Oleh :
Wia Bunga Ramadhan
(201910401011035)
Pembimbing :
dr. Imam Wahyudi, Sp. An
REFERAT
HIPOKSIA DAN
PENATALAKSANAAN
Referat dengan judul “Hipoksia dan Penatalaksanaan” telah diperiksa dan disetujui
sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter
Muda di bagian Ilmu Anestesi.
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis telah
menyelesaikan penyusunan referat dengan topik “Hipoksia dan Penatalaksanaan”
Penyusunan referat ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
Ucapan terima kasih kepada dr. Imam Wahyudi, Sp.An. selaku dokter
pembimbing atas bimbingan, saran, petunjuk dan waktunya serta semua pihak terkait
yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat ini.
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga penyusunan referat ini
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................v
DAFTAR TABEL........................................................................................................vi
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................8
2.1 Definisi................................................................................................................1
2.3.2 Hipoksia........................................................................................................8
2.6 Diagnosis...........................................................................................................13
BAB 3 KESIMPULAN...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR SINGKATAN
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
sel dalam tubuh. Konsumsi oksigen tiap jaringan bervariasi tergantung jenisnya.1
Hipoksia, bila cukup berat dapat menyebabkan kematian sel-sel seluruh tubuh,
tetapi pada derajat yang kurang berat terutama akan menyebabkan penekanan
aktivitas mental, terkadang hingga koma; dan menurunkan kapasitas kerja otot. 4
karbondioksida dan ion hidrogen dalam cairan tubuh. Kelebihan karbondioksida atau
karbondioksida dari darah meningkat, ini juga mengeluarkan ion hidrogen dari darah
darah yang rendah pada keadaan normal tidak akan meningkatkan ventilasi alveolus
secara bermakna sampai tekanan oksigen alveolus turun hampir separuh dari normal.
7
Sebab dari berkurangnya efek perubahan tekanan oksigen pada pengaturan
karbondioksida dan ion hidrogen. Peningkatan ventilasi yang benarbenar terjadi bila
PO2 turun mengeluarkan karbondioksida dari darah dan oleh karena itu mengurangi
tekanan PCO2, pada waktu yang sama konsentrasi ion hidrogen juga menurun.
Berbagai keadaan yang menurunkan transpor oksigen dari paru ke jaringan termasuk
anemia, dimana jumlah total hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen
tidak mampu mengangkut oksigen, dan penurunan aliran darah ke jaringan dapat di
sebabkan oleh penurunan curah jantung atau iskemi lokal jaringan. Perubahan
pergeseran kurva disosiasi oksigen. Bila hasil hipoksia sebagai akibat gagal
kanan. Dalam kondisi ini, persentase saturasi hemoglobin dalam darah arteri pada
kadar penurunan tegangan okmsigen alveolar (PaO2) yang diberikan. Akibat dari
hipoksia, terjadinya perubahan pada sistem syaraf pusat. Hipoksia akaut akan
kelambatan waktu reaksi dan penurunan kapasitas kerja. Begitu hipoksia bertambah
parah pusat batang otak akan terkena, dan kematian biasanya disebabkan oleh gagal
8
resistensi serebro-vasculer meningkat, aliran darah serebral meningkat dan hipoksia
Pada hipoksia, otak dipengaruhi pertama kali.3 Di otak terdapat pusat pernapasan
yang merupakan sekelompok neuron yang tersebar luas dan terletak bilateral (dari kiri
ke kanan) medula oblongata dan pons. Ada tiga kelompok neuron utama: (1)
lateral medulla yang menyebabkan ekspirasi atau inspirasi tergantubg pada kelompok
neuron yang dirangsang, (3) pusat pneumotaksik, terletak di bagian superior belakang
1.2. Tujuan
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
bahasa berarti kurangnya oksigen yang mencapai jaringan tubuh.5 Hipoksia bukan
Berikut ini adalah klasifikasi deskriptif dari berbagai macam penyebab hipoksia4:
b. Hipoventilasi
2. Penyakit paru.
1
4. Transpor oksigen yang tidak memadai oleh darah ke jaringan.
d. Edema jaringan
2.3 Patofisiologi
1. ventilasi paru, yaitu, masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli
paru;
3. pengangkutan oksigen dan karbo dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke
Terdapat beberapa tekanan yang berperan dalam proses keluar masuknya udara
dalam paru-paru, yaitu tekanan pleural dan tekanan alveolar. Pada saat inspirasi,
tekanan alveoli turun, menyebabkan udara dari luar bisa masuk ke dalam paru,
2
sedangkan pada saat ekspirasi terjadi sebalinya, tekanan alvelolar meningkat dan
antara tekanan alvelar dan pleural. Komplians paru adalah perubahan volume paru
untuk tiap unit perubahan tekanna transpulmoner. Komplians paru dipengaruhi oleh
dua hal: elastisitas jaringan paru (akibat adalnya serat elastin dan kolagen) dan
Gambar 2. 1 Peristiwa Pernafasan selama bernafas normla, inspirasi maksimal, dan ekspirasi
maksimal6
3
Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali
bernafas normal. Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat
diinspirasi setelah dan di atas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat.
Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara ekstra maksimal yang dapat
diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal normal. Volume residu
adalah volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling
kuat.6
dalam arteri
PO2: Tekanan Parsial Oksigen PaCO2 Tekadan Parsial Karbon
Setelah alveoli diventilasi dengan udara segar, langkah selanjutnya dalam pernafasan
adalah difusi oksigen dari alveoli ke pembuluh darah paru dan difusi karbondioksida
ke arah sebaliknya. Untuk terjadinya difusi haru ada sumber energi, dan energi ini
4
dihasilkan oleh molekul itu sendiri. Sedangkan itu, arah difusi neto gas ditentukan
Jika tekanan parsial lebih besar pada fase gas dalam alveoli, seperti normalnya
terjadi pada oksigen, maka akan lebih banyak molekul yang berdifusi dalam darah.
Sementara itu, sebaliknya, jika tekanan parsial gas saat terlarut dalam darah lebih
besar, seperti yang normalnya terjadi pada karbon dioksida, maka difusi neto akan
antara lain8:
pernafasan;
5
3. koefisien difusi gas dalam substansi membran. Koefisien difusi
4. perbedaan tekanan parsial gas antara kedua sisi membran. Difusi terjadi
dari tempat yang tekanan parsialnya lebih tinggi ke tempat yang tekanan
Rerata tekanan parsial oksigen (PO2) di alveolus sebesar 104 mmHg, sedangkan pada
vena yang masuk ke kapiler alveolus rata-ratanya hanya 40 mmHg, sehingga oksigen
dapat berdifusi masuk ke pembuluh darah vena pulmonalis. PO2 pada kapiler perifer
besarnya 95 mmHg, sementara itu PO2 pada kapiler jaringan besarnya 40 mmHg,
sehingga oksigen dapat berdifusi ke jaringan. Terdapat dua hal yang dapat
a. Rate of blood flow. Jika aliran darah pada suatu jaringan meningkat, maka
meningkat;
b. Rate of tissue metabolism. Sementara itu, jika sel pada jaringan tersebut
hemoglobin, sementara itu, 3% sisanya terlarut dalam air pada plasma. Hemoglobin
dapat berikatan dengan lebih banyak oksigen saat PO2 tinggi dan melepas lebih
6
Gambar 2. 2 Kurva Disosias Oksigen-Hemoglobin9
Saat PO2 sebesar 95 mmHg (darah arteri), saturasi oksigen di hemoglobin besarnya
97%; tiap hemoglobin rata-rata berikatan dengan 4 molekul oksigen. Saat PO2 sebesar
oksigen.9
7
2.3.2 Hipoksia
8
salamunpicassa.blogspot.com | rakusshare.blogspot.com | bull-share.blogspot.com 14
dalam pada saat inspirasi) dapat menunjukan asidosis respirasi yang sedang
mengancam dan henti napas. Jalan napas yang tersumbat akan menyebabkan
gangguan ventilasi karena itu langkah yang pertama adalah membuka jalan napas dan
menjaganya agar tetap bebas. Setelah jalan napas bebas tetapi tetap ada gangguan
ventilasi maka harus dicari penyebab lain.penyebab lain yang terutama adalah
gangguan pada mekanik ventilasi dan depresi susunan syaraf pusat. Untuk inspirasi
agar diperoleh volume udara yang cukup diperlukan jalan napas yang bebas, kekuatan
otot inspirasi yang kuat, dinding thorak yang utuh, rongga pleura yang negatif dan
susunan syaraf yang baik.Bila ada gangguan dari unsur-unsur mekanik diatas maka
akan terjadi hipoventilasi yang mengakibatkan hiperkarbia dan hipoksemia.
