Anda di halaman 1dari 38

BAGIAN RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR DESEMBER 2017

ANEURISMA AORTA THORACALIS

OLEH :
ANDI ALIFYA NURHIDAYATI

10542050413

PEMBIMBING:
dr. Iriani Bahar, M.Kes, Sp.Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Andi Alifya Nurhidayati

NIM : 10542050413

Judul Refarat : Aneurisma Aorta Thoracalis

Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Desember 2017

Pembimbing

dr. Iriani Bahar,M.Kes, Sp.Rad

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Segenap tahmid senantiasa tercurah kepada Sang Pemilik kehidupan yang Maha
Pengasih dan Penyayang atas segala limpahan Rahmat dan nikmatNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan refarat ini dengan lancar. Sholawat dan salam untuk Rasulullah Muhammad
SAW, sang pembawa cinta yang membimbing manusia menuju surga serta mengajarkan
kepada manusia untuk saling mengasihi.

Alhadulillah berkat hidayah dan pertolongannya, penulis dapat menyelesaikan tugas


refarat yang berjudul “Urolithiasis” dalam rangka Kepaniteraan Klinik di Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam Penyelesaian referat ini, peneliti ucapkan banyak terima kasih atas semua
bantuan,doa serta motivasinya kepada pihak yang ikut memberi andil dalam penyelesaian
refarat ini, terutama kepada dosen pembimbing dr. Iriani Bahar, M.Kes, Sp.Rad yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan pengarahan dan koreksi sampai
refarat ini selesai.

Penulis sadar bahwa penulisan ini sangat jauh dari kata sempurna, maka dari itu
penulis berharap kepada para pembaca untuk memberi kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan refarat ini.

Demikian, semoga refarat ini bisa bermanfaat untuk penulis dan para pembaca, Insya
Allah, Amin.

Makassar, Desember 2017

Andi Alifya Nurhidayati

3
ANEURISMA AORTA THORACALIS

( Andi Alifya Nurhidayati, Iriani Bahar )

A. PENDAHULUAN

Aneurisma aorta adalah pelebaran abnormal bagian aorta, dimana fungsi aorta sebagai

suplai arteri utama dan membawa darah kaya oksigen dari jantung ke organ tubuh dan

jaringan. Hal ini dapat terjadi di bagian atas aorta didada, yang dikenal sebagai aneurisma

aorta torakalis, atau di bagian bawah aorta di perut, yang dikenal sebagai aneurisma aorta

abdominalis. Karena pada aneursima memiliki daerah yang lemah pada dinding aorta,

mereka rentan terhadap ekspansi, robek atau diseksi di dalam dinding dan akhirnya pecah,

yang dapat menyebabkan pendarahan dan kematian dengan jumlah yang signifikan.

Deteksi dini, pengawasan dan terapi sangat penting dalam mencegah komplikasi seperti

kondisi yang mengancam jiwa ini.1

Studi berbasis populasi, kejadian tahunan berkisar antara 6 kasus per 100.000 di

Inggris, sampai 9,1 per 100.000 pada wanita atau 16,3 per 100.000 pada pria di Swedia

yang disertakan diagnosis dan otopsi kesehatan nasional untuk semua kematian di luar

rumah sakit. 2

Terdapat beberapa teori mengenai patogenesis terjadinya aneurisma aorta antara lain

1) degradasi proteolitik dari dinding jaringan ikat aorta, 2) inflamasi dan respon imun, 3)

stress biokimia pada dinding, 4) molekular genetik, dan 5) mekanisme gabungan.1

Aneurisma aorta torakalis ketika ukuran aorta mencapai >5cm untuk aorta ascendens

dan >6cm untuk aorta descendens. Ukuran aneurisma dapat diketahui dengan pemeriksaan

radiologi seperti Foto Thorax atau Chest Radiograph (CXR), Computed Tomography

aksial atau spiral (CT), magnetic resonance imaging (MRI), dan magnetic resonance

angiography (MRA) telah menjadi pemeriksaan yang sangat dianjurkan dalam evaluasi
4
dan perencanaan operasi pasien aneurisma aorta thoraks atau torakabdomen. Teknik CT

tiga dimensi spiral dapat mendokumentasikan keseluruhan patoanatomi dan memberikan

pengukuran aneurisma yang akurat. Selain itu, teknologi CT spiral memungkinkan

penilaian pada arteri interkostal, viseral, dan renal. Teknologi MRI dan MRA saat ini

terbatas pada trombus dan plak kalsifikasi yang tidak menonjol. Ekokardiografi mungkin

berguna sebelum operasi untuk menunjukkan fungsi ventrikel kiri dan kelainan katup

jantung bersamaan.2,3

5
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI AORTA

Aorta adalah pembuluh darah besar (main trunk) dari seluruh pembuluh darah

cabangnya yang berfungsi membawa darah teroksigenasi ke berbagai jaringan di tubuh

untuk kebutuhan nutrisi. Aorta terletak di bagian atas dari ventrikel, dimana diameternya

sekitar 3 cm, dan setelah naik (ascending) untuk jarak yang pendek, ia melengkung (arch)

ke belakang dan ke sisi kiri, tepat pada pangkal paru kiri, kemudian turun (descending)

dalam thorax pada sisi kiri kolumna vertebralis, masuk rongga abdomen lewat hiatus

diafragmatikus, dimana diameternya mulai berkurang (1,75 cm), setingkat dengan vertebra

lumbalis ke IV, kemudian bercabang menjadi arteri iliaca comunis dekstra dan sinistra.

