Anda di halaman 1dari 164

Pulmonologi

PULMONOLOGI
d r. B u s t o n
• UKMPPD CBT terdiri dari 150 soal • Bedakan antara terapi yang tepat,
dalam 200 menit à 1 soal = 1 definitive, abortif, suportif, awal
menit dan pendukung
• Baca soal à Baca Kasus à Kata • Terapi awal : Tatalaksana
kunci à Informasi tambahan simtomatis / kegawat daruratan
• Pemeriksaan Objektif > Subjektif • Terapi definitive : Terapi yang
langsung ke etiologi
• Jika kesulitan à Eksklusi jawaban
• Terapi supportif: Terapi yang
à Memperbesar kemungkinan
membantu dalam terapi
untuk benar
utama.

2
o Anatomi Paru o Abses Paru (3B)
o Fisiologi Paru o Bronkiektasis (3B)
o Kapasitas dan Volume Paru
o Atelektasis (3A)
o Gangguan Ventilasi
o Kanker Paru (3A)
o Asma (4)
o Tumor Mediastinum (2)
o Penyakit Paru Obstruktif Kronis (3B)
o Pneumokoniosis (2)
o Tuberkulosis Paru (4, 3A)
o Flu Burung (3B)
o Pneumonia (4)
o Edema Paru (3B) o Severe Acute Respiratory Syndrome

o Emboli Paru (2) (SARS) (3B)

o Efusi Pleura (3A) o Keseimbangan Asam Basa

3
Pulmonologi

Anatomi Paru
5
Pulmonologi

Fisiologi Paru
Volume Cadangan Inspirasi (IRV)
Volume udara ekstra yang dapat
diinspirasi

Volume Tidal (VT)


Jumlah Volume inspirasi / ekspirasi

Volume Cadangan Ekspirasi (ERV)


Volume udara ekstra yang dapat
diekspirasi

Volume Residual (RV)


Volume udara setelah ekspirasi
maksimal

7
• Obstruksi à Gangguan Aliran Udara (Air Trapping) à
Peningkatan Volume Paru
• Contoh : ASMA, PPOK, Bronkiektasis, Fibrosis kistik

• Restriksi à Gangguan Pengembangan Paruà Penurunan


Volume Paru
• Contoh : Pneumokoniosis, Pneumonia, TB, Sarkoidosis

Hasil Spirometri FVC FEV1 FEV1/FVC%


Normal Normal (>80%) Normal (>80%) Normal (>0.7)
Obstruksi ↓/Normal ↓ ↓
Restriksi ↓ ↓/Normal Normal/↑
Campuran ↓ ↓ ↓

8
Normal Obstruksi Restriksi Campuran
FVC ≥80% ≥80% <80% <80%
FEV1 ≥80% <80% N/< <80%
FEV1/FVC >70% <70% >70% <70%
TLC 80-120% <80%

Menilai Reversibilitas
• Reversibel jika FEV1 Post bronkodilator >12%
• Tidak reversibel jika FEV1 Post bronkodilator <12%

9
Pulmonologi
4

Asma
4

Definisi
• Inflamasi kronis saluran napas yang berhubungan dengan hiperreaktivitas
bronkus terhadap allergen, bersifat reversible baik dengan atau tanpa
pengobatan
Fitur Utama Asma

GEJALA PERNAPASAN
Wheezing / mengi à Terutama saat ekspirasi LIMITASI ALIRAN UDARA /
paksa, Sesak napas, Dada tertekan, Batuk AIRFLOW LIMITATION
berdahak, Silent Chest à Status Asmatikus

DENGAN KARAKTERISTIK
• Memberat pada malam hari / cuaca dingin
• Respon terhadap pemberian bronkodilator

14
4

Patogenesis

15
4

Gejala Klinis
• Sesak napas
• Mengi
• Batuk berulang
• Dada terasa berat
• Gejala dicetuskan à infeksi, olahraga, pajanan allergen, perubahan
cuaca, zat iritan
Pemeriksaan Fisik
• Dapat terlihat tanda rinitis alergi atau dermatitis atopi
• Auskultasi à wheezing ekspiratorik

16
4

Pemeriksaan Penunjang

Spirometri
•Gold Standard àdilakukan saat stabil
•Obstruksi respiratori
•FEV1 ↓ (<80% Prediksi)
•FEV1/FVC <0.75
•Reversibilitas
•FEV meningkat >12% / 200cc pasca bronkodilator
•Menilai derajat asma
Spirometri
Peak Flow Meter (APE)
•Dapat dilakukan saat eksaserbasi
•Variabilitas >20%
•Pemantauan terapi

SpO2
APE
AGDA à Gagal Nafas / Asma Eksaserbasi berat Hasil spirometri

17
4

Derajat Serangan Asma


Beradasarkan Frekuensi

Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal Paru

• Gejala <1x/minggu VEP ≥80% nilai prediksi


Intermitten • Tanpa gejala diluar serangan ≤2x/bulan APE ≥80% nilai terbaik
• Eksaserbasi singkat Variabilitas APE<20%

VEP 1 ≥80% nilai prediksi


• Gejala >1x/minggu tetapi <1x/hari
Persisten ringan >2x/bulan APE ≥80% nilai terbaik,
• Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur
Variabilitas APE 20-30%

• Gejala setiap hari VEP 1 60-80% nilai prediksi


Persisten sedang • Serangan mengganggu aktivitas dan tidur >1x/minggu APE 60-80% terbaik
• Membutuhkan bronkodilator setiap hari Variabilitas APE > 30%

• Gejala terus menerus VEP 1 ≤ 60% nilai prediksi


Persisten berat • Sering kambuh Sering APE ≤ 60% nilai terbaik
• Aktivitas fisik terbatas Variabilitas APE > 30%
18
4

Derajat Serangan Asma


Beradasarkan Derajat Serangan
Tanda dan gejala RINGAN SEDANG BERAT MENGANCAM JIWA
Sesak napas Saat berjalan Saat berbicara Saat istirahat

Penggalan kalimat/
Cara berbicara Satu kalimat Kata demi kata Tidak berbicara
beberapa kata

Duduk membungkuk
Posisi Dapat tidur telentang Duduk Biasanya tertidur
(Tripod position)
Mengantuk, kesadaran
Kesadaran Semakin gelisah Gelisah Gelisah
menurun
Kelelahan otot; gerakan
Otot bantu napas Tidak ada Ada Ada torakoabdominal
paradoksal
Frekuensi napas < 20 x/menit 20 – 30 x/menit > 30 x/menit

Nadi < 100 x/menit 100 – 120 x/menit > 120 x/menit

Mengi/wheezing Akhir ekspirasi Akhir ekspirasi Inspirasi dan ekspirasi Silent Chest

APE > 80% 60 – 80% < 60%

19
4

Tatalaksana

PENILAIAN AWAL Apakah salah satu dari hal berikut ini ada?
A: AIRWAY B: BREATHING C: CIRCULATION Mengantuk, kebingungan, silent chest
OBSERVASI
TIDAK YA AWAL

Triase lebih lanjut dengan status klinis Konsul ke ICU, mulai SABA dan O2, dan
berdasarkan pada fitur terburuk siapkan pasien untuk intubasi

RINGAN atau SEDANG BERAT


• Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata
• Lebih suka duduk daripada berbaring • Duduk membungkuk
• Tidak gelisah • Gelisah OBSERVASI
• Frekuensi pernapasan meningkat • Frekuensi pernapasan > 30 x/ menit LANJUTAN
BERDASARKAN
• Otot aksesori tidak digunakan • Otot aksesori digunakan
• Denyut nadi 100-120 x/menit • Denyut nadi > 120 x/menit DERAJAT
• O2 saturasi ( udara kamar ) 90-95 % • O2 saturasi (udara kamar ) < 90 % EKSASERBASI
• PEF > 50 % prediksi atau terbaik • PEF ≤50 % prediksi atau terbaik

20
4

Tatalaksana

RINGAN atau SEDANG BERAT


• Beta 2 agonist kerja singkat (SABA) • Beta 2 agonist kerja singkat (SABA)
TERAPI SESUAI
• Pertimbangkan ipratropium bromide • Ipratropium bromide (SAMA)
• Atur O2 untuk mempertahankan saturasi DERAJAT
(SAMA) 93–95% (anak 94-98%) EKSASERBASI
• Atur O2 untuk mempertahankan • Kortikosteroid oral atau IV
saturasi 93–95% (anak 94-98%) • Pertimbangkan magnesium IV
• Kortikosteroid oral • Pertimbangkan ICS dosis tinggi
EVALUASI
Jika terus memburuk, obati dengan Konsul ICU mulai BERKALA
SABA dan O2, KEMAJUAN
kriteria berat dan nilai ulang untuk ke ICU Persiapan intubasi
PASIEN / JAM
NILAI KEMAJUAN KLINIS SECARA BERKALA UKUR FUNGSI PARU
pada semua pasien 1 jam sesudah pengobatan awal
PULANGKAN
FEV 1 atau PEF 60-80% (prediksi atau FEV1 atau PEF < 60% PASIEN /
terbaik) (prediksi atau terbaik) ULANG TERAPI
Atau kurangnya respon klinis / KONSUL ICU
dan ada perbaikan gejala SEDANG BERAT à Lanjutkan perawatan seperti di atas
à Pertimbangkan untuk dipulangkan dan lakukan penilaian ulang secara berkala

21
4

Tatalaksana
P. BERAT
P. SEDANG
P. RINGAN

INTERMITTEN

22
4

Derajat Kontrol Asma

Karakteristik Terkontrol total Terkontrol sebagian Tidak terkontrol

Gejala harian

Keterbatasan
aktivitas Terdapat 1-2 Terdapat 3-4
Terdapat 0 kriteria
kriteria setiap kriteria setiap
Asma malam hari setiap minggunya
minggunya minggunya
(nocturnal)

