Anda di halaman 1dari 44

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada saat nifas, kondisi psikologis wanita tidak menentu. Perhatian khusus dari
pasangan dan keluarga membantu pasien melewati masa nifas dengan sempurna. Nifas
merupakan periode perubahan kondisi fisik dan psikologis yang kompleks bagi seorang
wanita yang pernah mengalaminya. Untuk itu, wanita yang sedang mengalami fase nifas
perlu ”adaptasi” terhadap penyesuaian pola makan dengan proses kehamilan yang terjadi.  
Menurut psikologi ternama, Dr Rose Mini AP MPsi, tugas ibu pada masa nifas
memang tidak sedikit. Ibu harus menerima keadaannya pada masa nifas, membina
hubungan dengan bayi, menyesuaikan perubahan fisik, menyesuaikan perubahan
hubungan suami istri, dan melakukan persiapan menjadi orang tua.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Perubahan yang terjadi pada ibu nifas?
2. Bagaimana Anatomi Sistem perkemihan?
3. Bagaimana Perubahan Sistem perkemihan?
4. Apa Saja Masalah Sistem Perkemihan yang Terjadi pada Ibu Nifas?

1.3. Tujuan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas , makalah ini disususn dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Perubahan yang terjadi pada ibu nifas;
2. Anatomi Sistem perkemihan;
3. Perubahan Sistem perkemihan;
4. Masalah Sistem Perkemihan yang Terjadi pada Ibu Nifas; 

1.4. Manfaat Makalah

1
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Penyusun, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan tentang
perubahan  sistem perkemihan pada waktu masa nifas
b. Pembaca, sebagai media informasi tentang perubahan sistem perkemihan pada waktu
masa nifas baik secara teoritis maupun secara praktis.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Masa Nifas


Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan
waktu kurang lebih 6 minggu. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer
yang artinya bayi dan partus yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan.
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu
mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis
puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab
kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga
kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan
berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan
mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan
mortalitas bayi pun akan semakin meningkat (Sulistyawati, 2009).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 69% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawihardjo A, 2002).
Secara tradisional, bagian pertama dari periode ini adalah masa istirahat. Yaitu ketika ibu
dipisahkan oleh orang lain (khususnya pria) karena kehilangan zat darahnya dari vagina sehingga
tidak bersih. Pada saat itu, tanpa disadari zat darah tersebut, lochea, yang merupakan campuran
dari darah dan produk jaringan dari dinding rahim secara perlahan - lahan luruh, ketika rahim
mengalami pengecilan kembali atau pengerutan, kembali ke ukuran rahim semula. Tradisi
pemisahan selama periode istirahat sudah lama ditinggalkan, tetapi banyak pengaruh terhadap
sekelilingnya, seperti keyakinan bahwa wanita tersebut tidak bersih, sampai kini (Jones, 2005).

2.2 Tahapan Masa Nifas


Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
2.2.1 Puerperium dini

3
Merupakan masa pemulihan yang dalam hal ini bu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan
– jalan. Dalam agama islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.2.2 Puerperium intermedial
Merupakan masa kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya sekitar 6 – 8
minggu.
2.2.3 Remote puerperium
Merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selam hamil
atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat
berlangsung selama berminggu – minggu, bulanan dan bahkan tahunan.

2.3 Perubahan fisiologis pada masa nifas


Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Perubahan fisiologis pada masa ini sangat
jelas yang merupakan kebalikan dari proses kehamilan.Pada masa nifas tejadi perubahan-
perubahan fisiologis terutama pada alat-alat genitalia eksterna maupun interna, dan akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
2.3.1 Perubahan sistem reproduksi
Selama masa nifas alat - alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur - angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan - perubahan alat genital ini dalam
keseluruhan disebut involusi. Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan - perubahan penting
lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh lactogenic
hormone dari kelenjer hipofisis terhadap kelenjar - kelenjar mamma.

2.3.1.1 Perubahan TFU pada ibu nifas :


 Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira - kira setinggi pusat.
 Segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat.
Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang kurang lebih 15 cm,
lebar lebih kurang 12 cm dan tebal lebih kurang 10 cm. Dinding uterus sendiri kurang
lebih 5 cm sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari pada bagian lain.
 Pada hari ke - 5 postpartum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas simfisis atau
setengah simfisis pusat.

4
 Sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis. Bagian bekas implantasi
plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera
setelah persalinan. Penonjolan tersebut, dengan diameter kurang lebih 7,5 cm, sering
disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal.
 Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4
cm.

2.3.1.2 Berat uterus selam masa nifas :


1) Uterus gravidus aterm beratnya kira - kira 1000 gram.
2) Satu minggu postpartum berat uterus akan menjadi kurang lebih 500 gram,
3) 2 minggu post partum menjadi 300 gram,
4) 6 minggu postpartum, berat uterus menjadi 40 sampai 60 gram (berat uterus normal
kurang lebih 30 gram). Otot - otot uterus berkontraksi segera postpartum. Pembuluh -
pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot - otot uterus akan terjepit. proses ini
akan menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan (Prawirohardjo C, 2002).
2.3.1.3 Lochea
Adalah darah yang dibuang dari rahim yang kini telah mengerut kembali ke ukuran
semula, selama kehamilan, rahim merupakan kapsul tempat janin hidup dan tumbuh. Rahim
melindungi janin dari lingkungan luar, menyediakan gizi melalui uri. Dan akhirnya dengan
kontraksi ototnya mengeluarkan bayi ke dunia. Sekarang unsure - unsur tersebut telah di lalui,
dan rahim menjalani involusi, segera setelah melahirkan, berat badan menjadi 1000 gram dan
dapat dirasakan sebagai kantung yang kuat membulat, mencapai tali pusar, pada hari ke 14
setelah kelahiran, ukurannya menyusut menjadi 350 gram dan tidak lagi dapat di rasakan
keberadaannya di dalam perut, pada hari ke 60 (8 minggu) setelah kelahiran, rahim kembali ke
ukuran normal. Involusi di sebabkan oleh pembengkakan serabut otot dan penyerapan
substansinya. Sebagian ke dalam aliran darah dan sebagian lagi ke dalam lochea (Jones, 2005).
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa nifas.
Perubahan warna lochea :
1) Lochea rubra
Pada hari pertama dan kedua lokia rubra atau kruenta, terdiri atas darah segar bercampur
sisa - sisa selaput ketuban, sel - sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium.

