Anda di halaman 1dari 63

CR S -CS S

T B PAR U ANAK
Oleh :
Nandini Nur Annisa
Rana Zhafira Amanda

Departemen Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Identitas Pasien
Identitas Pasien
Nama : An. Z
J enis Kelamin : L aki-laki
Usia : 4 tahun 9 bulan
Tanggal Pemeriksaan : 10 Desember 2018
Alamat : Cibiru

Penanggung jawab pasien : Ny. D (ibu kandung)


Anamnesis
K eluhan Utama
Check up Pre-operasi
Anamnesis
Pasien datang dengan rencana medical check up sebelum dilakukan
operasi hernia inguinalis. Dari hasil foto toraks tampak perbercakan pada paru-paru
pasien. Riwayat batuk lama dan demam lebih dari 2 minggu tidak ada. Ibu pasien
mengeluhkan berat badan pasien sulit naik selama 2 bulan terakhir tanpa disertai
penurunan nafsu makan. Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama atau
berdarah ada, yaitu tante pasien yang dikatakan menderita TBC dengan hasil
pemeriksaan BTA (+) dan sempat tingga satu rumah. Pengobatan tante pasien
sempat terhenti karena hamil, kemudian dilanjutkan saat ini pengobatan telah
berjalan selama 3 bulan.
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien jarang sakit. Ibu pasien tidak
mengeluhkan pasien menajdi kurang aktif dan terlihat selalu mengantuk. Tidak ada
benjolan di pinggang, benjolan di sendi, sesak napas dan diare dalam waktu yang
lama.
R iwayat K elahiran
● Pasien merupakan anak ke-2 dari ibu P2A0, lahir cukup bulan, normal spontan,
di RS Al Islam.
● Bayi lahir langsung menangis, berat badan lahir 2650 gram, panjang badan
lahir 48 cm.
● S elama hamil ibu sehat, rutin kontrol ke bidan di puskesmas, hanya
mengkonsumsi vitamin dari bidan

R iwayat Imunisasi
● Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap.

R iwayat T umbuh K embang


● Riwayat tumbuh kembang pasien dalam batas normal dan ketika bayi rutin ke
posyandu. Pasien dapat berjalan pada usia 16 bulan.
R iwayat Nutrisi
● Pasien diberikan AS I eksklusif selama bulan dan terus meminum AS I hingga 2
tahun. Pemberian makan tambahan dimulai pada umur bulan
● S ehari-hari pasien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk dan sayur
mengikuti makanan keluarga.
● Pasien rutin meminum susu kambing setiap hari.
● Pasien suka memakan buah-buahan.

R iwayat S osio E konomi


● Pekerjaan ayah dan ibu adalah seorang PNS dan IRT.
● S eluruh keluarga pasien memiliki BPJ S
Pemeriksaan F isis
S tatus Antropometri
● Berat Badan (BB) : 14,5 kg
● Tinggi Badan (TB) : 103 cm
● TB/U : normal
● BB/U : normal
● BB/TB : normal
S tatus G eneralis
Pemeriksaan tanggal : 11 Desember 2018
● Kesadaran : compos mentis
● Keadaan umum : sakit ringan
● Tanda-tanda vital
Nadi : 96x/menit
Respirasi : 24x/menit
S uhu : 36,8 C
CRT : < 2 detik
S pO2 : 98%
S tatus G eneralis
● Kepala
Bentuk : simetris
Mata : konjungtiva anemis tidak ada
sklera ikterik tidak ada
Hidung : PCH tidak ada
Telinga : sekret tidak ada
Mulut : perioral sianosis tidak ada

● L eher : KG B tidak teraba membesar


S tatus G eneralis
● Thorax
Bentuk dan gerak simetris
Cor : S 1 dan S 2 normal reguler
murmur tidak ada
Pulmo : V BS kanan = kiri, crackles dan wheez ing tidak ada
● Abdomen : datar lembut
● kstrimitas : akral hangat
F oto T horax
Usulan Pemeriksaan
1. Tes bakteriologis
D iagnosis
D iagnosis B anding
● TB Paru terdiagnosa klinis
● TB Paru terdiagnosa bakteri
D iagnosis K erja
● TB Paru Anak
T atalaksana &
Prognosis
T atalaksana
Farmakologi:
1. Fixed Drug Combination, 3 tablet sekali minum, setiap hari selama 6 bulan.

