Disusun Oleh:
Elsya Veransa Hartoyo 1102017078
Pembimbing:
DR. dr Rika Bur, Sp.PD-KPTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RS YARSI
Periode 28 Februari - 23 April 2022
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus.
Pada DBD, terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan Hematokrit) atau penumpukan
cairan pada rongga tubuh.
DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue disertai dengan pendarahan spontan
Kemenkes RI. (2017). Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.
Medico (2020). Buku Praktik Klinis bagi dokter di layanan primer. Medicos.
EPIDEMIOLOGI
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik barat dan Karibia.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Terdapat 13
Provinsi dengan kasus tertinggi yang meliputi sebagian Sumatera, seluruh pulau Jawa, Sebagian
Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara. Provinsi dengan kasus – kasus DBD Tertinggi, sebagain
besar tersebar di provinsi yang menjadi pusat perdagangan dan penduduk yang padat. Dan
sebagian lagi merupakan pusat tujuan wisata serta pengembangan perumahan serta hotel.
Insiden DBD di Indonesia adalah 103.509 kasus dengan kematian 725 yang dilaporkan dari 475
kab/kota dari 34 provinsi. Dalam 5 tahun terakhir, rata – rata kasus DBD ditemukan sebanyak
121.191 kasus setiap tahunnya.
Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2021.
ETIOLOGI
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus,
keluarga Flaviviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat
menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3
merupakan serotype terbanyak.
Candra A. 2010. Dengue Hemorrhagic Fever: Epidemiology, Pathogenesis, and Its Transmissiom Risk Factors. Aspirator. Vol. 2. No.2. Pp 110-119 World Health Organization (WHO). 2012. Handbook for Clinical
Management of Dengue. Geneva: WHO
PERJALANAN PENYAKIT
WHO (2011). Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. New Delhi, WHO
MANIFESTASI KLINIS
Kriteria Diagnois Dengue Hemorrhagic Fever, harus ada kriteria dibawah ini
1.Demam
2.Riwayat demam akut 2-7 hari.
3.Kadang kadang bifasik
Kecenderungan hemoragik dapat dibuktikan setidaknya 1 dari yang ada dibawah ini
1.Tes Torniquet (+)
2.Ekimosis atau Pur-pura
3.Pendaraahan dari mukosa, saluran cerna, tempat suntikan dan atau lokasi lainya.
4.Hematemesis atau melena
5.Trombositopenia (100.000 sel per mm atau kurang)
Bukti kebocoran plasma dikarenakan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dimanifestasikan oleh setidaknya 1 gejala dibawah ini
1. Peningkatan hematokrit sama atau lebih besar dari 20% diatas rata rata dari umur, kelamin dan populasi.
World Health Organization (WHO). 1997. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Geneva: WHO
DF / Grade Gejala Laboratorium
DHF
KLASIFIKASI
DF Demam disertai 2 atau lebih ·Leukopenia ( ≤5000 cells/mm3)
tanda : ·Trombocytopenia
·Sakit kepala ( ≤150.000 cells/mm3)
·Nyeri Retro-orbital ·Hematocrit meningkat (5-10%)
·Myalgia ·Tidak ditemukan bukti kebocoran plasma
·Arthralgia/bone pain ·Serologi dengue positif
·Rash
·Manifestasi pendarahan
World Health Organization (WHO). 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Geneva: WHO
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
1.Demam tinggi mendadak dengan tipe bifasik, terus menerus selama 2-7 hari.
2.Manifestasi perdarahan, seperti: bitnik-bitnik merah di kulit, mimisan, gusi berdarah,
muntah darah, BAB berdarah.
3.Gejala nyeri kepala, myalgia, artralgia, nyeri retroorbital.
4.Gejala Gastrointestinal, seperti mual, muntah nyeri perut.
5.Pada kondisi syok, pasien merasa lemah, gelisah, atau mengalami penurunan kesadaran.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis DBD adalah pemeriksaan darah lengkap,
urine, serologi dan isolasi virus.
1. Darah Lengkap
2. Isolasi Virus
3. Identifikasi Virus
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (2015). Penatalaksanaan Dibidang Penyakit Dalam Panduan Praktik
Candra A. 2010. Dengue Hemorrhagic Fever: Epidemiology, Pathogenesis, and Its Transmissiom Risk Factors. Aspirator. Vol. 2. No.2. Pp 110-119
Kimia Darah
●Protein/Albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
●SGOT/SGPT dapat meningkat
●Ureum/Kretinin jika dicurigai gangguan fungsi ginjal
●Elektrolit: Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan
Pemeriksaan Radiologis
Foto X-ray thorax (sebaiknya posisi lateral decubitus kanan)
Untuk melihat ada tidaknya efusi pleura
USG
Dapat menilai efusi pleura dan asites
DIAGNOSIS BANDING
● Infeksi bakteri, virus, atau penyakit protozoa seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis
chikungunya, malaria.
● Deman chikungunya (DC). Pada DC biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang dan
penularannya mirip dengan influenza.
