Anda di halaman 1dari 99

Persiapan Internsip 2023

Tatalaksana IGD-2
Mediko made the med-easy!
PERINGATAN
• Semua File Materi (PPT, PDF), File Try Out, dan Video Rekaman Kelas Mediko.Id Telah terdaftar
sebagai HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL PT. MEDIKO EDUKATIF INDONESIA dan Dilindungi
sepenuhnya oleh Hukum yang Berlaku
• Dilarang keras mengcopy atau memperbanyak Sebagian atau seluruh isi materi PT. MEDIKO
EDUKATIF INDONESIA
• Dilarang keras mengupload ulang video rekaman kelas PT. MEDIKO EDUKATIF INDONESIA
• Dilarang keras membagikan atau memperjual-belikan akun Try Out maupun Video
PT. MEDIKO EDUKATIF INDONESIA
• Jika terjadi pelanggaran akan diproses sesuai Hukum yang Berlaku (Undang-Undang Hak Cipta)
di Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah)
• Undang Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
PSIKIATRI
Mediko made the med-easy!
Evaluasi Kegawatdaruratan
1. Apakah pasien aman ditempatkan di ruang gawat darurat?
2. Apakah masalah merupakan organik / fungsional / kombinasi?
3. Apakah pasien mengalami gangguan psikotik?
4. Apakah pasien mengalami kecenderungan untuk bunuh diri atau
melakukan kekerasan terhadap lingkungan sekitar?
5. Bagaimana tingkat kapabilitas pasien dalam merawat diri?
Pasien gaduh gelisah

Persuasi, menenangkan, menjamin keamanan


ALGORITME
PENANGANAN Nilai kesadaran dan tanda-tanda cidera

Tawarkan obat oral


Restrain mekanik
GAGAL
bila perlu

Restrain mekanik: Berikan obat injeksi sesuai dengan kebutuhan


- Melindungi pasien dari cidera fisik
- Memberikan lingkngan yang aman
- Strategi menurunkan gaduh gelisah / PASIEN TENANG
tindakan penyerangan
- Di Indonesia, untuk dilakukan restrain
mekanik perlu informed consent ke
Lakukan penilaian secara lengkap: Wawancara, pemeriksaan
keluarga
Lanjutkan medikasi dalam bentuk oral
APG 1 : D2 reseptor
Nama generic Sediaan Dosis anjuran
Chlorpromazine 25, 100 mg 150 – 600 mg/hari
Haloperidol 2, 5 mg 5 – 15 mg/hari
Perphenazine 2, 4, 8 mg 12 – 24 mg/hari
Trifluoperazine 1.5 mg 10-15 mg/hari

APG 2 : D2 dan 5HT-2 receptor


Nama generic Sediaan Dosis anjuran
Risperidone 1, 2, 3 mg 2 – 6 mg/hari
Clozapine 25, 100 mg 25 - 100 mg/hari
Quetapine 25, 100, 200 mg 50 - 400 mg/hari APG-1 : Penyebab EPS, Haloperidol dan risperidon
penyebab hiperprolaktinemia
Olanzapine 5, 10 mg 10-20 mg/hari
EFEK SAMPING OBAT
BILA PASIEN DENGAN: INGAT: TATALAKSANA:
• Syok, bradikardi Hipotensi, QT • Manajemen syok
prolongation
• Gemetar, bradikinesia, • THP 3x2-4mg (setengah dosis pada lansia)
kekakuan, sialorrhea (saliva>>), • Injeksi diphenhidramin 50mg
Parkinsonisme
gaya berjalan dan stabilitas
postur tubuh
• Kekakuan otot leher, lidah • Injeksi diphenhidramin 50mg (IM/IV) –
(bicara cadel), wajah, dan Distonia diulang 20 menit – 2 ampul
punggung • THP 3 x 2-4mg
• Injeksi Diazepam IV 0,3-0,5mg/kgbb
• Terus bergerak, berjalan • Propanolol 2-3 x 10-20mg
mondar-mandir, atau berjalan Akatisia • THP 3 x 2-4mg
di tempat • Lorazepam 3x1mg
• Demam tinggi, kekakuan Sindrom neuroleptik Stop antipsikotik, Hidrasi, Antipiretik, Muscle
seluruh tubuh, dll maligna relaksan, Pantau tanda vital, Rujuk
Terapi Farmakologis Sindrom Ekstrapiramidal

Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry, 11th edition. 2015


Alkohol dan Zat Psikoaktif Lainnya
Stimulan Halusinogen Benzodiazepine Opioid
• Amfetamin • LSD (Elsid) • Diazepam • Morfin
• Kafein • Ganja (Juga • Lorazepam • Heroin (putau)
• Kokain Depresan) • Tramadol
• MDMA • Jamur (Meskalin, Depresan • Kodein
• Nikotin Psilosibin) • Ganja

• Alkohol

Semangat Membuat halusinasi • Menenangkan • Miosis (pin point


Takikardi • Slurred speech pupil)
Midriasis • Inkoordinasi • Depresi nafas
Agitasi • Stupor • Konstipasi
psikomotor
Tatalaksana Intoksikasi Alkohol
Intoksikasi Alkohol
• ABCD
• Kosongkan lambung dengan Norit 60-100mg PO (tidak boleh diberikan bila pasien
stupor, koma, atau kejang, kecuali per sonde)
• Diazepam bila kejang (5-10mg IV, dapat diulang hingga kejang hilang) bila tidak ada
dapat diganti dengan fenobarbital/luminal 100-200 mg IM
• Thiamin 100 mg IM atau IV
• Dextrose 40% dapat diberikan bila hipoglikemia 50-100 ml IV
• Naloxone 0,45-2 mg IV bila dicurigai intoksikasi opioida.
• Haloperidol 5-10 mg IM bila pasien gelisah (bila tidak tersedia dapat diberikan
lorazepam, hydroxyzine, sulpiride)
Apakah pasien memenuhi kualifikasi untuk diberikan fenobarbital?
➔ Sedang tidak mendapatkan benzodiazepin atau obat-obatan sedatif lainnya.
➔ Tidak ada masalah neurologis aktif, diagnosis definitif alcohol withdrawal.

