama 2 minggu
- Metronidazole 500 mg/8 jam iv selama 2 minggu
- Anti edema : dexamethason / manitol
- Operasi bila tindakan konservatif gagal atau abses berdiameter 2 cm
PENYULIT
Herniasi
Hidrosefalus Obstruktif
Koma
KONSULTASI
Bedah Saraf
TEMPAT PELAYANAN
Perawatan di RS A atau B
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 6 minggu
PROGNOSIS
Sembuh, sembuh + cacat, atau meninggal
Prognosis : tergantung dari : umur penderita, lokasi abses dan sifat absesnya.
DEFINISI ETIOLOGI
Meningitis tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai selaput otak yang
disebabkan oleh kuman tuberkulosa
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Didahului oleh gejala prodormal berupa nyeri kepala, anoreksia, mual/muntah,
demam subfebris, disertai dengan perubahan tingkah laku dan penurunan kesadaran,
onset subakut, riwayat penderita TB atau adanya fokus infeksi sangat mendukung
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda rangsangan meningeal berupa kaku kuduk dan tanda lasegue dan
kernig
Kelumpuhan saraf otak dapat sering dijumpai
Pemeriksaan Penunjang
DIAGNOSIS BANDING
Meningoensefalitis karena virus
Meningitis bakterial yang pengobatannya tidak sempurna
Meningitis oleh karena infeksi jamur / parasit ( Cryptococcus neofarmans atau
Toxoplasma gondii), Sarkoid meningitis
Tekanan selaput yang difus oleh sel ganas, termasuk karsinoma, limfoma,
leukemia, glioma, melanoma, dan meduloblastoma
TATALAKSANA
Umum
Terapi kausal : Kombinasi Obat Anti Tuberkulosa (OAT)
o INH
o Pyrazinamida
o Rifampisin
o Etambutol
Kortikosteroid
PENYULIT / KOMPLIKASI
Hidrosefalus
Kelumpuhan saraf kranial
Iskemi dan infark pada otak dan mielum
Epilepsi
SIADH
Retardasi Mental
Atrofi nervus optikus
KONSULTASI
Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap
TENAGA STANDAR
Dokter spesialis saraf, dokter umum, perawat
LAMA PERAWATAN
Minimal 3 minggu, tergantung respon pengobatan
PROGNOSIS
DEFINISI/ETIOLOGI
Rabies adalah penyakit peradangan akut SSP oleh virus rabies, bermanifestasi sebagai
kelainan neurologi yang umumnya berakhir dengan kematian
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Penderita mempunyai riwayat tergigi tercakar atau kontak dengan anjing, kucing atau
binatang lainnya yang:
- Positif rabies (hasil pemeriksaan otak hewan tersangka)
- Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit (bukan dibunuh)
- Tak dapat diobservasi setelah mengigit (dibunuh, lari, dan sebagainya)
- Tersangka rabies (hewan berubah sifat, malas makan, dll)
Gambaran Klinik
- Stadium prodromal (2-10 hari)
Sakit dan rasa kesemutan di sekitar luka gigitan (tanda awal rabies), sakit
kepala, lemah, anoreksia, demam, rasa takut, cemas, agitasi
- Stadium kelainan neurologis (2-7 hari)
o Bentuk spastik: peka terhadap rangsangan ringan, kontraksi otot faring
dan esofagus, kejang, aerofobia, hidrofobia, kaku kuduk, delirium,
semikoma, meninggal setelah 3-5 hari
o Bentuk dimensia
o Kepekaan terhadap rangsangan bertambah, gila mendadak, dapat
melakukan tindakan kekerasan, koma, mati
o Bentuk paralitik (7-10 hari)
- Gejala tidak khas, penderita meninggal sebelum diagnosis tegak, terdapat
monoplegi atau paraplegi flaksis, gejala bulbar, kematian karena kelelahan
otot napas.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium: leucosis, hematokrit, Hb, Albumin urine, dan
leukosit urin, Likuor Serebrospinal bila perlu
- Pemeriksaan radiologik: Dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala untuk
menyingkirkan kausa lain
- Pemeriksaan penunjang lain: tidak ada
