Anda di halaman 1dari 9

Identitas

- Nama : An. MH

- Umur : 15 tahun

Keluhan utama :

Seorang anak laki laki berusia 15 tahun, datang ke IGD RS. Bhayangkara dengan
keluhan demam. demam dirasakan 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
dirasakan naik turun disertai keluhan nyeri perut yang hilang timbul. Nyeri diperut
kanan yang menjalar kebagian pusat. Disertai anak dengan keluhan mual positif dan
muntah sebanyak 3 kali beberapa jam sebelum masuk rumah sakit. anak juga
mengeluhkan batuk pilek sejak 1 minngu yang lalu. Gusi berdarah mimisan tidak
ditemukan namun pada tangan dan kaki anak didapatkan ruam ruam kemerahan. BAK
dan BAB dalam batas normal (+) tidak ada BAB hitam BAK dalam batas normal, urin
berwarna kuning jernih dalam sehari kurang lebih 1200cc.

Manifestasi klinis yang sering dikeluhkan pada pasien dengan appendisitis :

Pada umumnya pasien mengalami demam selama 2-7 hari, yang diikuti
oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam,
akan tetapi mempunyai resiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat
pengobatan yang adekuat. Gejala lain seperti mual muntah, diare, ruam kulit,
nyeri kepala serta nyeri otot dan tulang. Nyeri kepala dapat menyeluruh atau
terpusat pada supraorbita dan retroorbita. Nyeri otot terutama pada tendon.

Gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu fase febris, fase kritis
dan fase pemulihan. Pada fase febris, Biasanya demam mendadak tinggi pada hari 1 – 3
hari mencapai 40o C, disertai muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh,
mialgia, artralgia dan sakit kepala.Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok,
injeksi faring dan konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah.Pada fase ini dapat pula
ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie, perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat
pula terjadi perdarahan pervaginam dan perdarahan gastrointestinal.Fase kritis, terjadi
pada hari 3 – 6 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan
permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang biasanya berlangsung selama
24 – 48 jam.

Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Compos mentis


GCS : 15 (E=4, V=5, M=6)
RR :22/menit
HR :120x/menit
T : 36,3 C
SpO2 : 96%
Nyeri tekan epigastrium(+)
Purpura pada ekstremitas superior dan inferior

Menurut teori :

Menurut tingkat keparahan penyakit Dengue hemoragic fever derajat 2: gejala klinis disertai
perdarahan terjadinya spontan di kulit (ptekie,purpura) perdarahan lainnya (epitaksis, hematemesis
,melena ,hematoskesia dan hematuria).

Pemeriksaaan Penunjang :

Leukosit : 6.500 /mm3


Trombosit: 71.000 /mm3

Menurut teori :
Leukosit normal : 4000 – 10.000 ribu
Trombosit normal : 150000 – 450000 ribu
DF/DHF Derajat Gejala Laboratorium
DF Demam disertai 2 atau lebih tanda: • Leukopenia(wbc
- sakit kepala
5000sel/mm3)
- nyeri retro orbital • Trombositopenia (Platelet
- myalgia/ nyeri otot
<150 000 cells/mm3).
- arthralgia
• Peningkatan HCT (5% –
- ruam
10% ).
- tidak adanya tanda
• Tidak ada bukti kebocoran
kebocoran plasma
plasma
DHF I Demam dan manifestasi perdarahan • Trombositopenia
(uji bendung positif) dan adanya (<100.000/ul),
bukti ada kebocoran plasma • Peningkatan HCT 20%
DHF II Gejala pada derajat I disertai • Trombositopenia
dengan perdarahan spontan (<100.000/ul)
• Peningkatan HCT 20%
DHF III Gejala pada derajat I atau II disertai • Trombositopenia
dengan kegagalan sirkulasi (nadi (<100.000/ul)
lemah, hipotensi, kulit dingin dan • Peningkatan HCT 20%
lembab serta gelisah)
DHF IV Syok berat disertai dengan tekanan • Trombositopenia
darah dan nadi tidak terukur (<100.000/ul)
• Peningkatan HCT 20%