Kebutuhan obat
reliever

23
4

Obat-obat yang Sering Digunakan

Inhaler
Golongan Contoh obat
Short acting β2 agonist (SABA) Salbutamol (Albuterol), Terbutaline
Long acting β2 agonist (LABA) Salmeterol, Formoterol
Short acting muscarinic agonist (SAMA) Ipratropium bromide
Long acting muscarinic agonist (LAMA) Tiotropium bromide
Inhaled corticosteroid (ICS) Fluticasone, Budesonide
ICS + LABA, seperti:
Kombinasi • Salmeterol + Fluticasone
• Formoterol + Budesonide
Non-inhaler
Leukotriene receptor antagonist (LTRAs) Montelukast
Anti IgE Ab Omalizumab
Oral corticosteroid (OCS) Prednisolone, Methylprednisolone

24
Tatalaksana

25
Pulmonologi
3B

Penyakit Paru
Obstruktif Kronis
(PPOK)

26
3B

Definisi
• Penyakit dengan gejala keterbatasan aliran udara
persisten dan progresif oleh karena respon peradangan
kronik saluran napas dan/atau alveolar yang
disebabkan paparan signifikan terhadap partikel atau
gas berbahaya.
• PPOK tidak seperti asma, tidak reversibel sepenuhnya

Etiologi
• Asap Rokok
• Polusi udara
• Paparan asap pekerjaan
• Faktor genetik (defisiensi alfa 1-tripsin)
29
3B

Gejala Klinis
• Sesak
• Progresif
• Memberat dengan aktivitas • Persisten
• Batuk Kronik
• Dengan mengi berulang
• Batuk Berdahak
• Riwayat paparan
• Merokok / paparan asap rokok lama
• Partikel gas dari memasak dan bahan bakar
• Uap, asap, gas, dan senyawa kimia okupasional

30
3B

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi • Pursed lip breathing (mulut mencucu)
• Sianosis
• Barrel chest
• Sela iga melebar
• Penggunaan otot bantu pernafasan
• Clubbing finger
Palpasi Fremitus melemah
Perkusi Hipersonor, batas jantung mengecil
Auskultasi • Suara pernafasan vesikuler
• ekspirasi memanjang
• Ronki/wheezing

31
3B

Pemeriksaan Penunjang
• Spirometri à Gold Standard
• FEV1/FVC < 0.7 post-bronkodilator à menandakan adanya persistent airflow
limitation.

Pemeriksaan Spirometri untuk Diagnosis PPOK

32
3B

Pemeriksaan Penunjang
• FOTO THORAX
• Bronkitis kronik: corakan bronkovaskuler
bertambah
• Emfisema: hiperlusen & hiperinflasi
• Anterior CXR:
• diafragma turun dan mendatar (>iga
posterior ke-10),
• Jantung tampak menggantung →
jantung pendulum/tear drop
• Lateral CXR: ruang retrosternal melebar

33
3B

Klasifikasi Berdasarkan GOLD

Klasifikasi derajat keparahan hambatan aliran udara pada pasien PPOK (berdasarkan
hasil FEV1 paska pemberian bronkodilator)

Pada pasien dengan FEV1/FVC < 0.70:


GOLD 1: Mild FEV1 ≥80% predicted

GOLD 2: Moderate 50% ≤ FEV1 < 80% predicted

GOLD 3: Severe 30% ≤ FEV1 < 50% predicted

GOLD 4: Very Severe FEV1 < 30% predicted

34
3B

Penilaian Tingkat Keparahan


Berdasarkan Gejala Pasien

MODIFIED MRC DYSPNEA SCALE


Tandai kotak yang menunjukkan gejala yang Anda rasakan (Grades 0-4)

mMRC Grade 0. Sesak napas jika melakukan aktivitas intensitas berat q


mMRC Grade 1. Sesak napas jika melakukan aktivitas secara tergesa-gesa atau menaiki q
tangga
mMRC Grade 2. q
Berjalan lebih lambat dari orang seusia atau tidak mampu
mempertahankan kecepatan berjalan secara konstan

mMRC Grade 3. q
Sesak napas setelah berjalan 100 meter atau beberapa menit

mMRC Grade 4. Sesak napas ketika berganti pakaian atau berangkat meninggalkan q
rumah

35
3B

Tatalaksana PPOK Stabil

mMRC 0-1 mMRC ≥2

Grup C Grup D
>2 eksaserbasi sedang
atau LAMA/
≥1 eksaserbasi yang harus
dirawat di rumah sakit LAMA LAMA + LABA/
ICS + LABA

Grup A Grup B
0 atau 1 eksaserbasi sedang
dan
Tidak pernah dirawat di rumah SABA LABA/LAMA
sakit

36
3B

PPOK Eksaserbasi Akut

Gejala Klinis
• Bertambahnya sesak
• Meningkatnya jumlah sputum
• Terjadi perubahan karakteristik dan konsistensi sputum

Derajat Keparahan
• Ringan à ditatalaksana dengan hanya short acting bronchodilators /SABA)
• Sedang à ditalalaksana dengan SABA + antibiotik dan/atau kortikosteroid
oral
• Berat à pasien dirawat inap

37
3B

PPOK Eksaserbasi Akut

Tatalaksana
• Oksigen
• Pertahankan saturasi 88-92%
• Bronkodilator
• SABA ± SAMA
• Kortikosteroid Sistemik
• Oral prednisone 40mg/hari selama 5 hari
• Metilprednisolone 3x30mg IV
• Antibiotik
• Amoksisilin 3 x 500 mg PO selama 3-7 hari.
• Alternatif: Levofloxacin 1 x 750 mg
• Antioksidan
• Mukolitik
• Immunomodulator
38
3B

Obat-obat yang Sering Digunakan

Inhaler
Golongan Contoh obat
Short acting β2 agonist (SABA) Salbutamol (Albuterol), Terbutaline
Long acting β2 agonist (LABA) Salmeterol, Formoterol
Short acting muscarinic agonist (SAMA) Ipratropium bromide
Long acting muscarinic agonist (LAMA) Tiotropium bromide
Inhaled corticosteroid (ICS) Fluticasone, Budesonide
ICS + LABA, seperti:
Kombinasi • Salmeterol + Fluticasone
• Formoterol + Budesonide
Non-inhaler
Leukotriene receptor antagonist (LTRAs) Montelukast
Anti IgE Ab Omalizumab
Oral corticosteroid (OCS) Prednisolone, Methylprednisolone

39
PPOK

40
ASMA VS PPOK OUTLINE
PATOFISIOLOGI KLINIS PEMERIKSAAN KLASIFIKASI / DERAJAT TATALAKSANA
Stabil: à”poliklinik…”
Intermitten à bulanan
P. Ringan à mingguan
Spirometri à Gold Standard Tatalaksana
P. Sedang à harian
Sesak (saat stabil) Eksaserbasi
P. Berat à setiap saat
Inflamasi KRONIS Wheezing • FEV1 ↓ (<80% Prediksi) • Oksigen
RELIEVER à ICS + LABA
ASMA Oleh allergen Memberat • FEV1/FVC <0.75 • Nebu Saba ±
(GINA 2020)
Reversible saat dingin/ • FEV1 ↑ >12% Post SABA SAMA
Eksaserbasi
malam PEA à Saat eksaserbasi • Kortikosteroid
Ringan à kalimat
• Variabilitas >20% sistemik
Sedang à penggalan
kalimat
Berat à kata / kata

Spirometri à Gold Standard Stabil:


(saat stabil) Berdasarkan Tatalaksana
Sesak • FEV1/FVC <0.75 Hospitalisasi dan Eksaserbasi
Batuk • FEV1 ↓ >12% Post SABA mMRC: • Oksigen
Obstruksi KRONIS
produktif PEA à Saat eksaserbasi • Pernah dirawat à • Nebu Saba ±
PPOK ROKOK / pollutan
Usia • Variabilitas <20% C/D SAMA
Irreversible
dewasa/tua Barrel Chest, ekspirasi memanjang Eksaserbasi: • Kortikosteroid
Rontgen: Sela iga melebar, jantung • Sesak bertambah sistemik
menggantung, diafragma • Dahak bertambah • Antibiotik
mendatar • Dahak berubah

41
Pulmonologi
4
3A

Tuberkulosis
Paru
4
3A
Definisi
• Penyakit paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
• Bakteri berbentuk batang dan tahan asam à basil tahan asam (BTA).
• Sebagian besar kuman TB menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya

43
4
3A
Gejala Klinis
• Batuk ≥ 3 minggu, batuk darah
• Sesak nafas, nyeri dada
• Demam subfebris, malaise
• Keringat malam
• BB menurun

Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi : Pernapasan tertinggal apabila TB paru unilateral
• Palpasi : Fremitus meningkat
• Perkusi : Redup
• Auskultasi : Ronki +/+, bunyi amforik

44
4
3A
Pemeriksaan Penunjang

Bakteriologis
• Tes cepat molekuler
• Pemeriksaan Mikroskopis à Sputum BTA pagi – sewaktu
• Kultur sputum

Pewarnaan Ziehl-Neelsen Tes Cepat Molekuler Kultur Lowenstein Jensen

45
4
3A
Pemeriksaan Penunjang

Gambaran radiologis yang dicurigai sebagai lesi TB AKTIF


• Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior
lobus bawah
• Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
• Bayangan bercak milier
• Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Infiltrat Kavitas Bercak milier Efusi pleura

46
4
3A
Klasifikasi
Klasifikasi Berdasarkan Organ Tubuh Yang Terkena

Tuberkulosis paru TB yang menyerang jaringan parenkim paru


TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru. Termasuk diantaranya
Tuberkulosis ekstra
pleura, kelenjar getah bening, tulang, kulit, selaput meningens
paru

