Anda di halaman 1dari 8

1. Mengapa terjadi batuk berdahak yang berdarah ?

Hemoptisis adalah ekspektorasi darah atau dahak yang mengandung bercak


darah dan berasal dari saluran napas bawah.
Hemoptisis masif adalah batuk darah antara >100 sampai >600 mL dalam waktu 24
jam.
Penting bedakan bahwa darah berasal dari saluran napas dan bukan dari traktus
gastrointestinal. Darah yang berasal dari gastrointestinal berwana hitam kemerahan dan
pH-nya asam, sebaliknya pada hemoptisis darah merah terang dan ph-nya alkali.

Saluran napas dan paru2 terutama diperdarahi oleh sistem arteri-vena


pulmonalis dan sistem arteri bronkialis yang berasal dari aorta. Dari kedua sistem ini
perdarahan pada sistem arteri bronkialis lebih sering terjadi.

Penyebab hemoptisis secara umum dapat dibagi menjadi empat, yaitu infeksi,
neoplasma, kelainan kardiovaskular dan hal lain-lain yang jarang kejadiannya. Infeksi
adalah penyebab tersering hemoptisis, tuberkulosis adalah infeksi yang menonjol.

Pada tuberkulosis, hemoptisis dapat disebabkan oleh kavitas aktif atau oleh
proses inflamasi tuberkulosis di jaringan paru. Apabila tuberkulosis berkembang menjadi
fibrosis dan perkijuan, dpat terjadi aneurisma arteri pulmonalis dan bronkiektasis yang
akan mengakibatkan hemoptisis pula.
BATUK DAN BATUK DARAH,BAHAN KULIAH PULMONOLOGI ILMU PENYAKIT DALAM,
Dr. Aditiawarman, SpPD

2. Penyakit neoplasma dan inflamasi kronis (bronkiektasis, infeksi kronis seperti TB) 
merangsang neovaskularisasi dan meningkatkan sirkulasi sistemik yang dimediasi oleh
angiogenic growth factors.  Pembuluh darah sistemik yang baru dan hipertrofi ini biasanya
sangat rapuh dan terpapar oleh tekanan sistemik  cenderung ruptur pada bagian distalnya ke
dalam lumen bronkus atau alveoli  HEMOPTISIS

3. Mengapa pasien mengalami penurunan berat badan, nafsu makan turun dan keringat di
malam hari?
 Karena infeksi tbc-> mengaktifkan makrofag-> makrofag memproduksi pirogen
endogen-> pada hipotalamus memproduksi prostaglandin -> Merengsang serebal
korteks dan penurunan nafsu makan pada saat yang sama terjadi metabolisme ->
penurunan berat badan

Keringat dimalam hari : Karena meningkatnya metabolisme basal. Karena inflamasi kronis
Karena pada malam hari metabolism tubuh menurun  kadar O2 dibutuhkan tubuh sedikit
dapat memicu bakteri tubekulosa yang bersifat aerobmetabolism bakteri lebih aktif
mengeluarkan sitokin2 yang merangsang termoreseptor hipotalamus sehingga suhu
tubuh meningkatkeluar keringat

Keringat malam mungkin merupakan gejala klinis TB penting pada dewasa dan bukan
gejala utama pada anak. Pada orang dewasa yang sehat pada malam hari istirahat atau
tidur, metabolisme (BMR) menurun, sedangkan pada keadaan sakit TB yang merupakan
proses infeksi atau sakit TB metabolisme meningkat sehingga akan berkeringat pada malam
hari. Pada anak, yang masih fase tumbuh, growth hormon malam hari, metabolisme
meningkat, sehingga akan timbul keringat pada malam hari

(Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak, Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi PP Ikatan


Dokter Anak Indonesia 2005

4. Mengapa auskultasi terdapat ronki basah di atass kedua paru?


5. Mengapa pada pemeriksaan perkusi didapatkan redup pada kedua apex paru?
Sifat aerob obligat membuat bakteri ini menyukai daerah yang kaya akan O2, bagian
apex (zona 1) banyak mengandung O2 karena tidak terjadi aliran darah, sehingga daerah
tersebut kaya akan udara.
Adanya bakteri di daerah tersebut memicu adanya respon inflamasi  infiltrat sel-sel
radang  pada saat perkusi redup
redup atau gangguan resonansi di akibatkan oleh setiap keadaan yang menganggu getaran
resonan normal dalam paru-paru atau keadaan yang menggangu pengahtaran dari getaran
tersebut dari luar. Oleh karen itu konsilidasi parenkim paruparu mengakibatkan suara perkusis
redup contoh penyakit seperti penumonia, neoplasma, atelektasis, fibrosis pleura, efusi
pleura. Suara resonansi skodaik bagian bawah paru mengalami kompresi oleh setiap efusi
pleuritik dan volume bagian atasnya berkurang , suara bagian atas toraks akan bersifat timpani
(pneumonia lobaris) di atas daerah konsolidasi.

6. Mengapa dilakukan pengulangan pemeriksaan BTA ?kriteria diagnose


7. Apa klasifikasi dari tuberculosis ?
a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi:

- TB paru adalah kasus TB yang melibatkan parenkim paru atau trakeobronkial. TB


milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena terdapat lesi di paru. Pasien yang
mengalami TB paru dan ekstraparu harus diklasifikasikan sebagai kasus TB paru.
- TB ekstraparu adalah kasus TB yang melibatkan organ di luar parenkim paru seperti
pleura, kelenjar getah bening, abdomen, saluran genitourinaria, kulit, sendi dan tulang,
selaput otak. Kasus TB ekstraparu dapat ditegakkan secara klinis atau histologis setelah
diupayakan semaksimal mungkin dengan konfirmasi bakteriologis.
b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan:
 Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat OAT sebelumnya
atau riwayat mendapatkan OAT kurang dari 1 bulan.
 Kasus dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien yang pernah
mendapatkan OAT 1 bulan atau lebih. Kasus ini diklasifikasikan lebih lanjut
berdasarkan hasil pengobatan terakhir sebagai berikut:
 Kasus kambuh adalah pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan OAT
dan dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap pada akhir pengobatan dan
saat ini ditegakkan diagnosis TB episode rekuren (baik untuk kasus yang
benar-benar kambuh atau episode baru yang disebabkan reinfeksi).
 Kasus pengobatan setelah gagal adalah pasien yang sebelumnya pernah
mendapatkan OAT dan dinyatakan gagal pada akhir pengobatan.
 Kasus setelah putus obat adalah pasien yang pernah menelan OAT 1 bulan
atau lebih dan tidak meneruskannya selama lebih dari 2 bulan berturut-turut
atau dinyatakan tidak dapat dilacak pada akhir pengobatan. (Pada revisi
guideline WHO tahun 2013 klasifikasi ini direvisi menjadi pasien dengan
perjalanan pengobatan tidak dapat dilacak (lost to follow up) yaitu pasien
yang pernah mendapatkan OAT dan dinyatakan tidak dapat dilacak pada akhir
pengobatan).
 Klasifikasi berikut ini baru ditambahkan pada revisi guideline WHO tahun
2013 yaitu: kasus dengan riwayat pengobatan lainnya adalah pasien
sebelumnya pernah mendapatkan OAT dan hasil akhir pengobatannya tidak
diketahui atau tidak didokumentasikan.
 Pasien pindah adalah pasien yang dipindah dari register TB (TB 03) lain
untuk melanjutkan pengobatan. (Klasifikasi ini tidak lagi terdapat dalam
revisi guideline WHO tahun 2013).
 Pasien yang tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya adalah
pasien yang tidak dapat dimasukkan dalam salah satu kategori di atas.

c. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis dan uji resistensi obat


