Tatalaksana IGD-2
Mediko made the med-easy!
PSIKIATRI
Mediko made the med-easy!
Restrain Mekanik
• Melindungi pasien dari cedera fisik
• Memberikan lingkungan yg aman
• Startegi menurunkan gaduh gelisah/Tindakan
penyerangan
APG 1 : D2 reseptor
Nama generic Sediaan Dosis anjuran
Haloperidol 2, 5 mg 5 – 15 mg/hari
Perphenazine 2, 4, 8 mg 12 – 24 mg/hari
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Faskes Dasar. Bhakti Husada
Atonia Uteri
Tatalaksana Awal
•Segera memanggil bantuan tim
•Nilai airway breathing circulation
•Pastikan ibu sudah mendapat
tatalaksana aktif kala III
•Lakukan tatalaksana syok
•Kosongkan kandung kemih
•Bila perlu, rujuk ibu ke fasilitas
kesehatan yang lebih memadai
Tatalaksana Khusus
Diberikan melalui
drip intravena dalam
1000 ml dextrose 5%
dalam air.
Tatalaksana Alkalosis
Hipernatremia
• Didefinisikan sebagai kadar
natrium plasma > 145 mEq/l
(kadar normal: 135 – 145 mEq/l).
• Tanda dan gejala lebih sering
berhubungan langsung dengan
neurologis, misalnya penurunan
kesadaran, letargi, iritabilitas,
sampai kejang
• Pendekatan klinis hipernatremia
dibagi menjadi 3, tergantung
dengan kadar volume tubuh
(hipo/eu/hipervolemia)
EIMED PAPDI Buku I, cetakan kedua, 2012
Algoritma
Tatalaksana
Hipernatremia
Tatalaksana Hiperkalsemia
Tatalaksana Hiperkalsemia
Tatalaksana Hipokalemia
• Pengantian kalium secara oral : 40-60 meq dapat DOSIS!!!
menaikan sebesar 1-1,5 me1/L.
• KCl intravena : 20 me1 dilarutkan 100 cc Nacl
istonik.
Hyperkalemia
• Definisi : Kadar Kalium serum tubuh >5,5 mg/Dl
• Diagnosis
• Abnormalitas EKG jika kadar K+ >6,5
• Tall T waves
• Prolonged PR interval, loss P wave
• AV Block Total
• VF, VT
• Asistol
• Kelemahan otot skelet, parestesis, mual, muntah, palpitasi
• Tanda akhir : hipotensi, kardiovaskular kolaps dan henti jantung
• Salah satu kondisi yang sering ditemui pada CKD
Tatalaksana Hiperkalemia
• Pastikan ABC
• Pastikan diagnosis Hyperkalemia
• Hentikan suplemen kalium
• Berikan Ca glukonas 10% IV atau ca chloride 10 ml
• Shift kalium ke dalam sel
• Berikan glukosa dan insulin
• Salbutamol 10-20 mg nebulasi
• Naikkan pH darah
• Pengeluaran K dari tubuh
• Pertimbangkan hemodialisa
Kriteria Diagnosis
KAD HHS
SKDI
Tatalaksana Insulin
Tatalaksana Cairan (Segera!)
Tatalaksana Kalium Bikarbonat
• Bila pH vena <6,9 🡪 berikan 100 mmol
natrium bikarbonat dalam 400 ml sterile
water + 20 mEq KCL diberikan selama 2
jam
• Bila pH masih <7 🡪 ulang tiap 2 jam
hingga pH >7
• Periksa kadar kalium serum tiap 2 jam
Pemantauan
Tekanan darah, nadi, pernapasan, status
mental, asupan cairan, urin tiap 1-4 jam
Hipoglikemia
• Kadar glukosa darah <70 mg/dl
• Penurunan konsentrasi glukosa serum dengan atau tanpa adanya gejala-gejala sistem
otonom (whipple’s triad)
Hipoglikemia relatif
• Terdapat gejala-gejala hipoglikemia
• Kadar glukosa darah yang rendah GDS>70 mg/dl + gejala hipoglikemia
• Gejala berkurang dengan pengobatan Klasifikasi
Hipoglikemia asimptomatik
(PERKENI 2019)
Manifestasi Klinis GDS<70 mg/dl tanpa gejala hipoglikemia
Rasa lapar, berkeringat, gelisah, Hipoglikemia simptomatik
paresthesia, palpitasi,
tremulousness GDS<70 mg/dl + gejala hipoglikemia
Lemah, dizziness, confusion, Hipoglikemia Pasien butuh bantuan orang lain untuk
pusing, perubahan sikap, gangguan berat pemberian karbohidrat, glucagon, atau resusitasi
kognitif, pandangan kabur, diplopia lainnya
• Paling sering disebabkan penggunaan Sulfonilurea atau insulin
• Observasi pasien hipoglikemia dilakukan selama 24-72 jam
Tatalaksana
Hipoglikemia Ringan
• Glukosa 15-20 gram (2-3 sendok makan gula pasir) dilarutkan dalam air
• Evaluasi 15 menit pasca pemberian terapi, bila masih hipoglikemia 🡪 dapat diulangi
Hipoglikemia Berat
• Dextrose 10% 150 cc dalam 15 menit, atau bolus Dextrose 40% 25 cc
• Cek glukosa darah 15-30 menit setelah pemberian dengan target >70 mg/dl
• Bila masih hipoglikemia 🡪 ulangi langkah sebelumnya
• Bila sudah mencapai target 🡪 maintenance Dextrose 10% 100 cc/jam hingga pasien
mampu makan
• Alternatif 🡪 Glukagon 1 mg IM
Koma Miksedema
• Levothyroxin : pagi hari dalam keadaan perut Hipotiroid dekompensata berat yang mengancam
kosong. Dosis rerata L-T4 adalah 112 mcg/hari atau hidup. Dapat disebabkan oleh infeksi (septikemia,
1,6 mcg/kgBB pneumonia, ISK dan selulitis), stress (serebrovaskular
• Untuk hipotiroid subklinis tidak dianjurkan aksiden, infark miokard, gagal jantung), dan trauma
memberikan terapi rutin apabila TSH <10 mU/L akut.