Klasifikasi Berdasarkan Pemeriksaan Mikroskopis Dahak


◦ BTA min. 1 spesimen (+)
◦ BTA 1 spesimen (+) dan foto toraks menunjukkan gambaran TB
Tuberkulosis paru
◦ BTA min. 1 spesimen (+) setelah pemeriksaan sebelumnya mendapat
BTA positif
hasil BTA (-) dan tidak ada perbaikan setelah mengkonsumsi antibiotik
non OAT
◦ BTA (-/-) dan Rontgen à TB Paru
Tuberkulosis paru
◦ kultur kuman TB (+)
BTA negatif
◦ (-) respon setelah pemberian antibiotik non OAT

47
4
3A
Klasifikasi

Klasifikasi Berdasarkan Riwayat Pengobatan


◦ Pasien yang belum pernah konsumsi OAT atau sudah pernah konsumsi OAT < 1
Kasus baru
bulan (28 hari)
◦ Pasien yang telah dinyatakan sembuh/pengobatan lengkap à kembali dengan
Kasus kambuh (relaps)
BTA (+)
Kasus putus berobat
◦ Pasien yang pernah mengonsumsi OAT > 1 bulan dan tidak meneruskan
(default/loss to follow
pengobatannya selama 2 bulan atau lebih
up)
◦ Pasien yang hasil pemeriksaan spesimen dahaknya tetap positif atau kembali
Kasus gagal
menjadi positif di akhir bulan ke-5 pengobatan
Kasus pindahan ◦ Pasien yang sedang manjalani pengobatan OAT, pindah dari suatu daerah ke
(transfer in) daerah lainnya

48
4
3A
Klasifikasi

Klasifikasi Berdasarkan Kepekaan Obat

Monoresisten Satu jenis OAT lini pertama selain Rifampisin

Lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Rifampisin & Isoniazid secara
Poliresisten
bersamaan
Multi Drug Resistant
Resisten Rifampisin & Isoniazid secara bersamaan
(MDR)

Pre-extensive Drug
TB-MDR + min. 1 OAT florokuinolon
Resistant (TB pre-XDR)
Extensive Drug TB MDR + min. 1 florokuinolon + min. 1 OAT lini kedua jenis suntikan
Resistant (XDR) (kanamisin, kapreomisin, amikasin)

Resisten Rifampisin
Resisten Rifampisin dengan atau tanpa resisten OAT lain
(RR)

49
50
4
3A
Alur Diagnostik TB
pada Fasilitas Kesehatan dengan TCM

51
4
3A
Alur Diagnostik TB
pada Fasilitas Kesehatan tanpa TCM

52
4
3A
Tatalaksana TB Paru
• Pasien TB kasus baru
Regimen Kategori 1 à 2(RHZE) / 4(RH) • Pasien TB paru terkonfirmasi
bakteriologis
• 2 bulan fase intensif/inisiasi/awal (RHZE setiap hari) • Pasien TB paru terdiagnosis klinis
• 4 bulan fase lanjutan (RH setiap hari) • Pasien TB ekstra paru

Fase Intensif Fase Lanjutan


Berat Badan tiap hari selama 8 minggu Setiap hari selama 16 minggu
RHZE (150/75/400/275) RH(150/75)
30 – 37 2 tablet KDT 2 tablet KDT
38 – 54 3 tablet KDT 3 tablet KDT
55 - 70 4 tablet KDT 4 tablet KDT
> 70 5 tablet KDT 5 tablet KDT

53
54
4
3A
Tatalaksana TB Paru

Regimen Kategori 2 à 2RHZES/RHZE/5(RHE)3


• Pasien kambuh
• 2 bulan fase intensif/inisiasi/awal (RHZE setiap hari + injeksi • Pasien gagal pada pengobatan
streptomycin) dengan paduan OAT kategori 1
• Pasien yang diobati kembali setelah
• 1 bulan fase sisipan (RHZE setiap hari) putus berobat (lost to follow-up)
• 5 bulan fase lanjutan (RHE 3 kali seminggu)

Regimen kategori 2 sudah tidak digunakan karena semakin tersedianya


akses TCM
Rekomendasi: pada pasien kambuh, putus berobat, dan gagal
pengobatan diperiksakan TCM, biakan, dan resistensi. Keputusan
selanjutnya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan

55
4
3A
Tatalaksana TB Paru

Regimen Pengobatan TB Paru

Regimen obat
Kategori Jenis kasus
Tahap awal Tahap lanjutan
• Pasien kasus baru
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
Kategori I 2RHZE 4RH atau 4R3H3
• Pasien TB paru terdiagnosis klinis
• TB ekstra paru

• Pasien BTA positif yang pernah diobati sebelumnya


(pengobatan ulang)
Kategori II • Pasien kambuh 2RHZES/RHZE 5RHE atau 5R3H3E3
• Pasien gagal pengobatan kategori I sebelumnya
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat

56
4
3A
Dosis dan Efek Samping OAT

Obat Anti Tuberkulosis (OAT)


Obat dan dosis Efek Samping Tatalaksana
Hentikan obat hingga ikterik menghilang,
Hepatotoksik
Rifampicin (R) dapat diberikan hepatoprotektor
Dosis: 10 (8-12 mg/kgBB) Purpura, anemia hemolitik Hentikan obat
Dosis maksimal: 600 mg/hari
Urin berwarna merah Efek metabolisme obat, tidak berbahaya
Isoniazid (H) Insomnia
Dosis awal: 5 (4-6 mg/kgBB)
Neuropati perifer à Isoniazid Piridoksin (vitamin B6), dosis 100 mg/hari
Dosis maksimal:
menghambat metabolisme vitamin B6
◦ Fase intensif: 300 mg/hari
◦ Fase lanjutan: 600 Hentikan obat hingga ikterik menghilang,
Hepatotoksik
mg/hari dapat diberikan hepatoprotektor
Pyrazinamid (Z) Malaise, nyeri sendi, gout artritis Terapi simptomatis
Dosis: 25 (20-30 mg/kgBB)
Dosis maksimal: 2.000 Hentikan obat hingga ikterik menghilang,
Sangat hepatotoksik
mg/hari dapat diberikan hepatoprotektor

57
4
3A
Dosis dan Efek Samping OAT

Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Obat dan dosis Efek Samping Tatalaksana


Etambutol (E)
Dosis: 15 (15-20 mg/kgBB) Gangguan penglihatan (penurunan Hentikan obat, gangguan penglihatan akan
Dosis maksimal: 1.250 visus, buta warna merah-hijau) kembali setelah obat dihentikan
mg/hari
Streptomycin (S)
Kerusakan nervus vestibulokoklearis Streptomycin dapat menembus sawar darah
Dosis: 15 (12-18 mg/kgBB)
(gangguan keseimbangan dan plasenta, kontraindikasi penggunaan pada
Dosis maksimal: 1.000
pendengaran) wanita hamil
mg/hari

58
4
3A
Dosis dan Efek Samping OAT

OBAT EFEK SAMPING

Urin merah, hepatotoksisk, anemia hemolitik, menurunkan efektivitas KB dan


Rifampicin (R)
glibenklamid

Isoniazid (H) Neuropati perifer à Th/ Piridoksin (Vit B6) 1x100 mg/hari, hepatotoksis

Pirazinamid (Z) Gout artritis, paling hepatotoksik, nyeri sendi

Etambutol (E) Buta warna, neuritis perifer, gangguan penglihatan

Streptomisin (S) Ototoksik, agranulositosis

59
4
3A
Pemantauan Pengobatan

Evaluasi Klinik
•Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama
pengobatan selanjutnya setiap 1 bulan
•Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek
samping obat serta ada tidaknya komplikasi penyakit
•Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik

Evaluasi Bakteriologik (0 - 2 - 5)
• Evaluasi dilakukan pada akhir fase awal (bulan ke-2)
• Bila hasil negatif: teruskan pengobatan hingga tuntas
• Bila hasil positif: teruskan pengobatan, lakukan pemeriksaan
sputum ulang di akhir bulan ke-3
• Evaluasi di akhir bulan ke-5
• Bila hasil negatif: teruskan pengobatan hingga tuntas, cek
ulang sputum di akhir pengobatan
• Bila hasil positif: gagal pengobatan dan terduga RO (resisten
obat

60
4
3A
TB Paru dengan HIV
• Tatalaksana dimulai dengan OAT, lalu setelah 2-8 minggu (segera setelah toleransi)
berikan ARV.
• ARV yang terpilih menggunakan NNRTI berupa EFZ (efavirenz)
• ARV diberikan tanpa mempertimbangkan hitung CD4+
• Apabila sebelumnya sudah rutin minum ARV makan obat TB langsung dapat diminum,
begitu pula apabila sebelumnya sudah meminum OAT maka ARV langsung dapat
diminum dan dipantau toleransinya.
• Paduan obat yang yaitu: 2 RHZE/RH diberikan sampai 6-9 bulan
• Menurut WHO paduan obat dan lama pengobatan sama dengan TB paru tanpa HIV /
AIDS.
• Obat suntik kalau dapat dihindari kecuali jika sterilisasinya terjamin
• INH diberikan terus menerus seumur hidup.