Hiperkarbia menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak yang akan
meningkatkan tekanan intrakranial, yang dapat menurunkan kesadran dan menekan
pusat napas bila disertai hipoksemia keadaan akan makin buruk. Penekanan pusat
napas akan menurunkan ventilasi. Lingkaran ini harus dipatahkan dengan
memberikan ventilasi dan oksigensi. Gangguan ventilasi dan oksigensi juga dapat
terjadi akibat kelainan di paru dan kegagalan fungsi jantung. Parameter ventilasi :
PaCO2 (N: 35- 45 mmHg), ETCO2 (N: 25-35mmHg), parameter oksigenasi : Pa O2
(N: 80-100 mmHg), Sa O2 (N: 95-100%)
9
Gambar 2. 3. Kebutuhan Oksigen Organ di Tubuh10
bertambahnya ketingian.11
Tabel 2. 2 Tabel pengaruh pajanan akut tekanan atmosfer rendah pada kadar gas alveolar dan
saturasi oksigen arteri
10
(Hall & Guyton, 2016)
2. Hipoventilasi
Terdapat obstruksi pada jalan nafas, bisa terletak proksimal, seperti pada
edema laring dan inhalasi korpus alienum; bisa juga terletak distal, seperti
Darah bergerak dari sisi kiri ke sisi kanan jantung tanpa mengalami
fistula12
11
- Physiologic shunting. Darah melewati alveolus yang tidak
caira edema di ruang intersitial membran dan dalam alveoli, sehingga gas-
menginduksi perubahan dari kead--aan yang teregulasi dengan baik menjadi keadaan
intermediet metabolik seperti laktat, suksinat dan itakonat. Asam laktat meningkatkan
skeresi IL-6 dan IL-23 dari monosit dan makrofag, menghinhibisi motilitas T-cell dan
hipoksia disebabkan oleh sistem saraf simpatis, via sekresi epinefrin dan norepinefrin,
12
Selain itu, kerusakan oksidatif yang terjadi akibat hipoksia juga merupakan
salah satu sumber instabilitas genomik yang berujung pada perubahan pada sistem
adaptif.13
oksigen yang masuk ke paru-paru. Pada hipoksia hipoksia, kadar oksigen pada arteri
lebih rendah daripada yang seharusnya, tekanan parsial oksigen di paru dan di arteri
Hipoksik hipoksia dapat terjadi akibat rendahnya fraksi oksigen yang diinsiprasi
(FiO2) atau hipoventilasi. Rendahnya FiO2 dapat terjadi akibat ketinggian atau
selang yang kurang pas, kegagalan distribusi gas sentral dan inhalasi NO2 yang
terlalu banyak. Sementara itu hipoventilasi dapat terjadi akibat rendahnya respiration
rate atau berkurangnya volume tidak yang diikuti dengan berkurangnya minute
ventilation (MV). Akibat berkurangnya MV, eliminasi CO2 dari alveoli tidak
13
V/Q ratio menunjukkan hubungan antara ventilasi (jumlah udara yang mencapai
alveolus dan perfusi (jumlah darah yang lewat pada alveolus). V?Q ratio yang ideal
adalah 1. V?Q ratio yang rendah dapat ditemukan pada berbagai kasus seperti COPD,
asma dan beonchitis; penurunan V/Q ratio pada kondisi ini disebabkan oleh
permukaan paru yang terlibat dalam proses ventilasi. Gangguan difusi terjadi saat
Pada kasus keracunan karbon monoksida, CO berikatan dengan reseptor yang sama
dengan O2 di Hb, namun dengan afinitas 200x lebih tinggi dari O2. Hal ini
menyebabkan pergeseran kurva O2-Hb ke kiri dan mengganggu pelepasan O2 ke
jaringan.16
14
membawa oksigen ke jaringan karena kegagalan sirkulasi 15. Hipoksia stagnan terjadi
saat aliran darah ke paru sangat rendah, seperti pada keadaan syok, henti jantung, dan
abdominal compartment syndrome. Walaupun perfusinya rendah, seringkali PaO2
nya tidak jatuh akibat peningkatan penggunaan O2 oleh jaringan, tapi PvO2 nya dapat
jatuh.16
sel tidak dapat mengekstrak O2 dari hemoglobin. Tekanan parsial pada oksigen
normal, dan saturasi oksigen-hemoglobin baik, namun sel tidak dapat menggunakan
Hipoksia, bila cukup berat dapat menyebabkan kematian sel-sel seluruh tubuh,
tetapi pada derajat yang kurang berat terutama akan menyebabkan penekanan
aktivitas mental, terkadang hingga koma; dan menurunkan kapasitas kerja otot.4
15
b. Kronis. Gejala klinis pada kasus yang kronis biasanya cenderung lebih
sementara edema kaki dan orthpneu mengarah pada gagal jantung; dan
emboli pulmonal.
2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
16
ii. Palpasi:
iii. Perkusi: normalnya sonor; redup pada efusi pleura dan hipersonor
pada pneumothorax.
iv. Auskultasi:
- Crackles basiler bilateral dapat mengindikasikan edema pulmoner
ekstremitas inferior);
disease
- Absent unilateral air entry dapat disebabkan oleh efusi pleura atau
- Abdomen
- Ekstremitas: capillary refill time; adanya edema (bilateral/unilateral)
b. Pemeriksaan Penunjang
- evaluasi saturasi oksigen (SaO2). Resting SaO2 <95% atau excercise
desaturation >5 dianggap abnormal.