Menunjang diagnosis bila ditemukan:
- Darah
o Leukosit : 8.000 13.000/mm3
o Hematokrit : berkurang
o Hb : berkurang
- Urine
o Albuminuria
o Sedikit leukosit
- CSF: Protein dan sel normal atau sedikit meninggi
DIAGNOSIS BANDING
- Intoksikasi obat-obatan
- Ensefalitis
- Tetanus
- Histerikal pseudorabies
- Poliomyelitis
TERAPI
- Bila sudah timbul gejala prodromal prognosis infaust dalam 3 hari
- Terapi hanya bersifat simptomatik dan supportif (infus dextrose, antikejang)
- Vaksin antirabies/serum antirabies: tidak diperlukan
PENYULIT
Dehidrasi, gagal nafas
KONSULTASI
Anestesi
JENIS PELAYANAN
Perawatan RS diperlukan untuk menenangkan pasien
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Dirawat di kamar isolasi 1-10 hari (umumnya penderita meniggal dalam 1-2 hari
perawatan)
PROGNOSIS
Infaust/meninggal dunia
O,5 ml
deltoideus
kiri atau
kanan
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis:
Kelemahan ascenden dan simetris
Anggota gerak bawah terjadi lebih dulu dari anggota gerak atas. Kelemahan
otot proksimal lebih dulu terjadi dari otot distal kelemahan otot trunkal,
bulbar, dan otot pernafasan juga terjadi.
Kelemahan terjadi akut dan progresif bisa ringan sampai tetraplegia dan
gangguan nafas.
Puncak deficit dicapai 4 minggu.
Recovery biasanya dimulai 2-4 minggu
Gangguan sensorik biasanya ringan
Gangguan sensorik bisa parasthesi, baal atau sensasi sejenis
Gangguan N. cranialis bisa terjadi: facial drop, diplopia, disartria, disfagia
Banyak pasien mengeluh nyeri punggung dan tungkai
Gangguan otonom dari takikardia, bradikardia, flushing paroxysmal,
hipertensi ortostastik, dan anhidrosis.
Retensio urin dan ileus paralitik
Gangguan pernafasan:
Dyspnoe
Nafas pendek
Sulit menelan
Bicara serak
Gagal nafas
Pemeriksaan Fisik:
Kelemahan N. cranialis VII, VI, III, V, IX, X
Kelemahan ekstremitas bawah, ascenden, asimetris upper extremitas, facial
Reflex: absen atau hiporefleksi
Refleks patologis
Penunjang:
Laboratorium:
LCS:
Disosiasi sitoalbumin
Pada fase akut terjadi peningkatan protein LCS > 0,55 g/l, tanpa
peningkatan dari sel < 10 lymposit/mm3
Hitung jenis dan panel metabolik tidak begitu bernilai
Peningkatan titer dari agent seperti CMV, EBV/micoplasma membantu
penegakan etiologi. Untuk manfaat epidemiologi
Antibodi glycolipid
Antibodi GMI
Ro: CT/MRI untuk mengeksklusi diagnosis lain seperti mielopati
EMG
DIAGNOSIS BANDING
Polineuropati terutama karena defisiensi metabolik
Tetraparesis penyebab lain
Hipokalemia
Miasthenia gravis
TATALAKSANA
Tidak ada drug of choice
Waspadai memburuknya perjalanan klinis dan gangguan pernafasan
Bila ada gangguan pernafasan rawat ICU
Roborantia saraf parenteral
Perlu NGT bila kesulitan mengunyah/menelan
Kortikosteroid masih controversial, bila terjadi paralisis otot berat maka perlu
kortkosteroid dosis tinggi
Plasmafaresis beberapa pasien memberi manfaat yang besar terutama kasus
akut
Plasma 200-250 ml/kgBB dalam 4-6x pemberian sehingga waktu sehari
diganti cairan kombinasi garam +5% albumin
Imunoglobulin intravena (expert consensus): IVIG direkomendasikan untuk
terapi GBS 0,4 g/kgBB/tiap hari untuk 5 hari berturut-turut ternyata sama
efektifnya dengan penggantian plasma. Expert consensus merekomendasikan
IVIG sebagai pengobatan GBS
PENYULIT
Gangguan otot pernafasan respiratory failure
Konsultasi: IPD, anastesi, paru
Jenis pelayanan: Urgent & emergency
Lama perawatan: 2-4 minggu
MIASTENIA GRAVIS
ICD G 70.7
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis:
Kelemahan/kelumpuhan otot yang tidak berhubungan dengan kelemahan secara
umum.
