Anda di halaman 1dari 81

Ilmu Penyakit Dalam

1. Jawaban : B. Segera memberikan OAT, lalu memulai ARV segera setelah toleransi, dan
Kotrimoksasol
Pasien tersebut mengalami koinfeksi TB dengan HIV. Pada pasien TB dengan HIV positif
diberikan OAT dan ARV. Pengobatan TB didahulukan untuk mengurangi angka kesakitan
dan kematian. Pengobatan ARV dimulai segera dalam waktu 2-8 minggu pertama setelah
dimulainya pengobatan TB dan dapat ditoleransi baik.
Pasien ini mengalami gejala klinis berupa demam > 1 bulan dan TB paru, berdasarkan
stadium klinisnya, pasien ini termasuk stadium 3. Pemberian kotrimoksasol diberikan
kepada pasien dengan stadium klinis 2, 3,4 atau jumlah CD4 < 200 sel/mm 3 untuk
mencegah infeksi oportunistik.
2. Jawaban: B. Kadar iodium urin.
Pasien pada kasus ini mengalami gangguan akibat kekuragan yodium (GAKY) atau iodine
deficiency disorder (IDD). GAKY memiliki ciri khas adanya gangguan yang sama yang timbul
pada suatu populasi, terlebih pada kasus ini pasien tinggal di daerah pegunungan yang sumber
yodium sedikit. Pemeriksaan Urinary Iodine (UI) dalam urin sangat penting dilakukan mengingat
90% yodium diekskresikan melalui urin sehingga UI dapat menggambarkan asupan yodium
seseorang.
3. Jawaban: C. Pioglitazon.
Pioglitazone merupakan obat anti-diabetik yang tergolong tiazolidinedion. Obat ini tidak boleh
diberikan pada pasien diabetes mellitus dengan chronic heart failure atau gangguan jantung dan
gangguan fungsi hati.
4. Jawaban: B. Tes ANA.
Tes ANA merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui suatu penyakit autoimun.
Pasien pada kasus ini diarahkan untuk pemeriksaan tes ANA karena gejala penyakit yang mengarah
systemic lupus erythematosus (SLE). Gejala konstitusional SLE berupa kelelahan, penurunan berat
badan dan demam. Manifestasi klinik dari SLE sangat beragam yaitu manifestasi muskuloskeletal,
kulit, paru, kardiologis, renal, gastrointestinal, neuropsikiatrik dan hemik limfatik.
Pasien pada kasus ini ditemukan gejla konstitusional lemas sejak 4 bulan. Manifestasi
muskuloskeltal juga ditemukan pada pasien berupa nyeri sendi yang berpindah-pindah. Manifestasi
kulit berupa sariawan hilang timbul tidak nyeri yang merupakan suatu depigmentasi pada bibir.
Anemia juga sering ditemukan pada pasien SLE, dimana pada pasien ini dari pemeriksaan ditemukan
konjungtiva pucat dan Hb 8mg/dl.
5. Jawaban: B. Leukemia limfoblastik kronik.
Leukemia limfoblastik kronik menunjukkan gejala hiperkatabolik seperti demam, penurunan berat
badan, lemah dan berkeringat malam. Gejalanya sering muncul perlahan-lahan. Gejala yang paling
menonjol adalah pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati) yang simetris dan volume cukup
besar. Kelenjar bersifat discrete dan tidak nyeri. Sering dijumpai anemia, splenomegali pada 50%
kasus dan hepatomegali lebih jarang. Sering disertai herpes zoster dan pruritus.
Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan limfositosis dan sebagian besar terdiri atas limfosit kecil,
anemia normokromik normositer, trombositopenia serta sering disertai basket cell atau smudged cell.
Pada pemeriksaan sumsum tulang terdapat infiltrasi small well differentiated lymphocyte difus
dengan dominan limfosit.
6. Jawaban: A. Von Willebrand Disease.
Hemostasis dapat dibedakan menjadi:
a. Hemostasis primer: dari perdarahan sampai terbentuk thrombocyte primary plug. Defek
pada proses ini menyebabkan penyakin Von Willebrand dengan perdarahan lama (prolonged
bleeding time).
b. Hemostasis sekunder: dari thrombocyte primary plug hingga terbentuk cross-linking fibrin.
Defek pada proses ini menyebabkan penyakit hemofilia dengan perdaraha tertunda (delayed
bleeding).

7. Jawaban: D. Pemberian cairan kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya.


Pasien pada kasus menglami dengue shock syndrome (DSS). Adapun kriteria klinis dari dengue
hemorrhagic fever yaitu:
a. Klinis:
Gejala klinis berikut harus ada yaitu:
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama
2-7 hari. Bisa disertai dengan gejala nyeri kepala, nyeri retroorbita, nyeri otot dan
tulang.
Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan uji bendung positif, tanda
perdarahan pada kulit seperti petekie, ekimosis dan purpura, perdarahan mukosa,
epistaksis ataupun perdarahan gusi, serta hematemesis dan/atau melena.
Pembesaran organ seperti hepatomegali karena kebocoran plasma.
Apabila sudah terjadi syok akan muncul tanda syok yaitunadi cepat dan lemah sampai tidak
teraba, penyempitan tekanan nadi (20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan
tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak
gelisah.
b. Laboratorium:
Trombositopenia.
Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler dengan manifestasi
sebagai berikut:
Peningkatan hematokrit ≥20% nilai standar.
Penurunan hematokrit ≥20% setelah mendapat terapi cairan.
Disertai dengan gejala klinis berupa efusi pleura/perikardial, hipoproteinemia.
Dua dari kritria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya peningkatan
hematokrit) cukup menegakkan diagnosis kerja DHF.
Adapun tatalaksana DHF yaitu:
8. Jawaban: C. Penicilin G injeksi.
Pasien pada kasus ini mengalami leptospirosis. Leptospirosis ditularkan melalui paparan air seni
binatang, terutama rodentia (tikus). Leptospirosis mempunyai 2 fase penyakit yang khas yaitu:
a. Fase leptospiraemia
Pada fase ini ditemuka leptospira dalam darah. Gejala awal berupa sakit kepala biasanya di
frontal, rasa sakit pada otot yang hebat terutama paha, betis dan pinggang disertai nyeri
tekan. Mialgia dapat diikuti hiperestesia kulit, demam tinggi disertai menggigil, mual
muntah disertai mencret, bahkan dapat terjadi penurunan kesadaran. Pada hari ke 3-4 dapat
dijumpai konjungtifa suffusion dan fotofobia. Berdasarkan pemeriksaan ditemukan ikterus
dan bradikardia relatif. Pada kulit dijumpai rash berbentu makular, makulopapular atau
urtikaria. Dapat disertai hepatomegali, splenomegali serta limfadenopati. Fase ini
berlangsung 4-7 hari.
b. Fase imun memiliki gejala yang sama dengan fase leptospiraemia. Fase ini muncul setelah
sebelumnya pasien bebas demam selama 1-3 hari.
Selain gambaran klinis di atas tedapat juga gambaran klinis yang jarang dijumpai salah satunya
adalah gagal ginjal. Pada kasus, pasien sudah tidak BAK selama 12 jam, dimana pasien sudah
mengalami gangguan pada ginjal yang akut.
Penanganan leptospirosis ringan dengan doksisiklin PO dan leptospirosis berat dengan penicilin G
injeksi.
9. Jawaban: B. Fasciola hepatica.
Host definitif dari Fasciola hepatica adalah mamalia oemakan tumbuh-tumbuhan seperti domba dan
sapi. Secara klinis terdapat 2 fase ifeksi dari Fasciola hepatica yaitu fase akut dan kronik. Pada fase
akut larva bermigrasi pada parenkim hati. Gejalanya dapat berupa demam, nyeri pada perut kanan
atas (hipokondrium kanan0, malaise, mual, muntah, nyeri otot, urtikaria, eosinofilia pada
pemeriksaan lab dan hepatosplenomegali. Fase kronik ketika cacing berada di saluran empedu dapat
mengakibatkan kolangitis, fibrosis, perdarahan saluran empedu dan obstruksi saluran empedu
dengan gejala ikterus, mual, pruritus dan sakit perut.
10.Jawaban: D. Dispepsia fungsional.
Dispepsia didefinisikan sebagai adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah makan, cepat
kenyang, nyeri ulu hati/epigastrik, rasa terbakar di epigastrium dengan tidak ditemukannya bukti
kelainan struktural (termasuk pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas) yang dapat
menerangkan penyebabnya keluhan serta keluhan telah terjadi selama 3-6 bulan terakhir. Banyaknya
keluhan fisik dari dispepsia membuat diklasifikasikannya keluhan menjadi beberapa subgrup
berdasarkan keluhan yang menonjol yaitu:
Bila nyeri hati dominan dan disertai nyeri pada malam hari dikategorikan sebagai dispepsia
tipe seperti ulkus.
Bila kembung, mual, cepat kenyang merupakan keluhan paling sering dikategorikan sebagai
dispepsia tipe seperti dismotilitas.
Bila tidak ada keluhan yang dominan dikategorikan sebagai dispepsia non-spesifik.
11.Jawaban: C. IgM anti dengue

Pemeriksaan NS1 pada pasien dengan infeksi dengue sudah terdeteksi positif sejak hari pertama dan
mulai turun hingga antigen virus dengue tidak bisa terdeteksi lagi setelah hari ketiga. Saat infeksi
dengue terjadi pada orang yang sebelumnya belum pernah terinfeksi flavivirus atau belum pernah
diimunisasi dengan vaksin flavivirus (misalnya untuk yellow fever, Japanese Encephalitis,,), pasien
mengembangkan respons antibodi primer. Antibodi IgM adalah yang pertama muncul pada infeksi
primer dan sudah dapat terdeteksi pada hari ke 3-5.
12.Jawaban: C. USG Hepar.
Abses hati amoebik merupakan suatu lesi inflamasi yang menempati suatu ruang di hati yang
disebabkan oleh Entamoeba hystolitica. Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri abdomen
yang terlokalisir di kuadran kanan atas dan epigastrium (akibat abses pada lobus kiri). Selain itu
terdapat demam yang umumnya bersifat remiten, anoreksia, ikterik dapat ditemukan pada sepertiga
kasus, hepatomegali dan bisa didahului dengan diare disertai darah sebelumnya.
Pemeriksaan penunjang untuk abses hepar adalah USG abdomen khususnya hepar yang sekaligus
sebagai baku emas.
13.Jawaban: C. Ludwig sign.
Ludwig sign merupakan pemeriksaan fisik yang menguatkan diagnosis abses hepar. Ludwig sign
yaitu menekan sela iga ke-6 segaris linea axilaris anterior dan pada abses hepar akan menimbulkan
nyeri tekan.
14.Jawaban: A. Akromegali.
Akromegali merupakan gangguan hormonal yang terjadi akibat kelenjar pituitari menghasilkan
hormon pertumbuhan terlalu banyak ketika masa dewasa. Sedangkan pada anak-anak yang masih
dalam tahap pertumbuhan, kelebihan hormon pertumbuhan disebut dengan gigantisme.
Gejala yang khaas dari akromegali adalah tangan dan kaki yang terus membesar. Gejala lainnya
yaitu perubahan fitur wajah menjadi keras dan membesar, wajah menebal dan berminyak, keringat
berlebih ddan bau badan, skin tag, kelelahan dan lemas otot, suara yang dalam dan serak karena pita
suara dan sinus yang membesar, mengorok berat karena obstruksi saluran napas atas, gangguan
penglihatan, sakit kepala, lidah membesar, nyeri dan terbatasnya pergerakan sendi, menstruasi tidak
teratur pada perempuan, disfungsi ereksi pada laki-laki, peningkatan ukuran dada (barrel chest) dan
pembesaran hati, jantung, ginjal, limpa ataupun organ lainnya.
15.Jawaban: D. Peritonitis generalisata.
Penggunaan obat anti nyeri pada tulangtermasuk ke dalam golongan NSAID. Penggunaan NSAID
secara terus menerus menjadi salah satu penyebab timbulya tukak gaster, dimana dapat
menimbulkan defek lapisan mukus dan terjadi difusi balik ion H +. Komplikasi dari tukak gaster salah
satunya adalah perforasi. Insiden perforasi meningkat pada usia lanjut karena proses aterosklerosis
dan penggunaan NSAID yang meningkat. Perforasi ini dapat menyebabkan peritonitis generalisata.
Gejala klinis peritonitis adalah nyeri yang tiba-tiba dan tajam pada seluruh abdomen serta muntah.
Dari pemeriksaan radiologi abdomen ditemukan udara bebas subdiafragma dan batas cairan udara.
16.Jawaban: C. Toleransi glukosa terganggu.
Kriteria diagnosis DM yaitu:
a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada aupan kalori
minimal 8 jam, atau
b. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
dengan beban 75 gram, atau
c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200mg/dl dengan keluhan klasik, atau
d. Pemeriksaa HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode High Performance Liquid
Chromatography yang terstadarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standardization
Program (NGSP).
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM digolongkan ke dalam:
a. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): hasil pemeriksaan glukosa puasa antara 100-125
mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma-2 jam <140mg/dl.
b. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): hasil pemeriksaan glukosa plasma-2jam setelah
TTGO antara 140-199mg/dl dan glukosa plasma puasa <100mg/dl.
c. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT.
d. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil HbA1c 5,7-6,4%.
17.Jawaban: E. Ciprofloxacin.
Pada kasus pasien mengalami infeksi saluran kemih (ISK) atas yaitu pielonefreistis akut dengan
gejala berupa demam tinggi, menggigil, mual dan muntah, nyeri punggung dan diare. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan dan nyeri ketok sudut kostofrenikus (CVA). Pilihan
antibiotik pada pasien dengan pyelonefritis adalah golongan floroquinolon yaitu ciprofloxacin untuk
rawat jalan dan seftriakson untuk rawat inap.
18.Jawaban: D. Glukosa darah sewaktu.
Pasien pada kasus ini disarankan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dikarenakan
mengalami gejala klasik diabetes mellitus (DM) yaitu poliuria (sering buang air kecil), polidipsia
(banyak minum), polifagia (banyak makan) dan peurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya. Pasien juga saat ini mengalami kesemutan pada kakinya yang dapat merupakan
penyulit menahun dari DM yaitu neuropati perifer.
19.Jawaban: A. Skrofuloderma.
Skrofuloderma dan tuberkulosis kutis verukosa adalah bentuk klinis tuberkulosis kutis sekunder
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) dan Mycobacterium atypical
(M. atypical). Gambaran klinik berupa limfadenitis berkelompok maupun soliter tanpa disertai rasa
sakit. Dasar masa pada kulit mengalami perlunakan tidak serentak, konsistensinya kenyal dan
mengakibatkan perlunakan (likuefaksi), kemudian abses mengalami supurasi, pecah dan membentuk
ulkus linier dan tidak teratur, di sekitarnya berwarna merah kebiruan (livide).
Skrofuloderma juga sering disertai dengan TB paru sehingga dapat muncul gejala TB paru yaitu
batuk lama >2 minggu, mengeluarkan dahak disertai darah, sesak napas serta diikuti gejala
konstitusional seperti demam, malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan turun tanpa sebab
yang jelas.
20.Jawaban: A. Barret’s Esofagus.
Pasien pada kasus ini mengalami Gastroesofageal Reflux Disease (GERD), yaitu keadaan ketika
cairan lambung refluks ke dalam esofagus. Faktor risiko menderita GERD yaitu obesitas, kehamilan,
merokok, hernia hiatus, penyakit paru seperti asma atau PPOK, konsumsi alkohol dan memiliki
kebiasaan tidur setelah makan.
Dua gejala khas GERD adalah heartbun dan regurgitasi. Heartburn adalah rasa terbakar di ulu hati
yang naik hingga ke retrosternal. Regurgitasi menyebabkan pasien merasakan sensasi asam atau
pahit di dalam mulut. Selain itu pasien juga merasakan kembung, mual, cepat kenyang, bersendawa
dan hipersalivasi.
Komplikasi dari GERD yaitu striktur, perdarahan, dan perubahan mukosa esofagus dari epitel
skuamosa menjadi epitel kolumnar akibat rangsangan kronik asam lambung yang disebut Barret’s
Esofagus. Barret’s Esofagus merupakan suatu kondisi premaligna.
21.Jawaban: D. Defibrilasi.
Pasien pada kasus ini mengalami cardiac arresti dengan rythm shockable yaitu ventrikular fibrilasi.
Adapun algoritma cardiac arrest pada pasien dewasa adalah sebagai berikut:

22.Jawaban: B. Gagal jantung kiri.


Hipertensi menyebabkan peningkatan afterload yang mengakibatkan kompensasi berupa hipertrofi
ventrikel kiri, disfungsi diastolik dan sistolik, yang pada tahap selanjutnya menjadi gagal jantung
kiri. Manifestasi klinis awalnya pasien hanya mengeluhkan tanda-tanda peningkatan tekanan darah
seperti sakit kepala, pusing atau berdebar. Namun semakin lama akan muncul gejala kelainan pada
jantung yaitu mudah lelah, sesak napas dan orthopneu.
Pada gambar rontgen torak posisi postero-anterior terlihat pembesaran jantung (kardiomegali) ke
kiri, elongasi aorta pada hipertensi yang kronis dan tanda-tanda bendungan pembuluh paru i.
23.Jawaban: C. AV blok derajat 2 tipe 2.
Blokade AV terdapat 3 variasi, yaitu:
a. AV blok derajat 1 ditandai dengan hambatan konduksi yang memanjang di nodus AV atau
berkas his. Gambaran EKG yaitu pemnjangan interval PR (>0,2 detik) yang konstan,
gelombang P tidak hilang.

b. AV blok derajat 2;
Tipe 1: Blokade Wenckebach/Mobitz I, blokade di dalam nodus AV. Gambaran
EKG adalah pemanjangan interval PR yang progresif pada setiap denyut,
dilanjutkan gelombang P yang mendadak tidak diikuti kompleks QRS (dropped
beat).