61
4
3A
TB Paru dengan DM

• Regimen sama, tapi TB akan lebih sulit dikendalikan sehingga umumnya diperpanjang sampai 9
bulan
• Rifampisin interaksi negatif sulfonilurea (mis. glibenklamid) → dosis perlu disesuaikan
• Hati-hati dengan penggunaan etambutol, karena efek samping etambutol ke mata; sedangkan
penderita DM sering mengalami komplikasi kelainan pada mata

TB Paru dengan Kehamilan dan Menyusui

• Semua aman kecuali golongan aminoglikosida (streptomisin, kanamisin) → menembus sawar


plasenta: gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi
• Pemberian piridoksin 50 mg/hari diajurkan pada ibu hamil yang mendapatkan pengobatan TB
• Berikan VIT K 10 mg/hari bila R digunakan selama trimester 3 menjelang partus
• Untuk menyusui, OAT aman. Perhatikan risiko penularan bayi dan pertimbangkan INH profilaksis
pada anak jika diperlukan.
• Kontrasepsi hormonal sebaiknya dihindari karena berinteraksi dengan Rifampisin

62
4
3A
TB Paru dengan Hepatitis Imbas Obat

• Bila ditemukan gejala klinis (+) à ikterik,


mual/muntah à STOP OAT
• Bila ditemukan gejala klinis (+) +
peningkatan SGOT dan/atau SGPT ≥3 kali
à STOP OAT
• Bila ditemukan SGOT dan/atau SGPT naik
>5x dari normal dengan atau tanpa gejala
klinis à STOP OAT
• Bila ditemukan bilirubin >2 à STOP OAT
• SGOT dan/atau SGPT ≥3 kali TANPA gejala
klinis à lanjutkan OAT dengan
pengawasan

63
64
TUBERKULOSIS PARU OUTLINE
DEFINISI DAN TATALAKSANA DAN EFEK
KLINIS PEMERIKSAAN KLASIFIKASI
ETIOLOGI SAMPING
• Kategori I (2RHZE/4RH)
• Bakteriologik: S/P • Kasus baru
• Bulan (0-2-5/9) • Kategori II
à Monitoring (2RHZES/RHZE/5RHE)
• Organ à Paru &
• Ziehl-Nielsen • Sudah pernah
• Batuk ≥ 3 ekstra paru
• Lowenstein berobat
minggu, • Mikroskopis à BTA + / -
Jensen • Dosis:
berdarah • Riwayat pengobatan:
• sesak napas • TCM • KDT 2,3,4,5 tablet
• Kasus baru
BTA • nyeri dada • Radiologis • Efek samping
TB • Kasus relaps
Mycobacterium • Demam • Aktif: • R : Kencing merah à
PARU Tuberculosis subfebris • Kasus lalai
• Infiltrat edukasi
• malaise • Kasus putus
• Kavitas • H : Neuropati à
• keringat malam berobat
anoreksia
• Milier piridoxin
• • Kasus gagal
• BB menurun • Efusi pleura • Z : GA à allopurinol
• Kasus pindahan
• Inaktif: • E : penglihatan à
• Kalsifikasi hentikan obat
• Ranke • S : pendengaran à
• schwarte hentikan obat
• DILI à Hentikan obat

65
Pulmonologi
4

Pneumonia
4

Definisi

• Suatu peradangan paru yang disebabkan oleh


mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit)
selain mycobacterium tuberculosis. à Non
mikroorganisme à Pneumonitis

Klasifikasi Etiologi

• CAP à Gram (+), Streptococcus Pneumonia


• Pneumonia Nosocomial à Gram (-), Klebsiella
Pneumonia, P. Aeruginosa
• Pneumonia Atipikal à Chlamidya, Legionella,
Mycoplasma
• Pneumonia Aspirasi à Bakteri Anaerob (Bau
busuk)
67
4

Klasifikasi Berdasarkan Letak Anatomi

Silouhette Infiltrat inhomogen


sign

Pneumonia lobaris Pneumonia segmentalis Pneumonia interstisial

68
4

Etiologi Berdasarkan Warna Sputum

Rust Colored Sputum Sputum hijau Red Currant Jelly


S. pneumonia Pseudomonas, Haemophillus Klebsiella pneumoniae

69
4

Klasifikasi Berdasarkan Epidemiologis

Community Ventilator Healthcare


Hospital Acquired
Acquired Associated Associated
Pneumonia
Pneumonia Pneumonia Pneumonia
• Dari lingkungan • Setelah >48 jam di • Muncul setelah • Pasien tidak rawat inap
sekitar. RS terpasang dengan riwayat kontak
ventilator minimal dengan pelayanan
• Dapat terjadi pada • Bakteri gram kesehatan
kasus rawat inap negatif; 48 jam
•Cuci Darah,
jika < 48 jam Pseudomonas sp., kemoterapi, wound
• Streptococcus Klebsiella sp. treatment
pneumonia

70
4

Klasifikasi Berdasarkan Etiologi

Bakteri Virus Jamur


• Tipikal à S. pneumoniae • Influenza • Jarang
(CAP); Klebsiella pneumoniae, • Varicella zoster • Aspergillus : mengisi kavitas
Neiserria meningitidis, • SARS-CoV post TB
hemophilus influenzae (HAP); • Pneumocystis jirovecii : pada
Pseudomonas aeruginosa pasien AIDS
(VAP)
• Atipikal à Mycoplasma
pneumoniae, Legionella
pneumophila, Chlamydia
trachomatis. Klinis tidak khas,
biasanya pasiennya merasa
sehat à "walking pnemonia"

71
4

Klasifikasi Berdasarkan Klinis Khas

Lobaris/Segmental Bronkopneumonia Aspirasi Immunocompromised

• Mengenai hanya • Peradangan parenkim • Biasanya pada • Pneumocystis


spesifik satu yang juga dibarengi individu yg refleks jiroveciin à AIDS
lobus/segmen paru dengn radang bronkus. batuknya jelek,
Biasanya pada anak contoh: pasien stroke
•parenkim yang juga atau pasien tidak
dibarengi dengn sadar. Biasanya di
radang bronkus. lobus kanan bawah
Biasanya pada anakteri
gram negatif;
Pseudomonas sp.,
Klebsiella sp.

72
4

Anamnesis
• Demam (dapat > 40oC)
• Menggigil
• Batuk dengan dahak mukoid atau purulen, kadang disertai darah
• Sesak napas
• Nyeri dada

Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi : Bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas
• Palpasi : Fremitus mengeras
• Perkusi : Redup
• Auskultasi : Ronkhi, biasanya di lobus bawah

73
4

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

• Leukositosis
• Peningkatan LED
• Pemeriksaan dahak à Kultur Sputum (Gold Standard)
• Kultur darah dan serologi
• Kultur darah (+) pada 20-25% penderita tidak diobati
• AGDA à hipoksemia, hiperkarbi à bisa sampai asidosis respiratorik

Gambaran Radiologis

• Foto toraks (PA/L)


• Infiltrat sampai konsolidasi
• Air bronchogram

74
4

Indikasi Rawat Inap

CURB - 65 GEJALA KLINIS NILAI


C Confussion 1
U Urea >7 mmol/L 1
R RR > 30 1
B SBP < 90mmHg atau DBP <60 1
mmHg
65 Usia >65 tahun 1
MORTALITAS DALAM 30
SKOR CURB-65 RESIKO TATALAKASANA
HARI
0-1 1 1,5% Resiko rendah, rawat jalan
Rawat inap atau rawat jalan
2 2 9,2%
dengan perhatian khusus
3-5 3 22% Rawat inap, penyakit serius

75
76
4

Tatalaksana Rawat Jalan

Tanpa komorbid dan tanpa riwayat konsumsi antibiotik dalam 3 bulan


• β-laktam atau β-laktam + β-laktamase
• Makrolid
• Azitromisin 1x500 mg (H1) dilanjutkan 1x250 mg(H2-H4) PO
• Klaritromisin 2x500 mg selama 5 hari
• Doksisiklin 2x100 mg PO

Dengan komorbid atau riwayat konsumsi antibiotik dalam 3 bulan

• Florokuinolon respirasi
• Levofloxacin 1x750 mg PO
• Moksifloxacin 1x400 mg PO
• β-laktam + Makrolid
• Amoksisilin 3x1000 mg/ hari atau Amoksisili-klavulanat 2x2000mg/hari + Azitromisin/Klaritromisin

77
4

Tatalaksana Rawat Inap

Rawat Inap Non-ICU

• β-lactam IV (Ampisilin-sulbaktam 4 x 1,5-3 g/hari IV atau Ceftriaxone 1 x 1-2


g/hari IV ) + Makrolid PO/IV
• Florokuinolon respirasi
• Levofloxacin 750 mg/hari IV
• Moksifloxacin 400 mg/hari IV
Rawat Inap ICU

• β-laktam + Makrolid ATAU Florokuinolon respirasi

78
IDSA/ATS criteria for severe CAP

79
Pulmonologi

MED QUIZ
+
Seorang perempuan berusia 21 tahun datang dibawa ke IGD dengan
keluhan sesak napas sejak 1 jam yang lalu. Pasien hanya bisa berbicara
beberapa kata. Pasien memiliki riwayat asma sejak usia 10 tahun.
Pemeriksaan fisik ditemukan TD 120/80, HR 122x/menit, RR 32 x/menit, suhu
37 C, SpO2 95%, wheezing pada akhir ekspirasi dikedua paru.
Tatalaksana awal yang dapat diberikan adalah?
A. Oksigen + Salmeterol inhalasi
B. Oksigen + Salbutamol inhalasi
C. Oksigen + Mukolitik inhalasi
D. Oksigen + Formoterol inhalasi
E. Oksigen saja

81
Seorang perempuan berusia 21 tahun datang dibawa ke IGD dengan
keluhan sesak napas sejak 1 jam yang lalu. Pasien hanya bisa berbicara
beberapa kata. Pasien memiliki riwayat asma sejak usia 10 tahun.
Pemeriksaan fisik ditemukan TD 120/80, HR 122x/menit, RR 32 x/menit, suhu
37 C, SpO2 95%, wheezing pada akhir ekspirasi dikedua paru.
Tatalaksana awal yang dapat diberikan adalah?
A. Oksigen + Salmeterol inhalasi
B. Oksigen + Salbutamol inhalasi
C. Oksigen + Mukolitik inhalasi
D. Oksigen + Formoterol inhalasi
E. Oksigen saja

82
Seorang laki-laki, 60 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan sesak napas saat
beraktivitas yang dirasakan sejak 2 bulan. Sesak napas dirasakan memberat apabila
pasien berjalan kurang lebih 100 meter. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak
hilang timbul. Riwayat dirawat di rumah sakit atau datang ke IGD karena sesak
sebelumnya disangkal oleh pasien. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70
mmHg, HR 90 x/menit, RR 22 x/menit, suhu 36,8 C, SpO2 98%. Pada pemeriksaan
rontgen didapatkan diafragma mendatar dan tidak ada infiltrate. Riwayat merokok
dijumpai selama 30 tahun terakhir, dengan jumlah rokok 2 bungkus/hari.
Tatalaksana yang tepat pada pasien ini adalah?
A. Terbutalin
B. Formoterol
C. Salbutamol
D. Ipratropium bromide
E. Formoterol + Budesonide