Non farmakologi
1. E dukasi PH BS .
2. E dukasi kepada pasien bahwa pengobatan pada TB paru butuh
kepatuhan yang baik dalam meminum obat dan kontrol agar
pengobatannya berhasil.
3. E dukasi bahwa seluruh anggota keluarga harus di screening TB.
Prognosis
Ad vitam ad bonam
Ad functionam ad bonam
Ad sanationan ad bonam
CS S T B Paru pada Anak
DEFINISI

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit


menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium
Tuberculosis), suatu basil tahan asam,
yang biasanya menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya.
EPIDEMIOLOGI
Di negara-negara berkembang jumlah anak berusia kurang dari 15
tahun adalah 40-50% dari jumlah seluruh populasi umum dan
terdapat sekitar 500.000 anak di dunia menderita TB setiap tahun
Indonesia termasuk ke dalam 5 negara yang memiliki kasus TB
paling tinggi dengan proporsi kasus TB anak adalah 9%. Proporsi
tersebut bervariasi antar provinsi, dari1,2% sampai 17,3%.
SALURAN PERNAPASAN

PERBEDAAN SALURAN DEFENSE MECHANISM


PERNAPASAN PADA ANAK DAN - Non-immune :
DEWASA Aerodynamic filtering
1. Ukuran saluran pernapasan lebih Airway reflex (batuk, bersin)
pendek Mucus
2. Diameter saluran pernapasan lebih Silia
kecil - Immune :
3. Alveolinya masih sedikit Sel inflamasi  makrofag, sel dendritik
Imunitas humoral  Imunoglobulin
FAKTOR RISIKO
MEKANISME
PENULARAN TB

•Melalui batuk atau percikan dahak penderita


TB
•Penularan umumnya dari penderita dewasa
atau anak remaja ke anak.
ETIOLOGI Mycobacterium tuberculosis

Acid fast staining Gram staining Culture


(Ziehl-Nielssen)
lymphadenitis

lymphangitis
PATOGENESIS

primary focus

Ghon focus
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI
Riwayat Hasil uji
Lokasi Status HIV
pengobatan kepekaan
• Paru • Baru • Sensitif • Negatif
• Ekstraparu • Pernah • Resistan • Positif
diobati (monoresista • Tidak
sebelumnya n, diketahui
• Riwayat poliresistan,
pengobatan MDR, XDR,
tidak resistan
diketahui rifampisin
(RR)
MANIFESTASI KLINIS

Gejala Sistemik/Umum
• Berat badan turun atau tidak naik dalam dua bulan
• Gagal tumbuh setelah tatalaksana selama 1-2 bulan
• Demam lebih dari dua minggu, naik-turun, tidak tinggi, tanpa
sebab yang jelas
• Batuk lama lebih dari dua minggu, non-remitting, tidak membaik
setelah pemberian AB dan obat asma
• Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
Multip
MANIFESTASI
le, KLINIS
d:1
cm,
Kelenj
kenya
ar
TB Otak/ Menin l,
spesif tidak
menin Tubergitis
Spon Gejal
ik geal nyeri
kulom
dilitis, a
a otak
Skelet koksiti TTIK
al s,
goniti
MANIFESTASI KLINIS
Conjuc
tivitis
Mata
flictenu
Skroful
TB laris
Spesifi Kulit oderm
Dullne
k Pleura a
ss,
dan crackle
Bunyi
Pericar s
jantung
dium redup
DIAGNOSIS

1. Pemeriksaan Bakteriologis
SPESIMEN
• Berdahak
• Bilas lambung dengan NGT
• Induksi sputum

TEST BAKTERIOLOGIS
• Pemeriksaan mikroskopis
• Test cepat molekuler (TCM)
• Pemeriksaan Biakan
DIAGNOSIS

Alur Diagnosis TB pada anak


Didasarkan pada 4 hal, yaitu:
1. Konfirmasi bakteriologis TB
2. Gejala klinis yang khas TB
3. Adanya bukti infeksi TB (hasil uji tuberkulin positif atau kontak erat
dengan pasien TB)
4. Gambaran foto toraks sugestif TB.
DIAGNOSIS