Pengobatan KM
meliputi pemberian
hormone tiroid,
pengobatan umum,
ventilator,
hipotermia dan
hipotensi.
Burch Wartofsky Point Scale (BWPS)
Krisis Tiroid
Dapat sebabkan Atrial Fibrillasi
• Merupakan penyakit hipertiroidisme
diserai dengan demam, penurunan
kesadaran dan kolaps PENANGANAN
kardiovaskular. • Suportif
• Tanda dan gejala : gejala khas • Rehidrasi cairan (NaCl, dextrose 5%)
hipertiroid, disertai perubahan • Antagonis aktivitas hormone tiroid
suasana hati, binggung sampai tidak • Blokade produksi hormone tiroid :
sadar, diare, dan amenorrhea. • PTU 300 mg tiap 4-6 jam oral. Pada kondisi sangat berat dapat
• Pemeriksaan Fisik : diberikan via NGT sebanyak 600-1000 mg loading, diikuti 200
• Sistem saraf terganggu mg PTU setiap 4 jam dengan dosis total sehari 1000-1500 mg
• Demam tinggi sampai 40 oC atau
• Takikardia • Metimazole 20-30 mg tiap 4 jam oral. Pada kondisi berat
• Dapat disertai gagal jantung dapat diberikan NGT sebanyak 60-100 mg.
kongestif. • Blokade ekskresi hormone tiroid : lugol 8 tetes tiap 6 jam
• Diare dan ikterus • Penyekat beta : propranolol 20-40 mg tiap 6 jam
Krisis Adrenal
Defisiensi glukokortikoid akut dan berat
Patofisiologi
Faktor presipitasi
• Stress akut (infeksi, trauma, operasi) pada
pasien dengan underlying adrenal
insufficiency
• Penghentian mendadak glukokortikoid
setelah terapi glukokortikoid jangka
panjang
• Infark/perdarahan adrenal bilateral
MANAGEMENT OF
ADRENAL CRISIS
Krisis Hipertensi
• Keadaan dimana terjadi hipertensi berat (tekanan
darah sistolik ≥180 mmHg dan/atau tekanan darah
sistolik ≥ 110 mmHg berdasarkan ESC/ESH 2018)
• Dibagi menjadi 2 , yaitu hipertensi urgensi dan
hipertensi emergensi
• Hipertensi urgensi: tidak disertai kelainan/kerusakan
organ target yang progresif. Tatalaksana antihipertensi
dapat melalui jalur oral
• Hipertensi emergensi: disertai dengan
kelainan/kerusakan organ target secara progresif
(misalnya: otak (ensefalopati hipertensi), jantung
(coronary artery disease), mata (retinopati hipertensi),
ginjal (acute kidney injury), paru-paru (acute
pulmonary edema) dsb). Tatalaksana antihipertensi
fokus melalui jalur intravena
ESC/ESH 2018: Guidelines for Arterial Hypertension
Rekomendasi Penggunaan Antihipertensi
Cluster headache
- Akut : oksigen 7-10 lpm
- Preventif : CCB (Verapamil), amitriptilin
Migraine headache
- Hindari pencetus
- Terapi abortif
Non spesifik : acetaminophen, NSAID
Reaksi terhadap Makanan
Alergi Makanan Intoleransi Makanan Keracunan Makanan
• Sebuah reaksi • Reaksi yang terjadi akibat • Reaksi yang terjadi akibat
hipersensitivitas tipe I yang ketidakmampuan tubuh toksin atau racun yang
dimediasi oleh IgE akibat zat untuk mencerna suatu zat mengkontaminasi makanan
alergen dalam makanan yang terkandung dalam • Paling sering akibat masakan
• Manifestasi klinis: khas makanan. yang tidak matang
alergi dan sistemik : diare,, • Paling sering: intoleransi • Manifestasi klinis: diare yang
ruam dan gatal seluruh laktosa tidak berlendir dan tidak
tubuh, sesak, bengkak pada berdarah, mual muntah, nyeri
• Manifestasi klinis:
kelopak mata (angioedema), dan kram perut
didominasi oleh gejala GI
hingga syok
SKDI
Keracunan Makanan
• Sebagian besar bersifat self-limiting
• Tatalaksana yang paling utama adalah rehidrasi
• Oral: oralit, Oral rehydration solution
• Intravena apabila terdapat tanda dehidrasi berat
• Absorbent
• Kaolin/pectin
• Aluminium hidroksida
• Pada kasus keracunan makanan jangan memberikan agen antidiare ->
diare adalah cara tubuh mengeluarkan zat toksin.