83
Seorang laki-laki, 60 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan sesak napas saat
beraktivitas yang dirasakan sejak 2 bulan. Sesak napas dirasakan memberat apabila
pasien berjalan kurang lebih 100 meter. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak
hilang timbul. Riwayat dirawat di rumah sakit atau datang ke IGD karena sesak
sebelumnya disangkal oleh pasien. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70
mmHg, HR 90 x/menit, RR 22 x/menit, suhu 36,8 C, SpO2 98%. Pada pemeriksaan
rontgen didapatkan diafragma mendatar dan tidak ada infiltrate. Riwayat merokok
dijumpai selama 30 tahun terakhir, dengan jumlah rokok 2 bungkus/hari.
Tatalaksana yang tepat pada pasien ini adalah?
A. Terbutalin
B. Formoterol
C. Salbutamol
D. Ipratropium bromide
E. Formoterol + Budesonide

84
Seorang laki-laki, 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak
yang dialami sejak 3 minggu ini. Pasien juga mengeluhkan batuk
darah, BB turun, dan keringat malam. Pasien pernah didiagnosis
dengan TB paru 1 tahun yang lalu namun hanya mengonsumsi OAT
selama 3 minggu karena pasien sudah merasa sembuh. Pemeriksaan
fisik TD 110/70 mmHg, HR 76 x/menit, RR 22 x/menit, suhu 37,5 C, SpO2
96%. Pada pemeriksaan BTA didapatkan hasil (+/+).
Apakah terapi yang tepat pada pasien ini?
A. 2(RHZE)3/4(RH)
B. 2(RHZE)/4(RH)3
C. 2(RHZ)/4(RH)3
D. 2(RHZES)/(RHZE)/5(RH)3
E. 2(RHZES)/(RHZE)/5(RH)3E3

85
Seorang laki-laki, 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak yang
dialami sejak 3 minggu ini. Pasien juga mengeluhkan Pasien pernah
didiagnosis dengan batuk darah, BB turun, dan keringat malam.TB paru 1
tahun yang lalu namun hanya mengonsumsi OAT selama 3 minggu
karena pasien sudah merasa sembuh. Pemeriksaan fisik TD 110/70 mmHg,
HR 76 x/menit, RR 22 x/menit, suhu 37,5 C, SpO2 96%. Pada pemeriksaan
BTA didapatkan hasil (+/+).
Apakah terapi yang tepat pada pasien ini?
A. 2(RHZE)3/4(RH)
B. 2(RHZE)/4(RH)3
C. 2(RHZ)/4(RH)3
D. 2(RHZES)/(RHZE)/5(RH)3
E. 2(RHZES)/(RHZE)/5(RH)3E3
86
Seorang perempuan, 35 tahun, datang dengan keluhan demam dan
batuk berdahak yang dialami sejak 3 hari SMRS. Dahak pasien berwarna
kecoklatan. Pasien juga mengeluhkan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 110/70 mmHg, HR 87x/min, RR 26x/min, suhu 38,7°C, pada
auskultasi didapatkan ronkhi basah halus pada kedua lapang paru.
Tatalaksana yang paling tepat pada kasus tersebut adalah?
A. Rawat inap non-ICU, antibiotik Levofloxacin IV
B. Rawat jalan, antibiotik Azithromycin PO
C. Rawat ICU, antibiotik Levofloxacin IV
D. Rawat jalan, antibiotik Cefadroxil PO
E. Rawat ICU, antibiotik Ceftriaxone IV

87
Seorang perempuan, 35 tahun, datang dengan keluhan demam dan
batuk berdahak yang dialami sejak 3 hari SMRS. Dahak pasien berwarna
kecoklatan. Pasien juga mengeluhkan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 110/70 mmHg, HR 87x/min, RR 26x/min, suhu 38,7°C, pada
auskultasi didapatkan ronkhi basah halus pada kedua lapang paru.
Tatalaksana yang paling tepat pada kasus tersebut adalah?
A. Rawat inap non-ICU, antibiotik Levofloxacin IV
B. Rawat jalan, antibiotik Azithromycin PO
C. Rawat ICU, antibiotik Levofloxacin IV
D. Rawat jalan, antibiotik Cefadroxil PO
E. Rawat ICU, antibiotik Ceftriaxone IV

88
Pulmonologi
3B

Edema Paru

89
3B

Edema paru akut dapat terjadi karena penyakit jantung maupun penyakit di
luar jantung (disebut sebagai edema paru kardiogenik dan non-kardiogenik)

Edema paru kardiogenik à oleh Edema paru non-kardiogenik à oleh

peningkatan tekanan Hidrostatik peningkatan permeabilitas pembuluh


darah yang menyebabkan
meningkatnya cairan dan protein
yang masuk ke dalam interstisial paru
dan alveolus

90
3B

Pemeriksaan Fisik
• Ronki basah basal

Foto Thorax
• Batwing appearance / Kerley B Line

Tatalaksana
• O2 as needed
• Furosemid 0.5 – 1 mg/kg bolus
• Morfin 2-4 mg IV
• Nitrogliserin SL kemudian lanjut 10-20 mcg/menit
jika SBP>100
• Jika syok à masuk tatalaksana syok
91
Pulmonologi
2

Emboli Paru

92
2

Definisi
• Obstruksi pada arteri pulmonal oleh thrombus /
tumor / udara / lemak yang berasal dari
pembuluh darah lain (cth: DVT, AF)

Gejala Klinis
• Sesak napas
• Hemoptisis
• Nyeri dada pleuritik
• Sianosis
• Berdebar-debar
• Low grade fever
• Wells Criteria
93
Well’s Criteria for Pulmonary Embolism
2

Pemeriksaan Penunjang

EKG
• Sinus takikardi, RV Strain, SIQIIITIII , RBBB, RAD

Foto Thorax
• Westermark Sign
• Hampton Hump sign

Pemeriksaan Laboratorium
• D-Dimer
• CT Angiography à Gold Standard
95
2

HAMPTON HUMP SIGN

96
2

Tatalaksana
• Antikoagulan à UFH, fondaparinux, LWMH
• Reperfusi
• Trombolitik à streptokinase, alteplase, urokinase
• Embolektomi à Emboli massif, tidak membaik dengan pemberian fibrinolitik
/ kontraindikasi medikamentosa

Komplikasi
• Hipertensi pulmoner
• Infark Paru
• Henti jantung
• Shock obstruktif

97
Pulmonologi
3A

Efusi Pleura

98
3A

Definisi
• Efusi pleura : ketika terjadi penumpukan cairan berlebihan di rongga pleura
• Jika pus / nanah à EMPYEMA

Etiologi
• Paru: TB, pneumonia, keganasan
• Non-paru: Gagal jantung, DBD

Manifestasi Klinis
• Asimptomatik
• Sesak
• Nyeri dada pleuritic
• Gejala sesuai dengan penyakit yang mendasari
99
3A

Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi : Gerakan dada asimetris
• Palpasi : Fremitus taktil menurun
• Perkusi : Redup
• Auskultasi : suara napas menurun, egofoni pada bagian atas efusi

100
3A

Foto Thorax
• Sudut kostofrenikus tumpul, jika jumlah sedikit à foto lateral
decubitus
• Bila jumlah banyak dapat membentuk meniscus sign à garis
Ellis-damoiseau

MENISKUS SIGN

101
3A

Light’s Criteria
Jenis Cairan Efusi Pleura
Transudat Eksudat
• Transudat (Gagal Jantung, Sirosis, SN)
Protein Pleura :
• Eksudat (Keganasan, infeksi) ≤0.5 >0.5
Serum
LDH Pleura :
≤0.6 >0.6
Serum
LDH Cairan < 2/3 batas atas > 2/3 batas atas
• Torakosentesis à analisa cairan pleura Pleura nilai normal nilai normal

• Kualitatif à tes Rivalta • Keganasan


• Pneumonia
• Positif: keruh, terbentuk endapan
bakterialis / viral
à eksudat • Gagal jantung • Tuberculosis
• Negatif: tetap jernih à transudat • Sirosis • Emboli paru
Penyebab
• Sindrom • Pankreatitis
• Kuantitatif à Kriteria Light Utama
nefrotik • Ruptur esofagus
• Emboli paru • Collagen
vascular disease
• Chylothorax /
hemothorax

102
3A

Tatalaksana
• Torakosentesis : dilakukan untuk diagnosis dan terapi bila efusi pleura disertai
gejala, tindakan dapat diulang bila diperlukan
• Pemasangan WSD: biasanya diipilih pada kasus yang berisiko mengalami
reakumulasi
• Penatalaksanaan sesuai dengan penyebab efusi pleura

103
Pulmonologi
3B

Abses Paru

104
3B

Definisi
• Lesi intraparu yang timbul akibat nekrosis jaringan yang mengalami supurasi

Etiologi
• Bakteri anaerobic : Peptostreptococcus, Fusobacterium, Prevotella, dan Bacteroides.
• Bakteri aerobic : streptococcus dan staphylococci → terkadang methicillin-
resistantstaphyloccus aureus (MRSA)

Faktor Risiko
• Obstruksi bronkus (kanker paru, aspirasi benda asing, stenosis bronkial)
• Imunokompromais
• Pneumonia
• Penyakit periodental

105
3B

Manifestasi Klinis

• Demam tinggi
• Malaise
• Batuk berdahak sputum bau amis, kecokelatan
• Penurunan nafsu makan
• Penurunan berat badan