Dari uraian diatas maka aorta dapat dipisahkan menjadi beberapa bagian: aorta ascenden,

arcus aorta, dan aorta descenden yang dibagi lagi menjadi aorta thoracica dan aorta

abdominalis.4

1. Aorta Ascenden

Aorta ascenden memiliki panjangnya sekitar 5 cm, menyusun bagian atas dari

basis ventrikel kiri, setinggi batas bawah kartilago kosta ke III dibelakang kiri

pertengahan sternum; aorta ascenden melintas keatas secara oblik, kedepan, dan

kekanan, searah aksis jantung, setinggi batas atas dari kartilago kosta ke II. Pada

pangkal asalnya, berlawanan dengan segmen valvula aortikus, terdapat tiga dilatasi

kecil disebut sinus aortikus. Saat pertemuan aorta ascenden dengan arcus aorta kaliber

pembuluh darah meingkat, karena bulging dinding kanannya. Segmen dilatasi ini

disebut bulbus aortikus, dan pada potongan transversal menunjukkan bentuk yang

oval. Aorta ascenden terdapat dalam pericardium.4

Batas-batas—aorta ascenden dilindungi oleh trunkus arteria pulmonalis dan

aurikula dekstra, dan, lebih tinggi lagi, terpisah dari sternum oleh pericardium, pleura

kanan, margo anterior dari pulmo dekstra, jaringan ikat longgar, dan sisa dari jaringan
6
timus; di posterior ia bersandar pada atrium sinistra dan arteri pulmonalis dekstra.

Pada sisi kanan, ia berdekatan dengan vena cava superior dan atrium dekstra; pada sisi

kiri dengan arteri pulmonalis.4

Cabang satu-satunya cabang dari aorta ascenden adalah arteria coronaria yang

mensuplai jantung; muncul dekat permulaan aorta tepat diatas pangkal valvula

semilunaris.

Gambar 1. Aorta Ascendens4


2. Arcus Aorta

Arcus aorta dimulai setinggi batas atas artikulasi sternokostalis ke II pada sisi

kanannya, dan berjalan keatas, kebelakang, dan ke kiri di depan trakea; kemudian

mengarah ke belakang pada sisi kiri trakea dan akhirnya turun lewat sisi kiri tubuh

pada setinggi vertebra thoracic ke IV, pada batas bawahnya dan kemudian berlanjut

menjadi aorta descenden. Kemudian terbentuk dua kurvatura: satu dimana ia

melengkung keatas dan yang kedua dimana ia melengkung kedepan dan kekiri. Batas

atasnya kira-kira 2,5 cm dibawah batas superior manubrium sterni.4

7
Batas-batas—arcus aorta dilindungi oleh pleura di anterior dan margo anterior

dari pulmo; dan sisa dari timus. Saat pembuluh melintas ke belakang, sisi kirinya

bersentuhan dengan pulmo sinistra dan pleura. Saat melintas ke bawah pada sisi kiri

bagian tersebut pada arcus terdapat 4 nervus: nervus phrenicus sinistra, cardiacus

superior cabang nervus vagus sinistra, cabang nervus cardiacus superior dari trunkus

simpatikus sinistra, dan trunkus vagus sinistra. Saat nervus terakhir tadi melintasi

arcus ia memberikan cabang recurrent, yang melingkar dibawah pembuluh dan

melintas keatas pada sisi kanan. Vena intercostalis melintas oblik keatas dan kedepan

pada sisi kiri arcus, diantara nervus phrenicus dan vagus. Pada sisi kanan terdapat

plexus cardiacus profunda, nervus recurrent sinistra, esophagus, dan ductus thoracicus;

trakea berada dibelakang kanan dari pembuluh. Diatas adalah arteri innominata, arteri

carotis comunis sinistra, dan arteri subclavia sinistra, yang muncul dari lengkungan

arcus dan bersilangan berdekatan di pangkalnya dengan vena innominata sinistra.

Dibawah adalah bifurkasio arteri pulmonalis, bronkus sinistra, ligamentum arteriosum,

bagian superfisial dari pleksus cardiacus, dan nervus recurrent sinistra. Ligamentum

arteriosum menghubungkan arteri pulmonalis sinistra dengan arcus aorta.4

Diantara awal arteri subclavia dan perlekatan ductus arteriosus, lumen aorta

bayi sedikit menyempit, membentuk bangunan yang disebut sebagai isthmus aorticus,

yang pada saat diatas duktus arteriosus pembuluh membentuk dilatasi yang disebut

aortic spindle.4

Cabang-cabang—arcus aorta mempercabangkan 3 buah pembuluh darah: arteri

brachiocephalica, carotis comunis sinistra, dan subclavia sinistra.4

8
Gambar 2. Arcus Aorta4
3. Aorta Desenden

Aorta desenden dibagi menjadi dua bagian, thoracica dan abdominalis, saat

melewati dua rongga besar tubuh.

1. Aorta thoracalis

Terdapat dalam cavum mediastinum posterior. Dimulai pada batas bawah

dari vertebra thoracic ke IV dimana ia merupakan lanjutan dari arcus aorta, dan

berakhir di depan batas bawah dari vertebra thoracic ke XII pada hiatus aorticus

diafragma. Dalam perjalanannya terdapat di sisi kiri kolumna vertebralis; ia

mendekati garis tengah saat turun; dan, saat terminasinya berada tepat didepan

kolumna vertebralis.4

Batas-batas—anterior, dari atas kebawah, berbatasan dengan pangkal pulmo

sinistra, pericardium, esophagus, dan diafragma; posterior, dengan kolumna

9
vertebralis dan vena hemiazigos; sisi kanan, dengan vena azigos dan ductus

thoracicus; sisi kiri, dengan pleurae dan pulmo sinistra.

Cabang-cabang—aorta thoracalis mempercabangkan antara lain:

– Cabang pericardial (rami pericardiaci)—terdiri dari beberapa pembuluh

kecil yang terdistribusi pada permukaan posterior pericardium.