2/3 pasien: Gangguan gerak bola mata, ptosis, diplopia
1/6 pasien: Kelemahan otot farings, kesulitan mengunyah, menelan, dan berbicara
10%:
- Kelemahan ekstremitas
- Kelemahan otot ringan pagi hari dan memberat jika siang, seiring aktivitas
- Kelemahan bersifat progresif
- Setelah 15-20 tahun kelumpuhan menetap
- Faktor yang memperparah gejala:
Emosi, infeksi viral, hypothyreodenasi, kehamilan, panas, obat transmisi
neuromuscular
- Pemeriksaan pita suara
Penunjang:
Laboratorium:
- Pemeriksaan edrophonium chloride (Tensilon)
- Antibodi terhadap acetylcholine receptor (AchR)
Penunjang:
1. Repetitive Nerve Stimulation
2. Simple filter EMG
Gold standard : -
Radiologis :-
DIAGNOSIS BANDING
- Histeria
- Multiple Sclerosis
- Symptomatic myasthenia
- Syndroma moebius
- Cholinergic crisis
TATALAKSANA
- Cholinesterase (CHE) inhibitor menurunkan hidrolisis enzim Ach, pada sinap
cholinergic ChE, kemungkinan menyembuhkan pasien miastenia gravis lebih
besar dari yang lain. Pyrido stigmunobromide (Mestinon) dan Neustigramin
Bromide (Prostigmin). Tidak ada penetapan dosis tertentu, kebutuhan CHE
inhibitor sangat bervariatif
- Thymectomy: Pasien MG dianjurkan thymectomy. Respon yang diharapkan
muncul 2-5 tahun post op. Thymectomy pada usia > 60 tahun jarang menunjukkan
kesembuhan
- Kortikosteroid: Prednison 1,5-2 mg/kgBB
PENYAKIT PARKINSON (ICD: G 20)
DEFINISI :
KRITERIA DIAGNOSIS :
A. KLINIS :
Umum :
- Gejala dimulai pada satu sisi (hemiparkinson).
- Tremor pada saat istirahat.
- Tidak dapat didapatkan gejala neurologis lain.
- Tidak dijumpai kelainan laboratorium dan radiologis.
- Perkembangan penyakit lambat.
- Respon terhadap levodopa cepat dan dramatis
- Refleks postural tidak dijumpai pada awal penyakit
Khusus :
- Tremor : laten, saat istirahat, bertahan saat istirahat.
- Rigiditas.
- Akinesia/ bradikinesia
o Kedipan mata berkurang
o Wajah seperti topeng
o Hipotonia
o Hipersalivasi
o Takikinesia
o Tulisan semakin kecil-kecil
o Cara berjalan langkah kecil-kecil
- Hilangnya refleks postural
- Gambaran motik lain :
o Distonia
o Rasa kaku
o Sulit memulai gerak
o Palilalia
Perjalanan klinis penyakit Parkinson dilihata berdasarkan tahapan menurut Hoehn dan
Yahr
1. Stadium I :
- Gejala dan tanda pada satu sisi
- Gejala ringan
- Gejala yang timbul mengganggu tapi tidak menimbulkan cacat
- Tremor pada satu anggota gerak
- Gejala awal dapat dikenali orang terdekat
2. Stadium II :
- Gejala bilateral
- Terjadi kecacatan minimal
- Sikap/ cara berjalan terganggu
3. Stadium III :
- Gerakan tubuh nyata lambat diri
- Gangguan keseimbangan saat berjalan/berdiri
- Disfungsi umum sedang
4. Stadium IV :
- Gejala lebih berat
- Keterbatasan jarak berjalan
- Rigiditas dan bradikinesia
- Tidak mampu mandiri
- Tremor berukarang
5. Stadium V :
- Stadium kakesia
- Kecacatan kompleks
- Tidak mampu berdiri dan berjalan
- Memerlukan perawatan tetap