CURRICULUM VITAE
Nama : Agung Firmansyah Sumantri, dr, SpPD Lahir : Bandung, 20 September 1982 Riwayat Pendidikan : Th 2000 2007 S1/ Program Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Th 2008 2013 Program Dokter Spesialis I Penyakit Dalam FK Universitas Padjadjaran Riwayat Pekerjaan : Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Dokter Peny. Dalam RS Muhammadiyah Bandung Dokter Peny. Dalam RS Amira Purwakarta Prakek di Klinik Jaya Abadi jl. Buah Batu 245, Bandung
LATAR BELAKANG
Urutan ke-4
WHO/HTM/TB/2009.420
DEFINISI
TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain (Dep Kes, 2003).
ETIOLOGI
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut
Obligat aerob, tumbuh lambat Cepat Mati oleh sinar matahari langsung Hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun
PATOGENESIS
Penyebaran TB Paru dari penderita terjadi melalui nuklei droplet infeksius yang keluar bersama batuk, bersin dan bicara dengan memproduksi percikan yang sangat kecil berisi kuman TB. Kuman ini melayang layang di udara yang dihirup oleh penderita lain. Faktor utama dalam perjalanan infeksi adalah kedekatan dan durasi kontak serta derajat infeksius penderita dimana semakin dekat seseorang berada dengan penderita, makin banyak kuman TB yang mungkin akan dihirupnya
3.000
Sebagian besar droplet terperangkap dan dikeluarkan kembali oleh silia sel-sel mukosa saluran pernapasan
Mencapai alveoli
300
Infeksi
Patofisiologis
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di Paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran linfe akan membawa kuma TB ke kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4 - 6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberculin dari negatif menjadi positif.
Klasifikasi
Tuberculosis Primer Tuberculosis Post primer TB Paru BTA Positif TB Paru BTA Negatif
Tuberkulosis paru ( Koch pulmonal ) aktif. Tuberkulosis non aktif Tuberkulosis quiesent
Secara patologis
Pemeriksaan Dahak
Aktivitas Radiologi
Secara Radiologis
KLASIFIKASI
Kategori I adalah kasus baru dengan sputum positif dan penderita dengan keadaan yang berat seperti meningitis, TB milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilateral, spondiolitis dengan gangguan neurologis, dan penderita dengan sputum negatif tetapi kelainan parunya luas, TB usus, TB saluran perkemihan, dan sebagainya. Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu ( tahap lanjutan ).
KLASIFIKASI
Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif. diberikan kepada : Penderita kambuh Penderita gagal terapi Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat
KLASIFIKASI
Kategori III adalah kasus sputum negatif tetapi kelainan parunya tidak luas dan kasus TB di luar paru selain yang disebut dalam kategori I. Kategori IV Kategori IV adalah tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan rendah karena kemungkinan keberhasilan rendah sekali.
(default/drop out)
MANIFESTASI KLINIS
Diagnosa TB berdasarkan gejala/manifestasi klinis dibagi menjadi 3, diantaranya: 1. Gejala respiratorik meliputi: Batuk
Batuk darah
Sesak napas Nyeri dada
MANIFESTASI KLINIS
Diagnosa TB berdasarkan gejala/manifestasi klinis dibagi menjadi 3, diantaranya: 1. Gejala respiratorik meliputi: Batuk berdahak selama 2 -3 minggu atau lebih
Batuk darah
Sesak napas Nyeri dada
MANIFESTASI KLINIS
2. Gejala Sistemik a. Demam Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza. b. Gejala sistemik lain : Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise. 3. Gejala Tuberkulosis ekstra Paru Tergantung pada organ yang terkena, misalnya : Limfedanitis tuberkulosa. Meningitsis tuberkulosa, dan pleuritis tuberkulosa.