5
2) Lochea sanguinolenta
Pada hari ke 4 sampai ke 7 keluar cairan berwarna merah kecoklatan berisi darah dan
lendir,
3) Lochea serosa
Pada hari ke 7 sampai ke 14 cairan yang keluar berwarna kuning kecoklatan, cairan ini
tidak berdarah lagi. Karena mangandung serum, leukosit atau laserasi plasenta.
4) Lochea alba
Setelah 2 minggu, lokea hanya merupakan cairan putih yang disebut dengan lokia alba.
Lokia ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender serviks, dan serabut
jaringan yang mati. Mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau menstruasi. Bau ini
lebih terasa tercium pada lokia serosa, bau ini juga akan semakin lebih keras jika
bercampur dengan keringat dan harus cermat membedakannya dengan bau busuk yang
menandakan adanya infeksi.
2.3.1.4 Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah trombosis, degenerasi, dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada
pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009).
2.3.1.5 Serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak mengangah seperti corong, segera
setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah - olah pada perbatasan antara korvus dan
servik berbentuk semacam cincin (Sulistyawati, 2009) . Serviks berwana kehitam – hitaman
karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensinys lunk, kadang – kadang terdapat laserasi
atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak
akan pernah kembali lagi ke keadaan sebelum hamil. Muara serviks yang berdilatasi sampai 10
cm sewaktu persalnan akan menutup secar perlahan dan bertaha. Setelah bayi lahir, tangan dapat
masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam hanya dapat dimasuki 2 - 3 jari. Pada minggu ke –
6 post partum serviks sudah menuutup kembali.
2.3.1.6 Vulva dan vagina
Perubahan pada vulva dan vagina adalah :

6
 Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,
kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.

 Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali ke keadaan tidak hamil.

 Setelah 3 minggu rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.

2.3.1.7 Perineum
Perubahan yang terjadi pada perineum adalah :

 Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh
tekanan kepala bayi yang bergerak maju.

 Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah kembali seperti keadaan sebelum
hamil, walaupun tetap lebih kendur dari pada kedaan sebelum melahirkan. Untuk
mengembalikan tonus otot perineum, maka pada masa nifas perlu dilakukan senam
kegel.

2.3.2 Perubahan sistem pencernaan


Masa nifas juga disebut post partum atau puerperium yaitu masa sesudah persalinan dan
kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. (Saleha, 2009). Periode
postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali keadaan tidak hamil.
Dalam masa nifas alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih.
Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu membutuhkan
diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat cukup dan sebagainya.

2.3.3 Perubahan perkemihan


Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 - 8 minggu, tergantung pada keadaan
sebelum persalinan, lamanya partus kala dua dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan
pada saat persalinan (Rahmawati, 2009).

7
2.3.4 Perubahan sistem muskuloskeletal
Otot - otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh - pembuluh darah yang
berada diantara anyaman otot - otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen - ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur - angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retropleksi karena ligamentum
rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah
melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi
secara sempurna terjadi pada 6 - 8 minggu setelah persalinan (Sulistyawati, 2009).

2.3.5 Perubahan tanda - tanda vital


1. Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius. Sesudah partus dapat naik
kurang lebih 0,5 derajat celsius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat
celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali
normal. Nila suhu lebih dari 38 derajat celsius, mungkin terjadi infeksi pada klien.
2. Nadi berkisar antara 60 - 80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat terjadi
Bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas. Mungkin ada
pendarahan belebihan atau ada vitium kordis pada penderita pada masa nifas umumnya
denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit
meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
3. Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit - penyakit lain yang
menyertainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009).
4. Pernafasan frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit.
Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu
dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
tanda-tanda syok.

8
2.3.6 Sistem Endokrin
1. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human chorionic
gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam
hingga hari ke 7 postpartum dan sebagai omset pemenuhan mammae pada hari ke 3
postpatum.
2. Hormon pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengn cepat. Pada wanitabyang tidak menyusui,
prolaktin menurun dalm waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pad fase
konsentrasi folikuler ( mingu ke – 3 ) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
3. Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga dipengaruhi oleh factor
menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar
estrogen dan progesteron.
4. Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan pada hormon estrogen yang bermakna sehingga
aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkatkan dapat mempengaruhi kelenjar mamae
dalam menghasilkan ASI.

2.3.7 Sistem Cardiovaskuler


Pada masa nifas akan terjadi diuresis akibat penurunan kadar estrogen, volume darah
kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal
pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa
nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu
mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus di
cegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pembuluh darah pada ambulasi dini.
Tonus otot polos pada dinding vena mulai membaik, volume darah mulai berkurang, viskositas
darah kembali normal dan curah jantung serta tekanan darah menurun sampai ke kadar sebelum
hamil pada beberapa wanita kadang-kadang masih terdapat edema residual dikaki dan tangan
yang timbul pada saat kehamilan dan meningkatnya asupan cairan pada saat persalinan, dari
kengesti yang terjadi akibat mengejan yang berkepanjangan pada kala 2 atau bisa juga

9
diakibatkan oleh imobilitas ralatif segara pada masa nifas. Terdapat sedikit peningkatan resiko
trombosis vena profunda dan embulus.

2.4 Perubahan-perubahan psikis ibu nifas


Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab
bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga
lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan,
ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut (Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati,
2009, pp.87-88):
1. Fase taking in
Yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai kedua
setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu
akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai
akhir.
2. Fase taking hold
Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu
timbul rasa kawatir akan ketidakmampuan dan tanggung jawab dalam merawat bayi. Ibu
mempunyai perasaan sangat sensitif mudah tersinggung dan gampang marah.
3. Fase letting go
Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10
hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya.

2.5 Kebutuhan dasar ibu nifas


Kebutuhan dasar masa nifas antara lain sebagai berikut:
2.5.1 Gizi
Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah
melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk
memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
1) Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari. Kebutuhan kalori
pada masa menyusui sekitar 400-500 kalori. Wanita dewasa memerlukan 1800 kalori per

10
hari. Sebaiknya ibu nifas jangan mengurangi kebutuhan kalori, karena akan mengganggu
proses metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI rusak.Makan dengan diet gizi seimbang
untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
2) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
3) Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum
4) Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit. Pemberian 1 kapsul vitamin A 200.000 SI
warna merah pada ibu nifas hanya cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A
dalam ASI selama 60 hari. Pemberian 2 kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah di
harapkan dapat menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi usia 6 bulan.
Pemberian kapsul vitamin A 200.000IU sebanyak dua kali,pertama segera setelah
melahirkan, kedua di berikan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A pertama
5) Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari. Satu protein setara dengan
tiga gelas susu, dua butir telur, lima putih telur, 120 gram keju, 1 ¾ gelas yoghurt, 120-
140 gram ikan/daging/unggas, 200-240 gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang.
6) Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium
dan vitamin D didapat dari minum susu rendah kalori atau berjemur di pagi hari.
Konsumsi kalsium pada masa menyusui meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara
dengan 50-60 gram keju, satu cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan
sarden, atau 280 gram tahu kalsium.
7) Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi syaraf dan
memperkuat tulang. Kebutuhan megnesium didapat pada gandum dan kacang-kacangan.
8) Sayuran hijau dan buah kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi sehari. satu porsi
setara dengan 1/8 semangka, 1/4 mangga, ¾ cangkir brokoli, ½ wortel, ¼-1/2 cangkir
sayuran hijau yang telah dimasak, satu tomat.
9) Karbohidrat kompleks selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks diperlukan
enam porsi per hari. Satu porsi setara dengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir jagung pipil, satu
porsi sereal atau oat, satu iris roti dari bijian utuh, ½ kue muffin dari bijian utuh, 2-6
biskuit kering atau crackers, ½ cangkir kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau
40 gram mi/pasta dari bijian utuh
10) Lemak rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gram perporsi)
perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga sendok makan kacang tanah