Tatalaksana YA TIDAK
Monitor dosis kumulatif

Withdrawal
fenobarbital:
Loading fenobarbital IV >20mg/kg fenobarbital (setara

Alkohol
● 10mg/kg ideal body weight (infus) selama 30 hingga 25 ug/ml2)
menit • Bila delirium berlanjut setelah
● Tunggu 30 menit sebelum menambahkan mendapatkan >20mg/kg,
fenobarbital selanjutnya menandakan ada masalah lain.
• Evaluasi etiologi lain delirium.
• Pertimbangkan untuk stop
Titrasi fenobarbital IV: diulang q30 menit bila perlu pemberian fenobarbital dan
● 130mg IV (infus) ~3 menit(prn) untuk gejala ringan • Gunakan haloperidol untuk gejala
● 260mg IV (infus) ~5 menit(prn) untuk gejala berat agitasi.

>30mg/kg fenobarbital
Fenobarbital PO/IM maintenance (setelah meninggalkan IGD (setara hingga 40 ug/ml2)
atau ICU atau pada setting yang tidak memungkinkan untuk IV) • Hentikan pemberian fenobarbital.
● 100mg PO/IM q60(prn) untuk gejala ringan • Evaluasi untuk alternatif atau
● 200mg PO/IM q60(prn) untuk gejala sedang penyebab superimposed dari
(Hindari benzodiazepin, yang bersinergi dengan fenobarbital & delirium.
resiko oversedasi) • Gunakan haloperidol untuk gejala
agitasi.
Intoksikasi atau Withdrawal Opioid
Intoksikasi Opioid Withdrawal Opioid
1. Pemeriksaan tanda vital • Penanganan keluhan yang ada
2. Wawancara psikiatri dan riwayat penggunaan ⮚ Nyeri: Paracetamol, tramadol,
NAPZA serta Riwayat pengobatan dokter, asam mefenamat
evaluasi adanya ide bunuh diri ⮚ Insomnia: Estazolam, triazolam,
3. Evaluasi kemungkinan organik, pemberian nitrazepam
terapi cairan IV ⮚ Diare: Loperamide
4. Pasien dengan gejala berat dirawat di ICU ⮚ Mual/muntah: Sulpirid 25-50mg
5. Evaluasi gejala-gejala penekanan saraf pusat (3x sehari)
atau pernafasan ⮚ Bekas suntikan: Thrombophob
6. Dapat dilakukan “naloxone challenge test” atau Lasonil Jelly
7. Maintenance terapi dengan NALOXONE 0,4 mg
IV setiap jam
Intoksikasi atau Withdrawal Amfetamin
Intoksikasi Amfetamin Putus Amfetamin
• Pada pasien yang menunjukkan gejala • Pada pasien dengan anxietas atau
membahayakan diri sendiri dan orang agitasi:
lain dapat ditangani dengan: ⮚ Benzodiazepine: Lorazepam 1-2mg
⮚ Benzodiazepine: Oksazepam (Serax) IO tiap 8 jam
10-30mg IO, Lorazepam 1-2mg IO • Gejala depresi: SSRI
• Pada pasien yang menunjukkan gejala • Gejala psikotik: Haloperidol 2-5mg
psikotik dapat diberikan: setiap 12 jam IO
⮚ Antipsikotik: Haloperidol 2-5mg • Terapi non farmakologi:
setiap 4-6 jam IM atau IO 1. Resiko bunuh diri (Sadperson)
2. Evaluasi depresi
3. Psikoterapi dan progam khusus
OBSGYN
Mediko made the med-easy!
▪ Berdasarkan WHO: usia kehamilan kurang dari 22 minggu
Abortus ▪ Beberapa acuan: usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.

Diagnosis Perdarahan Nyeri perut TFU Serviks Gejala khas

Abortus Sedikit Sedang Sesuai usia Tertutup Tidak ada ekspulsi jaringan
iminens kehamilan konsepsi

Abortus Sedang-banyak Sedang-hebat Sesuai usia Terbuka Tidak ada ekspulsi jaringan
insipiens kehamilan konsepsi

Abortus Sedang-banyak Sedang-hebat Lebih kecil dari Terbuka Ekspulsi sebagian jaringan
inkomplit usia kehamilan konsepsi
Abortus Sedikit Tanpa/sedikit Lebih kecil dari Tertutup Ekspulsi seluruh jaringan
komplit usia kehamilan konsepsi

Missed Tidak ada Tidak ada Lebih kecil dari Tertutup Janin telah mati tapi tidak
abortion usia kehamilan ada ekspulsi
Abortus
Tatalaksana Abortus
• Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan
sistolik <90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok
• Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan
komplikasi, berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam
untuk 48 jam:
1. Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam

2. Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam

3. Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam


• Segera rujuk ibu ke rumah sakit .
• Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus
Tatalaksana Abortus Iminens
• Pertahankan kehamilan → Bedrest total
• Tidak perlu pengobatan khusus.
• Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada
pemeriksaan antenatal
• Pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu.
Lakukan penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi.
Tatalaksana Abortus Insipien
• UK < 16 minggu • UK > 16 minggu
Evakuasi konsepsi dengan Tunggu ekspulsi spontan atau
aspirasi vakum manual, jika evakuasi sisa konsepsi. Jika
tidak bisa, gunakan : perlu berikan:
– Ergometrin 0,2 mg IM Oksitosin 40 IU dalam 1000 cc
(dapat diulang/15 menit) NaCl 0,9% atau RL 40 tpm
– Misoprostol 400 mcg PO untuk mempercepat ekspulsi
(dapat diulang/4 jam)
Tatalaksana Abortus Inkomplit
• UK < 16 minggu
– Aspirasi vakum manual untuk evakuasi jaringan
– Jika tidak ada: kuretase dengan sendok kuret tajam
– Jika perlu: ergometrin 0,2 mg IM (dpt diulang stlh 15 menit) atau
misoprostol 400 mcg PO (dpt diulang setelah 4 jam)
• UK > 16 minggu
Oksitosin 40U dlm 1000 cc RL, drip 40 tpm sampai terjadi ekspulsi
– Jika perlu: misoprostol 200 mcg pervag tiap 4 jam sampai ekspulsi (maks.
800 mcg)
– Jika perlu: kuretase untuk membersihkan sisa jaringan di uterus.
Tatalaksana Abortus Komplit
• Tidak perlu evakuasi
• Konseling untuk memberikan dukungan emosional dan
menawarkan KB pasca keguguran.
• Anemia sedang → tablet SF 600 mg/hari 2 minggu
• Anemia berat → transfusi
• Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu
Tatalaksana Missed Abortion
UK<12 Evakuasi dengan AVM atau sendok kuret
Minggu
• Pastikan serviks terbuka, bila perlu lakukan pematangan
UK 12-16
serviks sebelum dilakukan dilatasi dan kuretase.
Minggu
• Lakukan evakuasi dengan tang abortus dan sendok kuret.
• Lakukan pematangan serviks.
• Lakukan evakuasi dengan infus oksitosin 20 unit dalam 500
UK >16 ml NaCl 0,9%/Ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit
Minggu hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
• Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali
sebelum merencanakan evakuasi lebih lanjut.
Perdarahan Post Partum
Tonus Atonia Uteri • Perdarahan segera
• Uteri lembek/tidak kontraksi
Tissue Retensio Plasenta • Plasenta lahir > 30 menit setelah lahir bayi.
Sisa Plasenta • Plasenta atau sebagian selaput lahir tidak lengkap.
Trauma Robekan jalan lahir • Perdarahan segera
• Tampak laserasi
Ruptur uteri • Perdarahan segera
• Nyeri perut hebat
• Kontraksi hilang
Inversio uteri • Fundus tidak teraba pada palpasi abdomen.
• Lumen vagina berisi massa
• Kontraksi hilang
Thrombin Gangguan pembekuan • Perdarahan tidak berhenti, encer
darah • Gagal uji terbentuk gumpalan pada uji laboratorium
Singkatan HAEMOSTASIS
Singkatan
H Help. Ask for Help (Aktivasi kode biru, Tim Respon Cepat)
A Akses intravena, penilaian perdarahan dan resusitasi cairan
Langkah awal
E Etiologi → cari (4 T), sedia darah
M Masase uterus
O Oksitosin → Uterotonika Obat
Siap ke OK/Rujuk. Singkirkan sisa plasenta dan trauma.
S Konservatif
Kompresi bimanual, kompresi aorta abdominalis.
Non Bedah
T Tampon uterus → kondom kateter
A Aplikasi kompresi uterus → B-Lynch ataupun modifikasi
Systemic pelvic devascularization : Bedah
S
uterina, ovarika, hipogastrika, tehnik Lasso-Budiman Konservatif
I Intervensi radiologi intervensi → embolisasi arteri uterina
S Subtotal/total histerektomi Langkah Akhir
Perdarahan Post Partum
Panduan Tatalaksana
• Panggil bantuan tim/tenaga Kesehatan lain
• Pastikan ibu sudah mendapat tatalaksana aktif kala III
• Berikan oksigen
• Pasang 2 jalur IV dan ambil darah untuk periksa lab
• Beri cairan infus (NaCl 0,9% atau RL) secepatnya (1 L dalam 15-20 menit),
lanjutkan sesuai kondisi ibu
• Kosongkan kandung kemih
• Tatalaksana penyebab perdarahan
• Bila perlu, rujuk ibu ke fasilitas Kesehatan yang memadai
• Lakukan masase uterus, pastikan plasenta lahir lengkap
• Beri infus oksitosin 20-40 IU dalam 1 L cairan kristaloid
Atonia Uteri • Bila oksitosin tidak tersedia, beri ergometrin 0,2 mg IM
• Bila perdarahan berlanjut, beri 1 g asam traneksamat IV
• Siapkan rujukan sambil pasang kondom kateter atau lakukan kompresi
bimanual
Robekan Jalan • Lakukan penjahitan robekan jalan lahir
Lahir • Bila perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV
• Beri infus oksitosin 20-40 IU dalam 1 L cairan kristaloid
• Lakukan tarikan tali pusat terkendali
Retensio Plasenta
• Bila tidak berhasil, lakukan plasenta manual
• Beri antibiotika profilaksis

• Beri infus oksitosin 20-40 IU dalam 1 L cairan kristaloid


Sisa Plasenta • Lakukan eksplorasi digital atau lakukan aspirasi vakum manual/dilatasi dan
kuretase
• Beri antibiotika profilaksis

Inversio Uteri • Lakukan reposisi


• Bila tidak berhasil, lakukan laparotomi atau histerektomi

Koagulopati
• Tangani kehilangan darah segera
• Berikan darah lengkap segar atau komponen darah
Ruptur Uteri • Lakukan histerorafi atau histerektomi
Algoritme
Atonia Uteri

KBI

Bila perdarahan berlanjut KBE


dapat diberi 1 gram asam
traneksamat IV
MEDIK
Mediko made the med-easy!
Blood Gas Analysis
Tatalaksana Asidosis

Diberikan melalui
drip intravena
dalam 1000 ml
dextrose 5%
dalam air.

Tatalaksana Alkalosis
Hipernatremia
• Didefinisikan sebagai kadar
natrium plasma > 145 mEq/l
(kadar normal: 135 – 145 mEq/l).
• Tanda dan gejala lebih sering
berhubungan langsung dengan
neurologis, misalnya penurunan
kesadaran, letargi, iritabilitas,
sampai kejang
• Pendekatan klinis hipernatremia
dibagi menjadi 3, tergantung
dengan kadar volume tubuh
(hipo/eu/hipervolemia)
EIMED PAPDI Buku I, cetakan kedua, 2012
Algoritma
Tatalaksana
Hipernatremia

EIMED PAPDI Buku I, cetakan kedua, 2012


Tatalaksana Hipokalsemia

Tatalaksana Hiperkalsemia
Tatalaksana Hiperkalsemia

Sabatine Pocket Medicine, 7th edition. 2020


Hipokalemia
• Didefinisikan sebagai kadar kalium plasma
<3.5 mEq/l (kadar normal: 3.5 – 5.0 mEq/l)
• Manifestasi klinis bervariasi tergantung
berat ringannya hipokalemia, namun gejala
umum yang dapat muncul adalah mialgia,
muscle cramp, atau kelemahan otot.
• Pada gejala berat dapat menyebabkan
hipoventilasi, aritmia, dan paralisis komplit
• Etiologi hipokalemia bermacam-macam
(lihat tabel)