Pemeriksaan Fisik

• Inspeksi : asimetris bila abses luas


• Palpasi : nyeri tekan lokal pada dada, fremitus meningkat pada abses
• Perkusi : redup
• Auskultasi : suara napas bronkial, ronki, amforik

106
3B

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

• Leukositosis 20.000 – 30.000/mm3


• Anemia (80% kasus)
• Pemeriksaan sputum: berbau busuk dan dapat
dijumpai spirocheta, fusiform basil disertai bakteri
aerob dan anaerob

Radiologis

• Stadium awal: konsolidasi seperti Pneumonia


• Stadium lanjut: adanya bronkopleural fistel;
gambaran air fluid level di parenkim paru

CT Scan
107
3B

Tatalaksana

Rawat inap jika ukuran abses >4 cm

Berbaring dengan sisi abses di atas à Drainase lebih baik

Antibiotik

• Klindamisin 3 x 600 mg IV hingga terjadi perbaikan, kemudian 4 x 300 mg oral


• B-lactam + B-lactamase IV diikuti dengan amoksisilin klavulanat
• Moxifloxacin 1 x 400 mg
• Durasi pengobatan 3-7 minggu

108
MED+easy
Edema Paru Emboli Paru Efusi Pleura Abses Paru
Etiologi / Bakteri anaerob,
CHF DVT, AF, Trombus Infeksi, keganasan
Faktor Resiko infeksi

Manifestasi Sesak (+) berbaring Sputum banyak


Ortopneu Sesak tiba tiba
Khas ke sisi sehat dan berbau

Kerley line Westermark sign


Cavitas air fluid
Rontgen Batwing Hampton Hump Meniscus Sign
level
appearance Sign
Kriteria Wells
Pemeriksaan Lights Criteria à
D-Dimer Leukositosis
Lain Transudat / eksudat
EKG
Trombolitik
Tatalaksana Diuretik
Embolektomi
Torakosintesis AB (Clindamycin)

109
Pulmonologi

MED QUIZ
+
Seorang laki-laki, 60 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas secara
mendadak yang dialami sejak 1 jam SMRS. Pasien memiliki riwayat atrial
fibrilasi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sesak, TD
100/60, HR 140 x/menit, RR 32 x/menit, Suhu 37,8%, SpO2 85%. Pada
pemeriksaan rontgen didapatkan gambaran westermark sign. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan kadar D-dimer.
Pilihan terapi pada pasien ini adalah?
A. Methylprednisolon IV
B. Aspirin PO
C. Salbutamol inhalasi
D. LMWH IV
E. Ceftriaxone IV

111
Seorang laki-laki, 60 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas secara
mendadak yang dialami sejak 1 jam SMRS. Pasien memiliki riwayat atrial
fibrilasi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sesak, TD
100/60, HR 140 x/menit, RR 32 x/menit, Suhu 37,8%, SpO2 85%. Pada
pemeriksaan rontgen didapatkan gambaran westermark sign. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan kadar D-dimer.
Pilihan terapi pada pasien ini adalah?
A. Methylprednisolon IV
B. Aspirin PO
C. Salbutamol inhalasi
D. LMWH IV
E. Ceftriaxone IV

112
Seorang perempuan, 45 tahun, datang dengan keluhan demam dan batuk
dengan dahak berwarna kecoklatan sejak 3 bulan SMRS. Pasien juga
mengeluhkan penurunan berat badan, nyeri dada dan sesak nafas sesekali.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/80 mmHg, HR 90x/menit,
RR 24x/menit, suhu 39 C, pada perkusi pekak pada lapang tengah paru kanan,
pada auskultasi didapatkan suara amforik. Saat dilakukan pemeriksaan foto
thorax didapatkan adanya gambaran kavitas dengan air fluid level.
Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah?
A. Efusi pleura
B. Aspergilloma
C. Abses paru
D. Emboli paru
E. Edema paru
113
Seorang perempuan, 45 tahun, datang dengan keluhan demam dan batuk
dengan dahak berwarna kecoklatan sejak 3 bulan SMRS. Pasien juga
mengeluhkan penurunan berat badan, nyeri dada dan sesak nafas sesekali.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/80 mmHg, HR 90x/menit,
RR 24x/menit, suhu 39 C, pada perkusi pekak pada lapang tengah paru kanan,
pada auskultasi didapatkan suara amforik. Saat dilakukan pemeriksaan foto
thorax didapatkan adanya gambaran kavitas dengan air fluid level.
Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah?
A. Efusi pleura
B. Aspergilloma
C. Abses paru
D. Emboli paru
E. Edema paru
114
Pulmonologi
3B

Bronkiektasis

115
3B

Definisi

• Berasal dari kata bronki (bronkus) dan ektasis


(dilatasi)
• Dilatasi bronkus yang bersifat abnormal dan
permanen
• Dilatasi dapat bersifat fokal atau difus

Etiologi

• Infeksi à Klebsiella pneumoniae


• Genetik à kistik fibrosis
• Sumbatan bronkus

116
3B

Manifestasi Klinis
• Pada umumnya batuk berdahak, beberapa batuk kering lama.
• Sputum mukoid, mukopurulen, kental atau campuran ketiganya yang
dikenal dengan sputum tiga lapis
• Hemoptisis (50-70%)
• Lemas, penurunan BB, mialgia
• Dispneu, mengi
• Demam, nyeri dada pleuritic

Pemeriksaan Fisik
• Takipneu
• Suara pernapasan bronkial, ekspirasi memanjang
• Ronki basah
• Mengi
• Clubbing finger
• Jika disertai penyakit sistemik à hipoksemia kronik, kor pulmonal, gagal ventrikel kanan
117
3B

Klasifikasi

118
3B

Pemeriksaan Penunjang

Foto Thorax

•Gambaran khas pada Rontgen:


•Tubular / cylindrical à Tram track line
•Varicose à String of beads HONEYCOMB APPEREANCE TRAM TRACK LINE

•Sacular à Honeycomb Appereance

CT Scan Resolusi Tinggi (HRCT) à Gold Standard

•Bronchial tapering menurun, bronkus terlihat 1


cm pada tepi paru, rasio ukuran bronkoarteri
MENINGKAT (TANDA SIGNET-RING)
SIGNET RING SIGN

119
3B

Tatalaksana

Eksaserbasi Ringan-Sedang
• Antibiotik oral à berdasarkan uji sensitivitas
• Belum/tidak diketahui à Fluorokuinolon (Levofloxacin 1 x 750 mg selama 10-14 hari).
Eksaserbasi Berat
• Rawat inap
• Antibiotik intravena à berdasarkan uji sensitivitas
Pencegahan Eksaserbasi
• Bronchodilator
• Mukolitik
• Inhaled corticosteroid
• Rehabilitasi (ACBT, Positioning)
120
Pulmonologi
3A

Atelektasis

121
3A

Definisi
• Kolapsnya paru akibat gangguan ventilasi

Klasifikasi
• Atelektasis obstruktif à paling sering
• Obstruksi saluran napas (benda asing, keganasan, dll)
• Atelektasis non-obstruktif
• Kompresi à Efusi Pleura
• Relaksasi à Pneumothorax
• Sikatriks à TB, Sarkoidosis, Fibrosis
• Adhesif à akibat kurangnya surfaktan
(ARDS, HMD)
• Atelektasis post-operatif
• Umumnya terjadi 72 jam setelah operasi
122
3A

Manifestasi Klinis

• Bila atelektasis kecil à tidak bergejala


• Bila atelektasis besar à sesak napas, nyeri dada, takikardi
• Perkusi pekak
• Suara napas melemah
• Fremitus berkurang

Pemeriksaan Penunjang

• Rontgen thorax
• Opasifikasi pada lobus yang kehilangan udara
• Elevasi hemidiafragma ipsilateral
• Mediastinum tertarik ke arah yang sakit

123
3A

Tatalaksana
• Analgetik
• Latihan pernapasan
• CPAP
• Terapi sesuai etiologi

124
Pulmonologi
3A

Kanker Paru

125
3A

Definisi
• Seluruh keganasan yang terdapat pada paru baik yang berasal dari paru (primer) maupun
metastasis dari tempat lain (sekunder)

Etiologi

• Riwayat merokok berkepanjangan (20-30 tahun)


• Pajanan radiasi
• Pajanan material inhalasi karsinogenik
• Riwayat penyakit paru sebelumnya (PPOK atau fibrosis paru)

Klasifikasi
• Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK = non small cell carcinoma)
• Karsinoma sel skuamosa (KSS)
• Adenokarsinoma
• Karsinoma sel besar (KSB)
• Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK = small cell carcinoma)
126
3A

Manifestasi Klinis

127
3A

Anamnesis

• Laki-laki, usia tua, riwayat merokok (+)


• Gejala tidak khas (batuk, sesak napas, nyeri dada yang bersifat kronis)
• Penurunan berat badan, malaise

Pemeriksaan Fisik

• Inspeksi: venektasi dada dan edema wajah (jika telah terjadi Sindrom Venak Kava
Superior/SVKS), paru tertinggal jika ada efusi pleura
• Auskultasi: suara napas abnormal (pada tumor ukuran besar, ada efusi pleura, atau
atelektasis); sindrom Horner (jika menjadi Pancoast tumor)
• Perkusi: suara pekak pada massa tumor, redup jika ada efusi pleura

128
3A

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Patologi Anatomi à GOLD STANDARD

Pemeriksaan Radiologis
• Foto toraks: sebagai pemeriksaan paling awal
• CT Scan: untuk evaluasi penyakit dan penyebarannya
• Bronkoskopi: prosedur utama untuk menggakkan diagnosis
• Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB); transtorachal biopsy, biopsi cairan
pleura: untuk pemeriksaan PA

129
3A

Pemeriksaan Radiologis

KANKER PARU PRIMER SUPERIOR SULCUS TUMOR KANKER PARU


(PANCOAST TUMOR) (on CT Scan)

