Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI DENGAN


DIAGNOSA MEDIS DHF (DENGUE HEMORAGIC FIVER) DI RUANG CEMPAKA
RUMAH SAKIT TK II 03.05.01 DUSTIRA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Koordinator MK: Hikmat Rudyana, S.Kp., M.Kep.


Dosen Pembimbing: Hikmat Rudyana, S.Kp., M.Kep.

Ditulis oleh

Cynthia Putri Irawan


NPM. 2350321003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI: DHF
1. DEFINISI
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo
virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty (betina) (Resti, 2014).

2. ETIOLOGI
Virus dongue serotype 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vector nyamuk
aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah
satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain (Smeltzer
& Suzanne, 2001).

3. KLASIFIKASI
a. Derajat 1 (ringan)
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji perdarahan yaitu
uji turniket.
b. Derajat 2 (sedang)
Seperti derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan pada kulit dan atau
perdarahan lainnya.
c. Derajat 3
Ditemukannya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun.
d. Derajat 4
Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tak teraba dan
tekanan darah tidak dapat diukur (Wijaya, 2013).
4. PATOFISIOLOGI

5. MANIFESTASI KLINIS
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa klinis dan
laboratories. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnose
klinis dan laboratories:
a. Diagnose klinis
• Demam tinggi 2 sampai 7 hari (38-40̊ C)
• Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie
(bintik merah pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit),
ekimosis, perdarahan konjungtiva (perdarahan pada mata), epitaksis
(perdarahan hidung), perdarahan gusi, hematemesis (muntah
darah), melena (BAB darah) dan hematusi (adanya darah dalam
urin).
• Perdarahan pada hidung
• Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada
kulit akibat pecahnya pembuluh darah
• Pembesaran hati (hepatomegali)
• Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang,
tekanan sistolik sampai 80mmHg atau lebih rendah
• Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia
(hilangnya nafsu makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare
dan sakit kepala.
b. Diagnose laboratories
• Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan
trombosit hingga 100.000/mmHg
• Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau
lebih (Resti, 2014).

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan
berbagai pemeriksaan penunjang, diantaranya adalah pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiologi (Andra dan Yessi, 2013):
a. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai
1. IgG dengue positif (dengue blood)
2. Trombositopenia
3. Hemoglobin meningkat >20%
4. Hemokonsentrasi (epatomega meningkat)
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema,
hiponatremia, epatomegal.
6. SGOT dan SGPT mungkin meningkat
7. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
8. Waktu perdarahan memanjang
9. Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois epatomeg
PCO2 <35- 40 mmHg, HCO3 rendah.
10. Pemeriksaan laboratorium urine: pada pemeriksaan urine dijumpai
albumin ringan.
11. Pemeriksaan serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang biasa dilakukan pada klien
yang diduga terkena DHF adalah: uji hemaglutinasi inhibisi (HI
test), uji komplemen fiksasi (CF test), uji neutralisasi (N test), IgM
Elisa (Mac. Elisa), IgG Elisa Melakukan pengukuran epatome
pasien dengan cara HI test (Hemoglobin Inhibiton test) atau dengan
uji pengikatan komplemen (komplemen fixation test) pada
pemeriksaan serologi dibutuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu
pada masa akut dan pada masa penyembuhan. Untuk pemeriksaan
serologi diambil darah vena 2-5 ml.
b. Pemeriksaan radiology
Foto thorax: pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura.
Pemeriksaan USG: pada USG didapatkan hematomegali dan
epatomegaly.