EIMED PAPDI Buku I, cetakan kedua, 2012


Hiperkalemia
• Definisi : Kadar Kalium serum tubuh >5,5 mg/Dl
• Diagnosis
• Abnormalitas EKG jika kadar K+ >6,5
• Tall T waves
• Prolonged PR interval, loss P wave
• AV Block Total
• VF, VT
• Asistol
• Kelemahan otot skelet, parestesis, mual, muntah, palpitasi
• Tanda akhir : hipotensi, kardiovaskular kolaps dan henti jantung
• Salah satu kondisi yang sering ditemui pada CKD
EKG pada Kelainan Kadar Kalium
Hipokalemia : <3.5 mEq/l
• Gelombang T datar atau terbalik
• Dapat terlihat gelombang U

Hiperkalemia : >5.0 mEq/l


• Gelombang P melebar, amplitudo kecil
• Kompleks QRS melebar
• Dapat terjadi peningkatan amplitudo
gelombang T (T tall)
• Ketika kalium >7.5 mEq/l -> dapat
terjadi VF
Tatalaksana Hipokalemia
• Pemberian kalium oral
• Pemberian 40 – 60 mEq dapat meningkatkan kadar kalium sebesar 1 – 1.5 mEq/l,
dan pemberian 135 – 160 mEq dapat meningkatkan kadar kalium sebesar 2.5 –
3.5 mEq/l
• Pemberian kalium intravena
DOSIS!!!
• Kecepatan pemberian KCl
• Vena perifer: maksimal 10 mEq/jam
• Vena sentral; maksimal 20 mEq/jam (bisa lebih pada keadaan tertentu)
• Konsentrasi cairan infus KCl:
• Vena perifer: KCL maksimal 60 mEq dilarutkan dalam NaCl isotonik 1000 ml
• Vena sentral: KCl maksimal 40 mEq dilarutkan dalam NaCl isotonik 1000 ml
• Pada keadaan aritmia maligna atau adanya paralisis otot pernapasan -> dapat
diberikan dengan kecepatan 40 – 100 mEq/jam
EIMED PAPDI Buku I, cetakan kedua, 2012
Tatalaksana Hiperkalemia
• Pastikan ABC
• Pastikan diagnosis Hyperkalemia
• Hentikan suplemen kalium
• Berikan Ca glukonas 10% IV atau ca chloride 10 ml
• Shift kalium ke dalam sel
• Berikan glukosa dan insulin
• Salbutamol 10-20 mg nebulisasi
• Naikkan pH darah
• Pengeluaran K dari tubuh
• Pertimbangkan hemodialisa
Krisis Hiperglikemi
Komplikasi akut yang dapat terjadi pada diabetes mellitus tipe 1 dan 2

Ketoasidosis Diabetikum Status Hiperglikemi Hiperosmolar


• Komplikasi akut diabetes yang ditandai • Peningkatan glukosa darah sangat tinggi
dengan peningkatan kadar glukosa darah (600-1200 mg/dl) tanpa tanda dan gejala
yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai tanda asidosis
dan gejala asidosis • Osmolaritas plasma sangat meningkat (330-
• Osmolaritas plasma meningkat (300-320 380 mOsm/ml)
mOsm/ml) • Plasma keton (-/+)
• Plasma keton (+) kuat • Anion gap normal atau sedikit meningkat
• Peningkatan anion gap
Manifestasi Klinis
Ketoasidosis Diabetikum Status Hiperglikemi Hiperosmolar

• Lebih akut (<24 jam) • Proses perjalanan penyakit lebih lama


• Poliuri, polidipsi, muntah, dehidrasi, (hitungan hari-minggu)
lemah, perubahan status mental • Poliuri, polidipsi, dehidrasi, lemah,
• Mual, muntah, nyeri perut perubahan status mental
• Turgor kembali lambat • Gejala neurologis (hemianopsia,
• Pernapasan kussmaul → respon hemiparesis, kejang)
terhadap asidosis metabolic • Takikardi, hipotensi
• Takikardi, hipotensi
SKDI
Hipoglikemia
• Kadar glukosa darah <70 mg/dl
• Penurunan konsentrasi glukosa serum dengan atau tanpa adanya gejala-gejala sistem
otonom (whipple’s triad)
• Terdapat gejala-gejala hipoglikemia Klasifikasi Hipoglikemi berdasarkan
• Kadar glukosa darah yang rendah Derajat Keparahannya (PERKENI 2021)
• Gejala berkurang dengan pengobatan
Hipoglikemia Ringan
Manifestasi Klinis
Pasien tidak membutuhkan bantuan orang
Rasa lapar, berkeringat, gelisah, lain untuk pemberian glukosa per oral
paresthesia, palpitasi,
tremulousness
Hipoglikemia Berat
Pasien membutuhkan orang lain untuk
Lemah, dizziness, confusion, pemberian glukosa intravena, glukagon, atau
pusing, perubahan sikap, gangguan resusitasi lainnya
kognitif, pandangan kabur,
diplopia
Koma Miksedema
Hipotiroid dekompensata berat yang mengancam hidup. Pengobatan KM meliputi pemberian
Dapat disebabkan oleh infeksi (septikemia, pneumonia, hormone tiroid, pengobatan umum,
ISK dan selulitis), stress (serebrovaskular aksiden, infark ventilator, hipotermia dan hipotensi.
miokard, gagal jantung), dan trauma akut.
Burch Wartofsky Point Scale (BWPS)
Krisis Tiroid
Dapat sebabkan Atrial Fibrillasi
• Merupakan penyakit hipertiroidisme
diserai dengan demam, penurunan
kesadaran dan kolaps PENANGANAN
kardiovaskular. • Suportif
• Tanda dan gejala : gejala khas • Rehidrasi cairan (NaCl, dextrose 5%)
hipertiroid, disertai perubahan • Antagonis aktivitas hormone tiroid
suasana hati, binggung sampai tidak • Blokade produksi hormone tiroid :
sadar, diare, dan amenorrhea. • PTU 300 mg tiap 4-6 jam oral. Pada kondisi sangat berat
• Pemeriksaan Fisik : dapat diberikan via NGT sebanyak 600-1000 mg loading,
• Sistem saraf terganggu diikuti 200 mg PTU setiap 4 jam dengan dosis total sehari
• Demam tinggi sampai 40 oC 1000-1500 mg atau
• Takikardia • Metimazole 20-30 mg tiap 4 jam oral. Pada kondisi berat
• Dapat disertai gagal jantung dapat diberikan NGT sebanyak 60-100 mg.
kongestif. • Blokade ekskresi hormone tiroid : lugol 8 tetes tiap 6 jam
• Diare dan ikterus • Penyekat beta : propranolol 20-40 mg tiap 6 jam
KRISIS ADRENAL
kondisi akibat kegagalan kelenjar adrenal memproduksi hormon glukokortikoid dan/atau
mineralokortikoid secara normal