11
atau kenari, empat sendok makan krim, secangkir es krim, ½ buah alpukat, dua sendok
makan selai kacang, 120-140 gram daging tanpa lemak, sembilan kentang goreng, dua
iris cake, satu sendok makan mayones atau mentega, atau dua sendok makan saus salad.
11) Garam selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari makanan asin
seperti kacang asin, keripik kentang atau acar.
12) Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3 liter tiap hari. Kebutuhan
akan cairan diperoleh dari air putih, sari buah, susu dan sup.
13) Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan. Vitamin yang diperlukan antara
lain:
a) Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat
dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang dibutuhkan adalah 1,300 mcg.
b) Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf. Asupan
vitamin B6 sebanyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat ditemui di daging, hati, padi-
padian, kacang polong dan kentang.
c) Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.
Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan, minyak nabati dan gandum.
14) Zinc (Seng) berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan pertumbuhan.
Kebutuhan Zinc didapat dalam daging, telur dan gandum. Enzim dalam pencernaan dan
metabolisme memerlukan seng. Kebutuhan seng setiap hari sekitar 12 mg. Sumber seng
terdapat pada seafood, hati dan daging.
15) DHA penting untuk untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan DHA
berpengaruh langsung pada kandungan dalam ASI. Sumber DHA ada pada telur, otak,
hati dan ikan.

2.5.2 Ambulasi dan mobilisasi


Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada
fungsi fisiologis karena hal itu essensial untuk mempertahankan kemandirian. Menurut Siregar
(2009), mobilisasi dini adalah menggerakkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain yang harus
dilakukan secara bertahap dan langsung setelah melahirkan, minimal 8 – 24 jam setelah
persalinan. Mobilisasi dini ialah kebijakan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu post
partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.

12
Mobilisasi dini mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
 Dapat melancarkan pengeluaran lochea
 Mengurangi infeksi post partum
 Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
 Meningkatkan kelancaran peredaran darah
 Mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme
Sedangkan kerugian apabila tidak melakukan mobilisasi dini adalah :
 Dapat menyebabkan aliran darah tersumbat
 Dapat menyebabkan pemulihan kondisi akan lebih
 Dapat menyebabkan infeksi
 Dapat menyebabkan perdarahan

Tahap mobilisasi
1. Rentang gerak pasif
2. Rentang gerak aktif
3. Rentang gerak fungsional
• Miring ke kiri-kanan
• Menggerakkan kaki
• Duduk
• Berdiri atau turun dari tempat tidur
• Ke kamar mandi

2.5.3 Eliminasi
Ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Akan terjadi spasme yang
berakibat oedem. Ureter akan kembali berdilatasi normal dalam 6 minggu. Kandung kemih
dalam masa nifas menjadi kurang sensitive. Ibu harus dapat berkemih dalam 6-8 jam setelah
persalinan.

2.5.4 Kebersihan diri


Kebersihan diri adalah suatu upaya untuk memelihara kebersihan tubuh dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Pada masa post partum, seorang ibu akan rentan terhadap infeksi,
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman

13
pada ibu. Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu post partum, antara
lain:
1. Menjaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi.
2. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air dari arah depan (vulva) ke belakang
(anus).
3. Keringkan bibir vagina dengan handuk lembut, lalu ganti pembalut setelah BAB/BAK
minimal 2X sehari atau 3 jam sekali jika merasa tidak nyaman.
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah
kemaluan.
5. Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka.

2.5.5 Istirahat
Selama satu atau dua malam yang pertama, ibu yang baru mungkin memerlukan obat
tidur yang ringan. Setelah hari kedua postnatal, pemberian obat tidur pada malam hari biasanya
sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak dianjurkan jika ibu ingin menyusui bayinya pada malam
hari. Ibu harus dibantu agar dapat beristirahat lebih dingin dan tidak diganggu tanpa alasan.
Segera setelah melahirkan. 3 hari pertama dapat merupakan hari yang sulit bagi ibu akibat
penumpukan kelelahan karena persalinan dan kesulitan beristirahat karena perineum. Bidan
harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk kembali beraktifias harus
dilakukan secara perlahan dan bertahap. Pasien perlu diingatkan untuk selalu tidur siang atau
beristirahat selagi bayinya tidur. Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari .
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
 Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
 Memperlambat proses involusio uterus dan meningkatkan perdarahan
 Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

2.5.6 Seksual
Secara fisik aman begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua
jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka aman untuk melakukan hubungan seksual kapan
saja ibu siap. Banyak budaya yg mengatakan jika pada waktu 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan, keputusan ini tergantung kepada kesiapan ibu.

14
2.5.7 Latihan/Senam Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kaandungan kembali seperti pra-hamil, masa nifas ini yaitu 6 minggu (Mochtar,
1998:122). Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah
melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan dan persalinan
dapat kembali kepada kondisi normal seperti semula(Ervinasby,2008). Sebelum memulai
bimbingan cara senam nifas, sebaiknya bidan mendiskusikan terlebih dahulu dengan pasien
mengenai pentingnya otot perut dan panggul untuk kembali normal. Dengan kembalinya
kekuatan otot perut dan panggul, akan mengurangi keluhan sakit punggungyang biasanya
dialami ibu nifas. Latihan tertentu beberap menit setiap hari akan sangat membantuuntuk
mngencangkan otot bagan perut.

2.6 Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal


2.6.1 Kunjungan I : Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan
 Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
 Pemantauan keadaan umum ibu.
 Melakukan hubungan antara bayi dengan ibu ( Bounding Attachment ).
 Asi ekslusif.
2.6.2 Kunjungan II : Asuhan 6 hari setelah melahirkan
 Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, dan tidak ada tanda - tanda perdarahan abnormal.
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.
 Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
 Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
2.6.3 Kunjungan III : Asuhan 2 minggu setelah persalinan
 Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, dan tidak ada tanda - tanda perdarahan abnormal.
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.