– Arteri bronkialis (aa. bronchiales)—bervariasi jumlah, ukuran, dan

asalnya. Terdapat aturan baku bahwa hanya satu arteri bronchialis dekstra

yang berasal dari aorta intercostalis pertama, atau dari arteri bronchialis

sinistra superior. Arteri bronchialis sinistra terdapat dua buah, dan berasal

dari aorta thoracalis. Bagian superior arteri bronchialis sinistra muncul

berlawanan dengan vertebra thoracic ke V, bagian inferior terdapat tepat

dibawah bronchus sinistra. Tiap-tiap pembuluh berjalan di bagian belakang

masing-masing bronchus, bercabang disepanjang tube bronchus,

memvaskularisasinya. Juga pada jaringan jaringan longgar pulmo,

limfonodi bronchialis, dan esophagus.

– Arteri esophageal (aa. æsophageæ)—terdapat empat atau lima jumlahnya,

berasal dari bagian depan aorta, dan turun oblik kebawah menuju

esophagus, membentuk rantai anastomosis disepanjang tube,

beranastomosis juga dibagian atas dengan cabang esophageal dari arteri

tiroidea inferior dan dibagian bawah dengan arteri phrenica inferior sinistra

dan arteri gastrica inferior.

– Cabang mediastinal (rami mediastinales)—adalah sejumlah pembuluh

kecil yang mensuplai kelenjar limfe dan jaringan ikat longgar pada

mediatinumk posterior.

10
– Arteri intercostalis (aa. intercostales)—terdapat sembilan pasang arteri

intercostalis aorta. Mereka berasal dari bagian belakang aorta, arteri

intercostalis dekstra lebih panjang dibanding yang sinistra sesuai dengan

posisi aorta yang disebelah kiri vertebra. Tiap arteri dibagi menjadi ramus

anterior dan posterior.

– Ramus anterior—tiap pembuluhnya berjalan dengan vena dan nervus.

Arteri intercostalis aorta yang pertama beranastomosis dengan cabang

intercostal dari truncus costocervicalis. Dua arteri intercostalis bagian

bawah berlanjut ke anterior dari spatium intercostalis ke dinding abdomen,

serta beranastomosis dengan arteri subcostalis, epigastrica superior, dan

lumbalis.

Gambar 3. Aorta Ascendens4

11
C. DEFINISI

Aneurisma adalah suatu dilatasi dinding arteri yang terlokalisasi. Aneurisma sejati

timbul akibat atrofi tunika media arteri. Dinding arteri berdilatasi tetapi tetap utuh

walaupun mengalami distorsi, terutama terdiri dari jaringan fibrosa. Aneurisma sejati

dapat berbentuk fusiformis atau sakular. Aneurisma fusiformis ateroskelerotik adalah

bentuk dilatasi sirkumferensial uniformis yang lebih sering ditemukan, sedangkan

aneurisma sakular berbentuk seperti kantong yang menonjol keluar dan berhubungan

dengan dinding arteri melalui suatu leher sempit. Pseudoaneurisma adalah akumulasi

darah ekstravaskular disertai disrupsi ketiga lapisan pembuluh darah; dinding

pseudoaneurisma adalah thrombus dan jaringan yang bedekatan. Pseudoaneurisma paling

sering disebabkan oleh cedera atau infeksi atau komplikasi dari prosedur vaskular yang

invasif, seperti angioplasty atau bedah arteri. Aneurisma dapat timbul dimana-mana dalam

aorta atau pembuluh darah perifer. Anerisma aorta diklasifikasikan sebagai abdominalis,

toraks, atau torakoabdominalis, bergantung pada lokasinya.5

D. EPIDEMIOLOGI

Studi berbasis populasi menyatakan bahwa kejadian tahunan berkisar antara 6

kasus per 100.000 di Inggris, sampai 9,1 per 100.000 pada wanita atau 16,3 per 100.000

pada pria di Swedia yang disertakan diagnosis dan otopsi kesehatan nasional untuk

semua kematian di luar rumah sakit. 2

Frekuensi aneurisma mengalami peningkatan terus menerus pada pria diatas 55

tahun, mencapai puncaknya sebanyak 6% pada usia 80-85 tahun. Pada wanita, terjadi

peningkatan pada usia 70 tahun, mencapai puncaknya sebanyak 4,5% pada usia diatas 90

tahun. Perbandingan pria dan wanita 4 :1 sampai 5 : 1 pada kelompok usia 60 sampai 70

tahun, tetapi usia diatas 80 tahun rasio menjadi 1:1.6

12
E. ETIOLOGI

Ada sejumlah faktor yang mungkin menyebabkan melemahnya sebagian dinding

aorta dan meningkatkan risiko seseorang menderita aneurisma. Hal tersebut termasuk

usia yang lebih tua, merokok dan tekanan darah tinggi. Akumulasi lemak arterial plak,

yang dikenal sebagai aterosklerosis, juga merusak dan melemahkan permukaan dalam

aorta, yang merupakan predisposisi aortaformasi aneurisma. Selain itu, ada kondisi

genetik,seperti sindrom Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos, di mana ada kelainan dalam

struktural dinding aorta, mengakibatkan peningkatan risiko terjadinya aneurisma.1

Pada usia yang lebih tua pasien, etiologi aneurisma aorta thorakalis yang paling

umum adalah proses degeneratif berhubungan dengan bertambahnya usia;Namun,

hipertensi, merokok, hiperlipidemia, dan faktor genetik bisa berakibat pada percepatan

pertumbuhan aneurisma.7

Pembentukan aneurisma paling sering terjadi pada populasi usia tua. Penuaan

menyebabkan perubahan kolagen dan elastin, yang mengakibatkan melemahnya dinding

aorta dan pelebaran aneurisma.8

Sindrom Marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat yang ditandai adanya

abnormalitas dari skletal, katup jantung, dan mata. Individu dengan penyakit ini

memiliki resiko untuk terbentuknya aneurisma terutama anurisma aorta torakalis.

