Anda di halaman 1dari 90

Kelon Persiapan Internsip

Tatalaksana IGD-2
Mediko made the med-easy!
PSIKIATRI
Mediko made the med-easy!
Restrain Mekanik
• Melindungi pasien dari cedera fisik
• Memberikan lingkungan yg aman
• Startegi menurunkan gaduh gelisah/Tindakan
penyerangan
APG 1 : D2 reseptor
Nama generic Sediaan Dosis anjuran

Chlorpromazine 25, 100 mg 150 – 600 mg/hari

Haloperidol 2, 5 mg 5 – 15 mg/hari

Perphenazine 2, 4, 8 mg 12 – 24 mg/hari

Trifluoperazine 1.5 mg 10-15 mg/hari

APG 2 : D2 dan 5HT-2 receptor


Nama generic Sediaan Dosis anjuran
Risperidone 1, 2, 3 mg 2 – 6 mg/hari
Clozapine 25, 100 mg 25 - 100 mg/hari
Quetapine 25, 100, 200 mg 50 - 400 mg/hari APG-1 : Penyebab EPS, Haloperidol dan risperion
penyebab hiperprolaktinemia
Olanzapine 5, 10 mg 10-20 mg/hari
Terapi Farmakologis Sindrom Ekstrapiramidal

Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry, 11th edition. 2015


Intoksikasi Alkohol Putus ALkohol
• ABCD • BENZODIAZEPIN
• Kosongkan lambung dengan emetika Norit 60-100mg peroral untuk menetralisir
(tidak boleh diberikan bila pasien stupor, koma, atau kejang, eksitabilitas
kecuali personde) penghentian
• Diazepam bila kejang (5-10mg IV dapat diulang hingga mendadak alkohol.
kejang hilang) bila tidak ada dapat diganti dengan • Tidak dibolehkan
fenobarbital/luminal 100-200 mg IM memberikan
• THIAMIN 100 mg IM atau IV antipsikotik golongan
• Dextrose 40% dapat diberikan bila hipoglikemia 50-100 ml IV chlorpromazine atau
• Naloxone 0,45-2 mg IV bila dicurigai intoksikasi opioida. fenotiazine
• Haloperidol 5-10 mg IM bila pasien gelisah (bila tidak (menurunkan ambang
tersedia dapatdiberikan lorazepam, hydroxyzine, sulpiride) kejang)
Intoksifikasi Opioida Putus Opioida
1. Pemeriksaan tanda vital • Penanganan keluhan yang ada
2. Wawancara psikiatri dan riwayat penggunaan Nyeri : Paracetamol, tramadol,
NAPZA serta Riwayat pengobatan dokter, asam mefenamat
evaluasi adanya ide bunuh diri Insomnia : Estazolam, triazolam,
3. Evaluasi kemungkinan organik, pemberian nitrazepam
terapi cairan IV Diare : Loperamide
4. Pasien dengan gejala berat dirawat di icu Mual/muntah : Sulpirid 25-50mg
5. Evaluasi gejala-gejala penekanan saraf pusat (3x sehari)
atau pernafasan Dapat dilakukan “naloxone Bekas suntikan : Thrombophob
challenge test” atau Lasonil Jelly
6. Maintenance terapi dengan NALOXONE 0,4 mg
IV setiap jam
Intoksikasi amfetamin Putus Amfetamin
• Pada pasien yang menunjukkan gejala • Pada pasien dengan anxietas atau
membahayakan diri sendiri dan orang agitasi :
lain dapat ditangai dengan : Benzodiazepine : Lorazepam 1-2mg
Benzodiazepine : Oksazepam IO tiap 8 jam
(Serax) 10-30mg IO, Lorazepam • Gejala depresi : SSRI
1-2mg IO • Gejala psikotik : Haloperidol 2-5mg
• Pada pasien yang menunjukkan gejala setiap 12 jam IO
psikotik dapat diberikan: • Terapi non farmakologi:
Antipsikotik : Haloperidol 2-5mg 1. Resiko bunuh diri (Sadperson)
setiap 4-6 jam IM atau IO 2. Evaluasi depresi
3. Psikoterapi dan progam khusus
OBSGYN
Mediko made the med-easy!
PERDARAHAN POST PARTUM

Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Faskes Dasar. Bhakti Husada
Atonia Uteri
Tatalaksana Awal
•Segera memanggil bantuan tim
•Nilai airway breathing circulation
•Pastikan ibu sudah mendapat
tatalaksana aktif kala III
•Lakukan tatalaksana syok
•Kosongkan kandung kemih
•Bila perlu, rujuk ibu ke fasilitas
kesehatan yang lebih memadai
Tatalaksana Khusus

Bila perdarahan berlanjut dapat diberi


1 gram asam traneksamat IV
Abortus
Tatalaksana Abortus
•Nilai TTV ibu, cek tanda syok🡪 jika ada, lakukan Tx syok
•Nilai tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan
kombinasi antibiotic sampai ibu bebas demam dalam 48 jam :
•Ampicillin 2 gr IV/IM kemudian 1 gr diberikan tiap 6 jam
•Gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
•Metronidazol 500mg IV tiap 8 jam
•Segera rujuk ke RS
•Lakukan Tx selanjutnya sesuai jenis abortus
Tatalaksana Sesuai Jenis Abortus
Abortus Imminens
• Pertahankan kehamilan
• Istirahat (stop aktivitas berlebih dan hubungan seksual)
• Pantau kondisi ibu, lakukan pemantauan Hb dan USG panggul
serial/4 minggu setelah perdarahan stop
• Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG,
cari penyebab lain
Tatalaksana Sesuai Jenis Abortus
Abortus Insipien
• UK < 16 minggu • UK > 16 minggu
Evakuasi konsepsi dengan Tunggu ekspulsi spontan atau
aspirasi vakum manual, jika tidak evakuasi sisa konsepsi, jika
bias, gunakan : perlu berikan:
– Ergometrin 0,2 mg IM – Oksitosin 40 IU dalam 1000
(dapat diulang/15 menit) cc NaCl 0,9%, Atau
– Misoprostol 400 mcg PO – RL 40 tpm
(dapat diulang/4 jam) Untuk mempercepat
ekspulsi
Tatalaksana Sesuai Jenis Abortus
Abortus Inkomplit
• UK < 16 minggu (Perdarahan ringan sedang)
Gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi

• UK < 16 minggu (perdarahan banyak, terus menerus)


– Aspirasi vakum manual untuk evakuasi jaringan
– Jika tidak ada : kuretase dg sendok kuret tajam
– Jk perlu : ergometrin 0,2 mg IM (dpt diulang stlh 15 menit) atau
misoprostol 400 mcg PO (dpt diulang setelah 4 jam)
Tatalaksana Sesuai Jenis Abortus
Abortus Inkomplit
• UK > 16 minggu
Oksitosin 40U dlm 1000 cc RL, drip 40 tpm sampai tjd ekspulsi
– Jk perlu : misoprostol 200 mcg pervag tiap 4 jam smp ekspulsi
(maks 800 mcg)
– Jk perlu : kuretase untuk membersihkan sisa jaringan di uterus.
Tatalaksana Sesuai Jenis Abortus
Abortus Komplit Missed Abortion
• Tidak perlu evakuasi • UK < 12 minggu 🡪 evakuasi AVM
• Konseling • UK 12-16 minggu 🡪 buka serviks,
• Anemia sedang 🡪 tablet evakuasi dengan tang abortus dan
SF 600 mg/hari 2 minggu sendok kuret
• Anemia berat 🡪 transfusi • >16 minggu 🡪 matangkan serviks,
evakuasi dengan infus oksitosin 20
unit dalam 500 ml NaCl 0,9%/ RL 40
tpm
MEDIK
Mediko made the med-easy!
Blood Gas Analysis
Tatalaksana Asidosis

Diberikan melalui
drip intravena dalam
1000 ml dextrose 5%
dalam air.

Tatalaksana Alkalosis
Hipernatremia
• Didefinisikan sebagai kadar
natrium plasma > 145 mEq/l
(kadar normal: 135 – 145 mEq/l).
• Tanda dan gejala lebih sering
berhubungan langsung dengan
neurologis, misalnya penurunan
kesadaran, letargi, iritabilitas,
sampai kejang
• Pendekatan klinis hipernatremia
dibagi menjadi 3, tergantung
dengan kadar volume tubuh
(hipo/eu/hipervolemia)
EIMED PAPDI Buku I, cetakan kedua, 2012
Algoritma
Tatalaksana
Hipernatremia