15
 Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
 Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
2.6.4 Kunjungan IV : Asuhan 6 minggu setelah persalinan
 Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami.
 Memberi konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-tanda
bahaya yang dialami ibu dan bayi.

2.7 Masalah Sistem Perkemihan yang Terjadi pada Ibu Nifas


2.7.1 Sistitis
Adalah inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri
(biasanya Escherecia Colt) yang menyebar dari uretra atau karena respon alergi atau akibat iritasi
mekanis pada kandung kemih. Gejalanya adalah sering berkemih dan nyeri (disuria) yang
disertai darah dalam urin (hematuria).
2.7.2 Glomerulonefritis
Adalah inflamasi nefron terutama pada glomerulus :
 glomerulonefritis akut seringkali terjadi akibat respon imun terhadap vaksin bakteri
tertentu (kelompok streptococcus bheta A).
 glomerulonefritis kronik tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga tubulus.
Inflamasi ini mungkin diakibatkan infeksi streptococcus, tetapi juga merupakan
akibat sekunder dari penyakit sistemik lain atau karena glomerulonefritis akut.
2.7.3 Pielonefritis
Adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri. Inlfamasi dapat berawal
di traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan menyebar ke ureter, atau karena infeksi yang
dibawa darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi traktus urinaria terjadi akibat pembesaran kelenjar
prostat, batu ginjal atau defek konginetal yang memicu terjadinya pielonefritis.
2.7.4 Batu Ginjal (kalkuli urinaria)
Terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein. Batu
batu kecil dapat mengalir bersama urin; batu yang lebih besar akan tersangkut dalam ureter dan
menyebabkan rasa nyeri yang tajam (kolik ginjal) yang menyebar dari ginjal ke selangkangan.
2.7.5 Gagal Ginjal

16
Adalah hilangnya fungsi ginjal. Hal ini mengakibatkan terjadinya retensi garam, air, zat
buangan nitrogen (urea dan kreatini) dan penurunan drastic volume urine (oliguria). Melalui
pengobatan terhadap kondisi penyebab gagal ginjal, maka proknosisnya membaik. Gagal ginjal
yang tidak diobati dapat menyebabkan penghentian total gagal ginjal dan kematian.
2.7.5.1 Gagal ginjal akut, terjadi secara tiba – tiba dan biasanya berhasil diobati.
Penyakit ini ditandai dengan oliguria mendadak yang diikuti dengan
penghentian produksi urine (anuria) secara total. Hal ini disebabkan oleh
penurunan aliran darah ke ginjal akibat trauma atau cidera,
glomerulonephritis akut, himoragi, tranfusi darah yang tidak cocok atau
dehidrasi berat.
2.7.5.2 Gagal ginjal kronik, adalah kondisi progesif parah karena penyakit yang
mengakibatkan kerusakan parenkim ginjal, seperti glomeluronefritis
krokik atau pieloneftritis, trauma, atau diabetes nefropati (penyakit ginjal
akibat diabetes melitus ). Penyakit ini diobati melalui hemodialysis
(“ginjal buatan” atau transplantasi ginjal).

2.8 Retensio urinaria


2.8.1 Pengertian
Retensio urine adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara
spontan. Gejala yang ada meliputi tidak adanya kemampuan sensasi untuk mengosongkan
kandung kemih ketika buang air kecil, nyeri abdomen bawah atau tidak bisa berkemih sama
sekali. Retensio urine dapat terjadi secara akut maupun kronik.
Retensio urine akut dapat didefinisikan sebagai rasa nyeri mendadak yang timbul akibat
tidak bisa berkemih selama 24 jam, membutuhkan pertolongan kateter dengan reduksi urine
keluar kurang 50% dari kapasitas sistometer. Kandung kemih yang normal kosong secara
sempurna, pada retensio urine kronik terjadi kegagalan pengosongan kandung kemih. Retensio
urine adalah tidak bisa berkemih selama 24 jam yang membutuhkan pertolongan kateter, karena
tidak dapat mengeluarkan urine lebih dari 50% kapasitas kandung kemih pada saat berkemih.
Biasanya berkemih spontan harus sudah terlaksana dalam 6 jam sesudah melahirkan. Apabila
setelah 6 jam pasien tidak dapat berkemih dinamakan retensio urine post partum (Winkjosastro,
2007).

17
2.8.2 Etiologi
Secara umum, retensio urine post partum dapat disebabkan oleh trauma intra partum,
reflek kejang sfingter uretra, hipotonia selama hamil dan nifas, ibu dalam posisi tidur terlentang,
peradangan, psikogenik dan umur yang tua (Winkjosastro, 2007).

2.8.3 Patofisiologi
Kegagalan pengosongan kandung kemih disebabkan oleh karena menurunnya
kontraktilitas kandung kemih, meningkatnya tahanan keluar, atau keduanya. Kontraktilitas otot
kandung kemih dihasilkan karena adanya perubahan sementara atau permanen mekanisme
neuomuskular yang diperlukan untuk menimbulkan dan mempertahankan kontraksi detrusor
normal atau bisa karena mekanisme refleks sekunder terhadap rangsang nyeri khususnya di area
pelvis dan perineum. Penyebab non neurogenik termasuk kerusakan fungsi otot kandung kemih
yang bisa disebabkan karena peregangan berlebih, infeksi atau fibrosis.
Pada keadaan post partum, kapasitas kandung kemih meningkat, tonus menurun, kurang
sensitif terhadap tekanan intra vesikal, serta cepatnya pengisian kandung kemih karena
penggunaan oksitosin yang anti diuretik, menyebabkan peregangan kandung kemih secara
berlebihan. Kapasitas kandung kemih bertahan sekitar 200 cc.
Retensio urine post partum dapat terjadi akibat edema periurethra, laserari obstetrik, atau
desensitifitas vesika urinaria oleh anestesi epidural. Pada persalinan dengan tindakan bedah
obstetri sering di jumpai retensio urine post partum. Luka pada daerah perineum yang luas,
hematoma, trauma saluran kemih bagian bawah, dan rasa sakit akan mengakibatkan retensio uri.
Rasa nyeri yang hebat pada perlukaan jalan lahir akan mengakibatkan otot dasar panggul
mengadakan kontraksi juga sfingter uretra eksterna sehingga pasien tidak sadar menahan proses
berkemih.
Edema uretra dan trigonum yang disertai ekstravasasi darah di sub mukosa dinding
kandung kemih menyebabkan retensio urine. Hal ini bisa disebabkan karena penekanan kepala
janin pada dasar panggul terutama partus kala II yang terlalu lama. Lama persalinan lebih dari
atau sama dengan 800 menit berhubungan dengan retensio urine post partum. Hal lain yang
menjadi penyebab edema uretra dan trigonom adalah trauma kateteritasi yang berulang-ulang
dan kasar, dan infeksi saluran kemih yang akan menimbulkan kontraksi otot detrusor yang tidak

18
adekuat. Pemakaian anastesi dan analgesik pada persalinan seksio sesaria dapat menyebabkan
terganggunya kontrol persyarafan kandung kemih dan uretra.