7. PENATALAKSANAAN
1) Tirah baring
2) Pemberian makanan lunak.
3) Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya RL, NaCl) ringer lactate
merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan, mengandung
Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109
mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
4) Pemberian obat antipiretik (paracetamol),
5) Anti konvulsi jika terjadi kejang
6) Monitor tanda-tanda vital (T,S,N,RR).
7) Monitor adanya tanda-tanda renjatan
8) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9) Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari
8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a) Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indikator terjadinya
DHF
b) Riwayat kesehatan
• Keluhan utama
Panas
• Riwayat kesehatan sekarang
Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual,
sakit kepala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri pada efigastrik,
penurunan nafsu makan.
• Riwayat kesehatan dahulu
Pernah menderita yang sama atau tidak
• Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang
sama dan adanya penyakit herediter (keturunan).
c) Aktivitas
• Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, malaise, gangguan pola tidur
• Sirkulasi
Tanda: perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat. Tekanan
darah normal/sedikit di bawah jangkauan normal. Denyut perifer kuat,
cepat (perifer hiperdinamik); lemah/lembut/mudah hilang, nadi lemah.
Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki, diaphoresis.
• Integritas ego
Tanda: gelisah
• Eliminasi
Gejala: diare/konstipasi
• Makanan/cairan
Gejala: anoreksia, haus, mual, muntah, perubahan berat badan akhir-
akhir (meningkat/turun).
Tanda: penurunan berat badan, penurunan massa otot (malnutrisi)
Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk Membran mukosa pucat,
luka, inflamasi rongga mulut
• Nyeri/kenyamanan
Gejala: Sakit kepala, nyeri tekan epigastrik, nyeri pada anggota
badan, punggung, sendi
• Perdarahan
Tanda: perdarahan di bawah kulit (petekie), perdarahan gusi,
epistaksis sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah
akibat perdarahan lambung, melena, hematuria
d) Pemeriksaan fisik
• System cardivaskular
 Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni.
 Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat
(tachycardia), penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis
sekitar mulut, hidung dan jari-jari.
 Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur.
• System neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian, nyeri kepala
seperti berputar. Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan
kesadaran. Ekspresi pasien terlihat meringis atau menyentuh/memijat
bagian yang nyeri.
• System perkemihan
Produksi urine dapat menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah
• System pencernaan
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, nyeri tekan pada
epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran pada hati (hepatomegaly)
disertai dengan nyeri tekan, penurunan nafsu makan, mual, muntah,
dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).
• System integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh (demam), kulit kering, ruam
makulopapular, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet,
terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit (ptechie),
pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
e) Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai
1. IgG dengue positif
2. Trombositopenia
3. Hemoglobin meningkat
4. Hemokonsentrasi (epatomega meningkat)
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
Hipoproteinemia, hiponatremia, dan epatomegal
Pada hari kedua dan ketiga terjadi hepatomegali, aneosinophilia,
peningkatan limposit, monosit
1. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
2. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
3. Waktu pendarahan memanjang
Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini dijumpai hasil Anti dengue IgG reaktif dan anti
dengue IgM reaktif.
Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak
mungkin di jumpai pleural effusion, pemeriksaan USG epatomegaly
dan splenomegaly.

B. ANALISA DATA
Diagnosa
No Data Etiologi
keperawatan
1 DS: Virus dengue Hipertermia
Klien ↓ (D.0130)
mengeluhkan
demam Reaksi antigen antibody
Klien mengatakan ↓
badannya lemas Viremia

DO: Mengeluarkan zat
Suhu 38 derajat mediator
Celcius ↓
Nadi meningkat Merangsang hipotalamus
Akral hangat anterior
Diaphoresis ↓
Suhu tubuh meningkat

Hipertermia
2 DS: Virus dengue Resiko
Klien mengatakan ↓ perdarahan
kencingnya Reaksi antigen antibody (D.0012)
berwarna merah ↓
Klien mengatakan Viremia
gusi berdarah ↓
Menyerang trombosit
DO: ↓
Membrane Penghancuran sel
mukosa kering trombosit dan penurunan
Terdapat produksi trombosit di
hematuria sumsum tulang
Uji turniket positif ↓
Hemoglobin Trombositopenia
menurun ↓
Hematocrit Peningkatan permeabilitas
meningkat dinding pembuluh darah
TD menurun ↓
Nadi meningkat Kebocoran plasma