Tipe 2: Blokade Mobitz Tipe II, blokade di bawah nodus AV di berkas his.
Gambaran EKG memperlihatkan dua atau lebih denyut normal dengan interval PR
normal lalu diikuti munculnya gelombang Ptanpa diikuti kompleks QRS.
c. AV blok derajat 3, blokade jantung total. Gambaran EKG memperlihatkan gelombang P
berbaris di sepanjang strip irama dengan frekuensi normal, tetapi tidak berkaitan dengan
kompleks QRS yang muncul dengan frekuensi lolos jauh lebih lambat.

24.Jawaban: D. Hiperkalemia.
Pada pasien dengan gagal jantung kronis, salah satu gangguan yang muncul adalah gangguan
keseimbangan elektrolit dan asam basa. Pasien pada kasus ini mengalami gangguan elektrolit yaitu
hiperkalemia. Gambaran EKG pada pasien dengan hiperkalemia adalah adanya gelombang T yang
meninggi di seluruh 12 sadapan. Bila kadar kalium serum terus bertambah, interval PR akan
memanjang dan gelombang P sdikit demi sedikit menjadi rata lalu lenyap. Pada akhirnya kompleks
QRS akan melebar hingga bergabung dengan gelombang T dan terjadi ventreikel fibrilasi.
25.Jawaban: C. Angiography.
Pasien pada kasus ini mengalami unstable angina pectoris, dimana berdasarkan anamnesis
ditemukan gejala klinis berupa nyeri pada dada kiri seperti tertindih benda berat yang dirasakan
pertama kali oleh pasien dan berlangsug ≥20 menit. Dari gambaran EKG akan ditemukan gambaran
iskemia berupa depresi segmen ST dan inversi gelombang T). Pemeriksaan enzim petanda jantung
hasilnya normal.
Pemeriksaan invasif lanjutan yang dapat dilakukan adalah angiography koroner dengan tujuan untuk
revaskularisasi. Angiography koroner sebaiknya dilakukan pada semua pasien dengan risiko tinggi
mengalami kematian dan kejadian kardiovaskuler.
26.Jawaban: D. Thiazid.
Pasien pada kasus ini mengalami arthritis gout, dengan manifestasi klinis yaitu pembengkakan pada
jempol kaki disertai nyeri. Dari hasil pemerikaan kimia darah juga ditemukan adanya asam urat
dalam darah (hiperurisemia) dimana kadar asam urat serum lebih dari 7,0 mg/dl pada laki-laki dan
6,0 mg/dl pada perempuan. Obat golongan thiazid merupakan salah satu obat anti hipertensi. Kondisi
arthrititis gout merupakan kontraindikai pemberian thiazid.

27. A
28. B
Pneumokoniosis adalah penyakit fibrotik jaringan parenkim paru yang disebabkan oleh
terhirupnya debu anorganik dalam jangka lama. Asbestosis adalah pneumokoniosis
yang disebabkan oleh akumulasi pajanan serat asbestos. Asbestos adalah kelompok
mineral silikat fibrosa dari logam magnesium dan besi yang sering digunakan sebagai
bahan baku industri tegel lantai dan atap. Awitan gejala asbestosis biasanya akan timbul
20 tahun setelah pajanan awal. Tanda dan gejala asbestosis kebanyakan tidak khas dan
mirip penyakit paru restriktif lainnya. Gejala paling sering dan juga merupakan tanda
awal adalah munculnya dispnea saat beraktivitas. Dispnea akan berkembang progresif
lambat dalam beberapa tahun. Dispnea tetap akan memburuk walaupun pasien tidak
lagi terpapar asbestos. Gejala lainnya adalah batuk produktif atau batuk kering
persisten, rasa sesak dan nyeri pada dada, serta adanya mengi. Pada pemeriksaan dapat
ditemukan rhonki basal paru bilateral (pada 60% pasien) yang terdengar pada akhir fase
inspirasi. Ada tiga tingkatan gambaran roentgen sesuai dengan perjalanan asbestosis.
Pada tahap awal, dapat diperoleh gambaran pola retikular pada basal paru, ground-glass
appearance, yang dapat menggambarkan proses alveolitis dan fibrosis intersisial.
Tahap kedua ditandai dengan peningkatan bayangan opak kecil iregular menjadi pola
intersisial yang luas. Pada tahap ini gambaran dapat mengaburkan batas jantung atau
shaggy heart border. Pada tahap akhir, dapat menjadi pola intersisial kasar dan honey-
comb pada paru atas, namun gambaran ini jarang ditemukan.
29. D
Pada pasien ini menunjukkan gejala tuberculosis berupa batuk berdahak kronis lebih
dari 2 minggu, penurunan berat badan, demam subfebris, dan keringat malam hari. pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya ronki basah pada apeks paru. Pemeriksaan
penunjang menunjukkan BTA positif dan gambaran infiltrat pada apeks paru. Oleh
karena itu pasien dapat didiagnosis sebagai tuberculosis. Berdasarkan riwayat
pengobatan TB dibagi menjadi kasus baru dan kasus lama. Pada pasien ini termasuk
dalam kasus lama karena memiliki riwayat minum obat TB sebelumnya lebih dari
sebulan. Secara lengkapnya pasien ini termasuk dalam kasus setelah putus obat yaitu
pasien yang pernah menelan OAT 1 bulanatau lebih dan tidak meneruskannya selama
lebih dari 2 bulan berturut-turut.
30. C
Hepatitis imbas obat adalah kelainan fungsi hati akibat penggunaan obat-obat
hepatotoksik Hepatitis imbas obat biasanya terjadi + 20 hari setelah terapi
antituberkulosis dimulai dan berlangsung selama + 14 hari. Insidens kumulatifnya
adalah 2,55%. Gejala yang paling sering ditemukan adalah mual, muntah dan
anoreksia. Tatalaksana hepatitis imbas obat :
• Bila klinis (+) (Ikterik [+], gejala mual, muntah [+]) OAT dihentikan
• Bila gejala (+) dan SGOT, SGPT > 3 kali OAT dihentikan
• Bila gejala klinis (-), laboratorium terdapat kelainan:
Bilirubin >2 OAT dihentikan
SGOT, SGPT >5 kali OAT dihentikan
SGOT, SGPT >3 kali teruskan pengobatan, dengan pengawasan
Panduan terapi OAT sebagai berikut :
• Hentikan OAT yang bersifat hepatotoksik (RHZ = rifampisin, isoniazid, pirazinamid)
• Setelah itu, monitor klinis dan laboratorium. Bila klinis dan laboratorium kembali
normal (bilirubin, SGOT, SGPT), maka tambahkan INH desensitisasi sampai dengan
dosis penuh (300 mg). Selama itu perhatikan klinis dan periksa laboratorium saat INH
dosis penuh , bila klinis dan laboratorium kembali normal, tambahkan rifampisin,
desensitisasi sampai dengan dosis penuh (sesuai berat badan). Sehingga paduan obat
menjadi RHES (rifampisin, isoniazid, etambutol, streptomisin
• Pirazinamid tidak boleh diberikan lagi
31. E
Diagnosis pasti pneumonia komuniti ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat
baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini :
• Batuk-batuk bertambah
• Perubahan karakteristik dahak / purulen
• Suhu tubuh > 380C (aksila) / riwayat demam
• Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki
• Leukosit > 10.000 atau < 4500
Pada pasien ini tergolong dalam pneumonia komuniti berat karena laju respirasi > 30
kali/ menit dan ditemukan konsolidasi paru bilateral serta memiliki faktor modifikasi
yaitu umur diatas 65 tahun. Oleh karena itu, pasien ini harus dirawat inap dengan pilihan
obat sefalosporin generasi dua atau ketiga intravena atau fluorokuinolon respirasi
intravena (levofloxacin IV).

ANAK
32. Jawaban : D
Ibu hamil yang karier VHB dianjurkan untuk memberikan bayinya Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg)
sesegera mungkin setelah lahir dalam waktu 12 jam sebelum disusui untuk pertama kalinya dan sebaiknya
vaksinasi VHB diberikan dalam 7 hari setelah lahir. Imunoglobulinmerupakan produk darah yang diambil
dari darah donor yang memberikan imunitas (pasif) sementara terhadap VHB sampai vaksinasi VHB
memberikanefek. Vaksin hepatitis B kedua diberikan sekitar 1 bulan kemudian dan vaksinasi ketiga setelah
6 bulan dari vaksinasi pertama.
33. Jawaban : C
Pasien ini termasuk dengan kategori Diare dengan Dehidrasi Berat
34. Jawaban : B
Bronkiolitis adalah infeksi saluran respiratorik bawah yang disebabkan virus, yang
biasanya lebih berat pada bayi muda, ditandai dengan obstruksi saluran pernapasan
dan wheezing. Penyebab paling sering adalah Respiratory syncytial virus. Infeksi bakteri
sekunder bisa terjadi dan biasa terjadi pada keadaan tertentu. Penatalaksanaan bronkiolitis,
yang disertai dengan napas cepat atau tanda lain distres pernapasan, sama dengan
pneumonia. Pada pasien ini terdapat terjadi wheezing onset baru pada masa bayi. Pasien
nampak sakit berat, tidak mau menyusu serta disertai dengan retraksi subcosta
menunjukkan adanya distress pernapasan. Pada pasien ini ditemukan nafas cepat dimana
sesuai usianya (18 bulan) > 40 kali/menit sehingga digolongkan sebagai pneumonia berat
(bronkiolitis yang mengalami infeksi sekunder).
Penanganan bronkiolitis :
Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat (pneumonia berat) segera berikan
oksigen dan pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-
gentamisin.
35. Jawaban B
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS) adalah suatu sindrom nefritik yang
ditandai oleh hematuria yang mendadak serta sering diikuti oleh adanya udem kelopak
mata, hipertensi dan insufisiensi ginjal (oligouri/anuria), disebabkan oleh adanya infeksi
kuman streptokokus β hemolitikus grup A. infeksi kuman yang terjadi dapat berupa infeksi
tenggorokan atau infeksi kulit.
36. Jawaban : A
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang dilemahkan yang berasal dari Mycobacterium bovis.
Pemberian vaksinasi BCG berdasarkan Program Pengembangan Imunisasi diberikan pada bayi
0-2 bulan. Pemberian vaksin BCG pada bayi > 2 bulan harus didahului dengan uji tuberkulin.
Secara umum perlindungan vaksin BCG efektif untuk mencegah terjadinya TB berat seperti
TB milier dan TB meningitis yang sering didapatkan pada usia muda. Hasil uji tuberculin >
5mm merupakan kontraindikasi imunisasi BCG. Uji tuberculin positif jika indurasi ≥ 10 mm
berarti anak terinfeksi TB dan dilakukan scoring untuk manajemen selanjutnya, jika indurasi
5-9mm maka meragukan dan perlu diulang dalam waktu minimal 2 minggu, negative jika
indurasi < 5 mm.
37. Jawaban : C
Difteri merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae pada
saluran pernafasan atas. Basil C. diphteriae bermutiplikasi disaluran nafas atas sehingga
membentuk membrane serta menghasilkan eksotoksin yang awalnya bersifat lokal
kemudian secara limfogen dan hematogen. Manifestasi khas berupa demam subfebris,
pseudomembran, nyeritenggorokan, disfagia. Penanganan yang diberikan berupa antitoksin
untuk menetralkan toksin berupa antidiptheria serum (ADS) 20000 IU selama 2 hari dan
antibiotik penisilin prokain 50000-100000 IU/kgBB untuk mengeradikasibakteri sehingga
menghentikan produksi toksin.

38. Jawaban : A
Ikterus yang terjadi pada anak ini merupakan ikterus patologis karena terjadi pad 24 jam
pertama kehidupan.
39. Jawaban : C
Sindrom nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai dengan gejala:

atau rasio protein/kreatinin pada urin sewaktu >2 mg/mg).

40. Jawaban B
Pada kejang demam, saat terjadinya kejang, dosis diazepam rectal adalah 0,5-0,75mg/kg
atau diazepam rectal 5mg untuk anak dengan berat badan < 10 kg atau dosis 10 mg untuk
diatas 10 kg. akan tetapi apabila datang dalaam keaadaan kejang obat yang paling cepat
untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5mg/kg
perlahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit.

41. Jawaban : A
Marasmus merupakan kondisi malnutrisi non edematosa dengan wasting berat yang
disebabkan terutama oleh kurangnya asupan energi. Marasmus dapat diikuti dengan
kekurangan protein (kwashiorkor) yang ditandai dengan edema. Pada gizi buruk marasmus
ditemukan penampilan wajah seperti orang tua dan sangat kurus, kulit kering kendor dan
keriput, lemak subkutan hilang , otot atrofi.

42. Jawaban : E
Sindrom nefrotik merupakan kondisi klinis yang ditandai dengan proteinuria berat,
terutama lmbuminuria (>1g/m2/24 jam), hipoproteinemia (albumin serum <2,5g/dL),
edema, dan hiperkolesterolemia (>250 mg/dL). Pada terapi awal pasien sindrom nefrotik
diberikan prednison (dosis inisial) 60 mg/m2 LPB/hari atau 2 mg/kgbb/hari (maksimal 80 mg/hari)
dalam dosis terbagi, diberikan tiap hari selama 4 minggu, Bila remisi terjadi dalam 4 minggu
pertama, dilanjutkan dengan 4 minggu kedua dengan dosis 40 mg/m 2LPB (2/3 dosis awal) atau 1,5
mg/kgbb/hari, secara alternating (selang sehari), 1x sehari setelah makan pagi. Bila setelah 4
minggu pengobatan dosis penuh, tidak terjadi remisi, pasien dinyatakan resisten steroid.

43. Jawaban : C
Tetanus neoratorum adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai dengan gangguan kesadaran yang disebabkan Clostridium tetani akibat infeksi tali
pusat, disebabkan oleh pertolongan persalinan atau perawatan puntung tali pusat yang tidak
steril pada ibu dengan status imunisasi tetanus yang tidak adekuat. Gejala klinis timbul
setelah toksin mencapai susunan saraf. Masa inkubasi umumnya berkisar antara 3-10 hari.
Trismus akibat spasme otot masseter ditemukan pada lebih dari separuh penderita, diikuti
kekakuan otot leher, kesulitan memenlan dan mulut mencucu seperti mulut ikan. Spasme
otot punggung dan otot perut. Spasme dapat terjadi spontan atau terhadap rangsangan
dengan frekwensi yang bervariasi. Kesadaran masih intak. Terapi yang tepat diberikan
dalah antibiotik berupa penisilin prokain sebagai lini pertama untuk eradikasi kuman dan
immunoglobulin 500 Unit IM atau dengan antitetanus serum. Imunisasi tetanus toxoid baru
diberikan sesuai jadwal imunisasi saat penderita pulang.
44. Jawaban B
Hemophilia merupakan kelainan hematologic yang diturunkan akibat defek sintesis satu
atau lebih rantai globin. Talasemia alfa terjadi akibat defisiensi atau tidak adanya sintesis
rantai globin alfa sehingga rantai globin beta berlebih. Produksi rantai globin alfa
dikendalikan oleh dua gen pada masing-masing kromosom 16. Sehingga adanya delesi
pada tiga gen menyebabkan produksi signifikan hemoglobin H (HbH) yang mempunyai
empat rantai beta sedangkan delesi empat gen terbentuk HbBarts. Hal ini dapat dilihat pada
analisis hemoglobin. Sedangkan Talasemia beta disebabkan oleh kurangnya atau tidak
adanya sintesis rantai globin beta sehingga terjadi kelebihan rantai alfa. Oleh karena itu
akan nampak peningkatan hemoglobin A (dua rantai alfa dan du rantai beta), HbA 2 (dua
rantai alfa dan delta), dan HbF (dua rantai alfa dan gamma) pada analisis hemoglobin.
Apabila terjadi satu defek gen saja akan muncul talasemia minor yang asimpomatis,
sedangkan jika defek 2 gen akan muncul thalasemia beta mayor. Gejala klinis
anemia,hepatosplenomegali akibat peningkatan hemolisis dan hematopoesis ekstramedular
dan facies cooley.
45. Jawaban B
GNAPS disebabkan oleh adanya infeksi kuman streptokokus β hemolitikus grup A seperti
infeksi saluran nafas atas (termasuk telinga tengah) atau kulit/piodermi oleh Streptokokus
β hemolitikus grup A tertentu yang bersifat nefritogenik. Berdasarkan atas adanya
penurunan kadar C3 serum, menunjukkan patogenesis dari GNAPS adalah oleh karena
terbentuknya komplex imun yang bersirkulasi dan pembentukan komplex imun in situ.
Hipotesis lain yang sering juga dibicarakan adalah adanya neuraminidase yang dihasilkan
oleh streptokokus tersebut yang mengubah IgG endogen, sehingga menjadi autogenik.
Akibatnya, terbentuklah autoantibodi terhadap IgG yang telah berubah tersebut, yang
mengakibatkan pembentukan komplex imun yangbersirkulasi, yang kemudian mengendap
dalam ginjal.
46. Jawaban C
Croup merupakan sebuah sindrom yang ditandai oleh berbagai derajat stridor, batuk
menggonggong, dan suara serak yang disebabkan oleh Parainfluenza virus tipe 1 and 3
(65%) dan Respiratory syncytial virus (RSV). Croup merupakan salah satu penyebab
terbanyak stridor. Insidens 3 per 100 anak, banyak pada usia 6 bulan-6 tahun (puncak pada
tahun kedua kehidupan), serta jarang terjadi reinfeksi. Diawali oleh infeksi saluran
respiratorik atas. Bisa disertai demam. Batuk menggonggong, serak, dan stridor tampak 1-
2 hari kemudian. Gejala croup puncaknya pada hari ketiga-keempat dari sakit (hari
pertama-kedua dari gejala croup). Manifestasi klinis tergantung pada beratnya obstruksi
saluran respiratorik. Obstruksi disebabkan oleh inflamasi pada area subglotis. Pada kasus
ringan dijumpai batuk menggonggong dan stridor bila agitasi atau gelisah. Pada kasus berat
ditemukan stridor yang bifasik. Ditemukan retraksi suprasternal dan/ atau interkostal.