Sindrom Marfan merupakan kelainan genetik autosomal dominan dimana terjadi

abnormalitas dari fibrilin suatu protein struktural yang ditemukan di aorta.8

Pasien dengan sindroma vaskular Ehler's Danlos termasuk berisiko tinggi untuk

menderita aneurisma. Sindroma pembuluh darah Ehler's Danlos adalah suatu penyakit

jaringan ikat dimana terjadinya defisisensi procollagen tipe III karena mutasi pada gen

COL3A1.Sindroma pembuluh darah Ehler's Danlos mempengaruhi 1 dari 5 sampai

20.000 kelahiran. pembuluh darah dan jaringan ikat sangat terganggu, dan pasien ini

13
dapat mengalami komplikasi yang signifikan termasuk komplikasi gastrointestinal dan

ruptur uterus pada kehamilan. Jaringan pembuluh darah pada pasien ini sangat lemah dan

sulit untuk dimanipulasi dengan aman di ruang operasi, bahkan di tangan dokter yang

berpengalamanpun.7

F. KLASIFIKASI

Aneurisma dapat digolongkan berdasarkan bentuknya: sakular dan fusiform.

Aneurisma sakular menyerupai kantong (sack) kecil, aneurisma hanya melibatkan

sebagian dari lingkar arteri dimana aneurisma berbentuk seperti kantong yang menonjol

dan berhubungan dengan dinding arteri melalui suatu leher yang sempit; aneurisma

fusiformis menyerupai kumparan, dilatasi simetris dan melibatkan seluruh lingkar arteri.5

Gambar 4. Tipe aneurisma6

14
Berdasarkan etiologi aneurisma umunya dibedakan:(1) degenerative

aneurysms, disebabkan oleh perubahan aterosklerosis pada dinding pembuluh darah.

Patogenesis aneurisma akan dijelaskan di bagian lain, proses melibatkan berbagai

faktor antara lain predisposisi genetik, penuaan/aging, aterosklerosis, inflamasi dan

aktivasi enzim proteolitik lokal. Aneurisma kongenital dan aneurisma yang

berhubungan dengan arteritis dan penyakit jaringan ikat sangat jarang.5

Gambar 5. Tipe Aneurisma torasika desenden. A) distal arteri subklavia kiri sampai

sela iga enam; B) sela iga enam sampai dibawah diafragma; C) seluruh aorta

desenden.

15
G. PATOGENESIS

Aneurisma biasanya didefinisikan sebagai dilatasi dilokalisasi segmen arteri yang

lebih besar yaitu 50% diameter normalnya. Sebagian besar aneurisma aorta terjadi di

segmen infrarenal (95%). Ukuran rata-rata untuk aorta infrarenal adalah 2 cm; oleh karena

itu, AAAs biasanya didefinisikan dengan diameter lebih besar dari 3 cm. Ukuran normal

untuk aorta thoraks dan toraksabdominal lebih besar daripada aorta infrarenal, dan

degenerasi aneurisma di daerah ini didefinisikan sesuai dengan itu. Diameter rata-rata aorta

dada middescending adalah 26-28 mm, dibandingkan dengan 20-23 mm pada tingkat

sumbu celiac.9

Mayoritas aneurisma aorta descenden thorakalis dan aneurisma aorta

thoracoabdominal bersifat degeneratif dalam etiologi yang berhubungan dengan

aterosklerosis. Penyebab lain dari aneurisma aorta descenden thoracalis termasuk

aneurisma traumatis, mycotic (atau infeksi) aneurisma dan pseudoaneurysms pasca

operasi. aneurisma karena degenerasi dan aterosklerosis bersifat fusiform; Sedangkan,

aneurisma saccular, merupakan pelemahan dinding aorta yang terlokalisasi,. Dari

aneurisma aorta yang terbatas pada toraks, aorta asenden paling sering terkena (sekitar

50% kasus), archus aorta pada 10%, dan aorta descenden dalam 40%.7

Lapisan medial (tunika media) aorta berfungsi untuk tarik dan elastisitasnya.

Beberapa protein struktural membentuk lapisan medial aorta manusia. Dari jumlah

tersebut, kolagen dan elastin mungkin yang paling penting. Kandungan elastin aorta

asenden tinggi dan berkurang secara progresif pada aorta toraks dan perut bagian bawah.

Aorta infrarenal memiliki kekurangan serat elastin dalam kaitannya dengan kolagen dan

dibandingkan dengan aorta toraks, sehingga memungkinkan juga untuk peningkatan

frekuensi kejadian aneurisma di daerah ini.5

16
Pembentukan aneurisma timbul akibat degenerasi dan melemahnya tunika media

arteri. Degenerasi media dapat terjadi karena keadaan-keadaan congenital atau didapat,

seperti aterosklerosis, atau sindrom marfan. Dilatasi vascular dapat pula terjadi akibat efek

semprotan aliran darah melalui suatu plak vascular yang menyumbat, menimbulkan aliran

turbulen di distal lesi; dilatasi pascastenosis ini melemahkan dinding arteri. Suplai darah ke

pembuluh darah melalui vasa vasorum di duga dapat terganggu di usia lanjut,

memperlemah tunika media dan menjadi faktor predisposisi ternbentuknya aneurisma.5

Selain itu, aktivitas dan jumlah enzim spesifik meningkat, yang menyebabkan

degradasi protein struktural ini. Fragmentasi serat elastis dan kehilangan dengan

degenerasi tunika media mengakibatkan melemahnya dinding aorta sehingga

mengakibatkan pelebaran dan kehilangan elastisitasnya.7

Faktor hemodinamik mungkin berperan dalam pembentukan aneurisma aorta.