Ditemukan ptechie,
mimisan, hematuria atau
tanda dan gejala
perdarahan lain

Resiko perdarahan
3 DS: Virus dengue Nyeri akut
Klien ↓ (D.0077)
mengeluhkan Reaksi antigen antibody
nyeri kepala ↓
Klien mengatakan Viremia
nyeri kepala ↓
seperti pusing Mengeluarkan zat
berputar mediator
Klien ↓
mengeluhkan Merangsang saraf simpatis
nyeri persendian ↓
Diteruskan ke ujung saraf
DO: bebas
TD ↓
Ekspresi klien Nyeri otot, nyeri kepala,
meringis nyeri tekan epigastrik
Klien terlihat ↓
memijat bagian Nyeri akut
pelipisnya
Nyeri tekan di
epigastrik

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan
suhu tubuh diatas normal (D.0130).
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia ditandai
dengan nilai trombosit dibawah 150.000/ µL (D.0012).
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (infeksi)
(D.0077).

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Rencana intervensi keperawatan
o keperawatan Tujuan Intervensi
1 Hipertermia b.d (I.15506)
(L.14134)
proses penyakit SIKI: Manajemen hipertermia
Setelah dilakukan
d.d suhu tubuh Observasi
intervensi
diatas normal 1. Identifikasi pneyebab
keperawatan
(D.0130) hipertermia
selama 3x24 jam,
2. Monitor suhu tubuh
suhu tubuh turun
3. Monitor kadar
SLKI: Termoregulasi
elektrolit
Kriteria Hasil:
Terapeutik
Suhu tubuh
1. Sediakan lingkungan
membaik
dingin
suhu kulit membaik
2. Berikan cairan oral
tekanan darah
3. Ganti linen setiap hari
membaik
Edukasi
nadi membaik
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberrian
cairan dan elektrolit
intravena
2 Resiko (L. 02017) (I.02067)
perdarahan b.d Setelah dialkukan SIKI: pencegahan
trombositopenia intervensi perdarahan
d.d nilai keperawatan Observasi
trombosit selama 3x24 jam, Monitor tanda dan gejala
dibawah perdarahan perdarahan
150.000/ µL menurun Monitor nilai hematocrit dan
(D.0012) SLKI: Tingkat hemoglobin
perdarahan Monitor TTV
Kriteria hasil: Monitor nilai trombosit
Membrane mukosa Terapeutik
lembab Pertahankan bed rest
Hematuria menurun Edukasi
Hemoglobin Jelaksan tanda dan gejala
membaik perdarahan
Hematocrit Jelaskan bahan alam yang
membaik dapat membantu
Tekanan darah meningkatkan produksi
membaik platelet (mis. Sari kurma)
Frekuensi nadi (Yunita dan Prasetyo, 2015)
membaik Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan

3 Nyeri akut b.d (L.08068) (I.08238)


agen pencedera Setelah intervensi SIKI: manajemen nyeri
fisiologis (infeksi) keperawatan Obervasi
(D.0077) selama 3x24 jam, Identifikasi karakteristik
nyeri berkurang nyeri
SLKI: tingkat nyeri Identifikasi faktor pemberat
Kriteria hasil: dan yang memperingan
Keluhan nyeri nyeri
menurun Terapeutik
Gelisah menurun Berikan teknik
Kesulitan tidur nonfarmakologi
menurun (akupresure)
Pola tidur membaik Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara Kendari.
Wijaya A. dan Yessi Mariza P. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika.
Yogyakarta.
Ariani, A.P. (2016). Demam Berdarah Dengue (DBD). Yogyakarta: Nuha Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta:DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta:DPP PPNI.
Hak, Zainul. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Tn”M” Dengan Diagnosa Medis
Dengue Hemoragic Fever Di Wilayah Kerja Puskesmas Ampenan. Diakses
tanggal 17 Maret,2018,http://KTIDHF%20%20KTI%20DHF.htm.
Resti. (2014, September). Asuhan Keperawatan DHF. Retrieved Oktober 22, 2023.
Smeltzer, Suzzane C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Jakarta: EGC
Yunita, H. N dan Prasetyo, J. D. (2015). Efektifitas Pemberian Jus Buah Kurma
(Phoenix Dactylifera) Terhadap Peningkatan Kadar Thrombosit Darah Pada
Penderita Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). Vol. 4 No. 1. 54-63. Healthy
Journal.

Anda mungkin juga menyukai