EIMED PAPDI Buku I, cetakan kedua, 2012


Tatalaksana Hipokalsemia

Tatalaksana Hiperkalsemia
Tatalaksana Hiperkalsemia

Sabatine Pocket Medicine, 7th edition. 2020


EKG pada Kelainan Kadar
Kalium
Hipokalemia : <3.5 mEq/l
Gelombang T datar atau terbalik
Dapat terlihat gelombang U

Hiperkalemia : >5.0 mEq/l


Gelombang P melebar, amplitudo kecil
Kompleks QRS melebar
Dapat terjadi peningkatan amplitudo
gelombang T (T tall)
Ketika kalium >7.5 mEq/l -> dapat terjadi VF
Hipokalemia
• Didefinisikan sebagai kadar kalium plasma
<3.5 mEq/l (kadar normal: 3.5 – 5.0 mEq/l)
• Manifestasi klinis bervariasi tergantung
berat ringannya hipokalemia, namun gejala
umum yang dapat muncul adalah mialgia,
muscle cramp, atau kelemahan otot.
• Pada gejala berat dapat menyebabkan
hipoventilasi, aritmia, dan paralisis komplit
• Etiologi hipokalemia bermacam-macam
(lihat tabel)

EIMED PAPDI Buku I, cetakan kedua, 2012


Tatalaksana Hipokalemia
• Pemberian kalium oral
• Pemberian 40 – 60 mEq dapat meningkatkan kadar kalium sebesar 1 – 1.5 mEq/l, dan
pemberian 135 – 160 mEq dapat meningkatkan kadar kalium sebesar 2.5 – 3.5 mEq/l
• Pemberian kalium intravena
• Kecepatan pemberian KCl
• Vena perifer: maksimal 10 mEq/jam
• Vena sentral; maksimal 20 mEq/jam (bisa lebih pada keadaan tertentu)
• Konsentrasi cairan infus KCl:
• Vena perifer: KCL maksimal 60 mEq dilarutkan dalam NaCl isotonik 1000 ml
• Vena sentral: KCl maksimal 40 mEq dilarutkan dalam NaCl isotonik 1000 ml
• Pada keadaan aritmia maligna atau adanya paralisis otot pernapasan -> dapat diberikan
dengan kecepatan 40 – 100 mEq/jam

EIMED PAPDI Buku I, cetakan kedua, 2012


Gangguan Elektrolit

Tatalaksana Hipokalemia
• Pengantian kalium secara oral : 40-60 meq dapat DOSIS!!!
menaikan sebesar 1-1,5 me1/L.
• KCl intravena : 20 me1 dilarutkan 100 cc Nacl
istonik.
Hyperkalemia
• Definisi : Kadar Kalium serum tubuh >5,5 mg/Dl
• Diagnosis
• Abnormalitas EKG jika kadar K+ >6,5
• Tall T waves
• Prolonged PR interval, loss P wave
• AV Block Total
• VF, VT
• Asistol
• Kelemahan otot skelet, parestesis, mual, muntah, palpitasi
• Tanda akhir : hipotensi, kardiovaskular kolaps dan henti jantung
• Salah satu kondisi yang sering ditemui pada CKD
Tatalaksana Hiperkalemia
• Pastikan ABC
• Pastikan diagnosis Hyperkalemia
• Hentikan suplemen kalium
• Berikan Ca glukonas 10% IV atau ca chloride 10 ml
• Shift kalium ke dalam sel
• Berikan glukosa dan insulin
• Salbutamol 10-20 mg nebulasi
• Naikkan pH darah
• Pengeluaran K dari tubuh
• Pertimbangkan hemodialisa
Kriteria Diagnosis
KAD HHS
SKDI
Tatalaksana Insulin
Tatalaksana Cairan (Segera!)
Tatalaksana Kalium Bikarbonat
• Bila pH vena <6,9 🡪 berikan 100 mmol
natrium bikarbonat dalam 400 ml sterile
water + 20 mEq KCL diberikan selama 2
jam
• Bila pH masih <7 🡪 ulang tiap 2 jam
hingga pH >7
• Periksa kadar kalium serum tiap 2 jam

Pemantauan
Tekanan darah, nadi, pernapasan, status
mental, asupan cairan, urin tiap 1-4 jam
Hipoglikemia
• Kadar glukosa darah <70 mg/dl
• Penurunan konsentrasi glukosa serum dengan atau tanpa adanya gejala-gejala sistem
otonom (whipple’s triad)
Hipoglikemia relatif
• Terdapat gejala-gejala hipoglikemia
• Kadar glukosa darah yang rendah GDS>70 mg/dl + gejala hipoglikemia
• Gejala berkurang dengan pengobatan Klasifikasi
Hipoglikemia asimptomatik
(PERKENI 2019)
Manifestasi Klinis GDS<70 mg/dl tanpa gejala hipoglikemia
Rasa lapar, berkeringat, gelisah, Hipoglikemia simptomatik
paresthesia, palpitasi,
tremulousness GDS<70 mg/dl + gejala hipoglikemia

Lemah, dizziness, confusion, Hipoglikemia Pasien butuh bantuan orang lain untuk
pusing, perubahan sikap, gangguan berat pemberian karbohidrat, glucagon, atau resusitasi
kognitif, pandangan kabur, diplopia lainnya
• Paling sering disebabkan penggunaan Sulfonilurea atau insulin
• Observasi pasien hipoglikemia dilakukan selama 24-72 jam
Tatalaksana
Hipoglikemia Ringan
• Glukosa 15-20 gram (2-3 sendok makan gula pasir) dilarutkan dalam air
• Evaluasi 15 menit pasca pemberian terapi, bila masih hipoglikemia 🡪 dapat diulangi

Hipoglikemia Berat
• Dextrose 10% 150 cc dalam 15 menit, atau bolus Dextrose 40% 25 cc
• Cek glukosa darah 15-30 menit setelah pemberian dengan target >70 mg/dl
• Bila masih hipoglikemia 🡪 ulangi langkah sebelumnya
• Bila sudah mencapai target 🡪 maintenance Dextrose 10% 100 cc/jam hingga pasien
mampu makan
• Alternatif 🡪 Glukagon 1 mg IM
Koma Miksedema
• Levothyroxin : pagi hari dalam keadaan perut Hipotiroid dekompensata berat yang mengancam
kosong. Dosis rerata L-T4 adalah 112 mcg/hari atau hidup. Dapat disebabkan oleh infeksi (septikemia,
1,6 mcg/kgBB pneumonia, ISK dan selulitis), stress (serebrovaskular
• Untuk hipotiroid subklinis tidak dianjurkan aksiden, infark miokard, gagal jantung), dan trauma
memberikan terapi rutin apabila TSH <10 mU/L akut.

Pengobatan KM
meliputi pemberian
hormone tiroid,
pengobatan umum,
ventilator,
hipotermia dan
hipotensi.
Burch Wartofsky Point Scale (BWPS)
Krisis Tiroid
Dapat sebabkan Atrial Fibrillasi
• Merupakan penyakit hipertiroidisme
diserai dengan demam, penurunan
kesadaran dan kolaps PENANGANAN
kardiovaskular. • Suportif
• Tanda dan gejala : gejala khas • Rehidrasi cairan (NaCl, dextrose 5%)
hipertiroid, disertai perubahan • Antagonis aktivitas hormone tiroid
suasana hati, binggung sampai tidak • Blokade produksi hormone tiroid :
sadar, diare, dan amenorrhea. • PTU 300 mg tiap 4-6 jam oral. Pada kondisi sangat berat dapat
• Pemeriksaan Fisik : diberikan via NGT sebanyak 600-1000 mg loading, diikuti 200
• Sistem saraf terganggu mg PTU setiap 4 jam dengan dosis total sehari 1000-1500 mg
• Demam tinggi sampai 40 oC atau
• Takikardia • Metimazole 20-30 mg tiap 4 jam oral. Pada kondisi berat
• Dapat disertai gagal jantung dapat diberikan NGT sebanyak 60-100 mg.
kongestif. • Blokade ekskresi hormone tiroid : lugol 8 tetes tiap 6 jam
• Diare dan ikterus • Penyekat beta : propranolol 20-40 mg tiap 6 jam
Krisis Adrenal
Defisiensi glukokortikoid akut dan berat
Patofisiologi
Faktor presipitasi
• Stress akut (infeksi, trauma, operasi) pada
pasien dengan underlying adrenal
insufficiency
• Penghentian mendadak glukokortikoid
setelah terapi glukokortikoid jangka
panjang
• Infark/perdarahan adrenal bilateral

Manifestasi Klinis • Hipertermi/hipotermia, tanda syok


• Mual muntah, diare
• Nyeri abdomen
• Hipoglikemi, hiponatremi, hiperkalemi, asidosis metabolik
Tatalaksana
• Rehidrasi normal saline 1 liter/jam
• Terapi replacement glukokortikoid dengan Hidrocortison 100 mg injeksi bolus 🡪
dilanjutkan hidrocortison 100-200 mg/24 jam IV drip
• Intensive care monitoring dan koreksi metabolic
• Terapi replacement mineralokortikoid dengan Fludrocortisone 100-150 ug
KRISIS ADRENAL
kondisi akibat kegagalan kelenjar adrenal memproduksi hormon glukokortikoid dan/atau mineralokortikoid secara normal

MANIFESTASI KLINIS LAB FINDINGS


Muntah, nyeri abdomen dan syok hipovelemik. • Hyponatremia
• Hyperkalemia
ETIOLOGI • Pre-renal failure
• Penghentian mendadak terapi steroid jangka • Anemia, sometimes lymphocytosis and eosinophilia
panjang. • Hypoglycemia
• Syok septik
• Obat-obatan : ketokonazole, fenitoin, rifampin GUIDELINE
• Hydrocortisone (immediate bolus injection of 100 mg
CLINICAL SIGN AND SYMPTOM hydrocortisone i.v. or i.m. followed by continuous intravenous
• Fatigue, lack of energy, weight loss infusion of 200 mg hydrocortisone per 24 h (alternatively 50
• Low blood pressure, postural dizziness mg hydrocortisone per i.v. or i.m. Injection every 6 h)
• Abdominal pain, tenderness, nausea, vomiting
• Fever • Rehydration with rapid intravenous infusion of 1000 mL of
• Confusion, somnolence isotonic saline infusion within the first hour, followed by
• Primary adrenal insufficiency: skin further intravenous rehydration as required (usually 4–6 L in
hyperpigmentation, palmar creases, inside oral 24 h; monitor for fluid overload in case of renal impairment
mucosa and in elderly patients)
Society for Endocrinology Endocrine Emergency Guidance Adrenal Crisis in Adult
KRISIS ADRENAL
kondisi akibat kegagalan kelenjar adrenal memproduksi hormon glukokortikoid dan/atau mineralokortikoid secara normal

MANAGEMENT OF
ADRENAL CRISIS

Society for Endocrinology Endocrine Emergency Guidance Adrenal Crisis in Adult


SKDI 3B

Krisis Hipertensi
• Keadaan dimana terjadi hipertensi berat (tekanan
darah sistolik ≥180 mmHg dan/atau tekanan darah
sistolik ≥ 110 mmHg berdasarkan ESC/ESH 2018)
• Dibagi menjadi 2 , yaitu hipertensi urgensi dan
hipertensi emergensi
• Hipertensi urgensi: tidak disertai kelainan/kerusakan
organ target yang progresif. Tatalaksana antihipertensi
dapat melalui jalur oral
• Hipertensi emergensi: disertai dengan
kelainan/kerusakan organ target secara progresif
(misalnya: otak (ensefalopati hipertensi), jantung
(coronary artery disease), mata (retinopati hipertensi),
ginjal (acute kidney injury), paru-paru (acute
pulmonary edema) dsb). Tatalaksana antihipertensi
fokus melalui jalur intravena
ESC/ESH 2018: Guidelines for Arterial Hypertension
Rekomendasi Penggunaan Antihipertensi

ESC/ESH 2018: Guidelines for Arterial Hypertension


Agen Antihipertensi pada Krisis Hipertensi

ESC/ESH 2018: Guidelines for Arterial Hypertension


Tata Laksana Krisis Hipertensi
Target Penurunan Tekanan Darah
- Hipertensi urgensi -> bertahap
dalam 24 jam
- Hipertensi emergensi
• Target awal : penurunan MAP
sebanyak 25% dalam 2 jam
• Penurunan dilanjutkan dalam
12-16 jam hingga mendekati
normal
• MAP = (2 x TD diastolik + TD
sistolik) : 3
Tatalaksana Nyeri Kepala
Tension Headache
- Akut : NSAID (DOC : ibuprofen), aspirin, parasetamol
- Preventif : antidepresan trisiklik (amitriptilin atau nortriptilin)

Cluster headache
- Akut : oksigen 7-10 lpm
- Preventif : CCB (Verapamil), amitriptilin