● Sepsis (demam naik turun, tanda-tanda infeksi, leukositosis, sel PMN), meningitis
meningokokus (terdapar rangsang meningeal dan kelainan pada pemeriksaan cairan
serebrospinal
● Idiopatic Thrombocytopenic Purpura (ITP), demam cepat menghilang, tidak dijumpai
hemokonsentrasi, dan jumlah trombosit sulit kembali ke normal
● Pada leukemia demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis. Pada
anemia aplastik anak sangat anemik, demam timbul karena infeksi sekunder
Candra A. 2010. Dengue Hemorrhagic Fever: Epidemiology, Pathogenesis, and Its Transmissiom Risk Factors. Aspirator. Vol. 2. No.2. Pp 110-119
Suhendro et al. 2014. Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI Jilid 1. Jakarta Pusat: Interna Publishing. Pp 539 – 543.
TATALAKSANA
● Tatalaksana DF & DHF umumnya adalah tirah baring, pemberian cairan, medikamentosa simtomatik, dan
antibiotik jika ada infeksi sekuder.
● Indikasi cairan intravena
○ Intake cairan oral tidak adekuat
○ Peningkatan HT hingga 20% meskipun telah diberikan rehidrasi oral
○ Impending shock
○ Tanda-tanda shock
● Prinsip pemberian cairan
○ Kristaloid Isotonik (NaCl 0,9%, RL)
○ Bila tidak ada respon dengan kristaoid, gunakan koloid hiperonkotik.
DHF GRADE I DAN II
Kebutuhan cairan
● 10 Kg Pertama x 100mL
● 10 Kg Kedua x 50mL
● Sisa BB x 20 mL
● 1500 + 20(BB-20)
Suhendro et al. 2014. Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI Jilid 1. Jakarta Pusat: Interna Publishing. Pp 539 – 543
KRITERIA PULANG PASIEN DHF
● Mulai dengan pemberian larutan isotonic (NS atau RL) 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian
kurangi kecepatan tetes menjadi 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam, dan kemudian kurangi lagi menjadi 2-
3 ml/kg/jam sesuai respons klinis.
● Nilai kembali status klinis dan evaluasi nilai hematokrit. Jika hematokrit stabil atau hanya meningkat
sedikit, lanjutkan terapi cairan dengan kecepatan 2-3 ml/kg/jam selama 2-4 jam.
● Jika terjadi perburukan tanda vital dan peningkatan cepat nilai HCT, tingkatkan kecepatan tetes
menjdai 5-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam
● Nilai kembali status klinis, evaluasi nilai hematokrit dan evaluasi kecepatan tetes infuse. Kurangi
kecepatan tetes secara gradual ketika mendekati akhir fase kritis yang diindikasikan oleh adanya
produksi urine dan asupan cairan yang adekuat dan nilai hematokrit di bawah nilai baseline.
● Monitor tanda vital dan perfusi perifer (setiap 1-4 jam sampai pasien melewati fase kritis), produksi
urine, hematokrit (sebelum dan sesudah terapi pengganti cairan, kemudian setiap 6-12 jam), gula
darah, dan fungsi organ lainnya (profil ginjal, hati, dan fungsi koagulasi sesuai indikasi).
World Health Organization (WHO). 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Geneva: WHO
TERAPI CAIRAN PADA PASIEN DENGAN SYOK TERKOMPENSASI MELIPUTI:
● Mulai resusitasi dengan larutan kristaloid isotonik 5-10 ml/kg/jam selama 1 jam. Nilai kembali kondisi
pasien, jika terdapat perbaikan, turunkan kecepatan tetes secara gradual menjadi 5-7 ml/kg/jam selama 1-2
jam, kemudian 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam, kemudian 2-3 ml/kg/jam selama 2-4 jam dan selanjutnya
sesuai status hemodinamik pasien. Terapi cairan intravena dipertahankan selama 24-48 jam.
● ·Jika pasien masih tidak stabil, cek nilai hematokrit setelah bolus cairan pertama. Jika nilai hematorit
meningkat atau masih tinggi (>50%), ulangi bolus cairan kedua atau larutan kristaloid 10-20 ml/kg/jam
selama 1 jam. Jika membaik dengan bolus kedua, kurangi kecepatan tetes menjadi 7-10 ml/kg/jam selama 1-
2 jam dan lanjutkan pengurangan kecepatan tetes secara bertahap seperti dijelaskan pada poin sebelumnya
● ·Jika nilai hematokrit menurun, hal ini mengindikasikan adanya perdarahan dan memerlukan transfusi darah
(PRC atau whole blood).
World Health Organization (WHO). 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Geneva: WHO
World Health Organization (WHO). 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Geneva: WHO
KOMPLIKASI
1. Ensefalopati Dengue
Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab ensefalopati.
2. Kelainan Ginjal
Gagal ginjal akut umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik.
Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun jarang.
3. Oedema Paru
Merupakan komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari pemberian cairan yang berlebihan.
Pemberian cairan pada hari ketiga sampai kelima sakit sesuai dengan panduan yang diberikan, biasanya
tidak akan menyebabkan oedema paru karena perembesan plasma masih terjadi.