2.8.4 Diagnosa
Diagnosa retensio post partum umumnya mudah ditegakkan  dari anamnesis. Sesuai
dengan definisinya yaitu ketidak mampuan berkemih secara spontan dalam 24 jam post partum
dengan atau tanpa rasa nyeri di suprasimpisis atau keinginan berkemih dengan atau tanpa disertai
kegelisaan tapi tidak dapat berkemih secara sepontan sehingga memerlukan upaya untuk
mengatasi gangguan.
Pemeriksaan klinik pada pasien dengan retensio urin akan memberikan informasi adanya
massa yang keras atau tidak keras pada sekitar pelvis dengan perkusi yang pekak. Vesika
urinaria mungkin dapat teraba transabdominal jika isinya berkisar antara 150-300 cc.
Pemeriksaan bimanual biasanya dapat meraba vesika urinaria bila terisi lebih dari 200 cc.
Pemeriksaan spesimen urin porsi tengah dilakukan secara mikroskopik, kultur dan
sensitifitas, mengingat infeksi traktus urinarius dapat mengakibatkan retensio urine akut. Infeksi
traktus urinarius yang berulang dapat merupakan komplikasi dari gangguan miksi yang lama dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan manajemen aktif guna menghindari kerusakan
lebih lanjut pada traktus urinarius bagian atas.
Residu urin adalah sisa volume urin dalam kandung kemih setelah penderita berkemih
setelah penderita berkemih spontan. Pada pasien post partum spontan dan seksio sesarea, setelah
kateter di lepas, bila setelah 4 jam tidak dapat berkemih spontan, dilakukan pengukuran volume
residu urin, retensio urin terjadi bila volume residu > 200 cc.

2.8.5 Penatalaksanaan
Terapi yang tepat untuk pasien dengan retensio urine akut tidak hanya untuk mengurangi
gejala tetapi juga untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada fungsi vesika urinaria. Peregangan
yang berlebihan pada vesika urinaria dapat menyebabkan dilatasi dari traktus urogenitalia bagian
atas yang selanjutnya dapat mempengaruhi fungsi ginjal. Karena itu tujuan utama kasus ini
adalah membuat drainase vesika urinaria. Tindakan drainase mungkin dapat diawali dengan
pemasangan kateter transurethral. Kateter harus ditinggalkan sampai pasien bisa buang air kecil
spontan. Pada beberapa pasien dengan retensio urine akut mungkin hanya membutuhkan

19
pemasangan kateter satu kali, tetapi pada pasien lain (khususnya post operasi) membutuhkan
pemasangan kateter dalam jangka waktu yang lama.
Untuk menghilangkan gejala overdistensi vesika urinaria biasanya kateter dipasang dan
ditinggal selama paling sedikit 24 jam untuk mengosongkan vesika urinaria. Jika kateter sudah
dilepas harus segera di nilai apakah pasien sudah buang air kecil secara spontan. Bila pasien
tidak bisa buang air kecil secara spontan setelah 4 jam, kateter harus dipasang kembali dan
volume residu urin harus di ukur. Apabila volume residu urin > 200 cc atau 100 cc pada post
operasi ginekologi, kateter harus di pasang kembali.
Pada retensio urine digunakan obat-obatan yang dapat meningkatkan kontraksi kandung
kemih dan yang menurunkan resistensi uretra.
2.8.5.1 Obat yang kerjanya di sistem saraf parasimpatis
Biasanya digunakan obat kolinergik, yaitu obat-obatan yang kerjanya menyerupai
asetilkolin. Asetilkolin sendiri tidak digunakan dalam klinik mengingat efeknya
difus/non spesifik dan sangat cepat di metabolisir sehingga efeknya sangat pendek.
Obat kolinergik bekerja di ganglion atau di organ akhir (end organ) tetapi lebih
banyak di sinaps organ akhir, yaitu yang disebut dengan efek muskarinik. Obat–
obatan tersebut antara lain : betenekhol, karbakhol, metakholin dan furtretonium. 
2.8.5.2 Obat yang bekerja pada sistem saraf simpatis
Obat yang menghambat (antagonis) reseptor ẞ diperlukan untuk menimbulkan
kontraksi kandung kemih, sedangkan obat antagonis α di pergunakan untuk
menimbulkan relaksasi uretra. Yang telah digunakan secara klinis adalah antagonis
α, yaitu fenoksibemzamin. Penghambat reseptor ẞ belum tersedia penggunaannya
dalam klinik.
2.8.5.3 Obat yang bekerja langsung pada otot polos
Beberapa obat yang telah di coba adalah : barium klorida, histamin, ergotamin dan
polipeptida aktif, akan tetapi belum dapat digunakan secara klinis karena efeknya
tidak spesifik.
Prostagladin telah terbukti dapat mempengaruhi kerja otot-otot detrusor. Desmond
menyatakan bahwa pengaruh prostaglandin terhadap kandung kemih adalah
meningkatkan sensitifitas kandung kemih, meningkatkan tonus dan kontraktilitas otot

20
detrusor, dan juga dapat dipergunakan untuk mengembalikan otot-otot ini jika
terganggu kemampuannya dalam menanggapi stimulusi berkemih normal.
Selama pemasanggan kateter menetap ini  pasien disuruh minum banyak kurang dari
3000 ml selama 24 jam, mobilisasi dan di periksa urinalisis. Selanjutnya di lakukan
kateter buka tutup tiap 4 jam kecuali jika ada perasaan Pasien ingin berkemih kateter
dibuka. Apabila tidak ada rasa ingin berkemih selama 6 jam maka keteter di buka
dan di ukur volumenya. Proses buka tutup kateter ini dilakukan selama 24  jam dan
pasien tetap minum banyak berkisar 3000 ml/24 jam. Setelah itu kateter di lepas dan
pasien minum biasa 50-100 ml/jam. Diharapkan dalam waktu 6 jam pasien dapat
berkemih spontan. Bila tidak bisa pasien dikateter intemitten untuk mengetahui
volume urin sisa. Bila volume urin sisa kurang dari 200 ml pasien boleh pulang.
Tetapi apabila volume urin sisa lebih dari 200 ml dan kurang dari 500 ml maka
dilakukan katetrisasi intermitten pasien disuruh minum biasa (50-100 ml/jam)
(Winkjosastro, 2007).