Migraine headache
- Hindari pencetus
- Terapi abortif
Non spesifik : acetaminophen, NSAID
Reaksi terhadap Makanan
Alergi Makanan Intoleransi Makanan Keracunan Makanan
• Sebuah reaksi • Reaksi yang terjadi akibat • Reaksi yang terjadi akibat
hipersensitivitas tipe I yang ketidakmampuan tubuh toksin atau racun yang
dimediasi oleh IgE akibat zat untuk mencerna suatu zat mengkontaminasi makanan
alergen dalam makanan yang terkandung dalam • Paling sering akibat masakan
• Manifestasi klinis: khas makanan. yang tidak matang
alergi dan sistemik : diare,, • Paling sering: intoleransi • Manifestasi klinis: diare yang
ruam dan gatal seluruh laktosa tidak berlendir dan tidak
tubuh, sesak, bengkak pada berdarah, mual muntah, nyeri
• Manifestasi klinis:
kelopak mata (angioedema), dan kram perut
didominasi oleh gejala GI
hingga syok
SKDI
Keracunan Makanan
• Sebagian besar bersifat self-limiting
• Tatalaksana yang paling utama adalah rehidrasi
• Oral: oralit, Oral rehydration solution
• Intravena apabila terdapat tanda dehidrasi berat
• Absorbent
• Kaolin/pectin
• Aluminium hidroksida
• Pada kasus keracunan makanan jangan memberikan agen antidiare ->
diare adalah cara tubuh mengeluarkan zat toksin.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Keenam. 2014


Derajat Serangan Asma Dewasa
TATALAKSANA SERANGAN ASMA
PPOK eksaserbasi akut
Pemberian Oksigen
• mempertahankan pO2 diatas > 60 mmgHg atau SaO2 88-92%
• Monitor pasien untuk tanda-tanda retensi CO2 dan asidosis.
Bronkodilator Inhalasi
• Menaikan dosis dan frekuensi
• Kombinasi Beta-2 agonis dan antikolinergik
Antibiotik
• Jika terdapat sesak dan batuk serta sputum purulent, serta
perubahan volume.
• Pilihan antibiotic sebaiknya sesuai etiologi terbanyak :
S.pneumonia, H.Influenza, M. Catarrhalis.
Glukokortikoid
• Dapat sebagai obat-obatan tambahan untuk bronkodilator.
• Indikasi : apabila FEV1 <50% predicted : 30-40 mg oral
prednisolone x 10 hari atau nebulisasi budesonide.
RADIOLOGI
Mediko made the med-easy!
Pemeriksaan penunjang
Foto abdomen 3 posisi 🡪 supine, semierect,/erect, LLD

Step-ladder/air
FISHBONE Coil-spring app fluid level
Tampak udara bebas berupa gambaran
lusen dibawah diafragma berbentuk kubah
membentuk gambaran cupula sign
Untuk mengevaluasi/menilai
alligment :
1. Anterior vertebra line
2. Posterior vertebral line
3. Spinolaminar vertebral line
4. Posterior spinosus vertebral
line
Emphysema di puncak paru
Abnormalitas Black* Berbentuk Lubang Cavitas TB
*Radio-lucent Pneumothorax + Air-fluid
Abses
Batas Meniscus Masih Cair
Pleural Honey-comb appearance
Costophrenic Angle Bronchiectasis
Effusion
Batas Tak Beraturan, Organized
**Radio-opaque dibatasi fisura
Pocketed
White*
* Encapsulated (Fissura)

Tumor Mediastinum
Batas Tak + 🡪Pneumonia
atau Within Lung Air Bronchogram
Jelas
Tumor Paru (jinak)
- 🡪Bronchopneumonia
Batas Jelas
Tepi reguler

Tepi irreguler
Bentuk Garis Bentuk Milier Memenuhi Lobus Bentuk koin

Tumor Paru Tanda penarikan


(ganas) Metastasis
Divergen Tidak sesuai Horizontal Milliar Milliary
dari hilus vaskuler yTB Metastasis
Atelectasis Pneumonia

Bercabang Central Fibrosis Kerley Lines


spt. pohon Inverted S Fibrosis luas
Batwing Appearance Interstitial
Normal Lung Edema
Pulmonal Lung Edema
Vascularity
PEDIATRI
Mediko made the med-easy!
PENAMPILAN UPAYA NAPAS
✔ Suara napas
✔ Tonus otot ✔ Posisi
✔ Interaksi ✔ Retraksi
✔ Suara ✔ Napas cuping hidung
✔ Tatapan mata ✔ Head-bobbing
✔ Tangisan

SIRKULASI KULIT
✔ Pucat
✔ Anyep
✔ Sianosis
Vital Sign NORMAL
Croup/Laringotrakeobronkitis Akut
• Disebabkan oleh parainfluenza virus.
• Gambaran Khas : batuk menggongong, stridor, demam tidak tinggi.
• Gambaran radiologi : steeple sign, wine bottle sign.