MANIFESTASI KLINIS ETIOLOGI


Muntah, nyeri abdomen dan syok • Penghentian mendadak terapi steroid
hipovolemik. jangka panjang.
• Syok septik
GEJALA DAN TANDA • Obat-obatan: ketokonazole, fenitoin,
• Lemah, lesu
rifampisin
• Penurunan berat badan
• Hipotensi, postural dizziness Temuan Pemeriksaan Lab
• Nyeri perut, nyeri tekan, mual, muntah • Hiponatremi
• Demam • Hiperkalemia
• Confusion, somnolence • Gagal ginjal pre-renal
• Primary adrenal insufficiency: • Anemia, kadang kala terdapat juga
hiperpigmentasi kulit, palmar creases limfositosis dan eosinophilia
• Hipoglikemia
Society for Endocrinology Endocrine Emergency Guidance Adrenal Crisis in Adult
KRISIS ADRENAL
Guideline Tatalaksana
1. HIDROKORTISON
• Hydrocortisone 100mg IV/IM (injeksi bolus segera)
diikuti dengan
• Infus Hidrocortisone 200mg IV per 24 jam (alternatif: hidrokortison 50mg
IV/IM per 6 jam)
2. REHIDRASI
• Loading cairan infus NaCl 0,9% 1000cc dalam 1 jam
diikuti dengan
• Rehidrasi IV lebih lanjut (umumnya 4–6 L dalam 24 jam)
• Monitor kelebihan cairan → khususnya pasien dengan gagal ginjal atau
lansia
3. Koreksi abnormalitas metabolic lainnya: hipoglikemi, hiperkalemia
4. Identifikasi dan tatalaksana penyebab: infeksi, kelainan adrenal atau hipofisis

Society for Endocrinology Endocrine Emergency Guidance Adrenal Crisis in Adult


Krisis Hipertensi SKDI 3B

• Hipertensi berat
• tekanan darah sistolik ≥180 mmHg dan/atau
• tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg (ESC/ESH 2018)
• Dibagi menjadi 2:
1. Hipertensi emergensi:
• disertai dengan kelainan/kerusakan organ target secara
progresif (misalnya: otak (ensefalopati hipertensi),
jantung (coronary artery disease), mata (retinopati
hipertensi), ginjal (acute kidney injury), paru-paru (acute
pulmonary edema) dsb).
• Tatalaksana antihipertensi fokus melalui jalur intravena
2. Hipertensi urgensi:
• tidak disertai kelainan/kerusakan organ target yang
progresif.
• Tatalaksana antihipertensi dapat melalui jalur oral

ESC/ESH 2018: Guidelines for Arterial Hypertension


Rekomendasi Penggunaan Antihipertensi

ESC/ESH 2018: Guidelines for Arterial Hypertension


Tata Laksana Krisis Hipertensi
TARGET PENURUNAN
TEKANAN DARAH
• Hipertensi urgensi: bertahap
dalam 24 jam
• Hipertensi emergensi
❑ Target awal : penurunan MAP
sebanyak 25% dalam 2 jam
❑ Penurunan dilanjutkan dalam
12-16 jam hingga mendekati
normal
❑ MAP = (2 x TD diastolik + TD
sistolik) : 3
Pilihan Obat Hipertensi Urgensi
Obat Dosis Awitan Lama Kerja
Captopril Rekomendasi: 25mg PO atau SL 15-30 menit; 6-8 jam;
Range dosis: 6,25 – 50mg PO 10-20 menit SL 2-6 jam
Dosis maks: 50mg PO
Clonidine Rekomendasi: 0,1-0,2 mg PO 15-30 menit 2-8 jam
dilanjutkan dengan 0,05-0,1mg per
jam s.d. efek yang diinginkan.
Dosis maks: 0,8mg PO
Labetalol Range dosis: 200-400mg PO, dapat 1-2 jam 2-12 jam
diulang tiap 2-3 jam.
Dosis maks: 1200mg PO
Amlodipin Range dosis: 2,5-5mg PO 1-2 jam 12-18 jam
Tatalaksana Nyeri Kepala
TENSION TYPE HEADACHE CLUSTER TYPE HEADACHE
1. Pada serangan akut → Analgetik: 1. Pengobatan Akut
• Aspirin 1000mg/hari, • Oksigen 100% 7lpm → gejala hilang
• Asetaminofen 1000 mg/hari, dalam 15 menit
• NSAIDs (Naproxen 660-750 mg/hari, • Hidihroergotamin 0,5-1,5mg IV
Ketoprofen 25-50 mg/hari, asam mefenamat, • Triptan (Sumatriptan) 6mg SC
ibuprofen 800 mg/hari, diklofenak 50-100 • Anestesi lokal
mg/hari).
• Kafein (analgetik ajuvan) 65 mg. 2. Profilaksis
• Kombinasi: 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg • CCB: verapamil 240-960 mg/hari,
kafein. nimodipine
2. Profilaksis • Kortikosteroid
• Antidepresan trisiklik: amitriptiline • Litium
• Antiansietas: Golongan benzodiazepine • Topiramite
(Kekurangan: adiktif, sulit dikontrol → dapat
memperburuk nyeri kepalanya)
Tatalaksana Nyeri Kepala
MIGRAIN NEURALGIA TRIGEMINALE
1. Terapi Abortif • Pemeriksaan lanjutan berupa CT-scan dan
• Analgesik : NSAID MRI untuk eksklusi cerebello-pontine
• Triptan : sumatriptan 2x50-100 mg/hari , SC angle.
6 mg • Carbamazepine: 200-1200 mg/hari yang
• Ergot : Ergotamin 2 mg, ulangi tiap 30 menit, secara bertahap dapat ditambah hingga
maksimal 6 mg/hari, 10 mg/minggu rasa sakit hilang atau mulai timbul efek
(Ergotamin tidak direkomendasikan untuk samping,selama periode remisi dosis dapat
migrain akut) dikurangi secara bertahap.
• Anti kejang lainya seperti phenytoin,
2. Profilaksis oxcarbazepine, lamotigrine.
Diberikan jika serangan 2-3x/bulan atau terdapat • Blok saraf
serangan berat. • Trigeminal ganglion block
• Beta blocker : propanolol 2x40 mg/hari. • Dekompresi microvaskular
• Antiepilepsi: topiramate, asam valproat • Radiofrekuensi termokoagulasi
• Antidepresan : dapat diberikan amitriptilin
Reaksi terhadap Makanan
Alergi Makanan Intoleransi Makanan Keracunan Makanan
• Sebuah reaksi • Reaksi yang terjadi akibat • Reaksi yang terjadi akibat
hipersensitivitas tipe I ketidakmampuan tubuh toksin atau racun yang
yang dimediasi oleh IgE untuk mencerna suatu mengkontaminasi makanan
akibat zat alergen dalam zat yang terkandung • Paling sering akibat
makanan dalam makanan masakan yang tidak
• Manifestasi klinis (khas • Paling sering: intoleransi matang
alergi dan sistemik): laktosa • Manifestasi klinis:
• diare • Manifestasi klinis: • diare yang tidak
• ruam dan gatal didominasi oleh gejala berlendir dan tidak
seluruh tubuh GIT berdarah
• Sesak • mual muntah
• bengkak pada kelopak • nyeri dan kram perut
mata (angioedema)
• hingga syok
KERACUNAN MAKANAN
Jenis Bakteri Makanan Gejala
S.Aureus Makanan yang tidak direbus sempurna Gejala muncul dalam 30 menit-6 jam (mual,
seperti daging mentah, pudding, muntah, kram perut, diare)
sandwich