47. Jawaban : A
Suatu infeksi saluran napas akut yang sangat infeksius, yang ditandai oleh gejala batuk
yang khas, yaitu adanya “whoop”, yang disebabkan oleh Bordetella pertussis (bakteri gram
negative). Yang klasik terdiri dari 3 stadium. Setelah masa inkubasi 7-14 hari, biasanya
muncul gejala tidak spesifik. Lalu setelah 2 minggu batuk makin berat, bersifat spasmodik
(paroksismal), repetitif, ekspresif dan progresif, dan kemudian diakhiri dengan “whoop”
dan muntah-muntah. Anak tampak lelah, cemas, muka merah sampai sianosis, dengan mata
menonjol (facies pertussica). Terapi paling tepat adalah antibiotik yang menjad pilihan
pertama eritromisin: 40-50 mg/kg.bb/hari, pilihan kedua yaitu Ampisilin 50 mg/kg.bb/hari
atau Kotrimoksasol 10-20 mg/kg.bb/hari selama 10-14 hari
48. Jawaban : B
Hipospadia merupakan defek congenital pada penis dengan meatus uretra terletak pada sisi
ventral dan lebih proximal dari posisi normalnya di ujung glans penis. Biasanya keluhan
muncul pada anak yang mulai dewasa yang mengeluhkan sulitnya kencing keluar
memancar, atau urin menetes lewat bawah. Pada pemeriksaan fisik ditandai dengan
keberadaan posisi yang lebih proksimal.
49. Jawaban : C
Meningitis bakterialis harus dipikirkn pda setiap anak usia 3 bulan-2 tahun yang mengalami
manifestasi kejang demam kompleks. Tanda-tanda meningeal sulit dievaluasi pada usia ini
dan akan nampak negative. Oleh karena itu sangat dianjurkan pada anak usia <12 bulan
untuk melakukan pungsi lumbal untuk menegakkan maupun menyingkirkan diagnosis
meningitis.
50. Jawaban : A
Disentri adalah diare yang disertai darah, terutama disebabkan oleh Shigella sp (disentri
basiler). Entamoeba hystolitica juga dapat menyebabkan diare berdarah (disentri amoeba)
namun jarang pada balita. Berikut perbedaan diare amoeba dan basiler :

51. Jawaban : B
52. Jawaban : E
Karena derajat asma anak tersebut termasuk dalam asma persisten ringan jadi diperlukan
kontroler untuk mencegah kekambuhan glukortikoid inhalasi dosis rendah. Contoh
glukokortikoid inhalasi adalah fluticasone propionate, budesonid. Apabila persisten berat
baru memerlukan tambahan obat lain seperti teofilin lepas lambat, antagonis leukotrien
(montelukast, zafirlukast, zileuton) atau glukokortikoid oral
53. Jawaban : C
Pubertas prekoks ialah perkembangan ciri-ciri seks sekunder yang terjadi sebelum usia 8
tahun pada anak wanita atau sebelum usia 9 tahun pada seorang anak laki-laki. Pubertas
prekoks sejati (komplit) adalah yang disebabkan oleh aktivitas yang prematur dari poros
hipotalamus-hipofisis. Sedangkan jika terdapat sekresi gonadotropin ektopik pada anak
laki-laki atau terjadinya sekresi steroid seks autonom pada kedua jenis kelamin maka
diagnosisnya adalah pubertas prekoks tidak lengkap.
54. Jawaban : D
Atrial septal defect (ASD) merupakaan pembukaan yang abnormal pada sekat yang
memisahkan atrium kanan dan kiri. ASD merupakan defek congenital tersering kedua dan
muncul lebih banyak pada perempuan. ASD diasosiasikan dengan pirau ke kiri ke kanan
yang menyebabkan klinis asianotik. Adanya pembukaan pada septum menyebabkan
terjadinya aliran darah dari atrium kiri (tekanan tinggi) ke atrium kanan (tekanan rendah).
Hal ini menyebbkan atrium kanan menerima lebih banyak darah selain dari normal venous
return. karena darah yang diterima ventrikel kanan juga semakin banyak, maka waktu yang
dibutuhkan untuk memompa darah lebih lama. Oleh karena itu katup pulmonal menutup
lebih lama sehingga terdengar sebagai wide split baik pada inspirasi maupun ekspirasi. Jika
terdapat pirau ke kini dan ke kanan yang besar aliran tambahan dari katup tricuspid dapat
menyebabkan diastolic rumble seperti pada stenosis tricuspid.
55. Jawaban : E
Disentri merupakan diare yang disertai lendir dan darah. penyebabnya dapat dilihat melalui
pemeriksaan mikroskopis tinja. Pada gambar tesebut nampak trofozoit yang memakan
eritrosit merupakan gambaran khas disetri yang disebabkan oleh amoeba. Terapi pilihan
untuk disentri amoeba adalah metronidazol dengan dosis 30-50 mg/kgBB dibagi tiga dosis
sehari.

56. Jawaban : B
Pasien ini menunjukkan klinis gizi buruk yaitu marasmus berupa iga gambang, tonus
lengan otot hipotrofi, "beggy pants".

Berdasarkan penilaian tersebut kondisi ini merupakan kondisi I (akral dingin, diare, dan
letargis).

MATA
57. B
Pterigium merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan pertumbuhan jaringan
fibrovaskuler menyerupai sayap, merupakan lipatan dari konjungtiva, menginvasi bagian
superfisial dari kornea. Pterigium lebih banyak terletak di bagian nasal dibandingkan di
bagian temporal dengan warna merah muda/putih. Faktor resiko yang mempengaruhi
pterygium adalah lingkungan yakni radiasi ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari
bahan tertentu di udara dan faktor herediter. Youngson, (1972) mengklasifikasikan
pterigium primer menjadi 4 derajat berdasarkan perluasannya ke kornea. Derajat 1 bila
pertumbuhan pterigium hanya terbatas pada limbus kornea, derajat 2 bila pertumbuhan
pterigium sudah melewati limbus kornea tapi tidak lebih dari 2 mm melewati kornea,
derajat 3 bila pertumbuhan pterigium sudah melebihi derajat dua tetapi tidak melebihi tepi
pupil mata dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil sekitar 3-4 mm) dan derajat 4
bila pertumbuhan pterigium sudah melewati tepi pupil.
58. C
Keratitis merupakan peradangan pada kornea yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, dan parasit. Keratitis jamur sebagian besar disebabkan oleh organism Aspergilus
yang biasanya didapatkan pada tanaman atau organism Fusarium dan Candida. Gejala yang
dirasakan berupa nyeri dengan witan perlahan, sensasi benda asing, fotofobia, penurunan
tajam penglihatan, serta secret berair/mukopurulen. Pada pemeriksaan tampak tepi lesi
yang tidak tegas seperti bulu, infiltrate kering berwarna abu-abu dan menonjol, serta lesi
satelit yang merupakan gambaran khas keratitis fungi. Oleh karena itu pengobatanny harus
diberikan antijamur dan juga antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
59. C
Pasien ini ditemukan penurunan hiperemis, konjungtiva hiperemis, injeksi silier (+),
terdapat serabut-serabut putih di kornea yang merupakan tand dari keratitis/peradangan
pada kornea. Fktor resiko yang ditemukan berupa penggunaan lensa kontak. Untuk
memastikan ada tidaknya defe/kerusakan epitel pada kornea akibat proses peradangan di
kornea diperlukan tes fluoresin. Zat fluoresin akan berubah menjadi hijau pada media
alkali. Apabila zat tersebut menempel pda epitel korne yang mengalami defek akan
memberikan warna hijau karema jaringan epitel yang rusak lebih basa.
60. B
Hifema didefinisikan sebagai keberadaan sel darah merah di kamera okuli anterior
(anterior chamber). Hifema traumatik merupakan jenis yang tersering, yang merupakan
hifema akibat terjadinya trauma pada bola mata. Trauma yang terjadi pada umumnya
disebabkan oleh benda tumpul, misalnya bola, batu, projektil, mainan anak-anak, pelor
mainan, paint ball, maupun tinju. Trauma tumpul yang menghantam bagian depan mata
misalnya, mengakibatkan terjadinya perubahan bola mata berupa kompresi diameter
anteroposterior serta ekspansi bidang ekuatorial. Perubahan ini mengakibatkan terjadinya
peningkatan tekanan intraokular secara transien yang mengakibatkan terjadinya penekanan
pada struktur pembuluh darah di uvea (iris dan badan silier). Pembuluh darah yang
mengalami gaya regang dan tekan ini akan mengalami ruptur dan melepaskan isinya ke
bilik mata depan (camera oculi anterior). Adanya penambahan cairan menyebabkan resiko
peningkatan tekanan intraocular sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tekanan
intraocular.
61. A
Hipermetropia/rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata
dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang
makula lutea. Hipermetropia adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu
lemah yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi
difokuskan di belakang retina. Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa
cembung untuk mematahkan sinar lebih kaut kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah
di berikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal.
62. C
Trikiasis adalah suatu kelainan dimana silia bulu mata melengkung ke arah bolamata.
Trikiasis biasanya akibat inflamasi atau parut pada palpebra setelah operasi palpebra,
trauma, kalazion, atau blefaris berat. Gejala yang terjadi pada penderita
trikiasis dapat berupa sensasi benda asling pada permukaan bola mata, gatal
pada mata, nyeri pada mata, bengkak pada mata, dan biasanya penderita
menjadi lebih emosional dari biasa. Pada trikiasis pergesekan bulu mata yang
melengkung ke dalam yang dapat menyebabkan erosi kornea, abrasi kornea
sehingga terbentuk ulkus kornea.

63. B
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-
duanya. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering ditemukan. Katarak
senilis adalah setiap kekeruhan pada lensa yang terjadi pada usia lanjut, yaitu di atas usia
50 tahun.
64. A
Astigmatisma adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas cahaya jatuh sebagai suatu
fokus titik di retina karena perbedaan derajat refraksi di berbagai meridian kornea atau lensa
kristalina. Pada astigmatisma, mata menghasilkan suatu bayangan dengan titik atau garis
fokus multiple, dimana berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada
retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan
kelengkungan di kornea. Berdasarkan jatuhnya fokus sinar pada astigmatisme dapat dibagi
menjadi 5 yaitu : 1) Astigmaticus miopicus compositus, dimana 2 titik jatuh didepan retina
; 2) Astigmaticus hipermetropicus compositus, dimana 2 titik jatuh di belakang retina ; 3)
Astigmaticus miopicus simplex, dimana 2 titik masing-masing jatuh di depan retina dan
satunya tepat pada retina ; 4) Astigmaticus hipermetropicus simplex, dimana 2 titik
masingmasing jatuh di belakang retina dan satunya tepat pada retina; 5) Astigmaticus
mixtus, dimana 2 titik masing-masing jatuh didepan retina dan belakang retina. Kelainan
astigmatisma dapat dikoreksi dengan lensa silindris, sering kali dikombinasi dengan lensa
sferis positif atau negatif. Pada kasus ini lensa yang digunakan untuk menghasilkan silindris
digabungkan dengan lensa negative untuk mendapatkan bayangan fokus pada retina karena
pada 1 titik tepat pada retina dan yang lain 2 titik pada depan retina.
65. E
Dakriosistitis adalah peradangan pada sakus lakrimalis akibat adanya obstruksi pada duktus
nasolakrimalis. Obstruksi ini pada anak-anak biasanya akibat tidak terbukanya membrane
nasolakrimalis sedangkan pada orang dewasa akibat tertekannya saluran misalnya akibat
polip hidung. Gejala umum pada penyakit ini adalah keluarnya air mata dan
kotoran. Pada dakriosistitis akut pasien akan mengeluh epifora, nyeri di daerah
kantus medial (daerah kantong air mata, dan demam) jika sakus ditekan akan
mengeluarkan secret mukopurulen. Jika dakrioadenitis merupakan peradangan
pada kelenjar lakrimal yang sebagian besar disebabkan oleh infeksi. Pasien
akan mengeluh nyeri pada gladula lakrimal di daerah superolateral rongga
orbita disertai tanda-tanda radang lain.
66. C
Pada pasien ini ditemukan mata merah dengan penurunan visus mendadak,mual muntah,
adanya halo disertai dengan peningkatan tekanan intraocular yang merupakan gejala dari
glaucoma akut. Pada usia diatas 40 tahun sudut bilik mata sempit yang menyebabkan
adanya peningktan tekanan intraocular secara mendadak. Cairan mata yang berada di
belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil sehingga mendorong iris ke depan,
mencegahnya keluar melalui sudut mata depan. Oleh karena itu, terapi definitive pada
kasus ini dilakukan iridektomi/iridotomi perifer sebagai pembedahan filtrasi untuk
mengalirkan cairan dan dibarengi dengan terapi konservatif untuk segera menurunkan
tekanan intraocular dengan pilokarpin & azetasolamid.
THT
67. C
Otitis media supuratif kronis merupakan infeksi kronis telinga tengah dengan perforasi
membrane timpani dan secret yng keluar dari telinga temngah secara terus menerus atau
hilang timbul. Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media
supuratif kronis apabila terjadi lebih dari 2 bulan. Kekambuhan dari otitis media supuratif
kronis sering dipicu oleh sumber infeksi pada faring, nasofaring, sinus, atau hidung. OMSK
tipe maligna/bahaya ditandai dengan adanya keterlibatan tulang/adanya kolesteatoma
sedangkan benigna/aman jika hanya mukosa saja. OMSK tipe bahaya ditandai dengan
adanya perforasi marginal atau atik sebagai tanda dini karena letaknya dekat dengan tulang.
68. E
Dalam keadaan normal serumen ada pada sepertiga luar telinga karena kelenjar sebasea dan
seruminosa hanya ditemukan pada daerah tersebut. Serumen secara normal dapat keluar
sendiri dari liang telinga melalui pergerakan rahang saat mengunyah atau migrasi epitel
kulit dri membrane timpani kea rah luar. Penggunaan alat pembersih kuping seperti cotton
bud kadang justru mendorong serumen semakin dalam. Gumpalan serumen yang
menumpuk di liang telinga akan menimbulkan tuli konduktif yang nampak pada hasil tes
pendengaran pada pasien ini. Pada saat telinga masuk air (sewaktu mandi, berenang),
serumen mengembang sehingga menimbulkan rasa tertekan dan gangguang pendengaran
semakin dirasakan.