Semua pasien suspek / presumtif TB harus dilakukan pemeriksaan bakteriologis
untuk mengkonfirmasi penyakit TB. Pemeriksaan bakteriologis merujuk pada
pemeriksaan apusan dahak atau spesimen lain atau identifikasi M. tuberculosis
berdasarkan biakan atau metode diagnostik cepat yang telah mendapat rekomendasi
WHO (Xpert MTB/RIF).
(+) Pada wilayah dengan laboratorium jaminan mutu eksternal, kasus TB paru dikatakan
apusan dahak positif berdasarkan terdapatnya paling sedikit hasil pemeriksaan apusan
dahak BTA positif pada satu spesimen pada saat mulai pengobatan. Pada daerah tanpa
laboratorium dengan jaminan mutu eksternal maka definisi kasus TB apusan dahak
positif bila paling sedikit terdapat dua spesimen pada pemeriksaan apusan dahak adalah
BTA positif.
(-) Kasus TB paru apusan negatif adalah:
1) Hasil pemeriksaan apusan dahak BTA negatif tetapi biakan positif untuk M.
tuberculosis
2) Memenuhi kriteria diagnostik berikut ini:
 keputusan oleh klinisi untuk mengobati dengan terapi anti TB lengkap;
DAN
 temuan radiologis sesuai dengan TB paru aktif DAN:
 terdapat bukti kuat berdasarkan laboratorium atau manifestasi klinis;
ATAU
 bila HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui tetapi tinggal di daerah
dengan prevalens HIV rendah), tidak respons dengan antibiotik spektrum
luas (di luar OAT dan fluorokuinolon dan aminoglikosida).
 Kasus TB paru tanpa pemeriksaan apusan dahak tidak diklasifikasikan
apusan negatif tetapi dituliskan sebagai “apusan tidak dilakukan”.

d. Klasifikasi berdasarkan status HIV1


 Kasus TB dengan HIV positif adalah kasus TB konfirmasi bakteriologis atau
klinis yang memiliki hasil positif untuk tes infeksi HIV yang dilakukan pada saat
ditegakkan diagnosis TB atau memiliki bukti dokumentasi bahwa pasien telah
terdaftar di register HIV atau obat antiretroviral (ARV) atau praterapi ARV.
 Kasus TB dengan HIV negatif adalah kasus TB konfirmasi bakteriologis atau
klinis yang memiliki hasil negatif untuk tes HIV yang dilakukan pada saat
ditegakkan diagnosis TB. Bila pasien ini diketahui HIV positif di kemudian hari
harus disesuaikan klasifikasinya.
 Kasus TB dengan status HIV tidak diketahui adalah kasus TB konfirmasi
bakteriologis atau klinis yang tidak memiliki hasil tes HIV dan tidak memiliki
bukti dokumentasi telah terdaftar dalam register HIV. Bila pasien ini diketahui
HIV positif dikemudian hari harus disesuaikan klasifikasinya.
Menentukan dan menuliskan status HIV adalah penting untuk mengambil
keputusan pengobatan, pemantauan dan menilai kinerja program. Dalam kartu berobat
dan register TB, WHO mencantumkan tanggal pemeriksaan HIV, dimulainya terapi
profilaksis kotrimoksazol, dimulainya terapi antiretroviral.

8. Bagaimana manifestasi klinis dari scenario?


Tanda :
 batuk disertai dahak yang terkadang berdarah
 badan kurus

Gejala :

 sering berkeringat pada malam hari


 kurang nafsu makan
 sesak nafas
9. Apa diagnosis dari scenario ?
10. Apa pemeriksaan penunjang dari scenario ?
11. Bagaimana cara perawat mengatasi dahak?
TB dapat melakukan latihan batuk efektif. Diantaranya, untuk melonggarkan dan
melegakkan saluran pernapasan maupun mengatasi sesak napas akibat adanya lendir yang
memenuhi saluran pernapasan

