Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah
trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada DHF merupakan indikator
terjadinya perembesan plasma.
1) Pada demam de emam dengue terdapat Leuk at Leukopenia pada ia pada hari ke hari kedua atau
hari ketiga.
3) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah
mungkin meningkat
b. Uji Serologi Serologi = Uji HI (Hemaglutination (Hemaglutination Inhibition Inhibition Test) Uji
serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi. Untuk
menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi reaksi antigen-antibody. Ada
tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal yang
dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung
berlangsung sangat cepat, visualisasi visualisasi biasanya biasanya dilakukan dilakukan dengan
memberi label antibody atau antigen dengan flouresens, radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder
merupakan lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi primer dengan manifestasi yang dapat
dilihat se yang dapat dilihat secara in vitro s cara in vitro seperti prestipitasi, prestipitasi, flokulasi,
flokulasi, dan aglutinasi. aglutinasi. Reaksi tersier tersier merupakan merupakan lanjutan reaksi
sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik..
c. Uji hambatan
Hemaglutinasi Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan pada
kemampuan antibody-dengue yang dapat mengham dapat menghambat reaksi hemaglut reaksi
hemaglutinasi darah inasi darah angsa oleh angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi
hemaglutinasi inhibitor (HI).
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Menggunakan metode
plague reduction neutralization test. (PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan
batas yang jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.
e. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition (HI). Dan bahkan lebih
sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di
dalam serum penderita.
f. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF gr da DHF grade III/ IV dan e III/ IV dan sebagian
besar grade II) di dapatkan efusi pleura.
8. Penatalaksanaan
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai akibat dari kerusakan
dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga mengakibatkan kebocoran
plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat penurun panas (Rampengan 2017). Penatalaksanaan
DHF yaitu :
a. Penatalaksanaan Dem aan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok a Syok Penatalaksanaan
disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase, dan untuk diagnosis DHF pada derajat I dan II
menunjukkan bahwa pasie bahwa pasien mengalami n mengalami DHF tanpa DHF tanpa syok se
syok sedangkan pada dangkan pada derajat derajat III dan der III dan derajat IV maka ajat IV maka
mengalami DHF di alami DHF disertai den sertai dengan syo gan syok. Tatalaksana untuk pasien yang
dirawat di rumah sakit meliputi:
1) Berikan banyak minum larutan oralit atau j t atau jus buah, air sirup, susu untuk mengganti cairan
yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan diare.
2) Berikan parase n parasetamol bila demam ol bila demam, jangan beri gan berikan aset kan
asetosal atau ibuprofen karena dapat merangsang terjadinya perdarahan.
b) Pantau tanda vital dan diuresis diuresis setiap jam, serta periksa periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hem nan hematokrit dan kli dan klinis memb nis membaik, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan
waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai dengan tatalaksana syok
terkompensasi.
1) Perlakukan se ukan sebagai gawat dalurat berikan oksigen 2-4 L/menit secara nasal.
2) Berikan 20 ml/k 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer lakta gerlaktat/asetan secepatnya.
3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya
(maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pertimbangkan pemberian pemberian koloid 10-20 ml/kg
BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan emoglobin menurun pertimbangkan
terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah atau komponen.
5) Jika terdapat perbai at perbaikan kli kan klinis (pen nis (pengisian kapi ian kapiler dan perf ler dan
perfusi perifer perifer mulai membaik, membaik, tekanan tekanan nadi melebar), melebar), jumlah
cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB dalam 2-4 jam dan secara bertahap bertahap diturunkan
diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi kondisi klinis laboratorium.
6) Dalam b Dalam banyak kasus, caira , cairan intra n intravena da vena dapat dih pat dihentikan setel
an setelah 36- 48 jam. Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian pemberian cairan
yang terlalu terlalu banyak dari pada pemberian pemberian yang terlalu sedikit.
9. Prognosis Secara umum demam dengue dan demam berdarah dengue memiliki prognosis baik bila
ditangani dengan b prognosis baik bila ditangani dengan baik. Permasa aik. Permasalahan terjadi
ketika lahan terjadi ketika kesalahan dalam mengontrol terjadinya syok yang dapat segera
menyebabkan kematian.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang penting di
lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit kali masuk rumah sakit maupun selama n
selama pasien dirawat di rumah pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini et al. 2017).
a. Identitas
pas tas pasien Nam ien Nama, umur (pada DH r (pada DHF palin F paling serin g sering menyerang
anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan
b. Keluhan
Keluhan utama Alasan atau keluhan keluhan yang menonjol menonjol pada pasien DHF untuk
datang kerumah sakit adalah panas tinggi dan lemah.
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran
composmetis. Turunnya panas terjadi terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan semakin semakin lemah.
Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa
pegal, pegal, serta adanya manifestas adanya manifestasi perdarahan pada perdarahan pada kulit,
gusi kulit, gusi (grade III. IV), melena atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita Penyakit apa saja yang pernah diderita.
e. Riwayat Imunisasi
f. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di Sering terjadi di daerah yang padat daerah yang padat penduduknya dan lingkun dan
lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar)
g. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang dan menurun.
2) Eliminasi (buan asi (buang air besar): diare atau konst re atau konstipasi. Seme si. Sementara DHF
pada grade IV sering terjadi hematuria.
3) Tidur dan istirahat: sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan
persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
4) Kebersihan: : upaya keluarga untuk menjaga keb aga kebersihan diri danlingkungan cenderung
kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk Aedes aegypty.
5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang saki ng sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
h. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan adalah sebagai berikut :
1) Grade I Grade I yaitu k yaitu kesadara esadaran composmentis, kea tis, keadaan umum lemah,
2) Grade II yaitu kesa de II yaitu kesadaran comp an composmetis, keadaa , keadaan umum umum
lemah, ada perdarahan spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan
tidak teratur.
3) Grade III yait III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan
tidak teratur, serta takanan darah menurun.
4) Grade IV yait de IV yaitu kesad u kesadaran co aran coma, tan ma, tanda-tanda vita da vital : nadi
tidak teraba, tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru
i. Sistem Integumen
1) Adanya ptech a ptechiae pada k iae pada kulit, t ulit, turgor kulit m kulit menurun, dan muncul
3) Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata anemis,
hidung kadang mengalami perdarahan atau epitaksis pada grade II,III,IV. Pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara
Sementara tenggorokan tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan ditelinga
4) Dada : bentuk sim tuk simetris dan kadan s dan kadang-kadang tera ng terasa sesak sa sesak. Pada
poto thorak terdapat terdapat cairan yang tertimbun tertimbun pada paru sebelah sebelah kanan
(efusi pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau hepatomegaly dan asites
6) Ekstremitas : emitas : dingin serta t n serta terjadi n erjadi nyeri otot sen tot sendi dan tulang.
5) Hasil p Hasil pemeriksaan kim saan kimia darah ia darah menunjukkan hipoproteinemia,
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada kasus DHF yaitu (Erdin 2018) (SDKI DPP PPNI 2017) :
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fi dera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri
d. Defisit n Defisit nutrisi b utrisi berhubungan dengan faktor psiko psikologis untuk makan)
j. Risiko syok ditandai dengan kek Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume caira urangan
volume cairan Berikut adalah uraian dari diagnosa yang timbul bagi pasien dengue hemorrhagic fever
menurut (Erdin 2018). Dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKIDPP
PPNI 2017).
1) Pengertian
2) Penyebab
a) Penurunan energi
c) Kecemasan
a) Subjektif Dispnea
b) Objektif Objektif
a) Subjektif Ortopnea
b) Objektif Objektif
- Pernapasan pursed-lip
b. Hipertermia Hipertermia
1) Pengertian Suhu tubu n Suhu tubuh menin h meningkat di atas rent di atas rentang nor ang
normal tubuh.
2) Penyebab
b) Objektif Objektif
Kriteria Minor
b) Objektif Objektif
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
c. Nyeri akut
1) Pengertian
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab
a) Subjektif
Mengeluh nyeri
b) Objektif Objektif
- Tampak meringis
menghindari nyeri)
- Gelisah
- Sulit tidur
Kriteria Minor
b) Objektif Objektif
- Menarik diri
- Diaforesis
d. Defisit nutrisi
kebutuhan metabolisme.
2) Penyebab
makan)
Kriteria Mayor
b) Objektif Objektif
rentang ideal
Kriteria Minor
a) Subjektif
- Kram/nyeri abdomen
b) Objektif Objektif
- Sariawan
- Diare
e. Hipovolemia
1) Pengertian
dan/atau intraseluler.
2) Penyebab
a) Kehilangan cairan aktif
Kriteria Mayor
b) Objektif Objektif
- Hematokrit meningkat
Kriteria Minor
a) Subjektif
- Merasa lemah
- Mengeluh haus
b) Objektif Objektif
f. Intoleransi aktivitas
1) Pengertian
2) Penyebab
b) Kelemahan Kelemahan
Kriteria Mayor
a) Subjektif
- Mengeluh lelah
b) Objektif Objektif
Kriteria Minor
a) Subjektif
- Merasa lemah
b) Objektif Objektif
- Sianosis
g. Defisit pengetahuan
1) Pengertian
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
2) Penyebab
Kriteria Mayor
a) Subjektif
b) Objektif Objektif
Kriteria Minor
b) Objektif Objektif
h. Ansietas
1) Pengertian
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
2) Penyebab
a) Krisis situasional
Kriteria Mayor
a) Subjektif
- Merasa bingung
- Sulit berkonsentrasi
b) Objektif Objektif
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Sulit tidur
Kriteria Minor
a) Subjektif
- Mengeluh pusing
- Anoreksia
- Palpitasi
b) Objektif Objektif
- Diaforesis
- Tremor
- Suara bergetar
- Sering berkemih
i. Risiko perdarahan
1) Pengertian
Berisiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi di dalam tubuh) maupun eksternal (terjadi
hingga keluar tubuh).