69. A
Otitis eksterna maligna merupakan infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain
disekitarnya yang biasa terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus. Pada
penderita diabetes mellitus, pH serumennya lebih tinggi disbanding pH serumen pasien non
diabetes yang didukung dengan kondisi mikroangiopati menyebabkan pasien diabetes
mengalami otitis eskterna maligna. Gejala yang timbul berupa gatal di liang telinga yang
diikuti oleh nyeri hebat, secret yang banyak, pembengkakan liang telinga dengan
komplikasi paresis atau paralisis fasial. Kuman yang paling sering menyebabkan adalah
pseudomonas aeroginosa.
70. B
Hipertrofi adenoid merupakan pembesaran pada kelenjang adenoid (jaringan limfoid pada
dinding posterior nasofaring yang disebabkan karena infeksi saluran nafas yang berulang.
Normalnya adenoid ini membesar pada anak usia 3 tahun dan kemudian mengecil dan
hilang sama sekali pada usia 14 tahun. Akibat hipertrofi adenoid menyebabkan sumbatan
koana dan tuba eustachius yang menimbulkan gejala facies adenoid (akibat bernapas
melalui mulut),gangguan tidur, ngorok, faringitis, bronchitis,dan sinusitis kronik.
71. C
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer.
Pada pasien ini mengalami tonsillitis kronis eksaserbasi akut yang ditandai dengan
pembesaran tonsil ≥ T2, hiperemis, permukaan tonsil yang tidak rata, kriptus melebar dan
berisi detritus. Bila diduga penyebabnya bakteri Streptococcus group A, diberikan
antibiotik yaitu Penisilin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau Amoksisilin 50
mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10
hari atau Eritromisin 4 x 500 mg/hari. Selain antibiotik juga diberikan Kortikosteroid
karena steroid telah terbukti menunjukkan perbaikan klinis yang dapat menekan reaksi
inflamasi. Steroid yang dapat diberikan berupa Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa
selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi 3 kali pemberian selama 3
hari.
72. C
Rinitis atrofi adalah penyakit infeksi hidung kronik yang ditandai adanya atrofi progresif
pada mukosa dan tulang konka serta pembentukan krusta. Keluhan penderita rinitis atrofi
(ozaena) biasanya berupa hidung tersumbat, gangguan penciuman (anosmi), ingus kental
berwarna hijau, adanya krusta (kerak) berwarna hijau berbau busuk , sakit kepala, epistaksis
dan hidung terasa kering. Pemeriksaan THT pada kasus rinitis atrofi (ozaena) dapat
ditemukan rongga hidung dipenuhi krusta hijau, kadang-kadang kuning atau hitam; jika
krusta diangkat, terlihat rongga hidung sangat lapang, atrofi konka (konka nasi media dan
konka nasi inferior mengalami hipotrofi atau atrofi), sekret purulen dan berwarna hijau,
mukosa hidung tipis dan kering.
73. C
Rhinitis vasomotor merupakan suatu reaksi peradangan idiopatik pada mukosa hidung yang
didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal, dan pajanan
obat. Gejala yang muncul lebih dominan hidung tersbumbat bergantian kiri kanan
tergqaantung posisi pasien dan rinorea mukoid atau serosa. Rhinitis ini tidak diperantai oleh
IgE. Oleh karena itu tidak dibarengi peningkatan IgE spesifik pada pemeriksaan. Gejala
biasanya muncul oleh berbagai rangsangan non-spesifik seperti asap/rokok, bau yang
menyengat, parfum, minuman beralkohol, makanan pedas, udara dingin, pendingin,
pemanas ruangan.
74. D
Pada sumbatan akibat serumen, serumen dapat dibersikan sesuai konsistensinya. Serumen
yang lembik, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen yang
keras dapat dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Apabila cara ini tidak dapat dikeluarkan
maka serumen harus dilunakkan terlebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10 persen
selama 3 hari.jika serumen yang diperkirakan telah jauh masuk ke dalam liang telinga
dikeluarkan dengan irigasi air hangat yang sesuai dengan suhu tubuh.
75. A
Abses peritonsil (quinsy) merupakan komplikasi dari tonsillitis akut yang mengakibatkan
infiltrasi supurasi ke ruang potensial (superior dan lateral fosa tonsilar).hal ini akan
menyebabkan gejala berupa nyeri menelan hebat, mulut berbau, hipersalivasi, regurgitasi,
suara gumam (hot potato voice) dan terkadang disertai trismus. Pembengkakan pada area
sekitar tonsil menyebabkan terdorongnya tonsil dan uvula ke arah kontralateral.
76. C
Suatu tumor jinak pembuluh darah di nasofaring yang secara klinik bersifat ganas karena
memiliki kemampuan mendestruksi tulang dan meluas ke tulang dan jaringan sekitarnya.
Tumor ini umumnya terjadi pada laki-laki usia antara 7-19 tahun. Tanda dan gejala paling
sering ditemukan adalah hidung tersumbat progresif dan epistaxis berulang yang massif.
Pada rhinoskopi anterior akanditemukan massa tumor dengan konsistensi kenyal dengan
warna bervariasi dari abu-abu sampai merah muda.
KULIT & KELAMIN
77. D
Neurodermatitis sirkumskripta/liken simplex kronis merupakan peradangan kulit kronis,
gatal, sirkumskrip yang ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol
(likenifiksi) akibat garukan atau gosokan yang berulang akibat rangsangan pruritogenik.
78. E
Impetigo bulosa merupakan infeksi bakteri superfisialis yang sebagian besar disebabkan
oleh bakteri Staphylococcus. Impetigo bulosa ditandai dengan adanya bula hipopion (bula
berdinding kendor) pada daerah punggung, ketiak, dan dada. Apabila pecah yang dapak
berupa koloret dengan dasar masih eritema. Pengobatan topikal berupa salep antibiotik
yang mengandung asam fusidat dan mupirosin atau jika lesi luas dapat diberikan
amoksisilin, kloksasilin, atau eritromisin.
79. A
Kandidiasis intertriginosa merupakan infeksi jamur dengan predileksi pada bagian lipatan
kulit terutama aksila, gluteal, genitoklural, interdigiti/sela-sela jari, retroaurikular, perianal
yang sebagian besar disebabkn oleh spesies Candida. Lesi yang muncul berupa bercak
eritematosa, berbatas tegas bersisik, basah, disertai dengan lesi satelit. Biasanya pasien
akan mengeluh sangat gatal dan rasa panas. faktor resiko pada pasien ini berupa
penggunaan kaos kaki dalam jangka waktu lama menyebabkan kelembapan tinggi pada
daerah tersebut sehingga menjadi media pertumbuhan jamur.
80. E
Dermatitis seboroik merupakan segolongan kelainan kulit yang didasari oleh kelainan
konstitusi berupa status seboroik dengan predileksi pada daerah yang banyak terdapat
kelenjar minyak. Kelainan kulit yang muncul berupa eritema disertai skuama berminyak
dan agak kekuningan dengan batas tidak tegas. Bentuk dermatitis serborok yang paling
ringan akan mengenai kulit kepala berupa skuama halus yang disebut ketombe (ptiriasis
sika).
81. C
Terjadinya urtikaria, pruritus, dan angioedema pada alergi makanan diperantarai oleh
reaksi hipesensitifitas tipe I. Allergen makanan yang masuk akan menyebabkan terjadinya
cross-linking IgE yang melekat pada sel mast/basofil. Hal ini mengakibatkan pelepasan
mediator utamanya histamine sehingga timbul gejala klinis. Untuk menekan reaksi alergi
diperlukan antihistamin baik golongan pertama maupun kedua. Contoh antihistamin
golongan pertama klorfeniramine, difenhidramine, prometazin, hidroksisin dan lain-lain.
Namun, efek yang tidak diinginkan obat ini adalah menimbulkan rasa mengantuk sehingga
mengganggu aktifitas dalam pekerjaan, harus berhati-hati waktu mengendarai kendaraan,
mengemudikan pesawat terbang dan mengoperasikan mesin-mesin berat. Efek sedatif ini
diakibatkan oleh karena antihistamin generasi pertama ini memiliki sifat lipofilik yang
dapat menembus sawar darah otak sehingga dapat menempel pada reseptor H1 di sel-sel
otak. Sedangkan antihistamin generasi kedua seperti terfenadin, simetidin, astemizol,
loratadin dan cetirizin mempunyai efektifitas antialergi seperti generasi pertama, memiliki
sifat lipofilik yang lebih rendah sulit menembus sawar darah otak sehingga tidak
menimbulkan kantuk.
82. B
Ulkus mole merupakan infeksi genitalia yang disebabkan oleh haemophilus ducreyi
ditandai dengan ulkus multipel tertutup jaringan nekrotik dan nyeri serta tepi tidak teratur.
Pilihan utama terapinya berupa siproflosaksin 500 mg 2 kali/hari selama 3 hari. Pilihan lain
seperti eritromisin 400 mg/hari selama 7 hari, dan azitromisin 1 gram dosis tunggal.
83. E
Tinea kruris merupakan kelainan kulit akibat jamur dermatofita (dermatofitosis) dengn
predileksi pada daerah genitokrural, area pubis, kulit perineal/kulit perianal. Pemeriksaan
akan ditemukan makula eritema berbatas tegas dengan tepi meninggi berbentuk anular
(central healing ) ditutupi skuama putih. Pemeriksaan penunjang dengan KOH akan
nampak hifa sejati / hifa bersekat. Terapi yang dianjurkan berupa pemakaian antijamur
topikal krim ketokonazol 2 % 2 kali/hari atau mikonazol 2 % 2 kali perhari. Jika lesi meluas
makan diberikan obat oral berupa griseofulvin 500 mg/hari Selma 2-6 minggu atau
ketokonazol 200 mg/hari selama 2 minggu
84. B
Morbus Hansen merupakan kelainan kulit yang bersifat kronis dapat mengenai kulit dan
saraf tepi ditandai dengan adanya makula/plak hipopigmentasi/eritema yang hipo/anestesi
disebabkan oleh Mycobacterium leprae.

Berdasarkan ilustrasi kasus ini termasuk MH tipe multibasiler. Oleh karena itu tipe
pengobatan yang dipilih adalah rifampisin 600 mg/bulan, dapson 100 mg/hari dan
Clofazimin 300 mg/bulan dilanjutkan 50 mg/hari) sebanyak 12 paket dalam 12-18
bulan. Jika pausibasiler pengobatannya rifampisin 600 mg/bulan, dapson 100 mg/hari
sebanyak 6 paket diselesaikan dalam 6-9 bulan.
85. A
Karsinoma sel skuamosa merupakan tumor ganas pada kulit atau skuamosa yang berasal
dari stratum spinosum epidermis yang bersifat destruktif dan bermetastase jauh. Pada
pemeriksaan akan nampak papula berskuamosa/ verukosa seperti bunga kol dapat jupa
berupa ulkus dangkal dengan tepi melebar, meninggi, keras dan tertutup krusta. Biasanya
lesi akan mudah berdarah dan muncul pada daerah tempat yang sering terpapar matahari
(wajah & leher)/area tertutup pakaian.
86. A
Melasma merupakan kondisi hipermelanosis yang ditandai dengan makula simetris yang
tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua, mengenai area yang terpajan
sinarultraviolet dengan predileksi pipi, dahi, daerah atas bibir, dan dagu. Pada pasien ini
memiliki faktor resiko sering terpapar sinar ultraviolet yang mempercepat proses
melanogenesis.
87. D
Tinea kapitis merupakan infeksi jamur dermatofita pada kulit kepala dan rambut yang
disebabkan oleh spesies Trichopyton dan Microsporum.
Tipe tinea kapitis :
Tipe noninflamasi (tipe gray patch) : ditandai dengan makula atau plak eritema,
berbatas tegas ditutupi skuama, rambut suram, dan mudah patah, dapat disertai alopesia
setempat tanpa skar dan gatal. Disebabkan oleh Microsporum audouinii/microsporum
ferrugineum
Tipe black dot : ditandi dengan bintik-bintik hitam sisa dari rambut yang patah tepat
pada muara folikel rambut, rambut normal masih terdapat dalam diantara plak diantara
rambut rusak. Disebabkan oleh Trichopyton tonsuran, Trichopyton violaceum.
Tipe inflamasi ditandai dengan pustule folikuler, furunkulosis, atau kerion, sering
disertai scarring alopecia, gatal dan nyeri. Kadang disertai limfadenopti cervical
posterior. Disebabkan oleh Microsporum canis.
88. E
Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah peradangan kulit yang terjadi setelah kulit terpajan
dengan bahan alergen melalui proses hipersensitivitas tipe lambat. Terjadinya DKA sangat
tergantung dari kemampuan suatu bahan untuk mensensitisasi, tingkat paparan dan
kemampuan masuknya bahan tersebut dalam kulit, oleh karena itu seseorang dapat terkena
DKA apabila terjadi sensitisasi terlebih dahulu oleh bahan alergenik. Beberapa zat yang
umumnya bisa menyebabkan dermatitis kontak alergi adalah: Bahan kosmetik,logam
seperti nikel atau kobalt, karet, termasuk lateks, tekstil, lem, dll. Lesi yang timbul akibat
dermatitis kontak alergi adalah lesi polimorfik baik berupa makula eritema batas tidak tegas
disertai edema, papul, vesikel, bula yang bila pecah menjadi lesi yang eksudatif dan krusta.
Lesi kronis berupa makulopapular/plak dengan batas tegas ditutupi oleh skuama disertai
likenifikasi, ekskoriasi dan hipo/hiperpigmentasi. Pada pasien ini terdapat lesi polimorfik
dengan riwayat kontak dengan bahan allergen (cincin imitasi) setelah penggunaan 3
minggu.
89. B
Bakterial vaginosis adalah sindrom klinis akibat perubahan flora normal vagina yang
ditandai dengan adanya duh tubuh vagina berwarna putih keabuan dan berbau amis seperti
bau ikan yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob lainnya seperti
Bacteroides spp dan Mobilincus spp. Dalam diagnosis bacterial vaginosis digunakan
kriteria amsel apabila memenuhi 3 dari 4 gejala yaitu : duh tubuh homogeny berwarna putih
keabuan, pada tes amin (sniff test) bau amis seperti ikan asin, pH>4,5, pada pemeriksaan
gram tampak clue cell 20 % dari seluruh sel epitel.
90. B
Onikomikosis merupakan infeksi jamur baik dermatofita maupun non dermatofita pada
kuku yang ditandai dengan permukaan kuku tidak rata, kusam ,berwarna kekuningan. Kuku
dapat tampak menebal dan rusk, tampak debris subungual dan eritema disekitar kuku. Pada
pemeriksaan KOH 20-30% akan tampak hifa dermatofita atau pseudohifa dengan
blastospora sesuai dengan penyebabnya. Pengobatan pilihan utama yang diberikan adalh
griseofulvin microsize 750-1000 mg/hari selama 6 bulan (atau Flukonazol 150-
300mg/minggu selama 3-12 bulan) disertai penggunaan obat topikal berupa krim
ketokonazol atau mikonazol.
91. D
Eritema multiforme adalah kelainan kulit dan/atau mukosa yang bersifat mendadak dan
rekuren ditandai dengan adanya lesi target konsentris (iris) yang khas. Lesi iris (target
lesion) terdiri dari 3 bagian yaitu bagian tengah berupa vesikel/eritema keunguan,
dikelilingi lingkaran konsentris pucat dan kemudia lingkaran merah. Eritema multiforme
dapat sembuh sendiri dan seringkali berulang akibat reaksi hipersensitivitas akibat
peradangan oleh bakteri, virus, obat-obatan sistemik, atau keganasan.
Neuro
92. C
Transcient ischemic attack adalah defisit neurologis akut yang didasari oleh kelainan
vascular yang akan hilang dalam 24 jam. Jika stroke berarti sebuah sindrom yang memiliki
karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis fokal dan/atau global yang berkembang
dengan cepat, adanya gangguan fungsi serebral dan gejala berlangsung lebih dari 24 jam
atau menimbulkan kematian tanpa terdapat penyebab lain selain dari vascular.
93. B
Aphasia broca disebut juga aphasia motorik merupakan salah satu gangguan dalam
berbahasa akibat kerusakan pada area motorik bahasa yang disebut dengan area Broca.
Pada afasia motorik ditandai dengan gangguan berbahasa secara aktif (mengeluarkan
suara). Sewaktu-waktu pasien merasa sedikit membaik dan ada satu dua kata yang dapat
diucapkannya. seperti ekolalia (kata yang didengarkannya diucapkn kembali), preserverasi
(kata-kata tertentu diucapkan berulang seolah-olah ia melekat kata-kata tersebut.
94. B
Tes laseque menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1.
Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu
dipanggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan gradual dilakukan ekstensi lutut dan
gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes positif) dan
nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini
mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (straight leg rising). Modifikasi
tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler.
Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontralateral merupakan tanda
kemunkinan hernia diskus.
95. A
Pada pasien ini ditemukan bangkitan kejang yang bersifat secara unilateral dan bersifat
klonik tanpa disertai dengan gangguang kesadaran. Oleh karena itu disebut dengan Epilepsi
simpel parsial motorik. Epilepsi ini disebut juga Epilepsi Jackson. Bangkitan ini timbul
karena adanya suatu lepas muatan dari area motorik korteks serebri secara unilateral. Pada
epilepsy macam ini bangkita kejang bersifat ritmis (klonis) pada salah satu anggota tubuh,
yang kemudia menjalar ke bagian tubuh lain.
96. D
Lesi nervus VI melumpuhkan otot rektus lateralis, sehingga menyebabkan
ketidakmampuan melirik kearah luar (lateral, temporal) pada mata yang terlibat, yang
mengakibatkan diplopia horizontal. Terkadang saat pasien melihat lurus ke depan, nampak
posisi mata yang terlibat sedikit mengalami aduksi akibat aktivitas/kontraksi berlebih dari
otot rektus medialis yang tidak mengalami gangguan.
97. C
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari diskus
intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus dengan tekanan dari
nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP
pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1.Manifestasi klinis utama yang muncul
adalah rasa nyeri d punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP
terbagi atas HNP sentral dan lateral. HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid,
parestesia dan retensi urine. Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan
nyeri tekan yang terletak pada punggung bawah, di tengah-tengah area bokong dan betis,
belakang tumit, dan telapak kaki. Selain itu dapat disertai kelemahan motorik berupa
penurunan refleks patella dan achiles serta penurunan sensoris. Pada anamnesis dapat
ditemukan adanya riwayat mengangkat beban yang berat dan berulang kali, timbulnya low
back pain. Nyeri biasanya diperberat dengan batuk, bersin atau mengejan akibat
peningkatan tekanan intratekal pada kondisi tersebut. Tes laseque/straight leg raise atau
Contra laseque yang dilakukan akan menyebabkan peregangan saraf ischiadicus sehingga
akan timbul nyeri pada sudut < 600 (positif).
98. B
Kriteria diagnosis untuk classic migraine (migraine dengan aura) berdasarkan International
Headache Society (HIS) :
- Sekurang-kurangnya lama nyeri kepala yang muncul berlangsung 4-72 jam (belum
diobati atau sudah diobati namun belum berhasil), DAN
- Nyeri kepala mempunyai sedikitnya 2 dari gejala-gejala berikut :
o Lokasi unilateral, kualitas berdenyut, intensitas nyeri sedang-berat, keadaan
diperberat oleh aktivitas fisik atau diluar kebiasaan rutin.
- Selama nyeri kepala disertai 1 dari gejal berikut : mual dan/muntah ATAU fotofobia
dan fotofobia.
- Tidak berkaitan dengan penyakit lain
- Aura tipikal terdiri atas gejala visual dan/atau sensoris, dan/atau berbahasa yang
berkembang secara bertahap, durasi tidak boleh lebih dari 1 jam, pulih sempurna
dan berhubungan dengan timbulnya nyeri kepala yang memenuhi kriteria migraine
tanpa aura.
Pada pasien ini aura yang ditemukan berupa aura visual yaitu pandangan berkunang-
kunang seperti kilatan cahaya
99. B
Meningitis tuberkulosis merupakan peradangan pada selaput otak (meningen) yang
disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Pada meningitis ini ditemukan tanda
meningitis subakut : demam, letargi, nyeri kepala, kaku kuduk selama beberapa hari sampai
minggu. Dapat pula ditemukan kelainan saraf cranial, gejala keringat malam, serta
syndrome of inappropriate secretion of antiudiuretic hormone. Perbedaan analisis CSF
pada meningitis bakteri, viral, dan tuberculosis sebagai berikut :