2.9 Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


2.9.1 Sistem pendokumentasian secara Varney
Menurut Helen Varney ada tujuh (7) langkah manajemen :
2.9.1.1 Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama
untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi pasien.
1) Data Subyektif
1. Biodata yang mencakup identitas pasien
 Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru
dalam memberikan penanganan.
 Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20
tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.

21
Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan
dalam masa nifas.
 Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
 Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.
 Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
 Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena
ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
 Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.

2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas,
misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
perineum.

3. Riwayat Kesehatan

4. Riwayat kesehatan yang lalu


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit
akut, kronis seperti : jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi
pada masa nifas ini.

5. Riwayat kesehatan sekarang

22
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang
diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan nifas dan bayinya.

6. Riwayat kesehatan keluarga


Data ini diperlukan untuk mengtahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada
penyakit keluarga yang menyertainya.

7. Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menika, status menikah syah atau tidak,
karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan
psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas.

8. Riwayat Obstetrik

9. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang
lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.

10.Riwayat Persalinan sekarang


Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi
PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah
proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada
masa nifas saat ini.

11.Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,
berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB
setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.

23
12.Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan
menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada
kebiasaan pantang makan.

13. Data Psikososial


Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami
banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.

14. Data pengetahuan


Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah
melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.

15. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis
makanan, makanan pantangan.
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil, meliputi
frekuensi, warna, jumlah.
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,
kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang.
Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat
mempercepat penyembuhan.
d) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama
pada daerah genitalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.

24
e) Aktivitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji
pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya.

2) Data Obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan harus
mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan
stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data obyektif ini
adalah ;
1. Vital sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang
dialaminya.
 Temperatur/suhu
Peningkatan suhu badan pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya
disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu
melahirkan dll. Tetapi pada umunya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh
kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai >380C adalah mengarah ke
tanda-tanda infeksi.
 Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas 100x/menit pada masa
nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa
diakibatkan proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang
berlebihan. Jika takikardia tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena
adanya vitium kordis. Beberapa ibu postpartum kadang-kadang mengalami
bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah-rendahnya 40-
50x/menit, beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin,
tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu
kelainan. Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-
30x/menit
 Tekanan darah

25
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan
ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit
lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menjelaskan
pemeriksaan fisik
1) Keadaan buah dada dan puting susu
 Simetris/tidak
 Konsistensi, ada pembengkakan/tidak
 Putting menonjol/tidak, lecet/tidak
2) Keadaan abdomen
 Uterus
 Normalnya : kokoh, berkontraksi baik, tidak berada di atas ketinggian
fundal saat masa nifas segera
 Abnormalnya : lembek, diatas ketinggian fundal saat masa postpartum
segera
 Kandung kemih : bisa buang air/tak bisa buang air
3) Keadaan genitalia
 Lochea
Normal : merah hitam (lochea rubra), bau biasa, tidak ada bekuan darah
atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil), jumlah perdarahan yang
ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam).
 Abnormalnya : merah terang, bau busuk, mengeluarkan darah beku,
perdarahan hebat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam).
4) Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka episiotomy/robekan,
heacting.
5) Keadaan anus : hemoroid
6) Keadaan ekstremitas : varises oedema, refleks patella

26
2.9.1.2 Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi data
secara benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau
diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan interpretasi yang benar
terhadap data dasar. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah (Sudarti 2010; h. 34).
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah.
Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang
diidentifikasikan oleh bidan.
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak hidup,
umur ibu dan keadaan nifas. Data dasar meliputi :
 Data Subyektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak,
keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya.
 Data Obyektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi hasil pemeriksaan tentang
pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital.

2) Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. Data dasar meliputi :
 Data Subyektif
Data yang didapatkan dari hasil anamnesa pasien
 Data Obyektif
Data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan

27
3) Kebutuhan
Berdasarkan atas keadaan umum dan keadaan fisik ibu biasanya dibutuhkan
konseling lebih lanjut

2.9.1.3 Diagnosa Potensial


Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi.
Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan,
bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut
benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini.

2.9.1.4 Antisipasi Masalah


Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi
dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
dengan kondisi pasien.

2.9.1.5 Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan dengan
kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi
berikutnya. Penyuluhan, konseling, dari rujukan untuk masalah-masalah sosial,
ekonomi atau masalah psikososial.

2.9.1.6 Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan
keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan
aman.

28
2.9.1.7 Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah
dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi
kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang
sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum
terlaksana (Yetti, 2010).
Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan terus-menerus untuk
meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan
kondisi atau kebutuhan klien (Sudarti, 2010; h. 37).

29
BAB III
TINJAUAN KASUS

30
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

5.1 PENGKAJIAN DATA


MKB : 09 Oktober 2016 Pukul : 09.00 WIB
No.Reg : ................
Pengkajian : 19 Oktober 2016 Pukul : 10.00 WIB
Pengkaji : Bidan “X”

5.1.1 PENGKAJIAN
1) Biodata
Nama istri : Ny.”W” Nama Suami : Tn.”A”
Umur : 21 tahun Umur : 24 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa
/Indonesia
Agama : Islam Agama :Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Wiraswasta
Penghasilan :- Penghasilan :4 juta/bulan
Alamat : Jalan wanaraja no.25 Alamat : Jalan wanaraja
Lamongan no.25Lamongan
Status pernikahan : ................ Status Pernikahan : ................
Nikah ke :1 Nikah Ke :1
Usia menikah : 20 tahun Usia Menikah : 23 tahun
Lama menikah : 1 tahun Lama Menikah : 1 tahun

2) Keluhan Utama
Mengeluh nyeri pada bagian bawah perut, tidak adanya kemampuan sensasi untuk BAK,
sulit untuk buang air kecil

31
3) Riwayat Keluhan Utama
PQRST

4) Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak : teratur
Lama : 7 hari
Jumlah : Normal
Warna darah : Merah segar
Dismenorhe : ya
Flour albus : tidak
HPHT : 2 Januari 2016

5) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat kehamilan sekarang
Hamil Ke : pertama
Umur Kehamilan : 38 minggu
Gerakkam janin : aktif
ANC
TM I : Ibu mengatakan periksa 2x pada usia kehamilan 1 bulan dan 3 bulan,
mendapatkan vitamin diminum sampai habis dan penyuluhan
makanan sehat.
TM II : Ibu mengatakan periksa 3x di bidan, ibu mengalami pusing, lemah,
letih, lesu, mendapatkan tablet Fe serta anjuran untuk istirahat. Ibu
mendapatkan imunisasi TT1 dan TT2 pada bulan ke – 5 dan 6
kehamilan.
TM III : Ibu mengatakan periksa 2x mendapatkan asam folat 1x1 dan
peyuluhan perawatan diri.