Aorta manusia adalah sirkuit yang relatif rendah untuk sirkulasi darah. Ekstremitas bawah

memiliki resistensi arteri yang lebih tinggi, dan gelombang berulang dari gelombang arteri

yang dipantulkan pada aorta bagian distal dapat melukai dinding aorta yang melemah dan

menyebabkan degenerasi aneurisma. Hipertensi sistemik memengaruhi cedera,

mempercepat perluasan aneurisma yang diketahui, dan dapat menyebabkan

pembentukannya.7

Apapun penyebabnya, aneurisma akan menjadi semakin besar menurut hokum

Laplace. Tegangan atau tekanan pada dinding berkaitan langsung dengan radius pembuluh

darah dan tekanan intraarteri. Dengan melebar dan bertambahnya radius pembuluh darah,

tekanan dinding juga meningkat sehingga menyebabkan dilatasi dinding pembuluh darah.

Sehingga angka kejadian rupture aneurisma juga menigkat sering meningkatnya ukuran

aneurisma. Selain itu, sebagian besar individu yang mengalami aneurisma juga menderita

hipertensi sehingga menambah tekanan dinding dan pembesaran aneurisma.5

17
H. DIAGNOSIS

1. Gambaran Klinis

Sebagian besar pasien dengan aneurisma aorta thorakalis atau torakabdomen tidak

bergejala (asymptomatic) saat pertama kali didiagnosis. Satu-satunya gejala yang umum

adalah adanya dada, punggung, panggul, atau sakit perut yang tidak jelas. Rasa sakit

tergantung dari keparahan dan ukuran dari aneurisma tersebut. Gejala pada pasien

aneurisma aorta toraks dapat diakibatkan oleh kompresi atau erosi ke dalam struktur

intra toraks yang berdekatan. Suara serak dari peregangan atau kompresi N. Laryngeal

reccurent Sinistra, deviasi dari trakea, batuk terus-menerus, atau gejala pernafasan

lainnya. Yang sangat mengkhawatirkan adalah hemoptisis dari erosi parenkim paru atau

bronkus dan disfagia. Aneurisma ascending aorta dapat menyebabkan regurgitasi aorta

sekunder, jadi bisul diastolik dapat dideteksi pada pemeriksaan fisik.3,9

2. Pemeriksaan Radiologi

Aneurisma aorta toraks sering terdeteksi secara kebetulan dari radiolografi yang

dilakukan karena alasan penyakit lain. Jika ada risiko tinggi perkembangan aneurisma

berdasarkan faktor risiko atau jika gejala yang tampak, sejumlah radiografi dada dapat

dilakukan. Ini termasuk rontgen dada (Chest X-Ray), echocardiography, computed

tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) Thoraks.1

Karakteristik aneurisma toraks yang mudah terlihat pada radiograf dada.

a) Pelebaran siluet mediastinum

b) Pembesaran kenop aorta, atau

c) Perpindahan trakea dari garis tengah

18
a) Pemeriksaan Foto Thorax

Foto Thorax menampilkan kelainan pada 80-90% pasien, namun kelainannya

tidak spesifik. Misalnya, pelebaran mediastinum terjadi pada lebih dari 75% kasus dan

mungkin terjadi pada aorta asenden, arcus aorta, atau aorta descendens thoracalis.

Temuan ini mungkin sulit dibedakan dari tortuositas aorta yang dikaitkan dengan

hipertensi jangka panjang. Sampai 12% pasien dengan diseksi aorta memiliki

gambaran dada yang normal.10

Foto Thorax dapat bertujuan untuk mnecurigai pada penyakit aorta dengan

menunjukkan kontur mediastinum abnormal. Hal ini juga dapat mengindikasikan

patologi alternatif bila ditemukan kelainan pada penyakit aorta akut. Namun, telah

ditunjukkan bahwa Foto Thorax tidak cukup sensitif untuk menyingkirkan patologi

aorta atau cedera aorta tumpul saat dicurigai secara klinis.11

Gambar 6 Aneurisma Fusiform Aorta Thorakalis

Chest X-Ray Posisi PA

19
Gambar 7. Aneurisma Fusiform Aorta Thorakalis

Chest X-Ray Posisi Lateral

Gambar 8. Aneurisma Thorakalis Fusiform

Chest X-Ray Posisi AP

20
Gambar 9. Aneurisma Thorakalis Saccular

Chest X-Ray Posisi AP

Gambar 9. Aneurisma Thorakalis Fusiform

Chest X-Ray Posisi AP

21
b) Pemeriksaan Ultrasonography (USG) atau Echocardiography

Prevalensi aneurisma aorta toraks (TAA) lebih jarang ditemukan dibandingkan

aneurisma aorta abdominalis. karena gejala dari TAA harus segera diidentifikasi oleh

petugas kesehatan karena meningkatnya angka kematian secara signifikan begitupula

dengan komplikasi seperti ruptur atau pada saat pembedahan terjadi. Dibandingkan

dengan ultrasonografi yang dilakukan petugas kesehatan untuk mengidentifikasi aorta

abdomen, ultrasound jantung terfokus untuk mencakup evaluasi aorta toraks relatif

tidak dilaporkan.13

Meskipun temuan Transthoracic Echocardiography kadang menimbulkan

kecurigaan terhadap patologi aorta yang memerlukan evaluasi lebih lanjut,

cakupannya yang terbatas yang berarti tidak dapat dilakukan. Karena dianggap sebagai

teknik komprehensif untuk evaluasi aorta.11

c) Pemeriksaan Computed Tomography Scan (CT-SCAN)

Pada CT scan, aneurisma aorta toraks ditandai oleh peningkatan diameter aorta

Pemindaian CT adalah metode yang efektif untuk menentukan diameter maksimum

aneurisma dan memantau diameter dari waktu ke waktu. Diameter yang melebihi 4 cm

dianggap aneurisma. Diameter yang melebihi 6 cm biasanya merupakan indikasi untuk

operasi aneurisma aorta toraks.11

22
Gambar 10 Computed Tomography Scan
Aneurisma pada arcus Aorta pada CT-SCAN tanpa Kontras Potongan axial

Gambar 11 Computed Tomography Scan


Saccus Aneurisma Aorta Torakhalis tanpa Kontras Potongan coronal

23
Gambar 9 Computed Tomography Scan
Aneursima Fusiform Aorta Acsendens tanpa kontras Potongan sagital

Gambar 9 Computed Tomography Scan


Aneursima Saccular pada Arcus Aorta tanpa kontras Potongan sagital

24
Gambar 11 Computed Tomography Angiography
Aneurisma Aorta Torakhalis dengan Kontras Potongan coronal

d) Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemindaian MRI dan CT sekarang merupakan modalitas yang paling sering

digunakan untuk mendiagnosis dan memantau penyakit aorta toraks.9

Sejumlah laporan membuktikan keefektifan MRI untuk evaluasi aneurisma

aorta sejati dan false aneurysm. Dengan menggunakan banyak gambar per siklus

jantung, kurva kecepatan dapat dihasilkan untuk menampilkan pola aliran yang

berbeda di 2 saluran.9

MRI dan MRA digunakan untuk memantau diameter maksimum dan luas

aneurisma aorta toraks. Diameter maksimum melebihi 6 cm menunjukkan perlunya

perbaikan bedah. Pemantauan rutin penting untuk pasien dengan sindrom Marfan dan

kondisi lain yang terkait dengan dilatasi aorta progresif.9

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah pemeriksaan alternatif selain CT

pada pasien stabil dengan dugaan penyakit aorta toraks. Detail anatomis yang sangat

25
baik dan beberapa informasi tentang fungsi katup tersedia dari MRI. Pemeriksaan

aorta torakalis secara menyeluruh dapat mencakup banyak komponen, termasuk

pencitraan darah (untuk mengevaluasi morfologi aorta dan ukuran dan kontur dinding

aorta) urutan spin-echo dasar dan angiografi MR yang disublimensi dengan

menggunakan agen berbasis gadolinium .3,14

Gambar 12
Aneursima Aorta Thorakalis tanpa Kontras dalam pemeriksaan MRI14

Gambar 13
Aneursima Aorta Thorakalis MRI + Aortography12
26
Gambar 14
Aneursima Aorta Thorakalis MRI + Aortography`14

e) Digital Substraction Angiography

Digital Substraction Angiography (DSA) awalnya adalah teknik yang dilakukan untuk

menngambar pembuluh darah dengan memasukkan zat kontras (iodium) agar dapat

dideteksi oleh alat X-Ray melalui film. DSA bisa diaplikasikan pada pembuluh darah jantung,

kepala, kaki, perut, hati dan lain-lain. Pengggunaan iodium dikarenakan cairan tersebut

terlihat jelas pada X-Ray, serta dapat dengan mudah diserap dan dikeluarkan oleh tubuh.

Meskipun angiografi telah lama dianggap sebagai standar emas untuk pencitraan

vaskular, namun sebagian besar telah digantikan oleh CTA dan MRA, yang dapat memperoleh

27
data volumetrik 3D, dan mampu menilai jaringan lunak ekstraalinal.Angiografi bagaimanapun

digunakan selama perbaikan endovaskular.

Gambar 15 Digital Substrction Angiography


Aneursima Aorta Thorakalis saccular12

Gambar 16 Digital Substrction Angiography


Aneursima Aorta Thorakalis saccular12
28
Gambar 17 Digital Substrction Angiography
Aneursima Aorta Thorakalis Fusiform12

Gambar 18 Digital Substrction Angiography


Aneursima Aorta Thorakalis Saccular15
29
I. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

1. Diseksi Aorta

Diseksi aorta adalah pemisahan lapisan pembuluh dara oleh sebuah kolom darah.

Pemisahan pembuluh darah ini menimbulkan lumen arreri palsu, yang

berhubungan dengan lumen sejati melalui robekan pada lapisan intima. Diseksi

tidak meluas melingkari seluruh sirkumferensia pembuluh darah; tetapi

memanjang di sepanjang pembuluh darah. Perluasan ini dapat menyumbat

pembuluh darah secara total atau parsial pada bagian yang mengalami diseksi,

dengan cara memisahkan muara pembuluh darah dengan lumen sejati. Kadang-

kadang, diseksi akan berkembang cepat. Pada akhirnya lumen palsu dapat

menimbulkan pembesaran aneurisma dari lapisan pembuluh darah luar, tetapi

pembentukan aneurisma bukanlah cirri fase diseksi.

Kadang-kadang robekan intima tidak terlihat. Pada kasus seperti inim dicurigai

adanya rupture pada vasa vasorum yang megakibatkan perdarahan tunika media.

Akibatnya, hubungan antara robekan intima dan timbulnya diseksi aorta menjadi

bahan perdebatan.

Gambar 19 Foto Thorax


Diseksi Aorta Thorakalis16 30
2. Tumor Mediastinum

Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di mediastinum yaitu

rongga imaginer di antara paru kiri dan kanan. Mediastinum berisi jantung,

pembuluh darah besar, trakea, timus, kelenjar getah bening dan jaringan ikat. Ada

beberapa versi pembagian mediastinum. Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa

mediastinum dibagi atas 4 bagian, yaitu mediastinum superior, anterior, medial

dan posterior.17

Kebanyakan tumor mediastinum tanpa gejala dan ditemukan pada saat

dilakukan foto toraks untuk berbagai alasan. Keluhan penderita biasanya berkaitan

dengan ukuran dan invasi atau kompresi terhadap organ sekitar, misalnya sesak

napas berat, sindrom vena kava superior (SVKS) dan gangguan menelan. Tidak

jarang pasien datang dengan kegawatan napas, kardiovaskuler atau saluran cerna.