- Analisa gas darah. Dapat digunakan untuk mengevaluasi PaO2 (normal
>80 mmHg) dan PCO2.
- Radiologi.Foto thorax dapat membantu menentukan etiologi dari hipoksia
yang terjadi.
- Darah lengkap
17
2.7 Tatalaksana
Berdasarkan macam hipoksia, terapi hipoksia dapat dilihat pada tabel berikut.16
yang dihirup
Obstruksi jalan nafas Bebaskan jalan nafas
Cari dan tangani penyebab obstruksi
Ventilation/perfusion Tingkatkan kadar oksigen yang diinspirasi
Tangani penyebab mismatch
mismatch
Shunt Perbaiki shunt
Cardiovascular support (vasopresor dan/atau
inotropik)
Hipoksia Anemis
Anemia defisiensi besi Suplemen Fe
Karbon monoksida Oksigen 100%
Terapi oksigen hiperbarik
Methemoglobinemia Oksigen 100%
Methylene blue
1. Hipoksik hipoksia
18
Pada pasien dengan hipoksia atmosferik terapi oksigen dapat memperbaiki
kekurangan kadar oksigen dalam udara inspirasi secara sempurna dan oleh karena
itu memberi hasil terapi 100% efektif. Pada hipoksia hipoventilasi seseorang yang
bernafas dengan oksigen 100% setiap kali bernafas akan mengalirkan oksigen ke
alveoli 5x lebih banyak daripada bila bernafas dengan udara normal. Pada
terjadi efek yang sama seperti pada hipoksia hipoventilasi. 4 Target terapi oksigen
pada pasien hipoksik hipoksia adalah saturasi oksigen mencapai 94-98% pada
orang normal dan 88-92% pada orang dengan COPD. Terapi oksigen jangka
hypoxemia.
2. Hipoksia Anemis
keadaan larut oleh darah jika oksigen dalam alveolus ditingkatkan hingga
mencapai maksimum.4
19
tanda gangguan kardiologis, severe asidosis, transient/prolonged
3. Hipoksia stagnan
Resusitasi cairan merupakan langkah awal yang penting dilakukan pada kasus
4. Hipoksia histotoksik
20
Pada kasus keracunan sianida, segera lakukan dekontaminasi gastrointestinal
nitrit 300 mg atau 10 mg/KgBB IV selama 3-5 menit pada dewasa, atau 0,2
1 ampul (12,5 gram dalam 50 mL), diberikan dalam 30 menit pada dewasa;
gejala.21
21
7 liter per menit 70 %
8 liter per menit 80 %
9 liter per menit 90 %
10 – 15 liter per menit 95-100 %
22
BAB 3 KESIMPULAN
meliputi evaluasi saturasi oksigen, analisa gas darah dan foto radiologis. 12tatalaksana
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Abe, H., Semba, H. & Takeda, N. The Roles of Hypoxia Signaling in the
Pathogenesis of Cardiovascular Diseases. J. Atheroscler. Thromb. 24, 884–894
(2017).
6. Hall, J. E. & Guyton, A. C. Ventilasi Paru. in Guyton dan Hall Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran (ed. Widjajakusumah, M. D.) 499–510 (Elsevier Ltd,
2011).
24
and Tissue Fluids. in Pocket Companion to Guyton and Hall Texbook of
medical Physiology (Elsevier, 2016).
11. Hall, J. E. & Guyton, A. C. Aviation, High Altitude and Space Physiology. in
Pocket Companion to Guyton and Hall Texbook of medical Physiology2 321
(Elsevier, 2016).
12. Gossman, W., Alghoula, F. & Berim, I. Anoxia (hypoxic hypoxia). StatPearls
(2019).
13. Mcgarry, T., Biniecka, M., Veale, D. & Fearon, U. Hypoxia, oxidative stress
and inflammation. Free Radic. Biol. Med. 125, 15–24 (2018).
17. Driscoll, B. R. O., Howard, L. S., Earis, J., Mak, V. & Emergency, B. T. S.
British Thoracic Society Guideline for oxygen use in adults in healthcare and
emergency settings. BMJ Open Respir. Res. 4, 1–20 (2017).
18. CDC. Clinical Guidance for Carbon Monoxide Poisoning. Natural Disasters
and Severe Weathers Guidelines (2017). Available at:
https://www.cdc.gov/disasters/co_guidance.html. (Accessed: 13th January
2020)
19. Vahdatpour, C., Collins, D. & Goldberg, S. Cardiogenic Shock. J. Am. Heart
Assoc. 8, 1–12 (2019).
25
Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507796/.
26