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan sputum (S-P-S) Pemeriksaan tuberculin (test mantoux) Pemeriksaan Rontgen Thoraks Pemeriksaan Laboratorium
Perjalanan Alamiah TB
Tanpa pengobatan : 30 % meninggal dalam 1 tahun 50 % meninggal dalam 5 tahun 25 % sembuh spontan 25 % kasus kronik Pengobatan adekuat : Sembuh pada hampir seluruh kasus Pengobatan tidak adekuat : Kasus kronik Resistensi
Pengobatan
Tujuan pengobatan : Menyembuhkan penderita TB Mencegah kematian akibat TB & komplikasinya Mencegah kekambuhan Menurunkan tingkat penularan Mencegah terjadinya resistensi obat
Pengobatan
PRINSIP PENGOBATAN : 1. OAT diberikan dalam bentuk kombinasi bbrp obat,dlm jumlah cukup dan dosis yang tepat sesuai kategori pengobatan. 2. Untuk menjamin kepatuhan pasien minum obat dilakukan pengawasan langsung (DOT=Directly Observed Treatment) oleh seorang PMO
Pengobatan
3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap : a. Tahap Intensif b. Tahap Lanjutan 4. Panduan OAT yang digunakan di Indonesia a. Kategori 1 ( 2HRZE / 4H3R3 ) b. Kategori 2 ( 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3 ) c. OAT Sisipan ( HRZE ) d. Kategori Anak 2HRZ / 4HR
KATEGORI I (2HRZE/4H3R3) Penderita baru TB paru BTA positif Penderita baru TB paru BTA negatif Penderita baru TB ekstra paru berat Penderita HIV positif KATEGORI II (2HRZES/HRZE/5H3R3E3) Penderita kambuh Penderita gagal pengobatan Penderita setelah lalai (after default)
KATEGORI IV (2HRZ/4H3R3)
Penderita baru TB paru kronik & MDR-TB ( Pemeriksaan sputum BTA tetap positif setelah pengobatan ulang dengan pengawasan ketat ) Pengobatan dengan regimen khusus & bersifat individual dibawah pengawasan unit spesialistik.
25 (20 30)
35 (30 35) mg/kgBB 15 (15 20) mg/kgBB 30 (20 35) 15 (12 18) mg/kgBB 15 (12 18) mg/kgBB
1. 2. 3. 4. 5.
OAT disediakan dalam bentuk paket : a. OAT-KDT ( Kombinasi Dosis Tetap ) b. OAT-Kombipak
A. Persyaratan PMO Dikenal,dipercaya dan disetujui oleh pasien dan petugas kesehatan , dan disegani serta dihormati pasien Tinggal dekat dengan pasien Bersedia membantu pasien dengan sukarela Bersedia dilatih dan mendapat penyuluhan bersama pasien
B. Tugas Seorang PMO Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan Mengingatkan pasien utk periksa dahak pd saat yg ditentukan Tugas PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil obat di unit pelayanan kesehatan
A. Pemantauan kemajuan pengobatan TB pada orang dewasa dilaksanakan dg pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis 2x (S-P)
B. Hasil Pengobatan Pasien TB a.Sembuh b.Pengobatan lengkap c.Meninggal d.Pindah e.Putus berobat ( Default ) f.Gagal
Tipe Pasien
Uraian
Tindak Lanjut Tahap Lanjutan OAT Sisipan 1 bln tahap lanjutan SEMBUH GAGAL Kategori 2
Tipe Pasien
Uraian
Hasil Tindak Lanjut BTA Neg Tahap Lanjutan sp selesaiPengobat an Lengkap Pos Ganti kategori 2 dimulai dari awal
Tipe Pasien
Uraian
Pos
Neg Pos
OAT Sisipan 1 bln tahap lanjutan, rujuk uji kepekaan obat SEMBUH
KRONIK Rujuk ke Spesialis Paru
1. Putus obat < 1 bln lacak diskusikan lanjutkan Tx 2. Putus obat 1-2 bln lacak diskusikan Periksa dahak SPS, bila - neg lanjutkan Tx - pos pengobatan <5bln lanjutkan Tx pengobatan >5bln a. Kat. 1 mjd Kat 2 b. Kat. 2 dirujuk ke Spesialis Paru
3. Putus Obat > 2 bln (DEFAULT) -Periksa dahak SPS, bila : a. neg atau TB extra paru Tx dihentikan observasi parah periksa ulang SPS/Biakan b. positif salah satu maka :
Tahap lanjutan dimulai Dilanjutkan dengan OAT sisipan selama 1 bulan. Jika setelah sisipan masih tetap positif, tahap lanjutan tetap diberikan.
Negatif
Beri sisipan selama 1 bulan. Jika setelah sisipan masih tetap positif, terus pengobatan tahap lanjutan. Jika ada fasilitas, rujuk untuk uji kepekaan obat.
Penderita baru BTA positif dengan pengobatan ulang kategori 2 Negatif keduanya Sembuh Belum ada pengobatan, disebut kasus kronik. Jika mungkin, rujuk kepada unit pelayanan spesialistik. Bila tidak mungkin. Beri INH seumur hidup.