100. E
Penyakit Parkinson adalah suatu kelainan degeneratif sistem saraf pusat yang sering
merusak motor penderita itu keterampilan, ucapan, dan fungsi lainnya). Penyakit
Parkinson ditandai dengan tremor saat istirahat, rigiditas, akatisia, bradikinesia, dan
instabilitas postural. Gejala utama adalah hasil dari penurunan stimulasi korteks
bermotor oleh ganglia basal, biasanya disebabkan oleh kurangnya pembentukan dan
kerja dopamin, yang dihasilkan dalam neuron dopaminergik dari otak. Gejala sekunder
dapat mencakup disfungsi kognitif tingkat tinggi dan masalah bahasa halus. Penyakit
ini bersifat kronis dan progresif. Levodopa merupakan pengobatan utama untuk
penyakit parkinson. Di dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan
diubah menjadi dopamine pada neuron dopaminergic oleh L-aromatik asam amino
dekarboksilase (dopadekarboksilase).
101. B
Rabies adalah infeksi virus yang menjalar ke otak melalui saraf perifer. Masa inkubasi
dari penyakit ini 1-3 bulan, tapi dapat bervariasi antara 1 minggu sampai beberapa
tahun, tergantung juga pada seberapa jauh jarak masuknya virus ke otak. Penyakit
infeksi akut sistem saraf pusat (ensefalitis) ini disebabkan oleh virus rabies yang
termasuk genus Lyssa-virus, family Rhabdoviridae dan menginfeksi manusia, terutama
melalui gigitan hewan yang terinfeksi (anjing, monyet, kucing, serigala, kelelawar).
Pada stadium awal dari rabies berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri di
tenggorokan selama beberapa hari. Kemudian stadium sensoris penderita merasa nyeri,
merasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul dengan
gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensoris. Setelah itu
mengalami stadium eksitasi ditandai dengan tonus otot dan aktivitas simpatis menjadi
meninggi dan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan pupil dilatasi. Hal
yang sangat khas pada stadium ini adalah munculnya macam-macam fobia seperti
hidrofobia. Kontraksi otot faring dan otot pernapasan dapat ditimbulkan oleh
rangsangan sensoris misalnya dengan meniupkan udara ke muka penderita. Pada
stadium ini dapat terjadi apneu, sianosis, konvulsan, dan takikardia. Gejala eksitasi
terus berlangsung sampai penderita meninggal. Stadium paralisis merupakan stadium
terakhir tetapi tidak selalu dilalui oleh penderita.
102. B
Sindrom Guillain-Barre adalah penyakit autoimun yang menimbulkan peradangan dan
kerusakan mielin (material lemak, terdiri dari lemak dan protein yang membentuk
selubung pelindung di sekitar beberapa jenis serat saraf perifer). Gejala dari penyakit
ini mula-mula adalah kelemahan dan mati rasa di kaki yang dengan cepat menyebar
menimbulkan kelumpuhan. Sindrom Gullain-Barre adalah penyakit yang biasanya
terjadi satu atau dua minggu setelah infeksi virus ringan seperti sakit tenggorokan,
bronkitis, atau flu, atau setelah vaksinasi atau prosedur bedah. Perlakuan utama GBS
adalah mencegah dan mengelola komplikasi (seperti masalah pernapasan atau infeksi)
dan memberikan perawatan suportif sampai gejala mulai membaik. Pengobatan lain
dari sindrom Guillain-Barre (GBS) tergantung pada seberapa parah gejala Anda. Pada
kasus lebih parah GBS diperlakukan dengan immunotherapy , yang mencakup
pertukaran plasma atau immunoglobulin intravena (IVIG).
103. A
Cerebellum berfungsi dalam kontrol motorik dan fungsi kognitif. selain itu
juga beberapa penelitian meemukan keterlibatan serebellum dalam menjalankan fungsi
sensoris. Cerebellum melakukan pengaturan kerja otot sehingga terjadi kontraksi otot
yang tepat pada saat yang tepat. Cerebellum lebih rentan untuk mengalami
penyakit yang tidak spesifik itu efek dari area lain dari system saraf pusat. Yang paling
menonjol dari destruksi serebellar adalah tipe dari inkoordinasi atau kekakuan,
pergerakan yang disebut dengan ataksia. Pasien dengan ataxia mengalami kesulitan
dalam melakukan gerakan - gerakan tepat dan gangguan kontraksi otot serta dalam
mempertahankan gerakan otot selama aktivitas motorik. Selain itu gangguan pada
serebelum juga mengakibatkan gangguan keseimbangan, vertigo, dan hipotonia.
Hipotonia adalah otot kehilangan kemampuan untuk melawan jika otot dimanipulasi
secara pasif hal ini terjadi akibat hilangnya pengaruh serebelum terhadap stretch reflex.
104. D
Carpal tunnel syndrome adalah kumpulan gejala akibat penekanan pada nervus
medianus oleh ligamentum karpal transversal, di dalam terowongan karpal pada
pergelangan tangan. Untuk membantu diagnosis carpal tunnel syndrome terdapat tes
objektif dilakukan berdasarkan tes provokasi dan pada evaluasi defisit motorik dan
sensorik yang mungkin ada di distribusi nervus medianus di pergelangan tangan. Tanda
Tinel telah dilakukan pada pasien ini dengan mengetuk tempat perjalanan nervus
medianus pada lipatan pergelangan tangan. Timbulnya rasa kesemutan atau nyeri pada
jari yang dipersarafi nervus medianus merupakan tanda yang positif. Selain itu dapat
dilakukan tes phalen. ada tes ini, fleksi pergelangan tanganmenyebabkan kompresi
saraf antara ligamen karpal transversal dan tendon fleksor pada carpal tunnel,
menyebabkan parestesi pada distribusi nervus medianus. Tes ini dianggap positif jika
dijumpai parestesi dalam waktu kurang dari satu menit. Tes Kompresi (Pressure
provocation test) juga dapat dilakukan yang merupakan Analog dengan tes fleksi
pergelangan tangan adalah tes kompresi nervus medianus, dijelaskan oleh Durkan. Tes
ini dianggap spesifik untuk diagnosis CTS; menilai timbulnya parestesi pada distribusi
nervus medianus ketika dokter memberikan tekanan dengan ibu jari pada carpal tunnel
selama sekitar 30 detik
105. A
Vertigo merupaka persepsi yang sealah terhadap gerakan atau lingkungan. Pada pasien
ini mengalami vertigo perifer berupa Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV)
karena tidak ditemukan defisit neurologis fokal maupun kelainan pendengaran. BPPV
adalah gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik serangan vertigo di
perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan dengan perubahan posisi kepala dari
tidur, melihat ke atas, kemudian memutar kepala. Benign Paroxysmal Positional
Vertigo diduga disebabkan oleh perpindahan otokonia kristal (kristal karbonat Ca yang
biasanya tertanam di sakulus dan utrikulus). Kristal tersebut merangsang sel-sel rambut
di saluran setengah lingkaran posterior, menciptakan ilusi gerak. Batu-batu kecil yang
terlepas (kupulolitiasis) didalam telinga bagian dalam menyebabkan BPPV.
Penatalaksanaan untuk BPPV didasari dengan kemampuan membuat gerakan sendiri
ataupun prosedur-prosedur dalam mereposisikan kanalis, dengan tujuan
mengembalikan partikel-partikel yang bergerak kembali ke posisi semula yaitu pada
makula utrikulus. Epley Manuver ini merupakan yang paling sering digunakan pada
kanal vertikal. Penderita berada dalam posisi tegak kemudian kepala menoleh ke sisi
yang sakit. Kemudian penderita ditidurkan dengan posisi kepala digantungkan, dan
dipertahankan selama 1 sampai 2 menit. Berikutnya, kepala ditolehkan 90 derajat ke
sisi sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi lateral dekubitus dan dipertahan
30-60 detik. Kemudian beritahu pasien untuk mengistirahatkan dagu pada pundaknya
dan duduk kembali secara perlahan.
106. B
Tetanus adalah penyakit pada sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin.
Penyakit ini ditandai dengan spasme tonik persisten, disertai serangan yang jelas dan
keras.
Derajat penyakit tetanus menurut modifikasi dari klasifikasi Albleet’s :
1. Grade 1 (ringan)
Trismus ringan sampai sedang, spamisitas umum, tidak ada penyulit pernafasan, tidak
ada spasme, sedikit atau tidak ada disfagia.
2. Grade 2 (sedang)
Trismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme ringan atau sedang namun singkat,
penyulit pernafasan sedang dengan takipneu.
3. Grade 3 (berat)
Trismus berat, spastisitas umum, spasme spontan yang lama dan sering, serangan
apneu, disfagia berat, spasme memanjang spontan yang sering dan terjadi refleks,
penyulit pernafasan disertai dengan takipneu, takikardi, aktivitas sistem saraf otonom
sedang yang terus meningkat.
4. Grade 4 (sangat berat)
Gejala pada grade 3 ditambah gangguan otonom yang berat, sering kali menyebabkan
“autonomic storm”.
Psikiatri
107. D
Pada pasien ini mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
(gangguan hiperkinetik) yang ditandai dengan berkurangnya perhatian (mudah teralih
minat dan aktivitasnya) dan aktivitas yang berlebihan (kegelisahan berlebihan pada
situasi yang menuntut keadaan lebih tenang) pada lebih dari satu situasi (di rumah ,
sekolah, dan klinik).
108. B
Suatu kondisi yang ditandai dengan ketidakaktifan, penurunan responsif terhadap
rangsangan, dan kecenderungan mempertahankan postur tubuh yang tidak bergerak.
Anggota badan cenderung tetap berada dalam posisi apa pun yang ditempatkan
(fleksibilitas fleksibel). Katalepsi dapat dikaitkan dengan gangguan psikotik (mis.,
schizophrenia, catatonic), toksisitas sistem saraf, dan kondisi lainnya.
109. A
Skizofrenia merupakan suatu sindrom psikotik kronis yang ditandai oleh gangguan
pikiran dan persepsi, afek tumpul, anhedonia, deteriorasi, serta dapat ditemukan uji
kognitif yang buruk. Berdasarkan pedoman PPDGJ III : pasien ini memenuhi kriteria
skizofrenia hebefrenik yakni perilaku yang tidak bertanggung jawab (memungut barang
dan membawa kemana pun dia pergi), afek dangkal, tidak wajar, pembicaraan tidak
menentu yang diamati selama 2-3 bulan. Gangguan afektif yang menojol seperti sering
tertawa-tawa sendiri. pada pasien juga telah ditemukan perubahan bermakna sebagai
fungsi social. Pasien tidak bekerja selama 6 bulan terakhir.
110. B
Berdasarkan PPDGJ III, gangguan panik ditegakkan jika timbul beberapa kali serangan
anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam rentang waktu sekitar 1
bulan. Dalam kondisi tidak ada situasi yang berbahaya, dalam situasi yang tidak diduga,
dengan kondis dimana pasien bebas dari gejala cemas diantara serangan panic.
111. E
Neuroleptic Malignant Syndrome merupakan gejala ekstrapiramidal sebagai efek
samping akut penggunaan antipsikotik generasi I yang ditandai dengan hipertermi,
rigiditas otot, abnormalitas sistem saraf otonom, penurunan kesadaran, peningkatan
enzim transaminase hati, peninggkatan kadar keratin fosfokinase, leukositosis,
mioglobinemia, mioglobinuria, dan gagal ginjal akut.
112. B
Gangguan Bipolar I adalah suatu perjalanan klinis yang dikarakteristikkan oleh
terdapatnya satu atau lebih episode manik atau campuran, dimana individu tersebut juga
mempunyai satu atau lebih episode depresi mayor. Kekambuhan ditunjukkan oleh
perpindahan polaritas dari episode atau terdapatnya interval diantara episode-episode
paling sedikit 2 bulan tanpa adanya gejala- gejala mania.
Gejala mania yang dimaksud berupa mood yang meningkat atau iritabel yang menetap
minimal selama seminggu. Selain itu terjadi miniml 3 gejala berikut yaitu : peningkatan
aktivitas fisik (terutama gairah seksual), keingan terus berbicara dengan flight of ideas,
berkyrangnya hingga hilangnya inhibisi social, tidak butuh tidur, adanya ide
kebesaran,tidak butuh tidur. Gejala Utama depresi berupa perasaan depresif, hilangnya
minat dan semangat, dan Mudah lelah serta tenaga hilang. Gejala Lain berupa
konsentrasi dan perhatian menurun, harga diri dan kepercayaan diri menurun, perasaan
bersalah dan tidak berguna, pesimis terhadap masa depan, gagasan membahayakan diri
atau bunuh diri, gangguan tidur, gangguan nafsu makan dan menurunnya libido.
Depresi berat dikategorikan jika memenuhi ketiga gejala utama dan lebih dari 4 gejala
lain.
113. D
Hipokondriasis atau gangguan hipokondrik merupakan keyakinan yang menetap
adanya sekurang-kurangnya satu penyakit serius yang melandasi keluhan, meskipun
pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang alasan fisik yang memadai ataupun
adanya preokupasi menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk
penampakan fisiknya (tidak sampai waham). Pasien juga biasanya tidak mau menerima
nasehat dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan kelainan.
114. A
Sebagai antipsikotik, risperidon memiliki affinitas yang lumayan kuat terhadap reseptor
D2 pada laktotrof mengakibatkan kenaikan prolaktin. Hiperprolaktinemia dalam waktu
yang lama dapat berujung pada galaktorrhea, ginekomastia, gangguan menstruasi pada
perempuan dan disfungsi seksual pada laki-laki.
115. B
Pasien mengalami gangguan psikotik akut yang ditandai dengan adanya waham curiga,
disertai halusinasi auditori, dan perilaku kacau/gaduhgelisah sejak 2 minggu yang lalu
(akut). Pada pasien dapat diberikan terapi haloperidol berupa injeksi (lodomer) 1 ampul
jika pasien gelisah dan peroral sebanyak 3x5mg. Haloperidol (HLP) adalah salah satu
obat golongan anti-psikotik yang digunakan untuk penderita psikotik yang cenderung
hiperaktif. HLP merupakan antagonis dopamin D1 dan D2 dimana obat ini akan
menekan sistem aktivasi retikuler dan menghambat pelepasan hormon hipotalamik dan
hipofiseal.
116. C
Pada pasien ini mengalami depresi post partum yang ditandai dengan perasaan sedih,
murung, penurunan nafsu makan, sulit tidur, dan aktivitas fisiknya terganggu dimana
pasien tidak mau menyentuh dan menyusui anaknya selama 2 minggu terakhir. Untuk
terapi depresi terdiri dari terapi obat antidepresi seperti SSRI yaitu fluoxetine dan terapi
suportif baik berupa behavioral therapy, reassurance. Jika post partum blues, gejala
seperti mood labil, sedih, menangis, sulit tidur akan hilang dalam kurang dari 10 hari
dan bersifat swasirna. Jadi hanya diperlukan terapi suportif.
117. D
Pasien mengalami halusinasi auditorik yang ditandai dengan pasien mendengar suara
yang berkomentar secara terus-menerus tentang perilaku pasien atau mendiskusikan
perihal pasien diantara mereka sendiri.
Jika thought insertion pasien merasa pikiran dari luar masuk ke dalam pikirannya,
thought broadcasting ketika pasien merasa isi pkirannya terrsiar keluar sehingga semua
orang tau isi pikirannya, dan thought withdrawal ketika pasien merasa isi pikirannya
diambil dari luar.
Obgyn
118. A
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai infeksi atau
tanpa infeksi. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi
lahir. Diagnosis mastitis ditegakkan bila ditemukan gejala demam, menggigil, nyeri
seluruh tubuh serta payudara menjadi kemerahan, tegang, panas dan bengkak. Beberapa
faktor risiko utama timbulnya mastitis adalah puting lecet, frekuensi menyusui yang
jarang dan pelekatan bayi yang kurang baik. Melancarkan aliran ASI merupakan hal
penting dalam tata laksana mastitis baik dengan cara pemijatan, kompres hangat, atau
pompa. Tetapi terkadang bengkak atau nyeri menghalangi ibu untuk memberi ASI. Jika
gejala mastitis masih ringan dan berlangsung kurang dari 24 jam, maka perawatan
konservatif (mengalirkan ASI dan perawatan suportif) sudah cukup membantu. Jika
tidak terlihat perbaikan gejala dalam 12 - 24 jam atau jika ibu tampak sakit berat,
antibiotik harus segera diberikan. Jenis antibiotik yang biasa digunakan adalah
dikloksasilin atau flukloksasilin 500 mg setiap 6 jam secara oral. Antibiotik diberikan
paling sedikit selama 10 - 14 hari. Biasanya ibu menghentikan antibiotik sebelum
waktunya karena merasa telah membaik. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya
mastitis berulang.
119. A
Hiperemesis gravidarum diartikan sebagai gejala mual dan muntah yang berlebihan
yang berat, dapat berlangsung sampai dengan umur kehamilan 4 bulan sehingga
pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.
Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih kontroversial.
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka
terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik, dan
aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan akibat
muntah akan menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra vaskuler dan plasma akan
berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian juga dengan klorida urine,
Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehigga aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan
tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah
dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, meningkatkan frekuensi muntah yang lebih
banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan penderita.
120. C
Distosia bahu adalah ketidakmampuan melahirkan bahu ≥ 60 detik dalam persalinan
normal atau tertahannya bahu depan pada simfisi. Tanda khas distosia bahu adalah
turtle sign dimana kepala bayi yang telah keluar akan tertarik lagi ke belakang seperti
kura-kura. Distosia bahu merupakaan keadaan gawatdarurat yang memerlukan terapi
segera untuk mencegah komplikasi. Tata laksana yang tepat adalah :
Ask for help = meminta pertolongan
Lift off the leg / maneuver Mc. Robert, mengangkat kaki fleksi dan abduksi sedekat
mungkin dengan perut.
Anterior disimpaction
Rotation of posterior shoulder
Manual removal of posterior arm
Episiotomi
Roll the patients to all four position
121. E
Pada pasien ini memasuki Kala 2 persalinan yang ditandai dengan pembukaan serviks
lengkap dan kepala bayi pada introitus vagina. Oleh karena itu tanda bayi siap untuk
dilahikan sehingga yang dilakukan adalah pimpin persalinan normal.
122. C
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria. Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu
atau lebih gejala sebagai berikut : .
Tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah diastolik > 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit
dan sudah menl'alani tirah baring.
Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ * dalam pemeriksaan kualitatif.
Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
Kenaikan kadar kreatinin plasma.
Gangguan visus dan serebral: penunrnan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson).
Edema pam-paru dan sianosis.
Hemolisis mikroangiopatik.
Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mml arau penunlnan trombosit dengan
cepat.
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan
aspartate aminotransferase
Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
Sindrom HELLP.
123. C
Abortus komplit merupakan keluarnya seluruh hasil pembuahan secara spontan
sebelum mampu bertahan hidup (< 20 minggu) yang ditandai dengan perdarahan sedikit
demi sedikit disertai jaringan seluruhnya, tanpa rasa nyeri/sedikit, dan ostium uteri
internum yang sudah menutup.
124. D
Kelenjar Bartholini terletak pada 1/a posterior dari setiap labium majus dan muara dari
duktus sekretorius dari kelenjar ini, berada tepat di depan (eksternal) himen pada posisi
jam 4 dan 8. Kista bartholin tersebut terjadi akibat parut setelah infeksi (terutama yang
disebabkan oleh nisereria gonorea dan kadangkadang streptokok dan stafilokok) atau
trauma yang kemudian menyebabkan sumbatan pada saluran ekskresi kelenjar
Bartholini. Bila pembesaran kistik ini tidak disertai dengan infeksi lanjutan atau
sekunder, umumnya tidak akan menimbulkan gejala-gejala khusus dan hanya dikenali
melalui palpasi. Sementara itu, infeksi akut disertai penl'umbatan, indurasi, dan
peradangan. Gejala utama akibat infeksi biasanya berupa nyeri sentuh dan dispareunia.
125. D
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda
inpartu atau setelah satu jam tidak ada tanda-tanda inpartu. Tanda inpartu yang
dimaksud adalah keluarnya lendir berampur darah (bloody slim), kontraksi perut yang
teratur/his 3-4kali/10 menit, dan adanya pembukaan serviks. Klinis yang ditemukan
berupa keluarnya cairan dari jalan lahir dan tes lakmus atau nitrazin test menunjukkan
perubahan warna menjadi biru (cairan ketuban bersifat basa)
126. E
Atonia uteri merupakan lemahnya kontraksi uterus sehingga perdarahan dari tempat
implantasi plasenta tidak dapat tertutup. Kondisi ini dapat dicegah dengan manajemen
aktif kala tiga dan pemberian tokolitik setelah bayi lahir. Jika fundus uteri masih
setinggi pusat atau lebih dan kontraksi tidak bagus serta perdarahan banyak, curiga
terjadinya atoni. Apabila kondisi pasien tidak stabil akibat perdarahan massif, kondisi
pasien harus distabilkan dengan posis tredelenburg, pemasangan oksigen, dan
pemasangan akses vena untuk pemberian cairan kristaloid.

127. A
Sesuai dengan penjelasan terkait ketuban pecah dini sebelumnya, pada pasien ini
mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan preterm disertai dengan malposisi.
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis" Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya
terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada Ketuban Pecah Dini prematur,
infeksi lebih sering daripada aterm. Oleh karena itu sebagai manajemen konservatif
perlu perawatan rumah sakit dan berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau
eritromisin bila tidak ahan ampisilin dan metronidazol2 x 500 mg selama 7 hari). Jika
umur kehamilan < 32 - 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau
sampai air ketuban tidak lagi keiuar. Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, belum inpartu,
tidak ada infeksi, tes busa negatif berikan deksametason, observasi tanda-tanda infeksi,
dan kesejahteraan janin. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2hari,
deksametason I.M. 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.Terminasi kehamilan pada pasien
ini dengan seksio secarea.
128. A
Metritis merupakan infeksi uterus pasca persalinan yang sebagian besar terjadi pada
persalinan dengan operasi seksio sesarea. Metritis ditandai dengan demam (38 0C-390C)
disertai menggigil, nyeri abdomen, lokhia berbau dan pada pemeriksaan bimanual
ditemukan uterus agak membesar dan lembek. Pada penderita metritis ringan
pascapersalinan normal pengobatan dengan antibiotika oral biasanya memberikan hasil
yang baik. Pada penderita metritis sedang dan berat, termasuk penderita pasca seksio
sesarea, perlu diberikan antibiotika dengan spektrum luas secara intravena, dan
biasanya penderita akan membaik dalam waktu 48 – 72 jam. Untuk pengobatan
metritis, kombinasi antibiotika biasanya dilanjutkan sampai ibu tersebut bebas demam
selama 48 jam. Antibiotik pilihan untuk metritis adalah ampisilin 4 x 1 gram ,
gentamisin 2 x 80 mg, dan metronidazol 3 x 500 mg.
129. A
Eklampsia merupakan preeklamsia (hipertensi yang muncul pada usia kehamilan < 20
minggu disertai dengan proteinuri) yang disertai dengan kejang-kejang menyeluruh dan
koma tanpa dibuktikan penyebab kejang lain. Pemberian magnesium sulfat pada
dasarnya sama seperti pemberian magnesium sulfat pada preeklampsia berat. Dosis
awal 4 gram MgSO4 secara intravena (40 % dalam 10 cc) selama 15 menit.
Maintenance dose diberikan infus 5 gram dalam larutan Ringer/6 jam; atau diberikan 4
atau 5 gram i.m. Selanjutnya diberikan 4 gram i.m. tiap 4 - 6 jam. Syarat-syarat
pemberian MgSO4 adalah harus tersedia antidotum MgSO yaitu bila terjadi intoksikasi
yaitu kalsium giukonas 10 % = 1 g (10 % dalam 10 cc) diberikan i.v. 3 menit, Refleks
patella (+) kuat, Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distres
napas.
130. D
Pasien ini berada pada trimester 3, sehingga pada saat antenatal care kunjungan 3 /4,
informasi edukasi yang tepat diberikan terkait dengan perencanaan cara
persalinan,tempat persalinan, tanda-tanda persalinan, dan kondisi yang mungkin terjadi
sebelum persalinan seperti ketuban pecah dini, atau persalinan preterm. Pada ibu hamil
dengan HIV, cara persalinan harus ditentukan sebelum umur kehamilan 38 minggu
untuk meminimalkan terjadinya komplikasi persalinan. Sampel plasma viral load dan
jumlah CD4 harus diambil pada saat persalinan. Pasien dengan HAART harus
mendapatkan obatnya sebelum persalinan, jika diindikasikan, sesudah persalinan.
Semua ibu hamil dengan HIV positif disarankan untuk melakukan persalinan dengan
seksio sesaria. Persalinan dengan elektif seksio sesaria ternyata juga dapat menurunkan
transmisi perinatal. Persalinan ini dinilai dapat meminimalkan terpaparnya janin
terhadapa darah maternal, akibat pecahnya selaput plasenta dan sekresi maternal, saat
janin melewati jalan lahir. Indikasi persalinan dengan elektif seksio sesaria adalah
wanita tanpa pengobatan antiviral, wanita yang mengkonsumsi HAART dengan viral
load >50kopi/mL, wanita yang hanya mengkonsumsi monoterapi ZDV, wanita dengan
HIV positif dan koinfeksi virus hepatitis, termasuk HBV dan HCV. Persalinan
pervaginam yang direncanakan hanya boleh dilakukan oleh wanita yang
mengkonsumsi HAART dengan viral load < 50 kopi/mL. jika pasien ingin melakukan
persalinan seksiosesarea maka seksio sesarea dijadwalkan pada usia kehamilan 39 +
untuk meminimalkan resiko transient tacypnea of newborn.
131. A
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan
lengkap). Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks
membuka sampai 3 cm dan aktif (7 jam) dimana serviks membuka antara 3-10 cm. Menurut
Rohani dkk (2011) inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena
serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pembuluh darah kapiler sekitar
kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.
132. B
Kontrasepsi darurat merupakan kontrasepsi pasca senggama karena digunakan segera
setelah melakukan senggama atau hubungan seksual. Mekanisme kerja kontrasepsi darurat
adalah menghambat atau menunda ovulasi, menghambat perjalanan sel telur atau sperma
dalam saluran tuba, mempengaruhi fase luteal, embriotoksik, menginduksi aborsi dan
mencegah implantasi dengan merubah kondisi endometrium. Contohnya adalah progestin
yang merupakan turunan progesterone terdiri dari 0,75 mg levonogestrol yang terbagi
dalam 2 dosis. Pemberian dimulai dalam jangka waktu 48 jam setelah senggama. Angka
kegagalan dilaporkan 2,4%. Selain itu juga dapat digunakan estrogen dosis tinggi. Pada
setiap kasus pemberian estrogen dosis tinggi harus diberikan dalam jangka waktu 72 jam.
Namun efek samping sering timbul. Pil diminum 2 kali sehari selama 5 hari setoap kali
minum setara dengan 25 mg DES, etinil estradiol dibutuhkan 2,5 mg per dosis sedangkan
estrogen yang teresterifikasi dan terkonjugasi masing-masing dibutuhkan 10 mg perdosis/5
mg estrogen per dosis.
133. A
Pada pasien ini mengalami his palsu hal ini dapat dilihat dari tanda-tanda berikut :

Oleh karena itu perlu dilakukan observasi selanjutnya terkait tanda-tanda inpartu.
134. E
Penggunaan kontrasepsi hormonal seperti pil KB kombinasi dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah dan merentesi cairan, sedangkan suntikan hormonal juga
tidak dapat diberikan pada pasien dengan riwayat sakit jantung, hipertensi, dan stroke.
Oleh karena itu pada pasien ini, cocok diberikan kontrasepsi yang bersifat lokal dan
bukan hormonal yang bersifat sistemik yaitu AKDR
135. B
Pada pasien ini mengalami vaginosis bacterial dilihat dari adanya keputihan berbau
amis ditunjang dengan ditemukannya clue cell pada swab vagina. Vaginosis bakterial
telah diasosiasikan dengan gangguan kehamilan termasuk abortus spontan pada
kehamilan trimester pertama dan kedua, kelahiran premarur, rupture membran yang
prematur, persalinan prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, korioamnionitis,
endometritis pascapersalinan, dan infeksi luka pascaoperasi sesar.
136. B
Pada pasien ini ditemukan hasil analisis sperma berupa kelainan bentuk/morfologi yaitu
bulat tanpa kepala dan pendek tanpa ekor, dan hanya 30 % yang bergerak normal.

137. D
138. B
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah uteri sehingga
menutup sebagian hingga seluruh ostium uteri internum. hal ini ditandai dengan
perdarahan warna merah segar (antepartum) tanpa disertai nyeri. Awlnya sedikit lalu
berhenti sendiri. kemudian, akan berulang tanpa sebab jelas dan lebih banyak.
Biasanya, dimulai dari trimester kedua lebih.
139. A
Pasien ini menggunakan pil KB kombinasi, jika lupa meminumnya, pil tersebut
hendaknya diminum keesokan paginya, sedang pil untuk hari tersebut diminum pada
waktu yang biasa. Jika lupa minum pil dua hari berturut-turut, dapat diminum 2 pil
keesokan harinya dan 2 pil lusanya. Selanjutnya, dalam hal demikian, dipergunakan
cara kontrasepsi yang lain selama sisa hari dari siklus yang bersangkutan. Demikian
pula hendaknya jika mulai minum pil, digunakan cara kontrasepsi lain selama sedikit-
sedikitnya2 minggu. Petunjuk umum untuk hal ini ialah: anggaplah bungkus pertama
belum aman.
Fisiologi/Biomedik
140. A
Tekanan koloid bergantung pada albumin di dalam serum. Pada keadaan normal
albumin dibentuk oleh hati. Apabila hati terganggu fungsinya akibat sirosis hepatis,
makan pembentukan albumin juga terganggu fungsinya, maka pembentukan albumin
juga terganggu dan kadarnya menurun sehingga tekanan koloid osmotic juga
berkurang. Kadar albumin yang kurang dari 3% sudah dapat merupakan tanda kritis
untuk timbulnya asites.
141. D
Pada pasien ini mengalami tampak terdapat peningkatan trigliserida. Terapi
farmakologis diberikan pada pasien dengan trigliserida ≥ 200 dan apabila dengan terapi
statin kadar LDL sudah tercapai tapi kadar trigliserida belum tercapai seperti yang
terjadi pada kasus ini. Oleh karena itu pada pasien ini diperlukan terapi farmakologis
berupa fibrat. Fibrat adalah agonis dari PPAR-α. Melalui reseptor ini, fibrat
menurunkan regulasi gen apoC-III serta meningkatkan regulasi gen apoA-I dan A-II.
Berkurangnya sintesis apoC-III menyebabkan peningkatan katabolisme TG oleh
lipoprotein lipase, berkurangnya pembentukan kolesterol VLDL, dan meningkatnya
pembersihan kilomikron. Peningkatan regulasi apoA-I dan apoA-II menyebabkan
meningkatnya konsentrasi kolesterol HDL.
142. D
Sindrom Cushing terjadi akibat aktivitas korteks adrenal yang berlebihan. Sindrom
tersebut dapat terjadi akibat pemberian kortikosteroid atau ACTH yang berlebih atau
akibat hiperplasia korteks adrenal. Dalam praktis klinis, sebagian besar kasus sindrom
cushing disebabkan oleh pemberian glukokortikoid eksogen. Penyebab lain bersifat
endogen dan disebabkan oleh salah satu dari berikut: penyakit primer hipotalamus-
hipofisis yang menyebabkan hipersekresi ACTH, hiperplasia atau neoplasia
adrenokorteks primer atau sekresi ACTH ektopik oleh neoplasma nonendokrin. Faktor
resiko pada pasien ini adalah penggunaan jamu yang mengadung steroid. Gejala umum
yang bisa ditemukan pada setiap usia adalah obesitas dengan distribusi lemak
sentripetal. Gejala ini ditandai oleh bentuk wajah yang bulat dan dagu ganda, serta sifat
pletorik yang khas, dan dapat ditemui adanya buffalo hump. Kulit tipis disertai adanya
stria ungu pada abdomen, paha, bokong, dan lengan atas. Kulit mudah mengalami
memar dan terinfeksi jamur. Gejala hipertensi juga merupakan gejala umum yang pada
sindrom Cushing bisa menyebabkan gagal jantung. Urolitiasis bisa ditemukan pada
masa bayi dan kanak-kanak. Gejala gangguan psikologis yang bisa ditemui antara lain
gangguan emosi, insomnia, dan euforia. Gejala dan tanda klinis akibat sekresi
berlebihan androgen adrenal antara lain hirsutisme, jerawatan, virilisme pada anak
perempuan, dan pseudopubertas pada anak laki-laki.
143. A
Kanker prostat adalah keganasan pada prostat yang diderita pria berusia lanjut dengan
kejadian puncak pada usai 65 - 75 tahun. Lebih dari 95 % kanker prostat bersifat
adenokarsinoma. Selebihnya didominasi transisional sel karsinoma. Penelitian
menunjukkan bahwa 60 - 70% kasus kanker prostat terjadi pada zona perifer sehingga
dapat diraba sebagai nodul – nodul keras irregular. Gejala awal kanker prostat biasanya
asimptomatis kemudia gejala yang dominan adalah obstruksi saluran kemih. Selain itu
juga dapat menyebabkan hematuria, dan apabila telah metastase dapat ditemukan nyeri
tulang. Pada pemeriksaan colok dubur biasanya ditemukan pembesaran prostat yang
teraba seperti nodul keras dan berdungkul-dungkul. Prostat Spesifik Antigen (PSA)
adalah enzim proteolitik yang dihasilkan oleh epitel prostat dan dikeluarkan bersamaan
dengan cairan semen dalam jumlah yang banyak. Prostat Spesifik Antigen memiliki
nilai normal ≤ 4ng/ml. Pasien yang memiliki kadar PSA lebih dari 10 ng/mL biasanya
menderita kanker prostat.
144. D
Forensik/Medikolegal
145. C
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis sebagai berikut :

146. E
Luka tembak masuk (LTM) terbagi atas :
LTM jarak jauh : hanya dibentuk komponen anak peluru, berbentuk lubang dengan
kelim lecet dan kelim kesat pada dindingnya
LTM jarak dekat : dinentuk oleh komponen anak peluru,butir mesiu, dan jelaga. Luka
berupa lubang dengan kelim lecet,kelim kesat, kelim tato, dan/atau kelim jelaga
LTM jarak sangat dekat : dibentuk komponen anak peluru,butir mesiu, jelaga, dan
panas/api. Luka seperti LTM jarak dekat demhan kelim api di tepi lubang.
LTM temple : dibentuk seluruh komponen luka tembak yang masuk seluruh atau
sebagian ke saluran luka dan jejas laras. Saluran luka berwarna hitam dan jejas laras
tampak mengelilingi di luar luka tembak masuk sebagai luka lecet tekan.
147. A
Pada kasus ini dokter menerapkan prinsip beneficience dengan memberikan pelayanan
yang terbaik untuk pasien. Beneficience berarti :
ketika kondisi pasien merupakan kondisi yang wajar dan berlaku pada banyak pasien
lainnya, sehingga dokter akan melakukan yang terbaik untuk kepentingan pasien
dokter telah melakukan kalkulasi dimana kebaikan yang akan dialami pasiennya akan
lebih banyak dibandingkan dengan kerugiannya.
148. C
Untuk mencegah, serta melindungi korban serta menindak pelaku kekerasan dalam
rumah tangga makan Negara dan masyarakat berkewajiban memberikan korban kepada
korban KDRT sebagai mana diatur dalam UU No,23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
KDRT. Pembuktian tentang kasus KDRT dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun
2004 dapat dilakukan dengan hanya mendengarkan saksi korban, atau dapat juga
ditambah dengan alat bukti lain. Visum Et Repertum yang dibuat oleh seorang dokter
berdasarkan surat permintaan visum dari pihak polisi sebagai tindak lanjut pelaporan
dari korban. Sebagai dokter kita hanya bisa menunjukkan berdasarkan hasil
pemeriksaan dalam bentuk visum et repertum membuktikan memang benar terjadi
kekerasan fisik. Polisi, jaksa, dan hakim tidak memiliki legitimasi yuridis dan keilmuan
untuk menentukan secara persis mengenai bentuk dan penyebab kekerasan fisik. Tanpa
pelaporan dari korban atau saksi tuntutan tidak bisa dilakukan. Jadi sebagai dokter kita
hanya smemberikan edukasi namun keputusan tetap di tangan pasien
149. A
Sebagai dokter harus menerapkan veracity : berbicara benar, jujur, dan secara terbuka
dalam menyampaikan hasil temuan pemeriksaan.
150. C
Penjeratan/ Strangulation merupakan penekanan benda asing dapat berupa tali, ikat
pinggang, stagen, kawat, kabel, kaos kaki,, yang melingkari dan mengikat leher
sehingga saluran napas tertutup. Mekanismen kematian adalah asfiksia atau refleks
vagal. Pada kasus ini dapat ditemukan luka lecet sekitar jejas jerat, yaitu kulit
mencekung warna coklat-kaku atau sedikit perdarahan pada tepi jerat. Pada kasus jerat
jejas tampak mendarat, melingkari leher, dan letaknya setinggi atau dibawah rawan
gondok.
151. A
Berdasarkan buku panduan JKN disebutkan bahwa meskipun manfaat yang dijamin
dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada manfaat yang tidak dijamin meliputi:
a. Tidak sesuai prosedur; b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama
dengan BPJS; c. Pelayanan bertujuan kosmetik; d. General check up, pengobatan
alternatif; e. Pengobatan un tuk mendapatkan keturunan,pengobatan impotensi; f.
Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan g. Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang
timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba.
152. B
Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan BPJS
Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan gawat
daruratnya teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan tersebut
wajib merujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. BPJS
Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yangtidak menjalin kerjasama
setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara dengan tarif yang berlaku di
wilayah tersebut
153. B
CFR : (10/20)*100% = 50 %
154. E
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu
kriteria sebagai berikut: a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu
daerah. b. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya. c. Peningkatan
kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam
kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya. d. Jumlah penderita
baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya. e. Rata-rata
jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada
tahun sebelumnya. f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam
1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama. g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate)
penderita baru pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding
satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
155. D
Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai
risiko kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan
kejadian tertentu dalam masyarakat. Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang
berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu.
Rumus Incidence Rate (IR): Jumlah penyakit baru
------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu.
156. C
Variable bebas yaitu BMI ibu dinyatakan dalam bentuk data nominal, sedangkan
variabel tergantung yitu berat badan lahir dinyatakan dalam bentuk data nominal juga.
Oleh karena itu uji statistic yang paling tepat digunakn adalah Chi Square/Chi Kuadrat
157. C
Pada pasien ini menunjukkan gejala kecurigaan terhadap TB yang ditandai dengan
batuk kronis (> 2minggu), demam disertai keringat malam. Selain itu terdapat faktor
resiko berupa kontak dengan pasien riwayat TB. Pewarnaan Ziehl Neelsen, termasuk
pewarnaan tahan asam. Biasanya dipakai untuk mewarnai golongan Mycobacterium
salah satunya Mycobacterium tuberculosa yang menjadi penyebab tuberculosis. Sifat
tahan terhadap pelunturan (decolorization) dengan asam inilah yang mendasari
keluarnya istilah Tahan Asam (Acid Fastness). Sedangkan bakteri-bakteri lain termasuk
sel-sel darah merah,sel-sel darah putih serta sisa-sisa jaringan akan melepaskan zat
warna utama ini. Sehingga bakteri genus Mycobacterium akan tampak berwarna merah.
Sedangkan selain bakteri ini akan diwarnai oleh zat warna latar belakang (counter stain)
yaitu berwarna biru ( Methylen Blue ).
158. B
Sepsis merupakan sindroma reaksi inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory
Response Syndrome /SIRS) yang disebabkan oleh adanya infeksi. SIRS merupakan
reaksi inflamasi masif sebagai akibat dilepasnya berbagai mediator secara sistemik
yang dapat berkembang menjadi disfungsi organ atau Multiple Organ Dysfunction
(MOD) dengan tanda klinis: 1) Temperatur > 38,3°C atau < 35,6°C 2) Denyut jantung
> 90 kali/menit 3) Jumlah nafas > 20 kali/menit atau PaCO2 < 32 torr ( 12.000 sel/mm3
atau < 4.000 sel/ mm3 atau ditemukan > 1% sel imatur. Penyebab dari sepsis terbesar
adalah bakteri Gram (-) dengan presentase 60 sampai 70 % kasus, yang menghasilkan
produk dapat menstimulasi sel imun. Sel tersebut akan terpacu untuk melepaskan
mediator inflamasi. Produk yang berperan penting terhadap sepsis adalah
lipopolisakarida (LPS). LPS atau endotoksin glikoprotein kompleks merupakan
komponen utama membran terluar dari bakteri gram negatif. Lipopolisakarida
merangsang peradangan jaringan, demam, dan syok pada penderita yang terinfeksi.
Struktur lipid A dan LPS bertanggung jawab terhadap reaksi dalam tubuh penderita.
Pada pasien ini terdapat gejala awal berupa nyeri saat berkemih yang merupakan gejala
infeksi saluran kemih. Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri
gram negative seperti pada tabel dibawah ini :