Ringan Sedang Berat


• Suara Serak • Batuk menggonggong • Stridor sangat jelas
• Batuk Menggonggong lebih sering • Anak agitasi
• Stridor Terdengar • Stridor terdengar
hanya jika anak gelisah walaupun anak tenang
steeple sign, wine bottle sign • Nafas cepat retraksi

Dexamethasone 0,6 Dexamethasone, monitor • Kortikosteroid


mg/kgBB single dose, tiap 4 jam • Epinefrin
PO/IM/IV • Intubasi bila perlu
Derajat Keparahan Serangan Asma

Source : Pedoman Nasional Asma Anak, 2015


Tatalaksana Diare tanpa tanda Dehidrasi
Tatalaksana Diare tanpa tanda Dehidrasi
Tatalaksana Diare tanpa tanda Dehidrasi
Hipoglikemia
• Segera berikan F-75 pertama
• Bila tidak dapat disediakan dengan cepat 🡪 berikan 50 ml larutan glukosa atau gula 10% (1
sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara oral atau melalui NGT
• Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2-3 jam, dapat diselingi dengan ASI (bila masih mendapat
ASI)
• Bila anak letargis 🡪 larutan glukosa 10% secara intravena (bolus) 5 ml/kg

Dehidrasi
• Beri ReSoMal secara oral atau NGT 5 ml/kg setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
• Setelah 2 jam 🡪 5-10 ml/kg/jam selang seling dengan F-75 dengan jumlah yang sama; setiap
jam selama 10 jam
• Bila masih diare 🡪 ReSoMal tiap diare (<1 tahun = 50-100 ml setiap BAB; >=1 tahun =
100-200 ml tiap BAB)
Tatalaksana
BONUS: SNAKE BITE
Mediko made the med-easy!
Manifestasi Klinis
Lokal Sistemik
• Bengkak • Gangguan Homeostasis
terutama 48 jam • Tanda Neurotokis
pertama • Gangguan kardiovaskuler
• Bengkak meluas • Gangguan ginjal akut
secara cepat • Myoglobinuria/generalised
• Dapat terjadi rhabdomyolysis/haemolysis
limfadenopati
(A. Khaldun, 2015)
Tatalaksana
Pastikan ABC Clear !
• Airway
• Non Re-Breathing Mask 12 lpm
• Laryngeal Mask Airway dan Endotracheal Tube ()
• Suction jika ada gargling (+), Head tilt and chin lift
jika ada snoring (+)
• Breathing
• Evaluasi RR
• Circulation
• Buat akses iv, berikan Normal Saline 0.9%
(usulkan pemeriksaan lab)
• Tekanan darah
• HR
• Cek saturasi oksigen
• Berikan transfusi darah dan FFP jika dibutuhkan
Tatalaksana
• Imobilisasi area bekas gigitan dengan Pressure • Obat antikolinesterasi
Bandaging Immobilization (PBI)
• Khususnya pada ular beracun
• Berikan Antivenom: DRUG OF CHOICE
• Berikan SABU Secepatnya
• Harus diberikan atropine terlebih
• 2 vials SABU + 500mml Normal saline 0.9%
dahulu untuk mencegah intoksikasi
dripped 0-80 drop permenit pisostigmine
• Ulangi setiap 6 jam • Dosis Physostigmine
• Waspadai tanda RE-ENVENOMATION! • Adult (>12 yo) : 1.0-2.0 mg
• Simptomatik • Children ≤ 12 yo: 0.02 mg/kg/dose
(max single dose 0.5 mg)
• Analgesia : morphine (PS≥7) dan paracetamol
infusion atau oral (PS<7) • Harus diberikan secara pelan 3-5
• Antibiotic menit IV, ulangi tiap 4 jam
• Jika ada indikasi, seperti : leucocytosis
Courtesy : Training Aid Australia

Anda mungkin juga menyukai