Positif
Negatif Penderita BTA (-) & Ro (+) dengan pengobatan ketegori 3 (ringan) atau kategori 1 (berat) Akhir intensif Positif
TABEL, PENGOBATAN PENDERITA TBC DENGAN KATEGORI 1 YANG BEROBAT TIDAK TERATUR
Lamanya pengobatan sebelumnya Lamanya pengobatan terputus Perlu tidaknya pemeriksaan dahak Hasil pemeriksaan dahak Dicatat kembali sebagai Tindakan pengobatan
Tidak Tidak
----Positif
--------------Pengobatan setelah default Pengobatan setelah default ------Pengobatan setelah default Pengobatan setelah default
Lanjutan kat - 1 Mulai lagi kat 1 dari awal Mulai lagi kat 1 dari awal Lanjutan kat - 1 Lanjutan kat - 1 Tambahkan 1 bulan sisipan Lanjutan kat - 1
< 8 minggu
Ya Negatif
< 2 minggu
Tidak
--Positif
2 8 minggu 1 2 bulan
Ya Negatif
Lanjutan kat - 1
< 2 minggu
Tidak
--Positif
2 8 minggu 2 bulan
Ya Negatif
Lanjutan kat - 1
TABEL, PENGOBATAN PENDERITA TBC DENGAN KATEGORI 2 YANG BEROBAT TIDAK TERATUR
Lamanya pengobatan sebelumnya Lamanya pengobatan terputus Perlu tidaknya pemeriksaan dahak Hasil pemeriksaan dahak Dicatat kembali sebagai Tindakan pengobatan
Tidak Tidak
----Positif
-----------
Lanjutan kat - 1 Mulai lagi kat 1 dari awal Mulai lagi kat 1 dari awal Lanjutan kat - 1 Lanjutan kat - 1 Tambahkan 1 bulan sisipan Lanjutan kat - 1 Mulai lagi kat 2 dari awal
< 8 minggu
Ya Negatif
< 2 minggu
Tidak
---
Positif
2 8 minggu 1 2 bulan Ya Negatif
---
--Pengobatan setelah default Pengobatan setelah default ------Pengobatan setelah default Pengobatan setelah default
Lanjutan kat - 2
< 2 minggu
Tidak
--Positif
Lanjutan kat - 2 Mulai lagi kat 2 dari awal Lanjutan kat - 2 Mulai lagi kat 2 dari awal
2 8 minggu 2 bulan
Ya Negatif
Positif
< 8 minggu Ya Negatif
Lanjutan kat - 2
Hindari penggunaan streptomisin pada ibu menyusui dan bayinya Semuanya OAT aman untuk ibu menyusui INH profilaksis untuk bayinya.
PENDERITA HIV
Regimen tidak berbeda mungkin memerlukan terapi lebih lama. PENDERITA HEPATITIS / KELAINAN HATI Tunda OAT Hindari penggunaan pirazinamid Pertimbangan 2RHES/6RH atau 2HES/10HE
EFEK SAMPING
Ringan lanjutkan OAT, evaluasi dosis obat Anoreksia, mual-mual, nyeri perut - Pyrazinamide, rifampisin Minum obat dengan sedikit makanan atau minum pada malam hari sebelum tidur. Nyeri persendian - Pyrazinamide Aspirin Rasa kesemutan atau terbakar pada tungkai - Isoniazid Beri vitamin B6 100 mg/hari Urine berwarna merah / orange - Rifampisin Beritahu penderita bahwa keadaan tersebut normal
EFEK SAMPING
Berat Hentikan obat yang diduga penyebab Gatal-gatal, kemerahan di kulit (skin rash) - Streptomisin, INH, pyrazinamide, rifampisin Beri antihistamin, lanjutan OAT dengan pengawasan bila timbul kemerahan di kulit Stop OAT Tuli - Streptomisin Stop streptomisin, gunakan ethambutol Gangguan keseimbangan (vertigo, nistagmus) - Streptomisin Stop streptomisin, gunakan ethambutol Ikterus - INH, pyrazinamide, rifampisin Stop OAT Rawat RS
EFEK SAMPING
BERAT HENTIKAN OBAT YANG DIDUGA PENYEBAB
Gangguan kesadaran, gelisah ( Suspect drug-induced acute liver failure) Hampir semua OAT Stop OAT Rawat RS Gangguan penglihatan - Ethambutol ethambutol stop Syok, perdarahan bawah kulit, gagal ginjal - Rifampisin Stop rifampisin Rawat RS
KOMPLIKASI
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal
fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Pencegahan
Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG
Pencegahan
Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat