P(K), FAPSR
2.Virus
• Influenza
• Para influenza
• RSV (respiratory syncytial virus)
• Adenovirus
• SARSCOV, MersCoV,
3. Jamur
Etiologi
• Actinomyces israeli
• Aspergillus fumigatus
• Histoplasma capsulatum
4. Parasit
• Pneumocystis carinii
(sering pada penderita
AIDS)
• Toxoplasma gondii
Faktor Risiko 1.
2.
Umur > 65 tahun
Tinggal di rumah perawatan tertentu
Pneumonia 3.
(panti jompo)
Alkohol : meningkatkan resiko kolonisasi
kuman, mengganggu reflex batuk,
mengganggu transport mukosiliar dan
gangguan terhadap pertahanan sistem
seluler
4. Malnutrisi : menurunkan immunoglobulin
A dan gangguan terhadap fungsi makrofag
Faktor Risiko 5. Merokok 🡪mengganggu transport
mukosiliar dan sistem pertahanan selular
dan humoral.
Pneumonia 6. Keadaan kemungkinan terjadinya aspirasi🡪
gangguan kesadaran, penderita yang
sedang diintubasi
7. Adanya penyakit – penyakit penyerta :
PPOK, kardiovaskuler, DM, gangguan
neurologis.
8. Infeksi saluran nafas bagian atas 🡪1/3 – 1/
2 pneumonia didahului oleh ISPA/ infeksi
virus
Berdasarkan Klinis dan
Epidemiologi
• Pneumonia komuniti
(Community Acquired
Klasifikasi Pneumonia = CAP)
• Pneumonia Nosokomial
Pneumonia (Hospital Acquired Pneumonia)
• Pneumonia Aspirasi
• Pneumonia pada penderita
Immunocompromised
Berdasarkan Bakteri Penyebab
• Pneumonia tipikal :
• bakteri Gram positif🡪 bakteri
ekstraseluler 🡪S.pneumonia, S. piogenes
dan H. influenza.
. Pneumonia Atipikal :
▪ Mycoplasma pneumonia
▪ Legionella pneumophila
▪ Chlamydia pneumoniae
▪ Pneumonia Virus
▪ Pneumonia Jamur
Berdasarkan • Community Acquired Pneumonia (CAP)
Klinis dan atau pneumonia komunitas,
• BTS timbulnya gejala infeksi saluran napas bawah yaitu: batuk ditambah
minimal satu gejala infeksi saluran napas bawah lain;perubahan hasil
pemeriksaan fisik paru; paling kurang satu dari tanda sistemik
(berkeringat,demam, menggigil,dan atau suhu ≥38 C); respons setelah
pemberian antibiotik
• Hospital-acquired pneumonia
(HAP)
Definisi Pneumonia terjadi ≥48 jam
setelah masuk rumah sakit
• Ventilator-associated pneumonia
(VAP)
Pneumonia terjadi >48jam
setelah intubasi
PDPI.2018.Hospital Aquired Pneumonia (HAP) dan ventilator Associated Pneumonia.Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia
Patogenesis
• 2-3 hari
• kapiler yang telah
mengalami kongesti disertai
dengan diapedesis dari sel -
sel eritrosit
• MO dapat dikultur dari
spesimen alveolar
Stadium Hepatisasi Kelabu
• 4-6 hari
• dipenuhi oleh eksudat dan kapiler
menjadi terdesak dan jumlah
leukosit meningkat (neutrophil >>,
fibrin >>
• Dengan adanya eksudat yang
mengandung leukosit ini maka MO
<< , akan di fagositosis.
• Pada stadium ini akan terbentuk
antibodi.
• Perbaikan pertukaran gas
Stadium • > 6 hari
• Pada stadium ini terjadi bila tubuh
Resolusi berhasil membinasakan kuman.
Makrofag akan terlihat dalam
alveoli beserta sisa – sisa sel.
• Yang khas adalah tidak adanya
kerusakan dinding alveoli dan
jaringan interstitial.
• Arsitektur paru kembali normal
• Luasnya jaringan paru yang terkena 🡪 jumlah
dan virulensi kuman, daya tahan tubuh juga
tergantung kepada :
• Kemampuan / kecenderungan kuman untuk
merangsang timbulnya cairan oedem yang
banyak.
• S.pneumoniae 🡪 cairan oedema banyak 🡪
Pnumonia lobaris
• K.pneumonia 🡪 kerusakan jaringan nekrosis
parenkim paru 🡪Abses paru dan empyema
Pemeriksaan
Anamnesis
fisis
Penilaian Resiko
Mikrobiologis
Th/ EMPIRIS/DEFINITIF
PATOGENESIS & KLINIS
PNEUMONIA
Radiologi
J Investig Med. 2018;66(6):957-65 // Sci Rep 2016;6:22911 // Ann Intern Med. 2015;163:ITC1
Pneumonia Komunitas. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia (Edisi II). 2014;PDPI
J Investig Med.2018;66(6):957-65// Sci Rep.2016;6:22911 // Ann Intern Med. 2015;163:1TC1
Pneumonia Komunitas> Pedoman diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.2014;PDPI
•PSI ≥ 70 Kriteria Minor
•Narkoba (+)
• Disorientasi
•PSI < 70 dengan salah satu:
Rawat Inap •RR > 30 x/menit
• RR >30 x/menit
• Hipotensi membutuhkan resusitasi
pada CAP •TD S <90 x/menit
cairan
• Hipotermia (<36 C)
•TD D <60 mmHg • Ureum ≥20 mg/dL
AB empiris AB definitif
Kultur 🡪 definitif
Pneumonia Komunitas. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia (Edisi II). 2014;PDPI
Prognosis • Umumnya baik
• Tergantung🡪 pasien, MO dan AB
yang tepat dan adekuat
• IDSA, angka kematian CAP
• PSI Class I 🡪0,1%
• PSI Class II 🡪0,6%
• PSI Class III 🡪2,8%
• PSI Class IV 🡪8,2%
• PSI Class V 🡪29,2%
• Pola hidup sehat
• Vaksinasi (Pneumokokal dan
Pencegahan Influenza vaksin)
• Pemberian vaksin tersebut
diutamakan untuk high risk 🡪
• Usia lanjut
• Penyakit kronik
• DM
• PJK
• PPOK
• HIV
Pneumonia
Aspirasi
•peradangan paru dan
saluran bronkial yang
terjadi setelah aspirasi
benda asing.
Pneumonia
• Kelelahan
• Perubahan warna biru pada kulit
Kultur darah
Diagnosis Banding
• Atelektasis paru
• Tumor paru
• Efusi Pleura
• TB
Terapi
• Terapi suportif/simptomatik
terapi oksigen 🡪sat 95-96%
mukolitik, antipiretik
Bronkodilator 🡪 jika ada bronkospasme
Pengaturan cairan
Ventilasi mekanis 🡪 gagal napas
Antibiotik 🡪segera mungkin 🡪empiric 🡪definitive
sesuai pola kuman dan hasil kultur sputum
N Engl J Med 2019; 380:651-663
Algoritma pemberian AB
pada Pneumonia Aspirasi
Umumnya ukuran
diameter >2cm
Gillon JM, Eykyn SJ. Lung abscess. In: Gibson GJ, Geddes DM, Costabel U, Sterk PJ, Corrin B, editors. Repiratory medicine. 3rd edition. Edinburgh: Saunders;2003. p.932-6.
Koegelenberg C. Lung abscess. SA Fam Pract. 2007;49:50-2.
Patradoon-Ho P, Fitzgeralg DA. Lung abscess in children. Paed Respir Rev. 2007;8:77-84.
Klasifikasi
Non Infeksi 🡪
neoplasma,
sarkoidosis dan
penyakit Hodgkin’s
Patradoon-Ho P, Fitzgeralg DA. Lung abscess in children. Paed Respir Rev. 2007;8:77-84.
FAKTOR RISIKO
• Bakteri piogenik anaerob
Aspirasi bakteri • Peptostreptococcus spp, Prevotella
orofaring melaninogenica, Bacterioides spp,
Fusobacterium nucleatum.
Anamnesis/Klinis
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan Sputum
• Pewarnaan Gram
• BTA
• Jamur
• Kultur sputum
Radiologi
• Kavitas dengan air fluid level
• CT scans 🡪ukuran dan lokasi abses
Diagnosis Banding
Non
Infeksi
TB Infeksi Infark paru
Histoplasmosis Ca paru dan
aspergilosis metastasis ke paru
Fisioterapi
Penyaluran postural
Tatalaksana
Penyaliran
perkutan
Abses letak perifer
Pembedahan
Jika terapi konservatif (AB) gagal
VATS
Kuhadjda et al.Ann Trans Med. 2015 Aug; 3(13): 183
• Umumnya Baik 🡪tatalaksana tepat
• Tergantung 🡪 komorbid, faktor risiko,
inisiasi terapi yang tepat
Prognosis
• Buruk 🡪
• Abses >6 cm,
• Necrotizing pneumonia,
• Abses multipel
• Gangguan kekebalan tubuh,
• Usia lanjut
• Obstruksi bronkial
• Pneumonia yang disebabkan oleh
bakteri aerobik.