C. Perfringens Beef atau poultry, precooked food. Muncul dalam 6-24 jam diare, keram perut,
muntah, demam.
Salmonella Undercook chicken, egg, unpasteurixed Gejala muncul 6 jam – 6 hari. Diare, demam,
milk, sayuran dan buah mentah. nyeri perut, mual dan muntah.
C. botulinum Makanan kaleng, dan makanan Muncul 18-36 jam, diplopia, ptosis, slurred
fermentasi speech, paralisis.
V. Cholera Raw or undercooked shellfish, oyster. Diare seperti cucian beras, keram perut.
C. Jejuni Raw or undercooked poultry, Gejala muncul 2-5 hari, diare, dan keram.
unpasteurized milk.
E. Coli Raw beef, raw vegetable, raw sprout. Muncul 3-4 hari, keram perut, diare kadang
berdarah, muntah, demam.
KERACUNAN MAKANAN
• Sebagian besar bersifat self-limiting
• Tatalaksana yang paling utama adalah rehidrasi
➢ Oral: oralit, Oral rehydration solution
➢ Intravena apabila terdapat tanda dehidrasi berat
• Absorbent
➢ Kaolin/pectin
➢ Aluminium hidroksida
• Pada kasus keracunan makanan jangan memberikan agen antidiare → diare
adalah cara tubuh mengeluarkan zat toksin.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Keenam. 2014


Derajat Serangan Asma Dewasa
Tatalaksana Asma Eksaserbasi Akut
MILD or MODERATE SEVERE

INITIAL ASSESSMENT Are any of the following present? Short-acting beta2-agonists


Short-acting beta2-agonists Ipratropium bromide
A: airway B: breathing C: circulation Drowsiness, Confusion, Silent chest
Consider ipratropium bromide Controlled O2 to maintain
Controlled O2 to maintain saturation 93–95% (children 94-
saturation 93–95% (children 94- 98%)
NO 98%) Oral or IV corticosteroids
Oral corticosteroids Consider IV magnesium
YES
Consider high dose ICS

Consult ICU, start SABA and


Further TRIAGE BY CLINICAL
O2, and prepare patient for
STATUS according to worst If continuing deterioration, treat as
intubation
feature severe and re-assess for ICU

ASSESS CLINICAL PROGRESS FREQUENTLY


MILD or MODERATE SEVERE MEASURE LUNG FUNCTION
Talks in phrases Talks in words in all patients one hour after initial treatment
Prefers sitting to lying Sits hunched forwards
Not agitated Agitated
Respiratory rate increased Respiratory rate >30/min
Accessory muscles not used Accessory muscles being used FEV1 or PEF <60% of predicted or
Pulse rate 100–120 bpm Pulse rate >120 bpm FEV1 or PEF 60-80% of predicted or personal
personal best,or lack of clinical response
best and symptoms improved
O2 saturation (on air) 90–95% O2 saturation (on air) < 90% SEVERE
MODERATE
PEF >50% predicted or best PEF ≤50% predicted or best Continue treatment as above
Consider for discharge planning
and reassess frequently
PPOK Eksaserbasi Akut
Pemberian Oksigen
• mempertahankan pO2 diatas > 60 mmgHg atau SaO2 88-92%
• Monitor pasien untuk tanda-tanda retensi CO2 dan asidosis.
Bronkodilator Inhalasi
• Menaikan dosis dan frekuensi
• Kombinasi Beta-2 agonis dan antikolinergik
Antibiotik
• Jika terdapat sesak dan batuk serta sputum purulent, serta perubahan volume.
• Pilihan antibiotic sebaiknya sesuai etiologi terbanyak : S.pneumonia, H.Influenza,
M. Catarrhalis.
Glukokortikoid
• Dapat sebagai obat-obatan tambahan untuk bronkodilator.
• Indikasi : apabila FEV1 <50% predicted: 30-40 mg oral prednisolone x 10 hari atau
nebulisasi budesonide.
RADIOLOGI
Mediko made the med-easy!
Pemeriksaan Penunjang

Foto abdomen 3 posisi → supine, semierect/erect, LLD

Step-ladder/air
FISHBONE Coil-spring app fluid level
Tampak udara bebas berupa
gambaran lusen di bawah
diafragma berbentuk kubah
membentuk gambaran cupula sign
Emphysema
di puncak paru
Black* Cavitas TB
Berbentuk Lubang
Abnormalitas Pneumothorax
*Radio-lucent + Air-fluid Abses
Batas
Masih Cair Honey-comb
Costophrenic Pleural Meniscus
Bronchiectasis
appearance
Angle Effusion Organized
**Radio-opaque Batas Tak Beraturan,
Pocketed
White** dibatasi fisura
Encapsulated (Fissura)
Tumor Mediastinum atau
Batas (+) Pneumonia
Tumor Paru (jinak) Within Lung Air Bronchogram
Tak Jelas
( - )Bronchopneumonia
Tepi reguler Batas Jelas