Bila pasien datang dengan kegawatan yang mengancam 3 jiwa, maka prosedur

diagnostik dapat ditunda. Sementara itu diberikan terapi dan/atau tindakan untuk

mengatasi kegawatan, bila telah memungkinkan prosedur diagnostik dilakukan.17

Anamnesis dan pemeriksan fisis yang cermat akan menemukan keluhan

yang khas serta gejala dan tanda yang kadang spesifik untuk jenis tumor

mediastinum tertentu. Tetapi keluhan umum seperti demam, berat badan turun,

pembesaran kelenjar getah bening, mengi dan stridor dapat ditemukan pada hampir

semua jenis. Ketelitian dan evidence base penyakit di Indonesia dapat menuntun

dokter ke arah diagnostik yang mendekati kebenaran, misalnya pasien usia muda

dengan klinis sesuai untuk infeksi paru barangkali limfoma dapat disingkirkan.

Keluhan sesak yang makin lama semakin hebat pada anak sering menjadi gejala

untuk tumor saraf, pasien usia dewasa dengan keluhan miastenia gravis adalah

khas untuk timoma.18

31
oto toraks polos posteroanterior (PA) sering tidak dapat mendeteksi tumor

yang kecil karena superposisi dengan organ lain yang ada di mediastinum. Jika

tumor sangat besar kadang juga menjadi sulit menentukan lokasi asal tumor,

sedangkan foto toraks PA dan lateral pada tumor dengan ukuran sedang dapat

menunjukkan lokasi tumor di mediastinum. CT Scan adalah alat diagnostik bantu

yang bukan hanya dapat mendeteksi lokasi tumor tetapi dapat memperkirakan

jenis tumor tersebut. Untuk timoma gambaran makroskopik tumor melalui CT

Scan juga dibutuhkan untuk penentuan staging penyakit. Teratoma dipastikan bila

ditemukan massa dengan berbagai jenis jaringan di dalamnya. Pemeriksaan

imaging lain, seperti ekokardiografi, esofagografi dan MRI kadang dibutuhkan

bukan hanya untuk diagnostik tetapi juga penatalaksanaan yang akan diberikan.18

Gambar 20 Foto Thorax


Tumor Mediastinum19

32
J. PENATALAKSANAAN

Indikasi untuk pembedahan meliputi adanya gejala, ekspansi cepat, atau

ukuran yang lebih besar dari 5 cm. Risiko operasi dari kondisi komorbid harus

dipertimbangkan jika merekomendasikan repair aneurisma yang asimtomatik.7

Morbiditas dan mortalitas tinggi dibandingkan dengan aneurisma aorta

abdominal. Insisi aneurisma thoracoabdominal berasosiasi dengan risiko tinggi

komplikasi pulmonal dan manajemen nyeri postoperatif yang lebih ekstensif. Adanya

nervus laryngeus recurrent, nervus phrenicus, dan arteria subklavia membuat trauma

terhadap bangunan tersebut menjadi mungkin. Arteria radicularis major (artery of

Adamkiewicz) muncul dari arteri intercostalis antara T8 dan L1 dan sebagai arteri

medulla spinalis yang dominan pada 80% pasien, menunjukkan adanya risiko

paraplegi selama repair aneurisma thoracica. Repair endovascular dari aneurisma aorta

thoracica mengurangi risiko kardiopulmonal, tetapi lokasi aneurisma yang sulit dapat

menggantikan repair endovascular dengan metode terkini. Penelitian terbaru

mengembangkan branched stent graft untuk perbaikan dari aneurisma arkus dan

thorakoabdominal.7

33
K. KAJIAN ISLAM

1. Perintah Allah SWT Untuk melindungi diri dari Bahaya

QS. AR RA'DU AYAT 11

Artinya : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,

dimuka dan di belakang, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah

tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada

pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap kaum

maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka

selain Dia“20

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah tidak akan merubah keadaan

manusia kecuali mereka mau merubah keadaan mereka sendiri, hal ini berarti jika

ingin maju dan sukses maka manusia harus mau bekerja untuk mencukupi kebutuhan

hidupnya. Allah tidak akan memberikan rejeki secara cuma-cuma, Allah tidak akan

memberi kesuksesan tanpa usaha. Kemudian pada kalimat selanjutnya disebutkan

bahwa manusia tidak memiliki pelindung terhadap keburukan yang dikehendaki Allah,

artinya bahwa manusia tidak bisa menghindar dari keburukan yang telah ditakdirkan

oleh Allah untuk terjadi dalam hidup manusia. Yang perlu digarisbawahi dari ayat ini

adalah manusia harus mau berusaha untuk merubah keadaannya.

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja. Dan bekerja mestilah

dilakukan dengan niat semata-mata karena Allah untuk mendapat kebahagian hidup

34
berupa rezeki di dunia, disamping tidak melupakan kehidupan hari akhirat. Kerana itu

dalam Islam hendaklah menjadikan kerja sebagai ibadah bagi keberkatan rezeki yang

diperolehnya, lebih-lebih lagi sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan di akhirat

yang kekal abadi.21

2. Perintah Allah SWT Untuk Berperilaku Hidup Sehat

QS. AL-QOSHOSH AYAT 77

Artinya:“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Kepadamu

(kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari

(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah

berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan“20

Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa manusia tidak boleh berbuat kerusakan

di muka bumi. Ini berarti bahwa manusia diutus untuk menjaga lingkungan, tidak

mencemarinya, berbuat dan berperilaku sehat. Karena Allah tidak menyukai orang-

orang yang merusak alam ciptaannya. Sama halnya dalam bekerja di perusahaan berarti

perlu adanya kesehatan dan keselamatan kerja agar dapat dipelajari hal-hal apa saja

yang dapat merusak lingkungan untuk kemudian dihindari sehingga tercipta lingkunga

yang aman dan pekerja dapat terhindar dari resiko bahaya yang ditimbulkan.21

35
QS AL-BAQARAH AYAT 195

Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu

menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”20

Melihat firman Allah seperti diatas, kami ingin berbagi. Dengan saling

mengingatkan, bahwa Allah SWT sesungguhnya tidak menghendaki adanya kerusakan

dimuka bumi ini. Segala sesuatunya yang diciptakan Allah swt diberikan kepada

manusia untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dan manusia sebagai mahluk

yang diberi akal dan kemampuan dari semua mahluk hidup ciptaan-Nya diberi

peringatan untuk tidak melakukan kerusakan dengan perbuatannya (perilakunya tidak

aman) dimana dengan berperilaku tidak aman tersebut akan menciptakan kondisi yang

dapat membahayakan dirinya sendiri maupun terhadap orang lain dan juga terhadap

kelangsungan hidup ciptaan-Nya yang lain (lingkungan hidup).21

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Harris C. Thoracic aortic aneurysm.Cao C. 1st edition.Annals Cardiothoracic Surgery.


2016. 01p http://pubmedcentralcanada.ca/pmcc/articles/PMC4973118/pdf/acs-05-04-
407.pdf

2. Goldinfinger J, Jonatan L, Halperin et al. Thoracic Aortic Aneurysm and Dissection.


1st edition. American College OF Cardiology Fondation. 2014. 1-15 pp

3. Fann JI. Descending thoracic and thoracoabdominal aortic.1st edition. Departemen Of


Cardiothoracic Surgery Stanford University.USA. 2002. Hal 1-5

4. Human Anatomy and Physiology. http://humananatomylibrary.com/anatomy-of-aorta-


and-its-branches-205-circulatory-pathways-anatomy-and-physiology-17/, diakses
tanggal 29 November 2017

5. Price; Wilson. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Volume 2. Edisi
ECG Michigan. 2002.Hal 669-72 pp

6. Gloviczki, P & Ricotta, JJ. Aneurysmal Vascular Disease. Sabiston Textbook of


Surgery.18thed.2007. 250-60pp

7. Booher AM, Eagle KA, Arbor MDA et al.Diagnosis dan management issue in
Thoracic Aortic Aneurysm. 1st Edtion.University of Michigan Health Center.2011. 1-
10 pp

8. Tseng ,E. Thoracic Aortic Aneurysm. 1st edition. Medscape. 2016. 1-11 pp. Avaible
https://emedicine.medscape.com/article/424904-overview, diakses tanggal 1
Desember 2017

9. Isselbacher EM. Thoracic and Abdominal Aortic Aneurysms. Thoracic Aortic Center
and Cardiology Division, Massachusetts General Hospital, Boston, Mass.2005. 1-14
pp

10. Singh VN. Thoracic Aortic Aneurysm Imaging. 1st edition. Medscape. 2015. 1-11.
Avaible https://emedicine.medscape.com/article/418480-overview, diakses tanggal 1
Desember 2017

11. Holloway BJ, Rosewarne D, et all. Imaging Of Thoracic Disease. University Hospital
Birmingham NHS Foundation Trust, Edgbaston, Birmingham, UK, and 2New Cross
Hospital, Wolverhampton, UK. 2011. Avaible in

37
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3473913/pdf/bjr-84-338.pdf, Diakses
tangggal 1 Desember 2017

12. Weerakkody Y, Gailard F. Thoracic Aortic Aneurysm. Avaible


https://radiopaedia.org/articles/thoracic-aortic-aneurysm, diakses tanggal 1 Desember
2017

13. Daignault MC, Saul T, Lewiss RE. Focused cardiac ultrasound diagnosis of thoracic
aortic aneurysm: two cases. Avaible https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23937808,
diakses tanggal 8 Desember 2017

14. Akin I, Kische S, Rehders TC. Endovascular repair of thoracic aortic aneurysm.
Avaible https://openi.nlm.nih.gov/detailedresult.php?img=PMC3298329_AMS-6-5-
646_F3&req=4, diakses tanggal 8 Desember 2017
15. Shuman LS. Digital Substraction Angiography. Avaible
http://www.ajronline.org/doi/pdf/10.2214/ajr.139.4.781, diakses tanggal 8 Desember
2017

16. Weerakkody Y, Gailard F. Thoracic Aortic Dissection. Avaible


https://radiopaedia.org/articles/aortic-dissection, diakses tanggal 1 Desember 2017

17. Syaharuddin E, Hudoyano A, Jusuf A. Penatalaksanaan Tumor Mediastinum.


Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran RespirasiFakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Avaible
http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Okto09JRI/Penatalaksanaan%20tumor%20mediastin
um_6_.pdf, diaksese tanggal 9 Desember 2017

18. Balk RA. Etiology and Dinagonisis Medisteneal Mass.Avaible http://turner-


white.com/pdf/brm_PD_V6P2.pdf, diakses tanggal 9 Desember 2017

19. Bell DJ. Mediastinum mass. Avaible https://radiopaedia.org/articles/anterior-


mediastinal-mass-in-the-exam, diakses tanggal 9 Desember 2017

20. Al – Quran dan Terjemahan, Departement negara RI, 2012., penerbit diponegoro,
Bandung

21. Kasir ibnu , 2002, Tafsir Ibnu Kasir, jilid 3, Tafsir Al Surah Al-An’am Ayat 17, Al-
Baqarah Ayat 195, Al-Qoshosh Ayat 77, Ar Ra'du Ayat 11,Dat Toyibah, Riyadh

38

Anda mungkin juga menyukai