32
(2) Riwayat Kehamilan , Persalinan, Anak Dan Nifas yang lalu

No KEHAMILAN PERSALINAN ANAK Nifas Menete KB


k
KE UK Peny TT Jenis Penolon pen JK BB/ H/
g y PB M
1. Hamil
ini

(3) Riwayat persalinan sekarang


Tanggal /jam persalinan : 9 Oktober 2016/09.00 WIB
Tempat dan penolong : Poli kebidanan RSU dr.Soegiri Lamongan/
Bidan
Mulai merasa mules (tanggal/jam) : 8 Oktober 2016/19.00 WIB
Kelainan atau penyulit : Partus lama
Tipe persalinan : Spontan
Kala I : Tidak terkaji
Kala II : Tidak terkaji
Kala III : Tidak terkaji

Kelaianan ketuban
Pecah tanggal/jam : 9 Oktober 2016/08.45 WIB
Warna : Jernih
Bau air ketuban : Anyir

Keadaan bayi
Jenis kelamin : laki - laki
BB/PB : 3000 grm/51 cm
Hidup/mati : hidup
Apgar score : 7-8
Ada kelainan/tidak : tidak

33
Keadaan plasenta
Lahir tanggal/ jam : 9 Oktober 2016/09.15 WIB
Berat/panjang : 1500 grm/25 cm
Jumlah kotiledon : ................
Insersi tali pusat : ................

(4) Riwayat Kontrasepsi


Ibu mengatakan tidak pernah memakai alat kontrasepsi

(5) Riwayat Ginekologi


Ibu mengatakan Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit menular seperti TBC,
HIV, tidak mempunyai penyakit menahun serta turunan kembar.

(6) Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengatakan setelah melahirkan ibu sulit untuk BAK

(7) Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular, penyakit menurun, serta
keturunan kembar.

(8) Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada penderita penyakit menular, tidak ada
keturunan kembar serta penyakit menurun.

(9) Keadaan Psikososial


Ibu mengatakan meskipun merasa nyeri karena belum BAK tetapi ibu merasa
bahagia karena kelahiran anak pertamanya serta ditemani oleh suami dan keluarga

(10) Riwayat Sosial Budaya


Ibu mengatakan Ibu mengatakan tidak ada adat yang berpengaruh negative terhadap
kehamilan.

34
6) Pola kebiasaan Sehari-hari
(1) Pola Nutrisi
Selama Hamil : ................
Nifas Hari Ke : ................

(2) Pola Istirahat


Selama Hamil : ................
Nifas Hari Ke : ................

(3) Pola Aktivitas / Mobilisasi


Selama Hamil : ................
Nifas Hari Ke : .................

(4) Pola Eliminasi


Selama Hamil : .................
Nifas Hari Ke : ................

(5) Pola personal higieny


Selama hamil : .................
Nifas hari ke : .................

(6) Pola Seksual


Selama Hamil : ................
Nifas Hari Ke : ................

7) Pengetahuan Dan Kemampuan Ibu


(1) Nutrisi
Ibu mengatakan..................
(2) Mobilisasi

35
Ibu mengatakan mengetahui mobilisasi yang akan dilakukan seperti berjalan ringan
dan senam nifas.
(3) Perawatan bayi dan tali pusat :
Ibu mengatakan dapat merawat bayinya dan tahu bagaimana merawat tali pusat bayi
agar tidak terjadi infeksi.
(4) Memandikan bayi
Ibu mengatakan dapat memandikan bayinya
(5) Cara Meneteki yang benar
Ibu mengatakan mengetahui cara meneteki dengan benar
(6) Perawatan Payudara
Ibu mengatakan mengetahui perawatan payudara seperti menjaga payudara agar tetap
bersih dan kering, menggunakan BH yang menyokong payudara, apabila putting
lecet oleskan ASI yang keluar pada sekitar putting setiap kali selesai menyusui
(7) Hubungan seksual
Ibu mengatakan ..................
(8) Perawatan Perineum
Ibu mengatakan ..................
(9) Pakaian
Ibu mengatakan mengatahui kapan akan mengganti pakaian dan berapa kali akan
mengganti pakaian.
(10) Pola Istirahat :
Ibu mengatakan mengethui waktu istirahat yang dibutuhkan dan pola istirahat yang
baik.
(11) Tanda- tanda bahaya nifas
Ibu mengatakan mengetahui cirri – cirri dari tanda bahaya pada masa nifas pada ibu
seperti sakit kepala dan penglihatan kabur, perdarahan pervaginam pembengkakan
pada wajah dan suhu tubuh meningkat.
(12) Pemeriksaan ulang
Ibu mengatakan tahu kapan kan melakukan pemeriksaan ulang
(13) Rencana KB

36
Ibu mengatakan mengetahui tentang macam – macam KB dan akan menggunakan
alat kontrasepsi implant

6. PEMERIKSAAN
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
TTV : TD : 120/90 mmHg
N : 80x/menit
S : 37 ⁰C
RR : 24x/menit

2) Pemeriksaan Fisik
Kepala :
Inspeksi : Bersih, warna rambut hitam, tidak ada ketombe, distribusi merata.
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Muka :
Inspeksi : Simetris, tidak pucat, tidak terdapat cloasma gravidarum.
Palpasi : Tidak ada odem pada tulang frontle, zigomaticum dan mandibula.
Mata :
Inspeksi : Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus.
Hidung :
Inspeksi : Lubang hidung simetris, tidak ada polip, terdapat skat antara kedua lubang
hidung,
Palpasi : Tidak ada benjolan
Telinga :
Inspeksi : Kedua telinga simetris, ujung kedua telinga sejajar dengan epikantus mata,
bentuk telinga sempurna
Leher :
Inspeksi : Tidak ada kelainan

37
Palpasi : Tidak ada bendungan pada kelenjar imfe, tidak ada pembesaran pada
kelenjar tiroid
Mulut : Terdapat caries pada gigi
Dada : Tidak pembesaran pada dada, bentuk dada simetris
Payudara :
Inspeksi : Kedua payudara simetris, putting susu menonjol, tidak terdapat
retraksi/dimpling.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan abnormal
Abdomen :
Inspeksi : Terdapat striae
Palpasi ; TFU 2 jari dibawah pusat, blass penuh, terdapat nyeri tekan
Genetalia :
Inspeksi : Vulva kotor
Anus : Tidak ada hemoroid
Ekstremitas :
Atas : tidak ada oedema, kuku bersih dan tidak pucat
Bawah : tidak ada oedema, refleks patela positif.