Tepi irreguler Memenuhi Lobus


Bentuk Garis Bentuk Milier Tanda Bentuk koin
penarikan
Tumor Paru (ganas)
Metastasis
Milliary Milliary
Divergen Tidak Horizontal
TB Metastasis Pneumonia
dari hilus sesuai Atelectasis
vaskuler
Kerley Inverted S
Bercabang spt. Central Lines
pohon Fibrosis luas
Batwing
Appearance Fibrosis Interstitial
Normal Pulmonal Lung
Vascularity Lung Edema Edema
PEDIATRI
Mediko made the med-easy!
Resusitasi Neonatus
• PERSIAPAN RESUSITASI
3. Persiapan Bayi
• Penolong → APD (penutup kepala, masker, sarung
tangan, jubah steril, sepatu bot)
• Menanyakan pada penolong
persalinan :
1. Persiapan Tim :
• Bayi cukup bulan atau tidak?
• Team Leader → bertanggung jawab untuk airway
• Bernapas atau menangis?
dan breathing
• Tonus baik atau tidak
• Asisten Sirkulasi
• Asisten Logistic (Drugs and equipment) Apabila salah satu dari pertanyaan
2. Persiapan Alat : (ABCDE) tersebut ada yang tidak baik →
• Airway : suction, laringoskop, endotracheal tube algoritma resusitasi neonatus
• Breathing : oksigen, sungkup-balon, CPAP, nasal
prong/ kanul
• Circulation : stetoskop, infus set, pulse oxymeter Ketiganya baik →
10 Asuhan Bayi baru Lahir
• Drugs : Epinefrin, D10, NaCl 0,9%
• Equipment : infant warmer, kain 3 lapis, topi bayi,
plester, gunting, OGT
Resusitasi
Neonatus
IDAI 2022
H angatkan S ungkup TPAP = Tekanan Positif
Akhir Ekspirasi sama
A tur Posisi R eposisi dengan PEEP
K eringkan I sap lendir
S timulasi B uka mulut
A tur Posisi T ekanan
N ilai APGAR A lternatif airway

Epinephrine 0.1-0.3 mL/kg/IV


1:10,000
Algoritma
Resusitasi
Neonatus
Sebelumnya:
IDAI 2017 &
AHA 2020
Vital Sign NORMAL
Cairan Infus Maintenance Pediatri:
Holliday Segar

Cairan resusitasi → isotonic


Cairan rumatan → hipotonik pada anak (untuk cegah hipernatremia)
isotonic pada dewasa
Tatalaksana Status
Epileptikus Anak
Croup Syndrome (Laryngotracheobronchitis)
Most common cause: Parainfluenza Virus

STEEPLE SIGN
Klasifikasi Penanganan
Croup Ringan: • Kortikosteroid (deksametason)
-Demam • Edukasi, bila membaik -> rawat jalan
-Suara Serak
-Batuk Menggonggong
-Stridor Terdengar hanya jika anak gelisah
Croup Sedang: Corticosteroid (Dexamethasone)
-Batuk menggonggong lebih sering Monitor dalam 4 jam
-Stridor terdengar walaupun anak tenang Membaik -> Edukasi, rawat jalan
-Nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam Jika tidak membaik, tangani sebagai Croup
Berat
Croup Berat: - Kortikosteroid (deksametason)
-Batuk menggonggong lebih sering - Epinefrin 2ml 1/1000 dalam 2-3 ml NaCl dg
-Stridor terdengar jelas nebulizer selama 20 menit, ulangi bila perlu
-Nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam - Oksigenasi
-Anak agitasi dan stressed Antibiotik tidak seharusnya diberikan
Intubasi dan trakeostomi:
Jika terdapat tanda obstruksi
saluran respiratorik seperti
tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam yang berat
dan anak gelisah, lakukan
intubasi sedini mungkin.
Derajat Serangan Asma
PEDIATRI
EDUKASI
5 Lintas Diare Kembali segera jika
• Demam
• Tinja berdarah
1. Rehidrasi • Muntah berulang
• Tanpa dehidrasi → rencana terapi A • Makan atau minum sedikit
• Dengan dehidrasi tak berat → rencana terapi B • Anak sangat haus
• Dengan dehidrasi berat → rencana terapi C • Diare makin sering
2. Dukungan Nutrisi • Belum membaik dalam 3 hari
• Tetap diteruskan sesuai umur anak → menu sama
Pemberian antibiotik sesuai hasil analisa feses,
pada anak sehat jika tidak tersedia → dianggap shigellosis
• ASI tetap diteruskan → frekuensi lebih sering dari • Lini I: kotrimoksazol TMP 8-10
biasanya mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis (5 hari)
3. Suplementasi Zinc (10 – 14 hari) • Lini II: sefiksim 5 mg/kgBB/hari PO
• Dosis zinc < 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
Efek pemberian antibiotik irrasional :
• > 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
• Memperpanjang lamanya diare
4. Antibiotik Selektif (diare berdarah/disentri dan kolera) – Mengganggu keseimbangan flora usus
5. Edukasi – Clostridium difficile tumbuh
• Mempercepat resistensi terhadap antibiotik
RENCANA TERAPI A
DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI
Rehidrasi Pemberian Zinc
▪ Gunakan larutan oralit untuk anak
Pemberian Nutrisi
▪ Larutkan 1 bungkus dalam 250 ml
(1 gelas air matang) ▪ Teruskan ASI/PASI (sesuai diet sebelumnya)
▪ Anak <2 tahun: 50-100 ml/BAB ▪ Pada anak > 6 bulan atau telah mendapat makanan padat:
▪ Anak >2 tahun: 100-200 ml/BAB ▪ Beri bubur, bila mungkin campur kacang-kacangan, sayur,
▪ Berikan larutan ini sebanyak anak mau daging, ikan. Tambahkan 1 - 2 sdt minyak sayur per porsi.
▪ Jika anak muntah, oralit tetap diberikan ▪ Beri sari buah atau pisang halus → menambah kalium.
namun dengan tempo lebih lambat ▪ Beri makanan yang segar. Masak, haluskan
▪ Jika tidak habis, sisa oralit harus dibuang ▪ Bujuklah anak untuk makan, berikan makanan min. 6x/hari
setelah 24 jam sejak dilarutkan ▪ Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan
▪ Teruskan pemberian larutan ini hingga berikan porsi makanan tambahan setiap hari selama 2
diare berhenti. minggu.
▪ Jika oralit habis, ibu dapat kembali ke
Pemberian Antibiotik (sesuai indikasi)
Puskesmas meminta oralit, atau
memberikan cairan rumah tangga Edukasi
RENCANA TERAPI B Oralit 75 cc x BB
PENDERITA DIARE DENGAN DEHIDRASI TAK BERAT (3 jam pertama)