130
Pulmonologi
2

Tumor
Mediastinum

131
2

132
2

Jenis Tumor Mediastinum Tersering

Anterior à 4T
• Thymus
• Teratoma
• Thyroid
• Terrible Lymphoma
Media
• Oesophageal Cyst
• Lymphadenopathy
Posterior
• Neuroblastoma
• Schwannoma/Neurofibroma
133
2

Manifestasi Klinis
Gejala Umum
• Sesak
• Batuk
• Nyeri dada
• Stridor
• Disfagia
Menurut Lokasi
• Trakea-bronkus à batuk, sesak, stridor
• Esofagus à disfagia
• N. Frenikus à paralisis diafragma
• Penekanan sistem saraf à nyeri dinding dada
Menurut Ukuran Tumor
• Ukuran kecil à asimtomatis, terdiagnosis pada pemeriksaan rutin
• Ukuran besar à sindroma vena cava superior, TVJ meningkat
134
2

Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan awal à X-Ray Thorax
• Pemeriksaan lanjutan
• CT Scan thorax
• USG
• MRI
• Lab: LED, AFP, B-HCG
• Bila gagal à torakostomi eksplorasi

Sudut lancip Sudut tumpul


Tumor Paru Tumor Mediastinum

135
MED+easy
Bronkiektasis Atelektasis Ca Paru T. Mediastinum
Kolaps Paru à
Etiologi / Obstruksi à
Obstruktif / Non Usia Tua Muda/Dewasa Muda
Faktor Resiko Penumpukan Sputum
Obstruktif

Sesak
Manifestasi Khas Sputum 3 Lapis
Hipoksemia
Penurunan BB Peningkatan TVJ

Honeycomb
Wedge Shape Coin Shape Lesion Massa
Rontgen Appereance
Trakea Tertarik Sudut Tajam Sudut Tumpul
Tram-track Line
Pemeriksaan HRCT Scan à Gold
Histopatologi
Lain Standard

Fisioterapi Dada
Tatalaksana AB (Azitromycin)
Bronkoskopi Kemoterapi/ Operatif Kemoterapi/Operatif

136
Pulmonologi

MED QUIZ
+
Seorang laki-laki, 60 tahun, datang dengan keluhan batuk yang dialami
sejak 3 bulan ini. Pasien juga mengeluhkan sesak yang tidak berkurang
dengan istirahat. Pasien memiliki riwayat merokok sejak usia 20 tahun.
Pada pemeriksaan didapatkan TD 130/90 mmHg, HR 85x/min, RR 26x/min,
suhu 37 C, perkusi pekak pada seluruh lapangan paru kanan. Pada
pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran perselubungan homogen
pada lapang paru bagian atas dan penarikan trakea dan mediastium ke
sisi kanan.
Kemungkinan diagnosis pasien ini adalah?
A. Karsinoma paru
B. Bronkopneumonia
C. Pneumotoraks
D. Efusi pleura
E. Atelektasis
138
Seorang laki-laki, 60 tahun, datang dengan keluhan batuk yang dialami
sejak 3 bulan ini. Pasien juga mengeluhkan sesak yang tidak berkurang
dengan istirahat. Pasien memiliki riwayat merokok sejak usia 20 tahun.
Pada pemeriksaan didapatkan TD 130/90 mmHg, HR 85x/min, RR 26x/min,
suhu 37 C, perkusi pekak pada seluruh lapangan paru kanan. Pada
pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran perselubungan homogen
pada lapang paru bagian atas dan penarikan trakea dan mediastium ke
sisi kanan.
Kemungkinan diagnosis pasien ini adalah?
A. Karsinoma paru
B. Bronkopneumonia
C. Pneumotoraks
D. Efusi pleura
E. Atelektasis
139
Seorang perempuan, 30 tahun, datang keluhan demam dan batuk
berdahak yang dialami sejak 3 bulan yang lalu. Dahak berwarna
kehijauan, kental dan berbau. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 110/80 mmHg, RR 22 x/min, nadi 92 x/min, temp 37,8°C.
Pemeriksaan penunjang didapatkan BTA (-/-) dan pemeriksaan radiologis
didapatkan honeycomb appearance pada paru kiri.
Pemeriksaan gold standard pada kasus ini adalah?
A. Foto Thorax
B. Pemeriksaan Sputum
C. HRCT Scan
D. Bronkoskopi
E. Torakosentesis

140
Seorang perempuan, 30 tahun, datang keluhan demam dan batuk
berdahak yang dialami sejak 3 bulan yang lalu. Dahak berwarna
kehijauan, kental dan berbau. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 110/80 mmHg, RR 22 x/min, nadi 92 x/min, temp 37,8°C.
Pemeriksaan penunjang didapatkan BTA (-/-) dan pemeriksaan radiologis
didapatkan honeycomb appearance pada paru kiri.
Pemeriksaan gold standard pada kasus ini adalah?
A. Foto Thorax
B. Pemeriksaan Sputum
C. HRCT Scan
D. Bronkoskopi
E. Torakosentesis

141
Pulmonologi
2

Pneumokoniosis

142
2

Definisi

• Berasal dari kata Pneuma yang berarti udara; dan Konis yang berarti debu
• Akumulasi debu (dust) pada paru dan reaksi jaringan paru terhadap zat asing
tersebut
• Bukan merupakan suatu keganasan pada paru-paru
Patogenesis

• Adanya paparan terhadap zat asing tertentu dengan efek poten


• Ukuran partikel tersebut sangat kecil (kisaran 1-5 mikron)
• Paparan harus berlangsung dalam jangka waktu lama (10 tahun atau lebih)

143
2

Etiologi
- Silikosis: akibat debu silika - Berrylliosis: akibat debu berilium
- Asbetosis: akibat debu asbes - Siderosis: akibat debu oksidan besi
- Coal worker pneumoconiosis - Tanosis: akibat debu timah
(arthracosis): akibat debu batu bara - Talcosis: akibat debu talc (magnesium
silika)
(coal)
- Bauxite fibrosis: akibat debu bauksit
- Byssinosis: akibat debu kapas
- Mixed dust pneumoconiosis: paparan
- Bagassosis: akibat debu pohon tebu debu yang telah bercampur
(sugarcane) - Hard metal pneumoconiosis: paparan
- Farmer’s lung: akibat debu atau spora debu logam seperti cobalt
jamur atau produk pertanian lainnya

144
2

Diagnosis
•Berdasarkan oleh gejala umum seperti sesak, batuk produktif, dan adanya riwayat terpapar inhalan.

Pemeriksaan awal: Rontgen Thorax

SILIKOSIS ASBESTOSIS ANTRAKOSIS BISSINOSIS


EGGSHELL CLASSIFICATION PLEURAL PLAQUE FIBROSIS GAMBARAN BAYANGAN
BERKABUT
Tatalaksana
•Pencegahan à Masker, APD
•Tatalaksana komplikasi à hipertensi pulmonal, PPOK

145
Pneumokoniosis
Penyebab Nama penyakit Faktor Resiko Karakteristik
Pabrik besi, kaca,
Silika Silikosis Egg shell classification
timah
Antrakosis/ black lung
Pekerja tambang Focal and interstitial
Batu Bara disease / Coal Worker
batu bara fibrosis
Pneumonia
Pemintalan asbes,
Asbestos Asbestosis pekerja galangan Pleural plaque
kapal
Tebu Bagassosis
Spora Farmers lung
Berilium Beriliosis Pekerja seng
Monday disease à
Kapas Bissinosis Industri kapas batuk dan sesak pada
hari pertama kerja
146
Pulmonologi
3B

Flu Burung

147
3B

Etiologi
• Virus Influenza tipe A (H5N1)
• Port d’entree: mulut, hidung, konjungtiva
Gejala Klinis
• Demam, batuk, nyeri tenggorok, pilek, sesak nafas, riwayat kontak dengan unggas

Tatalaksana
• Isolasi mandiri, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), pemantauan saturasi oksigen
• Antivirus:
• Suspek : 1 x 75 oseltamivir 7 hari
• Probable & Konfirmasi : 2 x 75 mg oseltamivir 5 hari atau zanamivir 2x10 mg (2 puff)
selama 2 hari
• Kortikosteroid (dengan pertimbangan)
• Antibiotik (dengan pertimbangan)
148
3B

Definisi Kasus
Dalam • Kontak erat dalam waktu kurang dari 7 hari dengan pasien suspek, probable dan terkonfirmasi flu
Investigasi burung ATAU
• Disekitar wilayah terdapat banyak unggas (ayam, burung, bebek, angsa, entok) yang mati
diduga atau terbukti flu burung (H5N1)

Suspek Kontak erat + Demam dengan suhu ≥ 38 C disertai satu atau lebih gejala : batuk, nyeri tenggorok,
pilek, sesak nafas
Probabel • Kriteria suspek ditambah dengan hasil lab non-spesifik mendukung ke arah flu burung (selain
swab PCR, titer antibodi, dan isolasii virus H5N1)
• Atau seorang yang meninggal karena penyakit saluran napas akut yang tidak bisa dijelaskan
penyebabnya yang secara epidemiologis berkaitan dengan suatu kasus probable atau suatu
kasus konfirmasi H5N1

Konfirmasi Seorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau probable dan disertai satu dari hasil lab spesifik
menunjukkan hasil positif pada sampel yang diambil dari apusan tenggorok/nasofaring, yang
diantaranya:
- Hasil PCR H5 positif
- Peningkatan ≥ 4 kali lipat titer antibody
- Isolasi virus H5N1
- Titer antibody mikronetralisasi H5N1 ≥ 1/80

149
Pulmonologi
3B

SEVERE ACUTE
RESPIRATORY
SYNDROME
(SARS)
150
3B

SARS
• Disebabkan oleh Corona-virus
• Manifestasi tersering yang dialami: demam, nyeri otot, meriang, nyeri kepala, malaise, pusing,
batuk, nyeri tenggorokan, dan pilek
• Foto rontgen biasa tampak seperti bayangan berawan unilateral, dan bertambah luas dan
bilateral setelah 1-2 hari dirawat.
• Masa Inkubasi à 2-7 hari, biasanya 3-5 hari