Step-ladder/air
FISHBONE Coil-spring app fluid level
Tampak udara bebas berupa gambaran
lusen dibawah diafragma berbentuk kubah
membentuk gambaran cupula sign
Untuk mengevaluasi/menilai
alligment :
1. Anterior vertebra line
2. Posterior vertebral line
3. Spinolaminar vertebral line
4. Posterior spinosus vertebral
line
Emphysema di puncak paru
Abnormalitas Black* Berbentuk Lubang Cavitas TB
*Radio-lucent Pneumothorax + Air-fluid
Abses
Batas Meniscus Masih Cair
Pleural Honey-comb appearance
Costophrenic Angle Bronchiectasis
Effusion
Batas Tak Beraturan, Organized
**Radio-opaque dibatasi fisura
Pocketed
White*
* Encapsulated (Fissura)
Tumor Mediastinum
Batas Tak + 🡪Pneumonia
atau Within Lung Air Bronchogram
Jelas
Tumor Paru (jinak)
- 🡪Bronchopneumonia
Batas Jelas
Tepi reguler
Tepi irreguler
Bentuk Garis Bentuk Milier Memenuhi Lobus Bentuk koin
SIRKULASI KULIT
✔ Pucat
✔ Anyep
✔ Sianosis
Vital Sign NORMAL
Croup/Laringotrakeobronkitis Akut
• Disebabkan oleh parainfluenza virus.
• Gambaran Khas : batuk menggongong, stridor, demam tidak tinggi.
• Gambaran radiologi : steeple sign, wine bottle sign.
Dehidrasi
• Beri ReSoMal secara oral atau NGT 5 ml/kg setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
• Setelah 2 jam 🡪 5-10 ml/kg/jam selang seling dengan F-75 dengan jumlah yang sama; setiap
jam selama 10 jam
• Bila masih diare 🡪 ReSoMal tiap diare (<1 tahun = 50-100 ml setiap BAB; >=1 tahun =
100-200 ml tiap BAB)
Tatalaksana
BONUS: SNAKE BITE
Mediko made the med-easy!
Manifestasi Klinis
Lokal Sistemik
• Bengkak • Gangguan Homeostasis
terutama 48 jam • Tanda Neurotokis
pertama • Gangguan kardiovaskuler
• Bengkak meluas • Gangguan ginjal akut
secara cepat • Myoglobinuria/generalised
• Dapat terjadi rhabdomyolysis/haemolysis
limfadenopati
(A. Khaldun, 2015)
Tatalaksana
Pastikan ABC Clear !
• Airway
• Non Re-Breathing Mask 12 lpm
• Laryngeal Mask Airway dan Endotracheal Tube ()
• Suction jika ada gargling (+), Head tilt and chin lift
jika ada snoring (+)
• Breathing
• Evaluasi RR
• Circulation
• Buat akses iv, berikan Normal Saline 0.9%
(usulkan pemeriksaan lab)
• Tekanan darah
• HR
• Cek saturasi oksigen
• Berikan transfusi darah dan FFP jika dibutuhkan
Tatalaksana
• Imobilisasi area bekas gigitan dengan Pressure • Obat antikolinesterasi
Bandaging Immobilization (PBI)
• Khususnya pada ular beracun
• Berikan Antivenom: DRUG OF CHOICE
• Berikan SABU Secepatnya
• Harus diberikan atropine terlebih
• 2 vials SABU + 500mml Normal saline 0.9%
dahulu untuk mencegah intoksikasi
dripped 0-80 drop permenit pisostigmine
• Ulangi setiap 6 jam • Dosis Physostigmine
• Waspadai tanda RE-ENVENOMATION! • Adult (>12 yo) : 1.0-2.0 mg
• Simptomatik • Children ≤ 12 yo: 0.02 mg/kg/dose
(max single dose 0.5 mg)
• Analgesia : morphine (PS≥7) dan paracetamol
infusion atau oral (PS<7) • Harus diberikan secara pelan 3-5
• Antibiotic menit IV, ulangi tiap 4 jam
• Jika ada indikasi, seperti : leucocytosis
Courtesy : Training Aid Australia