12. Apa diagnose keperawatan yang bisa ditegakkan ?


No Data Etiologi Problem
1.  Data Objektif : Defisiensi Kurang sumber
pasien saat batuk tidak pengetahuan pengetahuan
menutup mulutnya
 Data Subjektif :
pasien mengatakan tidak
mengetahui penyakit dan
cara perawatan

2.  Data Objektif : Ketidakefektifan Penumpukan secret


Pasien tidak mendapatkan bersihan jalan nafas
imunisasi BCG saat kecil,
apex paru redup, auskultasi
ronchi basah
 Data Subjektif :
Pasien mengeluh
batukberdahak sejak 3
minggu yang lalu, dahak
kadang bercampur darah
3.  Data Objektif : Perubahan nutrisi faktor biologis
Berat badan menurun kurang dari
 Data Subjektif : kebutuhan tubuh
pasien mengatakan nafsu
makan menurun
Diagnose keperawatan
1) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan
2) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
secret/sputum
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor
biologis
13. Apa saja pengkajian untuk pemenuhan kebutuhan oksigen ?
o Kaji Pola nafas : apneu, takipneu, bradikneu
o Kaji volum pernafasan : hiperventilasi atau hipofentilasii\
o Kaji Sifat pernafasan : menggnakan dada atau perut
o Kaji irama pernafasan : ireguler atau nonireguler bunyi : wheezing, ronki, reales,crackles
o Oksigenisasi ;: sianosis asianosis atau clubbing finger
o Kaji ada atau tidak gangguan pernafasan hipertrofi tulang hidung, mukosa, sianosi yang
menyebabkan gangguan pernafasan

14. Apa patofisiologi dari tuberculosis ?


Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya
yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat
mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme
imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TB dan biasanya
sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil
kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi
dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan
membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru
disebut Fokus Primer GOHN.
Dari focus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar
limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi focus
primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis)
dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika focus primer terletak di lobus paru
bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus,
sedangkan jika focus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar
paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan antara focus primer, kelenjar limfe
regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini berbeda
dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan
sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TB biasanya
berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam
masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah
yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler.
15. Apa saja informasi konseling yang dapat dilakukan pada pasien tersebut?
16. Bagaimana perawat mekalukan pendidikakan kesehatan tentang etika batuk, modifkasi
o Ajarkan etika batuk yang baik dan benar

o Modifikasi lingkungan : memnuka jendela pada siang hari


17. Bagaimana monitoring terapi dari seknario tersebut ?
18. Jelaskan intervensi yang bisa dilakukan perawat dari diagnosis keperawatan yang bisa
ditegakkan ?
1) Defisien si pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang etikabatuk
 Modifikasi lingkungan
 Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang peyakit yang
spesifik
 Jelaskan tentang penyakit yang dialaminya
 Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit
 Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
 Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat

Kriteria hasil :

 Pasien dan keluarga menyatakan kepahaman tentang penyakit


 Pasien dan keluarga dapat melaksanakan prosedur yang telah dijelaskan
benar
 Pasien dan keluarga dapat menjelaskan kembali tentang apa yang sudah
dijelaskan oleh perawat
2) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
secret/sputum

 Kaji fungsi pernafasan ( bunyi nafas, kecepatan irama, kedalaman dan


penggunaan otot aksesori)
 Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/ batuk efektif (catat
karakter, jumlah sputum, adanya emoptisis)
 Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk
dan latihan nafas dalam
 Bersihkan secret dari mulut dan trakea : penghisapan sesuai kepeluan
 Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obat

Untuk kriteria hasil :

 Mempertahankan jalan nafas


 Mengelurkan secret
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor
biologis
 Kaji adanya alegi makanan
 Kolaborasi dengan ahli gizi
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Monitor adanya penurunan beratbadan
 Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Kriteria hasil :

 Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan


 Berat badan ideal sesuai dengan berat badan
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Tidak adatanda tanda mal nutrisi
 Tidak terjadi penurunan berat badan

Anda mungkin juga menyukai