Uji tuberkulin
• Bermanfaat untuk menegakkan diagnosis TB anak, khususnya jika riwayat
kontak dengan pasien TB tidak jelas.
• Hasil positif uji tuberkulin tidak bisa membedakan antara infeksi dan sakit TB.
• Hasil negatif uji tuberkulin belum tentu menyingkirkan diagnosis TB.
Foto Toraks
• Merupakan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis TB pada anak, namun
gambaran foto toraks pada TB tidak khas kecuali gambaran TB milier
Pemeriksaan histopatologi (PA/Patologi Anatomi)
• Pemeriksaan PA akan menunjukkan gambaran granuloma dengan nekrosis perkijuan di
tengahnya dan dapat pula ditemukan gambaran sel datia langhans dan atau kuman TB.
DIAGNOSIS

Sistem
Skoring
TB Anak
DIAGNOSIS

1. Jika skor total >= 6 : diagnosis TB dan diobati dengan OAT


2. Jika skor total < 6, dengan uji tuberkulin positif atau ada kontak erat :
diagnosis TB dan obati dengan OAT
3. Jika skor total < 6, dan uji tuberkulin negatif atau tidak ada kontak erat :
maka lakukan observasi gejala selama 2-4 minggu, bila gejala menetap
maka evaluasi ulang kemungkinan diagnosis TB atau rujuk ke fasilitas
pelayanan yang lebih tinggi.
DIAGNOSIS

Jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini, pasien dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan rujukan:
1. Foto toraks menunjukan gambaran efusi pleura atau milier kavitas
2. Gibbus, koksitis
3. Tanda bahaya:
a. Kejang, kaku kuduk
b. Penurunan kesadaran
c. Kegawatan lain, misalnya sesak napas
TATALAKSANA

Tata laksana medikamentosa TB terdiri atas:


- Terapi (pengobatan)
- Profilaksis (pengobatan pencegahan)

Pengobatan TB – Anak yang sakit TB


Profilaksis primer – Anak sehat yang berkontak dengan pasien TB
Profilaksis sekunder – Anak yang terinfeksi TB tanpa sakit TB
PANDUAN OBAT
PANDUAN OBAT
 Bayi <5 kg pemberian OAT secara terpisah (bukan KDT)
Kombinasi Dosis
 Dosis obat menyesuaikan kenaikan BB
Tetap (KDT)  Untuk anak obesitas, dosis KDT menggunakan Berat Badan
ideal (sesuai umur).

 OAT KDT diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah atau


Berat 2 bulan 4 bulan digerus)
badan RHZ (RH (75/50)
(kg) 75/50/150  Obat dapat ditelan utuh, dikunyah/dikulum (chewable), atau
dimasukkan air dalam sendok (dispersable).
5–7 1 tablet 1 tablet
 Obat ditelan saat perut kosong, atau paling cepat 1 jam
8 – 11 2 tablet 2 tablet setelah makan
12 – 16 3 tablet 3 tablet
 Bila INH dikombinasi dengan Rifampisin, dosis INH tidak
17 – 22 4 tablet 4 tablet boleh melebihi 10 mg/kgBB/hari
23 – 30 5 tablet 5 tablet
 Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka
>30 KDT dws semua obat tidak boleh digerus bersama dan dicampur
dalam satu puyer
OAT

Lini pertama MOA Efek samping Dosis tunggal harian


(mg/kg/hari)
[RENTANG]
[Maksimal]
Isoniazid Bakterisidal Neuritis perifer 10 (5-15) (300)
Rifampicin Bakterisidal dan Cairan tubuh berwarna 15 (10-20) (600)
sterilisasi oranye kemerahan
Pirazinamid Sterilisasi Artralgia 35 (30-40) (2.000)
Ethambutol Bakteriostatik Neuritis optik 20 (15-25) (1.200)
Streptomisin Bakteriostatik Ototoksik, nefrotoksik 15 (12-18) (1.000)
Pada kondisi :
● TB meningitis,
● sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar (endobronkhial TB)
● perikarditis TB.
● TB milier dengan gangguan napas yang berat, PEMBERIAN
● efusi pleura KORTIKOSTEROID
● TB abdomen dengan ascites

Sering digunakan:
Prednison dosis 2 mg/kg/ hari, hingga 4 mg/kg/hari. Pada kasus sakit berat, dosis maksimal 60
mg/hari selama 4 minggu.