• Lakukan rehidrasi dalam pemantauan Umur <4 bulan 4–12 bulan 12–24 bulan 2 – 5 tahun
• Jika anak minta minum lagi, berikan. BB < 6 kg 6 - < 10 kg 10 - <12 kg 12 – 19 kg
• Tunjukkan kepada orang tua bagaimana Dalam ml 200 – 400 400 -700 700 - 900 900 - 1400
cara memberikan rehidrasi oral
o Berikan minum sedikit demi sedikit
o Jika anak muntah, tunggu 10 menit Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
lalu lanjutkan kembali pelan-pelan o Tunjukkan jumlah oralit yang harus habis dalam 3 jam
o Lanjutkan ASI ad libitum o Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi
o Jelaskan 4 cara terapi A untuk di rumah
• Setelah 4 jam :
▪ Berikan anak lebih banyak makanan
o Nilai ulang derajat dehidrasi anak ▪ Beri tablet zinc
o Tentukan tatalaksana yang tepat ▪ Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
untuk melanjutkan terapi ▪ Kapan anak harus dibawa harus kembali ke
o Mulai beri makan anak di klinik Puskesmas
Dosis zinc
< 6 bulan → 10 mg
> 6 bulan → 20 mg
RENCANA TERAPI C
PENDERITA DIARE DENGAN
DEHIDRASI BERAT

Cairan → RL atau NaCl 0,9%


TATALAKSANA HIPOGLIKEMIA ANAK
TATALAKSANA HIPOGLIKEMIA BAYI
Asuhan Nutrisi Pediatri
• Tentukan cara pemberian
• Oral
• Enteral (OGT/ NGT)
• Parenteral (Vena)
• Jenis nutrisi
• Fase stabilisasi: F75
• Fase transisi: F100
• Fase rehabilitasi: F100
• Monitoring
• Akseptabilitas → mual/
muntah
• Toleransi → diare
• Efektivitas → kenaikan berat
badan dan monitoring
pertumbuhan
Hipoglikemia Gizi Buruk
• GDS < 54 mg/dL
• Segera beri F-75 pertama, bila tidak dapat
disediakan dengan cepat, berikan 50 ml
glukosa/gula 10% (1 sendok teh munjung
gula dalam 50 ml air) oral/NGT.
• Jika anak tidak sadar → larutan glukosa
10% IV bolus 5 ml/kg BB, atau larutan
glukosa/larutan gula pasir 50 ml dg NGT.
• Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2–3 jam,
siang dan malam selama minimal dua
hari.
Dehidrasi Gizi Buruk
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan syok.
Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT
• Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
• Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75 dengan
jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.
Infeksi pada Gizi Buruk
Anggap semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi saat mereka datang dan segera
diberi antibiotik.

PILIHAN ANTIBIOTIK SPEKTRUM LUAS


• Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata → amoksisilin 3x15mg/kg (5 hari)
• Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau tampak
sakit berat), atau jelas ada infeksi:
• Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV/6 jam selama 2 hari) dilanjutkan amoksisilin PO (15
mg/kgBB/8jam selama 5 hari) ATAU ampisilin PO (50 mg/kgBB/6 jam selama 5
hari); total selama 7 hari.
• Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.
• Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB
IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.
• Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan obati dengan
Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6 jam) selama 10 hari.
Pemberian Mikronutrien pada Gizi Buruk
• Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya
1 mg/hari)
• Zinc (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
• Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
• Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat
badan naik (mulai fase rehabilitasi)

Vitamin A pada Gizi Buruk


• Vitamin A diberikan secara oral pada hari ke 1 dengan dosis:
<6 bulan → 50.000 iu (½ kapsul biru)
6-12 bulan → 100.000 iu (kapsul biru)
1-5 tahun → 200.000 iu (kapsul merah)
• Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir,
beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.
BONUS: SNAKE BITE
Mediko made the med-easy!
Manifestasi Klinis

Lokal Sistemik
• Bengkak terutama • Gangguan Homeostasis
48 jam pertama
• Tanda Neurotokis
• Bengkak meluas
secara cepat • Gangguan kardiovaskuler
• Dapat terjadi • Gangguan ginjal akut
limfadenopati
• Myoglobinuria/generalised
rhabdomyolysis/haemolysis
(A. Khaldun, 2015)
Tatalaksana
Pastikan ABC Clear !
• Airway
• Non Re-Breathing Mask 12 lpm
• Laryngeal Mask Airway dan
Endotracheal Tube
• Suction jika ada gargling (+), Head tilt
and chin lift jika ada snoring (+)
• Breathing
• Evaluasi RR
• Circulation
• Buat akses iv, berikan Normal Saline
0.9% (usulkan pemeriksaan lab)
• Tekanan darah
• HR
• Cek saturasi oksigen
• Berikan transfusi darah dan FFP jika
dibutuhkan
Tatalaksana
• Imobilisasi area bekas gigitan dengan • Obat antikolinesterasi
Pressure Bandaging Immobilization (PBI) • Khususnya pada ular beracun
• Berikan Antivenom: DRUG OF CHOICE • Harus diberikan atropine terlebih
• Berikan SABU Secepatnya dahulu untuk mencegah intoksikasi
• 2 vials SABU + 500mml Normal saline pisostigmine
0.9% dripped 0-80 drop permenit • Dosis Physostigmine
• Ulangi setiap 6 jam • Adult (>12 yo) : 1.0-2.0 mg
• Waspadai tanda RE-ENVENOMATION! • Children ≤ 12 yo: 0.02
mg/kg/dose (max single dose 0.5
• Simptomatik
mg)
• Analgesia : morphine (PS≥7) dan
• Harus diberikan secara pelan 3-5
paracetamol infusion atau oral (PS<7) menit IV, ulangi tiap 4 jam
• Antibiotik
• Jika ada indikasi, seperti : leucocytosis

Anda mungkin juga menyukai