3) Pemeriksaan penunjang :
HB : 9,7 gr/dl

3.2 INTERPRETASI DATA DASAR


DX : P1000 dengan retensio urine
DS : Ibu mengatakan post partum ke 10 sulit untuk BAK
DO : ..................
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Payudara : Lunak
TTV : TD : 120/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 24x/menit

38
S : 37 ⁰C
Abdomen : TFU 2 jari diatas pusat, nyeri tekan
Lochea : ±10 cc
Perineum : tidak ada jaringan parut serta tidak ada jahitan bekas operasi SC
Kebutuhan : pemenuhan cairan yang banyak serta pemasangan kateter
Masalah : gangguan pola eliminasi

3.3 ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Kemungkinan bisa terjadi infeksi saluran kemih.

3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Segera lakukan kateterasi urin pada ibu.

3.5 PERENCANAAN
Tanggal : 19 Oktober 2016 jam : 10.00 WIB
DX : Retensio Urin
3.5.1 Tujuan Jangka Pendek
Setelah dilakukan Asuhan kebidanan pemasangan kateter diharapkan ibu dapat melakukan
BAK dengan kriteria hasil:
K : Ibu mengatakan mengerti dengan apa yang dijelaskan
A : Ibu bersedia untuk dilakukan pemasangan kateter
P : Ibu dapat mengulangi apa yang dijelaskan oleh petugas
3.5.2. Tujuan Jangka Panjang
Setelah dilakukan Asuhan kebidanan ………. yang cukup diharapkan ibu dapat ………..
dengan kriteria hasil:
K :
A :
P :
P :
3.5.2 Intervensi

39
1) Ciptakan suasana terapeutik dengan Ibu dan keluarga
R/ agar ibu dapat merasa tenang dan nyaman
2) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang didapatkan bahwa keadaan umum ibu baik.
R/ agar ibu dapat merasa tenang dengan kondisinya
3) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu mengalami retensio urine
R/ agar ibu dapat mengetahui nyeri yang dialami dinamaka dengan retensio urin
4) Melakukan advise dokter yakni memasang kateter tetap dalam 24 jam dan memasang
infus RL serta memberi injeksi Zibac 1 gr/IV setelah dilakukan skin test.
R/ agar ibu tidak merasakan nyeri yang disebakan oleh urine yang tertahan dikandung
kemih
5) Menganjurkan ibu untuk banyak minum.
R/ untuk mengurangi retensio urin pada ibu

6) DST

3.6 IMPLEMENTASI
DX : Retensio urin
Tanggal : 19 Oktober 2016 jam: 10.00 WIB
Pukul Implementasi Paraf
1. Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
bahwa keadaan umum ibu baik, TD: 110/70 mmHg, Nadi :
84x/ menit, Respirasi: 24x/ menit, Suhu: 37°C, Lochea ±
10 cc. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan keadaan
dirinya.
2. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu
mengalami retensio urine yaitu ketidakmampuan untuk
mengosongkan kandung kemih atau buang air kecil secara
spontan. Ibu mengerti dengan apa yang di sampaikan.
Kemudian dilakukan penandatanganan inform consent dan
persetujuan tindakan medik.
3. Melakukan advice dokter yaitu memasang kateter tetap

40
dalam 24 jam dan memasang infus RL serta memberikan
injeksi zibac 1 gr/iv setelah dilakukan skin test.
4. Menganjurkan ibu untuk banyak minum air putih minimal
8 gelas/hari.
5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini.
6. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu lengan
ibu menopang kepala, leher dan seluruh tubuh bayi (kepala
dan tubuh berada pada satu garis lurus), perut bayi
menempel pada perut ibu, muka bayi menghadap ke perut
ibu, hidung bayi didepan puting susu ibu, dan mulut bayi
menghisap sampai bagian hitam disekitar puting ibu agar
puting ibu tidak lecet.

3.7 EVALUASI
Tanggal : 19 Oktober 2016 jam: 10.00 WIB

S : ibu mengatakan sudah mulai merasa sedikit lega pada perut bagian bawah.
O : Keadaan umum baik, TD: 120/90 mmHg, N: 80x/menit, S:37⁰C, RR :
24x/menit
 TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
 sudah terdapat cairan Kemih pada kantong urin (urin bag)
 ASI belum keluar
A : P1000 post partum hari ke 10
Dasar : P1000 post partum 10 hari dengan retensio urine.
Masalah : gangguan pola eliminasi
Kebutuhan : makanan berserat, buah-buahan, minum air putih 8 gelas / hari,
mobilisasi dini

P : Observasi proses involusi


a. Teruskan mobilisasi dini seperti berjalan ringan dan senam nifas

41
b. Banyak makan-makanan berserat seperti sayur-sayuran, buah-buahan seperti
pepaya, jeruk juga perbanyak minum air putih minimal 8 gelas per hari
c. Anjurkan ibu untuk melakukan personal hygiene

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 20 Oktober 2016 Jam : 09.00

S : ibu mengatakan sudah bisa BAK.


O : kateter sudah dilepas
A : P1000 post partum hari ke 11
Dasar : P1000 post partum 11 hari dengan retensio urine.
Kebutuhan : makanan berserat, buah-buahan, minum air putih 8 gelas / hari,
mobilisasi dini
P : Observasi proses involusi
d. Teruskan mobilisasi dini seperti berjalan ringan dan senam nifas
e. Banyak makan-makanan berserat seperti sayur-sayuran, buah-buahan seperti
pepaya, jeruk juga perbanyak minum air putih minimal 8 gelas per hari
f. Anjurkan ibu untuk melakukan personal hygiene.
g. Anjurkan ibu untuk periksa di tenaga kesehatan setiap 2 minggu

42
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan
lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua
ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika
urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika
urinaria.
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua
sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji
kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis
dexter yang besar.
Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat
toksis atau racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c) mempertahankan

43
keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d) mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.

5.2. SARAN
Menyarankan khusunya buat ibu nifas untuk banyak minum air putih minimal 8
gelas setiap hari. Dan jangan suka menahan kencing karena sangat mengganggu terhadap
sitem perkemihan.

DAFTAR PUSTAKA

http://djibrilnursemind.blogspot.com/2008/12/anatomi-fisiologi-sistem-perkemihan.html
Luvina, Evi Dwisang, (2003), Inti Sari Biologi Untuk SMA, Jakarta : Gramedia.
Prawirohartono Slamet, (1991), IPA Biologi SMP, Jakarta : Gramedia.
yamsuri Istamar, (2004), Biologi Untuk SMA, Jakarta : Erlangga.
Syarifuddin, (1992), Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan, Jakarta : EGC.
http://asuhankebidanand3.blogspot.co.id/2013/08/manajemen-7-langkah-varney.html
Gegor L Rolyn, Kriebs M Jan. 2004. Buku saku asuhan kebidanan varney, Jakarta : EGC

Dunstall Melvyn, Coad Jane. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Bidan. Jakart : EGC

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-rizkinuraf-5617-4-bab2.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19116/4/Chapter%20II.pdf

44

Anda mungkin juga menyukai