Kolondam, et al. 2020. Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Journal of Public Health and Community Medicine . Vol.1. No. 1. Januari
2020.
Rajapakse S. 2011. Journal of Emergencies, Trauma, and Shock. Journal Emergency Trauma Shock. 4(1): 120-127
PROGNOSIS
Prognosis DHF ditentukan oleh derajat penyakit, cepat tidaknya penanganan diberikan, umur, dan keadaan nutrisi.
Prognosis DBD derajat I dan II umumnya baik. DBD derajat III dan IV bila dapat dideteksi secara cepat maka
pasien dapat ditolong. Angka kematian pada syok yang tidak terkontrol sekitar 40-50 % tetapi dengan terapi
penggantian cairan yang baik bisa menjadi 1-2 %. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan
Jakarta memperlihatkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit DHF pada orang dewasa umumnya lebih ringan
daripada anak-anak. Pada kasus- kasus DHF yang disertai komplikasi sepeti DIC dan ensefalopati prognosisnya
buruk.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (2015). Penatalaksanaan Dibidang Penyakit Dalam Panduan Praktik Klinis. Jakarta:
Interna Publishing.
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. Z
Usia : 18 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh demam naik turun sejak 3 hari SMRS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Nn Z, usia 18 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS, demam dirasakan naik
turun, suhunya pernah mencapai 39 C. Pasien juga mengeluhkan pusing, mual tetapi tidak sampai muntah, mual
dirasakan pada saat makan, nyeri badan, penurunan nafsu makan, keringat malam (+), menggigil (+), mimisan
banyak dan biasanya pada pagi hari, gusi berdarah disangkal . BAB dan BAK normal. Pasien sudah mengkonsumsi
paracetamol, demamnya turun namun tidak lama demamnya naik lagi, riwayat perjalanan jauh (-)
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Hipertensi, DM, Alergi obat disangkal.
SpO2 : 100%
Status Gizi
❏ BB : 50 kg
❏ TB : 160 cm
❏ IMT : 19,53 kg/m2(Normal Weight)
PEMERIKSAAN FISIK
Kulit
Leher
● Warna: Sawo matang
● KGB: Teraba tidak membesar
● Turgor: Baik <2 detik
● Thyroid: Dalam batas normal
● Jaringan parut: Tidak ada
● Trakea tidak deviasi
Kepala ● JVP: 5 + 2 cm
THT:
● Bentuk: Mesocephal ● Telinga: Membran timpani normal
● Rambut: Warna hitam, tersebar merata, tidak ● Hidung: Normal
rontok ● Mulut: Lidah kering bersih tidak ada coated
tongue
Mata
Jantung Abdomen
● Inspeksi: Tidak ada sikatrik, spider naevy (-), ● Inspeksi: Tidak ada sikatrik, spider naevy (-),
bentuk dada normal simetris striae alba (-), jaringan parut (-), bentuk simetris.
● Palpasi: Iktus cordis teraba ● Auskultasi: Bising usus +
● Perkusi: Normal ● Perkusi: Timpani (dalam batas normal),
● Auskultasi: BJ I dan BJ II reguler, tidak ada Hepatomegaly (-), splenomegali (-)
suara tambahan, murmur (-), gallop (-) ● Palpasi: Nyeri kuadran kanan atas
Paru Ekstremitas :
● Inspeksi: Tidak ada sikatrik, spider naevy (-), Akral : Hangat
bentuk dada normal simetris. Edema : Tidak ada
● Palpasi: Gerakan dinding dada simetris, Fremitus CRT : < 2 detik
taktil normal Rumple leed (+)
● Perkusi: Sonor di kedua lapang paru
● Auskultasi: SN Vesikular di kedua lapang paru
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Nn Z, usia 18 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS, demam dirasakan naik
turun, suhunya pernah mencapai 39 C. Pusing, mual(+), myalgia (+), penurunan nafsu makan, keringat malam (+),
menggigil (+), mimisan (+),riwayat perjalanan jauh (-). Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan nyeri tekan
pada kuadran kanan atas, pada ekstremitas didapatkan tes rumple leed(+). Pada pemeriksaan lab ditemukan
trombosit 91 dan leukosit 2.7.
DAFTAR MASALAH
1. Candra A. 2010. Dengue Hemorrhagic Fever: Epidemiology, Pathogenesis, and Its Transmissiom
Risk Factors. Aspirator. Vol. 2. No.2. Pp 110-119 World Health Organization (WHO). 2012.
Handbook for Clinical Management of Dengue. Geneva: WHO
2. Kemenkes RI. (2017). Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue Di
Indonesia.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2020. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. 2021.
4. Medico (2020). Buku Praktik Klinis bagi dokter di layanan primer. Medicos.
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (2015). Penatalaksanaan Dibidang
Penyakit Dalam Panduan Praktik Klinis. Jakarta: Interna Publishing.
6. Suhendro. 2014. Demam Berdarah Dengue. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 6, jilid
2. Siti Setiati (Eds.). Jakarta: Internal publishing, hal 539-548.
7. World Health Organization (WHO). 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control
of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Geneva: WHO.