159. D
Jenis bakteri berdasarkan bentuknya adalah bentuk batang (basilus), bulat (kokus), dan
spiral (spirilum). Bakteri yang berbentuk bulat terbagi lagi menjadi beberapa macam yaitu
: monokokus (bakteri berbentuk bulat tunggal), diplokokus (bakteri berbentuk bulat dan
berpasangan), streptokokus (bakteri berbentuk bulat bergandengan menyerupai bentuk
rantai) seperti Streptococcus pneumonia, tetrakokus (bakteri berbentuk bulat yang terdiri
atas 4 sel dengan susunan menyerupai bentuk bujur sangkar hasil dari pembelahan sel ke
dua arah), sarkina (bakteri berbentuk bulat yang terdiri dari 8 sel dengan susunan
menyerupai bentuk bujur sangkar hasil dari pembelahan sel ke tiga arah) dan
stafilokokus (koloni bakteri berbentuk bulat yang tersusun menyerupai kelompok buah
anggur hasil dari pembelahan sel ke segala arah) seperti Staphylococcus aureus.
160. A
161. B
Pada pasien ini ditemukan tanda apendisitis berupa nyeri yang berpindah dari umbilicus
ke kanan bawah, demam, nyeri pada Mc Burney (+), tanda obturator (+), tanda rovsing
(+), dan leukositosis. Pemeriksaan penunjang yang tepat dan cepat adalah USG untuk
menilai ada tidak abses dan sekaligus menyingkirkan diagnosis banding seperti
kehamilan ektopik. Apendikogram juga dapat dilakukan akan tetapi tidak cepat karena
dalam prosesnya dilakukan pemberian kontras BaS04 serbuk halus yang diencerkan
dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan diminum sebelum pemeriksaan kurang
lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk dewasa. Appendicogram
menunjukan hasil positif jika non fiiling sedangkan partial filling ditunjukkan dengan
gambaran mouse tail.
162. C
Perforasi pada pasien ini disebabkan oleh perforasi akibat trauma tumpul yang dialami
pasien. Pada rupture gaster, lokasi nyeri hebat terdapat pada epigastrium. Udara dari
lambung dapat keluar masuk ke ruangan antara hepar dengan dinding perut dan
menyebabkan hilangnya pekak hati. Bising usus akan berkurang atau hilang. Bila
terjadi keterlambatan penanganan akan menyebabkan distensi abdomen dan perkusi
timpani difus. Dengan pemeriksaan abdomen 3 posisi akan tampak gambaran udara
bebas subdiafragma.
163. C
Pada pasien ini mengalami gejala akut abdomen dengan gejala yang menonjol berupa
nyeri perut. Selain itu juga ditemukan gejala obstruksi berupa perut kembung, tidak bisa
buang air besar. Untuk mengetahui penyebabnya kita harus mencari lokasi, jenis
awitan, dan progresifitas, serta karakter nyeri. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan
pertama kali adalah foto abdomen dengan 3 posisi.
164. C
Penyakit paru obstruktif kronis merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya
hambatan liran udara yang menetap dan progresif yang disertai dengan peningkatan
respon inflamasi kronis pada salurn nafas dan paru terhadap partikel berbahaya seperti
pajanan asap rokok dan polusi udara. PPOK memiliki tanda berupa sesak napas/batuk
produktif kronis, dapat ditemukan barrel chest, penggunaan otot bantu nafas, sela iga
melebar, vesikuler melemah/normal, fremitus vocal melemah, hipersonor, ekspirasi
memanjang dan wheezing. Pada pemeriksaan radiologis dapat ditemukan hiperinflasi,
hiperlusen, diafragma mendatar, corakan bronkovaskular meningkat, jantung pendulum
165. B
Penyakit membran hialin (PMH) merupakan gangguan pernapasan yang disebabkan
imaturitas paru dan defisiensi surfaktan, terutama terjadi pada neonatus usia gestasi <34
minggu atau berat lahir <1500 gram. Gejala klinis yang ditemukan berupa sesak,
merintih, takipnea, retraksi interkostal dan subkostal, napas cuping hidung, dan --
sianosis yang terjadi dalam beberapa jam pertama kehidupan. Bila gejala tidak timbul
dalam 8 jam pertama kehidupan, adanya PMH dapat --disingkirkan. Pada foto toraks
AP tampak bentuk toraks yang sempit disebabkan hipoaerasi dan volume paru
berkurang, gambaran ground-glass, retikulogranuler menyeluruh serta perluasan ke
perifer, air bronchogram serta granularitas, yaitu distensi duktus dan bronkiolus yang
terisi udara dengan alveoli yang mengalami atelektasis.
166. B

167. E
Pada pasien ini mengalami syok anafilatik yang ditandai dengan adanya hipotensi,
takikardia, adanya gangguan respirasi berupa sesak setelah terpapar allergen yang
mungkin yaitu obat antibiotik.
Penatalaksanaan yang tepat adalah :
1. Posisi trendelenburg akan membantu menaikkan venous return sehingga tekanan darah
ikut meningkat.
2. Pemberian Oksigen 3–5 liter/menit harus dilakukan, pada keadaan yang sangat ekstrim
tindakan trakeostomi atau krikotiroidektomi perlu dipertimbangkan.
3. Pemasangan infus, guna dapat mengisi volume intravaskuler secepatnya.
4. Adrenalin 0,3 – 0,5 ml dari larutan 1 : 1000 diberikan secara intramuskuler yang dapat
diulangi 5–10 menit. Dosis ulangan umumnya diperlukan, mengingat lama kerja
adrenalin cukup singkat. Jika respon pemberian secara intramuskuler kurang efektif,
dapat diberi secara intravenous setelah 0,1 – 0,2 ml adrenalin dilarutkan dalam spuit 10
ml dengan NaCl fisiologis, diberikan perlahan-lahan. Pemberian subkutan, sebaiknya
dihindari pada syok anafilaktik karena efeknya lambat bahkan mungkin tidak ada akibat
vasokonstriksi pada kulit, sehingga absorbsi obat tidak terjadi.
168. D
Dada kanan tertinggal menunjukkan sesuatu patologis di dada kanan yang ditandai
dengan hipersonor di dada kanan akibat udara berlebih di dada kanan. Adanya udara
berlebih yang patologis yang disebabkan oleh trauma thorax pada pasien ini.
Kemungkinan besar suatu pneumothorax. Konfirmasi radiologis menunjukkan adanya
pneumothorax di hemithorax kanan. Komplikasi syok pada pneumothorax adalah jika
pneumothorax tersebut ventil/tension, maka terjadi mediastinal shifting yg membuat
vena cava tertekuk dan jantung tertekan. Hal ini membuat terjadi adanya kegagalan
fungsi diastolik jantung, sehingga akan cepat menimbulkan syok kardiogenik dan
kematian.
169. D
Gambaran EKG tersebut menunjukkan ventrikel fibrilasi
170. B
Efusi pleura adalah kondisi ketika terdapat cairan berlebih di rongga pleura. Hal ini
disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan pleura. Pada
pemeriksan akan ditemukan pergerakan dada yang tidak simetris serta apabila cairan
lebih dari 300 cc bagian yang ada cairan akan ditemuka perkusi redup, fremitus
menghilang, suara nafas melemah-menghilang, dan trakea terdorong ke sisi
kontralateral. Pada pemeriksaan penunjang foto thorax PA sudut kostofrenikus tumpul
(>500 cc), perselubungan homogen, hilangnya bayangan jantung dan diafragma, dan
tanda meniscus (permukaan atas cairan cekung akibat gaya tarik menarik cairan dan
pleura.
171. A
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dl, atau kadar
glukosa darah < 80 mg/dl dengan gejala klinis.. Hipoglikemia merupakan komplikasi
akut dari penyandang diabetes melitus dan geriatri. Hipoglikemia dapat terjadi karena
kelebihan dosis obat, terutama insulin atau obat hipoglikemia oral yaitu sulfonylurea,
kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun; gagal ginjal kronik, dan paska
persalinan, asupan makan tidak adekuat: jumlah kalori atau waktu makan tidak tepat,
dan kegiatan jasmani berlebihan. Pada pasien ini terdapat faktor resiko hipoglikemi
berupa penggunaan obat oral antihiperglikemik golongan sulfonylurea yaitu
glibenkamid tanpa adanya asupan makanan yang tidak adekuat. Pasien ini mengalami
hipoglikemia stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga
hipoglikemia) sehingga pertama kali diberikan larutan dekstrose 40% sebanyak 2
flakon (=50 mL) bolus intra vena.
172. D
Initial assessment pada pasien trauma yaitu ABC dimana A adalah airway. Jalan nafas
yang baik dalam rangka mencukupi kebutuhan oksigen merupakan tujuan utama.
Pasien ini tidak dapat bersuara meskipun telah dirangsang nyeri, sehingga perlu
dievaluasi jalan napas pasien dan dipertahankan dengan cervical collar.
173. A
Kemungkinan pasien mengalami komosio serebri. Gejala dari komosio serebri adalah
pingsan tidak lebih dari 10 menit dan tanda-tanda vital normal atau menurun. Sesudah
sadar mungkin terdapat gejala subjektif seperti nyeri kepala, pusing, dan muntah. Dapt
terjadi amnesia retrograde tapi dari pemeriksaan tidak ditemukan kelainan neurologis
lainnya. Penatalaksanaanya yaitu :
Istirahat baring sampai semua keluhan berkurang
Obat-obatan simptomatik
Pemberian cairan isotonic yang tidak melebihi2 liter dalam 24 jam
Mobilisasi secepatnya setelah keluhan berkurang
Pasien ini dapat pulang bila keadaan telah stabil dan tidak didapatkan keluhan, dengan
penjelasan harus diawasi dan bila terjadi keluhan-keluhan seperti nyeri kepala, mual,
atau muntah, maka harus segera dibawa ke rumah sakit.
174. E
Diagnosis gigitan ular berbisa tergantung pada bekas gigitan yang terjadi. Terdapat
beberapa jenis gigitan ular dan yang umum dijumpai di Indonesia adalah jenis
ularhematotoksik dan neurotoksik. Gejala lokal dan sistemik akibat gigitan ular adalah
:
Gejala lokal : edema, nyeri tekan pada luka gigitan, dan ekimosis
Gejala sistemik : hipotensi, kelemahan otot, berkeringat, menggigil, mual,
hipersalivasi, muntah, nyeri kepala, dan pandangan kabur.
Gejala khusus gigitan ular berbisa yaitu : Hematotoksik (perdarahan di tempat
gigitan, paru, jantung, ginjal, peritoneum, otak, gusi, hematemesis, melena,
perdarahan kulit, hematuria, DIC) ; Neurotoksik (hipertonik, fasikulasi, paresis,
paralisis pernapasan, ptosis, oftalmoplegi, kejang, dan koma); Kardiotoksik
(hipotensi, henti jantung, dan koma) ; Sindrom Kompartmen (pain, pallor,
parestesia, pralisis, dan pulselessness
Pasien ini mengalami, tipe hematotoksik yang dapat menyebabkan kematian adalah
syok hipovolemik
175. C
Penggunaaan parasetamol boleh diulang tiap 4 – 6 jam bila diperlukan (maksimum
sebanyak 4 dosis dalam 24 jam). Parasetamol dalam jumlah 10 – 15g (20-30 tablet)
dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati dan ginjal. Kerusakan fungsi hati juga
bisa terjadi pada peminum alkohol kronik yang mengkonsumsi parasetamol dengan
dosis 2g/hari atau bahkan kurang dari itu. Keracunan parasetamol disebabkan karena
akumulasi dari salah satu metabolitnya yaitu N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI),
yang dapat terjadi karena overdosis, pada pasien malnutrisi, atau pada peminum alkohol
kronik. Keracunan parasetamol biasanya terbagi dalam 4 fase, yaitu: Fase 1 :
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, perasaan tak menentu pada tubuh yang tak
nyaman (malaise) dan banyak mengeluarkan keringat. Fase 2 : Pembesaran liver,
peningkatan bilirubin dan konsentrasi enzim hepatik, waktu yang dibutuhkan untuk
pembekuan darah menjadi bertambah lama dan kadang-kadang terjadi penurunan
volume urin. Fase 3 : Berulangnya kejadian pada fase 1 (biasanya 3-5 hari setelah
munculnya gejala awal) serta terlihat gejala awal gagal hati seperti pasien tampak
kuning karena terjadinya penumpukan pigmen empedu di kulit, membran mukosa dan
sklera (jaundice), hipoglikemia, kelainan pembekuan darah, dan penyakit degeneratif
pada otak (encephalopathy). Pada fase ini juga mungkin terjadi gagal ginjal dan
berkembangnya penyakit yang terjadi pada jantung (cardiomyopathy) Fase 4 :
Penyembuhan atau berkembang menuju gagal hati yang fatal. Pemberian antidot (N-
asetilsistein) dilakukan setelah mendapatkan hasil konsentrasi parasetamol dalam
plasma. Terapi asetilsistein paling efektif bila diberikan dalam waktu 8-10 jam pasca
penelanan parasetamol. N-asetilsistein harus diberikan secara hati-hati dengan
memperhatikan kontraindikasi dan riwayat alergi pada korban, terutama riwayat asthma
bronkiale. Sebelum pemberian N-asetil sistein dapat dilakukan perangsangan muntah
atau pemberian arang aktif sebagai terapi awal.
176. C
Berdasarkan anamnesis, pasien dengan akalasia esofagus terutama mengeluhkan kesulitan
untuk menelan (disfagia) yang berlangsung lama. Gejala lain yang sering dikeluhkan adalah
regurgitasi. Regurgitasi ini berhubungan dengan posisi pasien yaitu posisi berbaring, oleh
karena itu sering dikeluhkan oleh pasien pada malam hari saat pasien tidur. Regurgitasi terjadi
karena akumulasi makanan pada esofagus yang melebar dan tanda regurgitasi ini berasal dari
esofagus adalah pasien tidak merasa asam atau pahit. Gejala lain yang sering ditemui adalah
penurunan berat badan karena takut makan akibat kesulitan menelan. Gejala lain didapatkan
akibat komplikasi retensi makanan seperti batuk dan pneumonia aspirasi.
Pemeriksan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan radiologi dengan esofagogram pada
akalasia berat akan terlihat dilatasi esofagus, sering berkelok dan memanjang dengan ujung
distal meruncing disertai permukaan halus berbentuk paruh burung (bird beak appearance).
177. E
Pasien ini mengalami labiopalatoschizis karena pada pemeriksaan nampak celah pada pada
bibir dan langit-langit sampai ke hidung. Labiopalatoschizis ini dapat mengakibatkan kesulitan
makan pada pasien, gangguan pertumbuhan gigi, gangguan bicara dan secara fisik dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan gigi serta gangguan pertumbuhan maksila. Tindakan
pembedahan dilakukan oleh spesialis bedah plastik dengan syarat rule of ten yaitu: usia minimal
10 minggu, berat badan minimal 10 pound (4,5 kg), hemoglobin ≥10 gr/dl dan jumlah leukosit
<10.000/mm3
178. A
Invaginasi atau intususepsi merupakan masuknya segmen usus proksimal ke segmen usus distal
dengan manifestasi klinis gambaran obstruksi dan strangulasi intestinalis. Gejala klinis paling
sering terdapat keluhan ibu pasien, bayi atau anaknya BAB mengandung darah bercampur
lendir (seperti selai). Dari anamnesis seringkali diperoleh adanya riwayat perubahan pemberian
makanan. Ibu pasien juga sering mengeluhkan anaknya menjadi lebih rewel dan gelisah yang
diakibatkan oleh nyeri pada abdomen. Nyeri abdomen ini bersifat intermiten dan disertai pula
dengan muntah serta distensi abdomen. Pada pemeriksaan fisik yaitu pada palpasi abdomen
ditemukan massa berbentuk sosis. Pada pemeriksaan rectal touche mungkin teraba massa dari
intususeptum dan pada sarung tangan terlihat feses bercampur lendir dan darah (currant jelly
stool).
179. C
Pasien mengalami fraktur terbuka dikarenakan pada pemeriksaan lokal ditemukan luka terbuka
berukuran 2 cm x 2 cm disertai perdarahan aktif, bone expose (+), fat buble (+). Hal penting
yang perlu dilakukan pada pasien dengan fraktur terbuka yaitu pemberian antibiotik profilaksis,
debridement urgen pada luka dan fraktur, stabilisasi fraktur, penutupan luka segera secara
definitif. Penanganan ditambah pula dengan pemberian antitetanus. Adapun sebagai dokter
umum tindakan awal yang dapat dilakukan adalah dengan stabilisasi fraktur sementara dengan
pembidaian dan bebat tekan untuk menghentikan pendarahan, pemberian antibiotik profilaksis
serta pemberian antitetanus.
180. B
Fraktur Smith Fraktur distal radius dengan displace anterior dan
angulasi ventral/palmar. Posisi saat jatuh yaitu
pergelangan tangan dalam kondisi fleksi.