Penatalaksanaan :

-Infus pam 200cc/jam selama 6 jam lalu cek DR ulang


-Selanjutnya Infus pam 180cc/jam
-Injeksi ranitidine 2x1 amp
-Injeksi Ondacentron 4mg (k/p)
-Pantau tanda tanda pendarahan dan syok

Tatalaksana menurut teori :

Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DHF

Perdarahan maksud adalah yang pada hidung/epistaksis yang tidak


terkendali walaupun telah diberikan tampon hidung, perdarahan saluran cerna
(hematemesis dan melena atau hematoskesia), perdarahan saluran kencing
(hematuria), perdarahan otak atau perdarahan tersembunyi dengan jumlah
perdarahan sebanyak 4-5 cc/kgBB/jam. Pada keadaan ini jumlah cairan yang
diberikandan kecepatan pemberian cairan tetap seperti keadaan DHF tanpa
syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan jumlah urin
dilakukan sesering mungkin dengan kewaspadaan Hb, Ht dan trombosit serta
hemostasis harus segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit
sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.
Pemberian heparin dapat diberikan apabila secara klinis dan laboratoris
ditemukan adanya tanda-tanda KID.Transfusi komponen darah diberikan
sesuai indikasi.FFP dapat diberikan apabila didapatkan defisiensi faktor-
faktor pembekuan (PT dan aPTT yang memanjang), PRC diberikan bila
nilai Hb kurang dari 10%. Transfusi trombosit hanya diberikan pada pasien
DHF dengan perdarahan spontan
dan masif dengan jumlah trombosit <100.000/ul disertai atau tanpa KID dan Hb
<10g/dL.
pengembangan alveolus yang sempat terendam cairan pleura agar
fungsinya dapat kembali seperti semula. (Suzanne C Smeltezer dan
Brenda G. Bare, 2002)

2.5 Torakosintesi (Pungsi Pleura)


Tatacara torakosintesis adalah dengan berikut :

1. Periksa vital sign pastikan pasien dalam keadaan stabil


2. Posisikan pasien, pasien yang sadar thoracocentesis dapat dilakukan dalam
posisi pasien duduk agak condong ke arah depan. Namun, pada pasien yang
tidak sadar atau tidak dapat duduk, tindakan bisa dilakukan dalam posisi
pasien berbaring supinasi.
3. Tentukan lokasi berdasar pemeriksaan fisik dan radiologi dan anatomi tubuh.
thoracocentesis dilakukan pada segitiga perbatasan, di mana bagian anterior
dibatasi oleh sisi lateral otot pektoralis mayor, bagian lateral dibatasi oleh sisi
lateral otot latissimus dorsi, bagian superior dibatasi oleh dasar axilla, dan
bagian inferior dibatasi oleh sela iga ke-5. Namun, umumnya penusukan
jarum thoracocentesis dilakukan pada linea midaksilaris pada sela iga 6, 7,
atau 8. Pungsi dilakukan ditempat perkusi paling redup.
4. Lakukan tindakan disinfeksi dilokasi yang sudah ditentukan, tusukan anestesi
lokal (lidocaine) diberikan hingga menginfiltrasi kulit, jaringan subkutan,
periosteum iga, otot interkostal, dan pleura parietal
5. Masukan perlahan jarum spuit di lokasi. Aspirasi perlahan hingga didapatkan
cairan pungsi.

6. Lalu masukan jarum abbocath 14G/16G hubungkan dengan tranfusi/ infus set
dan urine bag.
7. Evakuasi cairan yang ada, Aspirasi cairan perlahan dan tidak melebihi 1.5
liter cairan pada sekali pungsi
8. Jika sudah selesai tarik abbocath
9. Tekan lokasi menggunakan kapas yang diberi alkohol dan plester.
10. Tindakan torakosintesis selesai

Anda mungkin juga menyukai