2) Faktor Risiko
perdarahan
c) Proses keganasan
j. Risiko syok Risiko syok
1) Pengertian
Berisiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan jaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan mengakibatkan fungsi seluler seluler yang mengancam jiwa.
2) Faktor Risiko
a) Hipoksemia
b) Hipoksia Hipoksia
c) Hipotensi
e) Sindrom respons inflamasi sistemik (systemic inflamatory response syndrome atau SIRS)
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah awatan adalah segala treatment yang segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).
Kriteria Hasil :
2) Dispneu menurun
Intervensi :
Observasi
a) Monitor pola na r pola napas (fr pas (frekuensi, usah i, usaha napas)
b) Monitor Monitor bunyi napas tambahan tambahan (mis, gurgling, gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi basah)
h) Kolaborasi pe orasi pemberian bronk n bronkodilator, eksp or, ekspektoran, muk an, mukolitik,
jika perlu
b. Hipertermia berhubungan dengan proses peny Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Kriteria Hasil :
1) Menggigil menurun
Intervensi :
Observasi
a) Identifikasi penye asi penyebab hipe bab hipertermia (mis. Dehid s. Dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan incubator)
j) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Kriteria Hasil :
2) Meringis menurun
3) Gelisah menurun
Intervensi :
Observasi
d) Identifikasi factor y i factor yang memperberat dan m erat dan memperingan nyeri Terapeutik
e) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa ny rasa nyeri (mis, terapi musik, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
f) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
j) Ajarkan teknik nonfarmakologis untu Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi ras k
mengurangi rasa nyeri a nyeri Kolaborasi
d. Defisit nutrisi
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Observasi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Terapeutik
g) Berikan makanan ti anan tinggi serat un erat untuk mencegah konstipasi stipasi
j) Anjurkan posisi duduk, jik Anjurkan posisi duduk, jika mampu a mampu
l) Kolaborasi pe rasi pemberian medikasi sebelum makan (mis, Pereda nyeri, antimietik), jika perlu
m) Kolaborasi deng orasi dengan ahli gizi untuk me an ahli gizi untuk menentukan jumlah kal kan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
Kriteria Hasil :
4) Kadar Hb membaik
Intervensi :
Observasi
a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis, frekuensi nadi meningkat, nadi terasa lemah, tekanan
darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume
urin menurun, hematokrit meningkat,haus lemah)
b) Monitor intake dan output cairan Monitor intake dan output cairan Terapeutik
c) Berikan asupan cairan oral Edukasi
Kriteria Hasil :
2) Kemudahan dalam me alam melakukan akti an aktivitas se vitas sehari-ha hari-hari meningkat
Intervensi :
Observasi
b) Monitor pola dan jam tidur Monitor pola dan jam tidur Terapeutik
c) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis, cahaya, suara, kunjungan)
Edukasi
Kolaborasi
asupan makanan
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Observasi
Edukasi
b) Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
d) Ajarkan strategi yang dapat digun at digunakan untuk menin uk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Kriteria Hasil :
1) Verbalisasi kh isasi khawatir a awatir akibat k kibat kondisi yang dihadapi men api menurun
3) Konsentrasi membaik
Intervensi :
Observasi
kepercayaan
Edukasi
e) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Kolaborasi
Kriteria Hasil :
2) Hemoglobin membaik
3) Hematokrit membaik
Intervensi :
Observasi
b) Monitor Monitor nilai hamatokrit hamatokrit atau hemoglobin hemoglobin sebelum sebelum dan
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
j) Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
j. Risiko syok ditandai dengan keku Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume caira rangan
volume cairan
Tujuan : Tidak terjadi Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik. syok hipovolemik.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Observasi
a) Monitor status kard tus kardiopulmonal (frekuensi dan keku nsi dan kekuatan nadi,
b) Monitor Monitor status cairan (masukan (masukan dan haluaran, haluaran, turgor kulit,
CRT) c)
Terapeutik
Edukasi
f) Anjurkan melapor jika me r jika menemukan atau me n atau merasakan tanda dan gejala awal syok
Kolaborasi
j) Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perl Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
4. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan
yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan
dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali
2016). Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan
yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.