Stase KMB 1
Disusun oleh
E.0105.18.004
KEPERAWATAN
CIMAHI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue,
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti (betina). DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan
seringkali menyebabkan kematian bagi penderita (Christentie Effendi, 1995)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (Resti, 2014)
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang
menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (PADILA,
2012)
2. ETIOLOGI
Virus dongue serotype 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti.
Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vector yang
kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup
terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain. (Smeltzer
& Suzanne, 2001)
3. Patofisiologi
Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
aedes dan menginfeksi pertama kali member gejala DF. Pasien akan mengalami gejala viremia,
sakit kepala, mual, nyei otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorokkan, timbulnya ruam
dan kelainan yang mungkin terjadi pasa RES seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan
limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe
virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbullah the secondary heterologous infection atau
sequential infection of hypothesis. Re- infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik
antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus
antibody) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai
berikut:
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa klinis dan laboratories.
Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnose klinis dan laboratories:
a. Diagnose klinis
Demam tinggi 2 sampai 7 hari (38-4
Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie (bintik merah
pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit), ekimosis, perdarahan
konjungtiva (perdarahan pada mata), epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan gusi,
hematemesis (muntah darah), melena (BAB darah) dan hematusi (adanya darah
dalam urin).
Perdarahan pada hidung
Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah
Pembesaran hati (hepatomegali)
Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang, tekanan sistolik
sampai 80mmHg atau lebih rendah
Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu makan),
lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
b. Diagnose laboratories
Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit hingga
100.000/mmHg
Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau lebih (Resti, 2014)
5. PENATALAKSANAAN
Tirah baring
Pemberian makanan lunak .
Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan
intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter,
korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
6. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi
perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian
atas hingga menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal
biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
b. Shock atau renjatan.
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung,
jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa
demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
7. PENGKAJIAN
a. Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya DHF
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : Panas
Riwayat kesehatan sekarang : Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam,
malaise, muntah, mual, sakit kepala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri
pada efigastrik, penurunan nafsu makan,perdarahan spontan.
c. Riwayat kesehatan dahulu : Pernah menderita yang sama atau tidak
d. Pemeriksaan fisik persistem
System cardivaskular
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni.
Pada grade ll disertai pendarahan spontan dikulit/ pendarahan dilainnya.
Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia),
penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan
jari-jari
Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
e. Pemeriksaan diagnostic
a) Darah lengaka
Leukpenia pada hari ke 2-3
Trombositopenia dan hemokonsentrasi
Masa pembekuan normal
Masa pedarahan memanjang
Penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII
b) Kimia darah
Hipoproteinemia, hiponatriam, hipodorumia
SGOT/SGPT meningkat
Umum meningkat
pH darah meningkat
Urinalis
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
c) Uji sum-sum tulang
Pada awal sakit biasanya hipaseluler kemudian menjadi hiperseluler.
(Doenges, 2000)
f. Penatalaksaan klinis
1. Klinis
Gejala klinis berikut harus ada, yaitu:
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari
Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
uji bendung positif
petekie, ekimosis, purpura
perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
hematemesis dan atau melen
Pembesaran hati
syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan
nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin,
kulit lembab, capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak
gelisah.
2. Laboratorium
Trombositopenia (100 000/μl atau kurang)
Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan
manifestasi sebagai berikut:
Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar
Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi cairan
Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau
hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja
DBD
g. Analisa data
8. Diagnosa Keperawatan
1. peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan penyakit (viremia).
2. potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
3. gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
4. gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan mekanisme patologis (proses
penyakit).
5. kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat*obatan pasien
selama sakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
5. Memberikan
penjelasan pada 5. Keterlibatan keluarga
pasein/ keluarga dengan segera
untuk melapor melaporkan terjadinya
jika ada tanda- perdarahan (nyata) akan
tanda membantu pasien
perdarahan mendapatkan
lebih lanjut penanganan sedini
seperti mungkin.
hematemesis,
melena, dan
epistaksis.
5. Menyiapkan
bel di dekat 5. Agar pasien dapat
pasien. segera meminta bantuan
perawat saat
membutuhkannya
4 Gangguan rasa Rasa nyeri 1. Mengkaji 1. Untuk mengetahui
nyaman (nyeri) berkurang/hilang, tingkat nyeri berapa berat nyeri yang
berhubungan setelah dilakukan yang dialami dialami pasien. Reaksi
dengan tindakan keperawatan pasien dengan pasien terhadap nyeri
mekanisme selama 1x24jam memberi dapat dipengaruhi oleh
patologis (proses dengan kriteria hasil - rentang nyeri berbagai Faktor dan
penyakit) •rasa nyaman (0-10). Biarkan dengan mengetahui
terpenuhi. pasien faktor-faktor tersebut
•nyeri menentukan maka perawat dapat
berkurang tingkat nyeri menentukan intervensi
atau hilang. yang dialami yang sesuai dengan
pasien, respon masalah pasien.
pasien terhadap
nyeri yang
dialami
3. Untuk mengurangi
3. rasa nyeri. Dengan
Menganjurkan melakukan aktivitas lain,
pasien untuk pasien dapat sedikit
membaca buku, melipakan perhatiannya
mendengarkan terhadap nyeri yang
musik, nonton dialami.
TV
(mengalihkan
perhatian).
5. Memberikan
kesempatan 5. Mengurangi
pada pasien/ kecemasan dan
keluarga untuk memotivasi pasien untuk
menanyakan kooperatif salama masa
hal-hal yang perawatan/penyembuhan.
ingin diketahui
sehubungan
dengan penyakit
yang dialami
pasien.