Tappering off setelah 2 minggu pemberian, kecuali pada TB meningitis: tappering off setelah 4
minggu.
TATALAKSANA

Piridoksin
Karena isoniazid dapat menyebabkan difisiensi piridoksin simtomatik,
terutama pada anak malnutrisi dan HIV. Dosis: 5-10mg/kg/hari
TATALAKSANA - Nutrisi
PEMANTAUAN DAN HASIL EVALUASI

 Pemantauan pengobatan : dipantau oleh pengawas menelan obat (PMO)


 Pasien TB anak sebaiknya dipantau oleh petugas kesehatan tiap 2 minggu
selama fase intensif dan tiap 1 bulan pada fase lanjutan. Setiap kunjungan
dievaluasi respon pengobatan, kepatuhan, toleransi dan kemungkinan adanya
efek samping

 Respon pengobatan dikatakan baik jika gejala klinis membaik (demam


menghilang, batuk berkurang, nafsu makan meningkat dan BB naik)
 Pada pasien dengan BTA positif pada awal pengobatan, maka dilakukan lagi
pemeriksaan dahak ulang pada akhir bulan ke-2,5,dan 6
 Kepatuhan minum obat dicatat menggunakan kartu pemantau pengobatan
PEMANTAUAN DAN HASIL EVALUASI
TATALAKSANA PASIEN YANG BEROBAT TIDAK TERATUR

Ketidakpatuhan minum OAT pada pasien TB merupakan penyebab kegagalan terapi


Jika:
-Anak tidak minum obat >2 minggu di fase intensif atau > 2 bulan di fase lanjutan DAN
menunjukkan gejala TB  beri pengobatan kembali mulai dari awal.
-Anak tidak minum obat <2 minggu di fase intensif atau <2 bulan di fase lanjutan DAN
menunjukkan gejala TB  lanjutkan sisa pengobatan sampai selesai.

Pada pasien dengan pengobatan yang tidak teratur, risiko terjadinya


TB resistan obat akan meningkat.
PENGOBATAN ULANG TB PADA ANAK

 Anak yang pernah mendapat pengobatan TB, apabila datang kembali dengan
gejala TB, perlu dievaluasi apakah anak tersebut menderita TB.

 Evaluasi dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan dahak atau sistem skoring.
Evaluasi dengan sistem skoring harus lebih cermat dan dilakukan di fasilitas
rujukan.

 Apabila hasil pemeriksaan dahak menunjukkan hasil positif, maka anak


diklasifikasikan sebagai Kasus Kambuh.
PENCEGAHAN
● Dosis PP INH 10 mg/kg BB (maks 300 mg/hari).
● Obat dikonsumsi satu kali sehari, sebaiknya pada

PP INH waktu yang sama dan saat perut kosong.


● L ama pemberian 6 bulan (1 bulan = 28 hari
pengobatan), dengan catatan bila keadaan klinis
anak baik. Bila dalam follow up timbul gejala TB,
lakukan pemeriksaan untuk penegakan diagnosis
TB. J ika anak terbukti sakit TB, PP INH dihentikan
dan berikan OAT.
● Dosis obat disesuaikan dengan kenaikan BB
setiap bulan
● Pada pasien dengan giz i buruk dan infeksi H IV ,
diberikan V itamin B6 10 mg untuk dosis INH ≤200
mg/hari
PP INH
DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT
COURSE

1. Komitmen
2. Diagnosa yang benar dan baik
3. Ketersediaan dan lancarnya distribusi obat
4. Pengawasan penderita menelan obat
5. Pencatatan dan pelaporan penderita dengan sistem kohort
PROGNOSIS

Umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali


jika:
• Kepatuhan minum obatnya buruk
• Resisten obat
• Mengalami gangguan sistem imun
• Adanya komplikasi
T hank you

Anda mungkin juga menyukai