Metode Transmisi
• Metode transmisi biasa berasal dari kontak langsung ataupun tidak langsung terhadap droplet
yang mengandung Coronavirus
• Metode transmisi lainnya dapat melalui tindakan yang menghasilkan keluaran aerosol seperti
pemasangan ETT, RJPO, bronkoskopi, ataupun nebulisasi
• Virus awalnya berasal dari hewan kelelawar, SARS merupakan penyakit yang biasanya ditemukan
pada luwak
• Virus dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia selama beberapa jam hingga 4 hari

151
3B

Etiologi à SARS CoV-2

Transmisi: airborne/droplet

Manifestasi Klinis
Asimptomatis Gejala Ringan Gejala Sedang Gejala Berat Kritis
• Tidak memiliki • Tidak ada bukti • Dewasa: •Dewasa: Derajat • ARDS
gejala apapun pneumonia dan Pneumonia sedang + salah satu • Sepsis
hipoksia (batuk,demam,ses dari
• Hanya terdeteksi • Syok sepsis
dengan pem. • Gejala : Demam, ak, nafas cepat) + •RR> 30x/i
Penunjang batuk, lemas, SpO2 ≥93% room air •Distres napas berat
anoreksia, napas • Anak: Pneumonia •SpO2<93%
pendek, mialgia, non berat (batuk •Demam akut
nyeri tenggorokan, atau sulit bernapas •Anak: Derajat sedang
kongesti hidung, + napas cepat) + salah satu dari
sakit kepala, diare, •Sianosis sentral atau
mual-muntah, SpO2 <93%
anosmia, ageusia •Distres napas berat
•Tidak mampu
meyusu/minum
•Kejang
•Penurunan
kesadaran

152
3B

Definisi Kasus

Suspek Probable Konfirmasi

• Min 1 kriteria klinis DAN • Suspek + radiologi sugestif • RT-PCR (+)


kriteria epidemiologis COVID-19 • Rapid antigen (+) DAN
• Seseorang dengan ISPA • Anosmia atau ageusia • Kasus suspek atau kasus
berat tanpa penyebab lain probable
• Rapid test antigen (+) dan • Kriteria klinis + riwayat • Kontak erat dengan
asimptomatis kontak dengan kasus kasus probable
probable, kasus konfirmasi
atau daerah klaster
• Orang dewasa meninggal
akibat distres napas DAN
riwayat kontan dengan
kasus probable, kasus
konfirmasi atau daerah
klaster

153
3B

Tatalaksana
Asimptomatis Ringan Sedang Berat/Kritis
Mandiri (10 hari + 3 hari
Isolasi Mandiri (10 hari) RS RS
bebas gejala
• Tablet Vitamin C
non acidic 500 • Tablet Vitamin C non
200 – 400 mg/8 jam dalam 3 x 200 – 400 mg/8 jam
mg/6-8 jam oral acidic 500 mg/6-8 jam
100 cc NaCl 0,9% habis dalam 100 cc NaCl 0,9%
(untuk 14 hari) oral (untuk 14 hari)
Vit C dalam 1 jam diberikan habis dalam 1 jam
• Tablet isap vitamin • Tablet isap vitamin C
secara drip IV diberikan secara drip
C 500 mg/12 jam 500 mg/12 jam oral
Intravena
oral (selama 30 (selama 30 hari)
hari)
Vit D 1000-5000 IU/hari 1000-5000 IU/hari 1000-5000 IU/hari 1000-5000 IU/hari
Vit B1 1 ampul/24 jam/intravena
Favipiravir Favipiravir Favipiravir
Hari 1: loading dose Hari 1: loading dose Hari 1: loading dose 2x1600
Antivirus 2x1600 mg 2x1600 mg mg
Hari 2-5: 2 x 600 mg Hari 2-5: 2 x 600 mg Hari 2-5: 2 x 600 mg

Dexamethason 6 mg/24
Kortikosteroid
jam selama 10 hari
154
Pulmonologi

Keseimbangan
Asam Basa

155
Keseimbangan Asam Basa
• pH: 7,35-7,45 JENIS GANGGUAN pH pCO2 HCO3
• pCO2: 35-45
Murni (tidak terkompensasi) ↓ ↑ N
• HCO3: 22-26
Asidosis respiratorik Terkompensasi sebagian ↓ ↑ ↑

Terkompensasi penuh N ↑ ↑

Murni (tidak terkompensasi) ↑ ↓ N

Alkalosis respiratorik Terkompensasi sebagian ↑ ↓ ↓

Terkompensasi penuh N ↓ ↓

Gangguan Respiratorik
• Asidosis Respiratorik
⎯ Peningkatan kadar PCO2 karena gangguan fungsi paru/retensi CO2
⎯ Ditemukan pada pasien pneumonia, emfisema, keracunan morfin
⎯ Mekanisme kompensasi: peningkatan ekskresi H+ oleh ginjal untuk membentuk HCO3
• Alkalosis Respiratorik
- Penurunan kadar PCO2 karena gangguan fungsi paru/hiperventilasi
- Ditemukan pada pasien demam tinggi, keracunan salisilat, histeria
- Mekanisme kompensasi: menunkan ekskresi H+

156
157
Keseimbangan Asam Basa
• pH: 7,35-7,45 JENIS GANGGUAN pH pCO2 HCO3
• pCO2: 35-45
Murni (tidak terkompensasi) ↓ N ↓
• HCO3: 22-26
Asidosis metabolik
Terkompensasi sebagian ↓ ↓ ↓
Terkompensasi penuh N ↓ ↓

Murni (tidak terkompensasi) ↑ N ↑


Alkalosis metabolik
Terkompensasi sebagian ↑ ↑ ↑
Terkompensasi penuh N ↑ ↑

Gangguan Metabolik
• Asidosis Metabolik
⎯ Akibat penurunan kadar HCO3
⎯ Ditemukan pada pasien DM, tirotoksikosis, dehidrasi
⎯ Mekanisme kompensasi: tubuh membentuk tambahan HCO3
• Alkalosis Metabolik
- Peningkatan kadar HCO3 karena konsumsi/hilangnya substansi asam yang berlebihan
- Ditemukan pada pasien dengan obstruksi usus, muntah-muntah
- Mekanisme kompensasi: pernapasan dangkal dan lambat untuk retensi CO2

158
MED QUIZ
+
Seorang laki-laki, usia 45 tahun, datang ke Poliklinik dengan keluhan sesak napas
serta batuk tidak produktif sejak 4 hari lalu. Pasien juga mengeluhkan sering
merasa lemas dan tidak bertenaga. Berdasarkan anamnesis diketahui o.s.
bekerja sebagai seorang tukang keramik sejak 30 tahun lalu. Pemeriksaan fisik
didapatkan ronkhi basah kasar di basal paru dan ujung-ujung jari pasien tampak
membengkak. Pemeriksaan radiologis menunjukkan nodul di bagian bawah paru
dan adanya gambaran eggshell calcification.
Diagnosis pasien ini adalah?
A. Silikosis
B. Asbetosis
C. Bisinosis
D. Beriliosis
E. Coal worker pneumokoniosis
160
Seorang laki-laki, usia 45 tahun, datang ke Poliklinik dengan keluhan sesak napas
serta batuk tidak produktif sejak 4 hari lalu. Pasien juga mengeluhkan sering
merasa lemas dan tidak bertenaga. Berdasarkan anamnesis diketahui o.s.
bekerja sebagai seorang tukang keramik sejak 30 tahun lalu. Pemeriksaan fisik
didapatkan ronkhi basah kasar di basal paru dan ujung-ujung jari pasien tampak
membengkak. Pemeriksaan radiologis menunjukkan nodul di bagian bawah paru
dan adanya gambaran eggshell calcification.
Diagnosis pasien ini adalah?
A. Silikosis
B. Asbetosis
C. Bisinosis
D. Beriliosis
E. Coal worker pneumokoniosis
161
Seorang laki-laki, 45 tahun, datang dengan keluhan batuk, pilek, dan nyeri
tenggorokan sejak 2 hari yang lalu. Pasien memiliki peternakan ayam namun
minggu lalu seluruh ternaknya mati mendadak. Pada pemeriksaan didapatkan
TD 120/80 mmHg, HR 80x/menit, RR 28x/min, suhu 38,8°C. Pada pemeriksaan
radiologis didapatkan gambaran infiltrat perihiler bilateral. Pemeriksaan PCR
Influenza H5N1 positif.
Tatalaksana yang tepat terkait kasus ini adalah?
A. Oseltamivir 1 x 75 mg selama 7 hari
B. Oseltamivir 2 x 75 mg selama 5 hari
C. Zanamivir 1 x 10 mg selama 5 hari
D. Remdesivir 1 x 100 mg selama 5 hari
E. Azitromisin 1 x 500 mg selama 3 hari

162
Seorang laki-laki, 45 tahun, datang dengan keluhan batuk, pilek, dan nyeri
tenggorokan sejak 2 hari yang lalu. Pasien memiliki peternakan ayam namun
minggu lalu seluruh ternaknya mati mendadak. Pada pemeriksaan didapatkan
TD 120/80 mmHg, HR 80x/menit, RR 28x/min, suhu 38,8°C. Pada pemeriksaan
radiologis didapatkan gambaran infiltrat perihiler bilateral. Pemeriksaan PCR
Influenza H5N1 positif.
Tatalaksana yang tepat terkait kasus ini adalah?
A. Oseltamivir 1 x 75 mg selama 7 hari
B. Oseltamivir 2 x 75 mg selama 5 hari
C. Zanamivir 1 x 10 mg selama 5 hari
D. Remdesivir 1 x 100 mg selama 5 hari
E. Azitromisin 1 x 500 mg selama 3 hari

163
Pulmonologi

Terima Kasih
#OneShotBersamaMedsense+

Anda mungkin juga menyukai