Fraktur Galeazzi Fraktur radius distal disertai shortening dan


dislokasi distal ulna (sendi radio-ulna). Posisi saat
jatuh yaitu tangan dalam kondisi fleksi.

Fraktur Colles fraktur distal radius dengan displace posterior serta


angulasi dorsal. Posisi saat jatuh yaitu pergelangan
tangan dalam kondisi ekstensi.
Fraktur Montegia Fraktur ulna 1/3 proksimal disertai dislokasi kepala
radius. Fraktur ini dikarenakan jatuh dengan tangan
menopang atau direct blow.

181. D
Epidimitis yaitu reaksi inflamasi yang terjadi pada epididimis yang berasal dari bakteri yang
berada di dalam buli-buli, prostat atau uretra yang secara ascending menjalar ke epididimis.
Pasien mengeluh nyeri mendadak pada skrotum diikuti bengkak serta disertai demam, malaise
dan nyeri. Pada pemeriksan ditemukan pembengkakan pada hemiskrotum dan pada palpasi
kadang sulit memisahkan antara epididimis dengan testis. Pada epididimis jika dilakukan
pengangkatn (elevasi) testis, nyeri akan berkurang. Refleks kremaster (+).
182. C
Ruptur urethra anterior sering disebabkan oleh straddle injury (cedera selangkangan) dimana
urethra terjepit diantara tulang pelvis dan benda tumpul. Jenis kerusakan urethra yang terjadi
dapat berupa kontusio dinding urethra, ruptur parsial atau ruptur total dinding urethra. Kontusio
urethra menyebabkan pendarahan per-urethram atau hematuria. Robekan pada korpus
spongiosum terlihat hematom pada penis menyerupai kupu-kupu (butterfly
hematome).seringkali pasien juga mengeluhkan tidak dapat kencing.
183. C
Penilaian derajat luka bakar yaitu:
Derajat 1 Luka bakar superficial, mengenai lapisan epidermis tetapi tidak sampai
mengenai daerah dermis sehingga disebut epidermal burn. Kulit tampak
kemerahan, sedikit edema dan terasa nyeri.
Derajat 2 A. Superficial partial thickness, luka bakar meliputi epidermis dan
bagian atas dari dermis. Kulit tampak kemerahan, edema, dan rasa
nyeri hebat. Terdapat bula yang muncul beberapa jam setelah terkena
luka. Di bawah bula terdapat luka berwarna merah muda yang basah.
Luka sensitif dan pucat apabila mendapat tekanan.
B. Deep partial thickness, luka bakar meliputi epidermis dan bagian
dalam dermis, disertai pula dengan bula. Permukaan luka berbercak
merah muda dan putih karena variasi dari vaskularisasi pembuluh
darah.
Derajat 3 Menyebabkan kerusakan jaringan permanen. Rasa sakit tidak terlalu
terasa karena ujung saraf dan pembuluh darah sudah hancur. Meliputi
jaringan kulit, lemak, subkutis sampai otot dan tulang.
Derajat 4 Jaringan berwarna hitam

Menghitung luas luka bakar menggunakan rule of nine yaitu

Pada kasus, pasien mengalami luka bakar pada dada dan kedua lengan, yang berarti luas luka
bakar pasien : lengan kanan+lengan kiri+dada= 9+9+9= 27. Pada status lokalis tampak
hiperemis dan bula yang berarti luka bakar derajat IIA.
184. E
Hal penting yang perlu dilakukan pada pasien dengan fraktur terbuka yaitu pemberian antibiotik
profilaksis, debridement urgen pada luka dan fraktur, stabilisasi fraktur, penutupan luka segera
secara definitif. Penanganan ditambah pula dengan pemberian antitetanus pada luka kotor.
185. C
Tes lachman dilakukan dengan cara Satu tangan dari pemeriksaan menstabilkan tungkai bawah
dengan memegang ujung distal dari tungkai atas dan tangan yang lain memegang bagian
proksimal dari tulang tibia, kemudian usahakan untuk digerakkan ke arah anterior. Tes lachman
(+) menunjukkan adanya trauma pada ligamen cruciatum anterior.
Trauma dapat disebabkan hiperekstensi paksa atau impak pada lutut dalam kondisi ekstensi.
Manifestasi berupa instabilitas lutut dan lutut bengkok atau bergerak bila diberi tekanan.
186. A.
Ruptur tendon achilles merupakan trauma yang terjadi pada bagian belakang tungkai yang
disebabkan peningkatan tekanan tiba-tiba pada tendon achilles seperti saat jatuh dari ketinggian
atau tidak sengaja melangkah ke dalam lubang. Pasien biasanya merasakan seperti ditendang
pada bagian betis yang mengalami ruptur tendon achilles, nyeri yang seringkali berat disertai
pembengkakan pada tumit, ketidakmampuan menekuk kaki saat berjalan, ketidakmampuan
berdiri dengan jari kaki yang mengalami trauma dan ketika terjadi trauma terdapat bunyi “pop”
pada tungkai.Pemeriksaan fisik ditemukan bengkak dan nyeri tekan pada tumit dan pergelangan
kaki. Pada ruptur total akan dirasakan gap pada belakang tungkai (daerah tumit). Dari
pemeriksaan thompson akan didapatkan pasien tidak dapat melakukan plantar fleksi.
187. E
Adapun tatalaksana awal untuk pasien dengan cedera kepala yaitu:
a. Survei primer
Airway: pastikan tidak ada yang menghalangi jalan napas dan melakukan intubasi
jika diperlukan.
Breathing: berikan O2 dengan target saturasi >92%.
Circulation: pasang jalur intravena dan berikan cairan isotonis seperti NaCl 0,9%
atau RL.
b. Survei sekunder
Pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Menentukan apakah pasien harus menjalani
operasi, dirawat di ruang intensif, ruang rawat biasa atau rawat jalan.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan apabila ditemukan peningkatan tekanan intrakranial maka
yang harus dilakukan yaitu:
Posisi kepala ditinggikan 300
Pemberian manitol 20%. Dosis awal 1gr/kgBB dalam 20-30 menit drip cepat kemudian
diberikan 6 jam setelah dosis awal dengan dosis 0,5gr/kgBB drip cepat selama 20-30 menit
bila diperlukan.
Mengatasi komplikasi.
188. D
Ruptur ginjal dapat dibedakan menjadi 5 derajat yaitu:
189. A
Pada organ intra-abdomen, berdasarkan lokasinya hernia dapat dibedakan menjadi:
a. Hernia inguinalis.
Hernia inguinalis medial: direk, melalui segitiga Hesselbach, tidak dapat
mencapai skrotum.
Hernia inguinalis lateral: indirek, melalui kanalis inguinalis, dapat mencapai
skrotum (hernia skrotalis).
b. Hernia femoralis: dibawah ligamen inguinal, lipatan abdominokruris, melalui kanalis
femoralis. Sering pada perempuan.
c. Hernia umbilikalis: faktor risiko usia dewasa yaitu sirosis hepatis dan peningkatan
tekanan vena porta. Faktor risiko neonatus yaitu hipotiroid kongenital.
Hernia reponibilis: dapat masuk kembali, operasi elektif.
Hernia irreponibilis: tidak dapat masuk kembali, operasi elektif.
Hernia inkarserata: mulai muncul gejala obstruksi (kembung, muntah), operasi cito.
Hernia strangulata: nekrosis usus karena gangguan pembuluh darah disertai nyeri hebat,
operasi cito.
190. D
Pada Ca Kolon gejala yang paling sering dijumpai adalah hematoskezia. Adapun gejala spesifiknya
yaitu:
a. Pada kolon asenden.
Kolon asenden memiliki lumen besar, berdinding tipis dan massa feses agak cair sehingga
sering asimptomatis. Gejala awal pasien tampak lesu karena anemia dan dapat dijumpai
darah samar pada tinja.
b. Pada kolon desenden.
Kolon desenden memiliki lumen relatif kecil dan massa feses semisolid sehingga timbul
gejala konstriktif berupa perubahan pola defekasi yaitu konstipasi. Dapat pula terjadi
obstruksi parsial atau total ditandai dengan rasa penuh di perut dan nyeri yang meningkat.
Perdarahan tidak masif dan feses yang keluar bercampur darah segar atau darah tua dan
lendir.
c. Pada kolon transversum.
Pasien mengalami gejala gabungan dari ca kolon asenden dan desenden. Pasien bisa
mengalami nyeri kronis dan anemia disertai konstipasi intermiten.
d. Pada rektum dan sigmoid.
Keluhan utama berupa BAB berdarah dan berlendir. Pola defekasi berubah berupa diare
bergantian dengan konstipasi serta feses seperti kotoran kambig. Perdarahan yang terjadi
biasanya banyak. Pasien merasakan kembung dan mulas sehingga terjadi anoreksia dan
penurunan berat badan.
191. A
Fibroadenoma mammae merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita muda,
dan jarang ditemukan setelah menopause. Fibroadenoma merupakan jenis tumor jinak mamma
yang paling banyak ditemukan, dan merupakan tumor primer yang paling banyak ditemukan pada
kelompok umur muda. Gejala klinis yang sering terjadi pada fibroadenoma mammae adalah
adanya bagian yang menonjol pada permukaan payudara, benjolan memiliki batas yang tegas
dengan konsistensi padat dan kenyal. Ukuran diameter benjolan yang sering terjadi sekitar 1-4 cm,
namun kadang dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat dengan ukuran benjolan berdiameter
lebih dari 5 cm. Benjolan yang tumbuh dapat diraba dan digerakkan dengan bebas. Umumnya
fibroadenoma tidak menimbulkan rasa nyeri. Fibroadenoma mammae tidak dipengaruhi oleh
siklus menstruasi.
192. B
Tatalaksana fraktur klavikula, apabila fraktur terjadi di medial dan tidak terdapat displacement
adalah tatalaksana non-operatif yang memberikan hasil yang baik. Adapun tatalaksananya yaitu:
Simple support dengan sling.
Reduksi dan immobilisasi dengan rule of eight.
Rule of eight sering dipilih karena tidak menghalangi mobilitas pasien dibandingkan dengan sling.
Indikasi operasi pada fraktur klavikula yaitu: fraktur displacement komplit, tenting, pemendekan
2 cm, fraktur kominutif, gangguan neurovaskular dan fraktur terbuka.
193. B.
Compartment syndrome merupakan peningkatan tekanan oseofasial melebihi tekanan perfusi yang
dapat diakibatkan salah satunya oleh trauma. Adapun manifestasi klinisnya yaitu:
a. Pain: nyeri melebihi tampilan klinis yang terlihat. Gejala ini muncul paling pertama dan
muncul bila peregangan pasif.
b. Paresthesia
c. Pulseless
d. Pallor
e. Paralysis
194. D.
Berdasarkan lokasinya hemoroid dapat dibedakan menjadi:
Hemoroid eksterna: diselubungi oleh anoderm dan terletak di sebelah distal linea dentata.
Hemoroid eksterna dapat membengkak dan menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan nyeri
apabila terjadi trombosis.
Hemoroid interna: terletak di proksimal linea dentata dan diselubungi mukosa anorektal.
Hemoroid interna dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Derajat 1: gejala perdarahan merah segar saat defekasi tanpa adanya prolaps.
(pasien pada kasus mengalami hemoroid interna derajat 1).
b. Derajat 2: prolaps saat defekasi tetapi masih bisa masuk kembali secara spontan.
c. Derajat 3: seperti derajat 2, namun tidak dapat masuk spontan, harus didorog
kembali.
d. Derajat 4: telah terjadi prolaps yang tidak bisa masuk kembali.
Tatalaksana hemoroid interna yaitu:
a. Derajat 1: modifikasi diet, medikamentosa (medikamentosa yang diberikan berupa
antibiotik bila terjadi infeksi, salep rektal/suppositoria untuk anestesi dan pelembab kulit
dan pelancar defekasi).
b. Derajat 2: rubber band ligation, koagulasi, ligasi arteri hemoroidalis-repair rektoanal,
modifikasi diet, medikamentosa.
c. Derajat 3: hemoroidektomi, ligasi arteri hemoroidalis-repair rektoanal, hemoroidopexy
dengan stapler, rubber band ligation, modifikasi diet.
d. Derajat 4: hemoroidektomi (cito apabila dengan trombosis), hemoroidopexy, modifikasi
diet.
195. A
Epidural hematome (EDH) merupakan akumulasi darah pada ruang antara dura dan tulang. Pada
kasus EDH sering dihubungkan dengan lucid interval yaitu adanya periode sadar diantara periode
pasien tidak sadar. Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan:
a. Bradikardi dan/atau hipotensi sebagai tanda peningkatan tekanan intrakranial
b. Fraktur tulang tengkorak, hematom atau laserasi
c. Otore dan/atau rinore sebagai tanda kebocoran cerebrospinal fluid akibat fraktur tulang
tengkorak
d. Hemotimpanum
e. Perubahan tingkat kesadaran (dilihat dari GCS)
f. Anisokor
Dari pemeriksaan penunjang yaitu dengan CT-Scan akan ditemukan gambaran hiperdens biconvex
atau crescent shaped.
196. B
Pada kasus ini pasien mengalami tamponade jantung, yaitu suatu desakan intra perikardium oleh
cairan yan mengakibatkan jantung sulit mengembang (diastolic failure). Gejala khas dari
tamponade jantung ini adalah adanya trias beck yaitu hipotensi arterial (syok), distensi vena leher
(peningkatan JVP) dan suara jantung yang jauh dan melemah (muffle heart sound).
Tatalaksana awal dengan perikardiosintesis dengan menggunakan jarum 16-18 ditusukkan antara
processus xiphoideusdan L costal margin dengan sudut 30 0-450.

197. D
Kolesistitis merupakan reaksi inflamasi akut pada kandung empedu. Kolesistitis sering dijumpai
pada wanita (female), obesitas (fatty), usia subur (fertile), usia pertengahan bisanya usia 40 tahunan
(forty). Gejala klinis bervariasi dari radang ringan sampai bentuk gangren yang berat pada dinding
kandung empedu. Keluhn utama adalah nyeri perut mendadak pada kuadran kanan atas
(hipokondrium kanan yang dapat menyebar sampai epigastrium) dan menyebar ke angulus skapula
kanan dan bahu kanan bahkan bahu kiri. Serangan biasanya didahului makan terlalu banyak
terutama maknan berlemak. Biasanya disertai demam.
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan nyeri tekan pada hipokondrium kanan. Kandung empedu
yang tegang dan membesar menyebabkan pemeriksaan murphy sign (+). Ikterus ditemukan apabila
terdapat batu yang menyebabkan obstruksi cairan empedu (kolestasis).
198. A
Osteomielitis kronik merupakan proses inflamasi akut atau kronik pada tulang dan struktur
sekundernya akibat infeksi oleh bakteri piogenik yang lebih dari 1 bulan. Pasien dapat menderita
nyeri pada daerah yang terkena namun tidak disertai demam. Infeksi biasanya bersifat tenang
sehingga diperlukan kecurigaan tinggi dalam diagnosis terutama pada pasien atrophic nonunion
setelah patah tulang terbuka atau fiksasi internal dari patah tulang tertutup. Pemeriksaan x-ray
dapat menunjukan daerah yang mencurigakan terhadap infeksi, berupa resorpsi tulang,
sequestrum, pembentukan tulang baru pada periosteal atau endosteal dan iregularitas korteks.
199. C
Trauma inhalasi merupakan faktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan angka kematian.
Bila cedera ini terjadi pada pasien dengan luka bakar kulit yang parah kematian sangat tinggi antara 48% sampai
86%. Hal ini diakibatkan adanya peningkatan iskemia pada saluran nafas yang rusak,
selanjutnyaterjadi edema dari dinding saluran nafas dan kegagalan mikrosirkulasi yang akan meningkatkan
resistensi dinding saluran nafas dan pembuluh darah paru. Komplians paru akan turun akibat
terjadinya edema paru interstitial sehingga terjadi edema pada saluran nafas
Tanda-tanda yang mengarahkan untuk bertindak dan harus mencurigai bahwa pasien terkena
trauma inhalasi yaitu sebagai berikut:
Luka bakar pada wajah
Alis mata dan bulu hidung hangus
Adanya timbunan karbon dan tanda-tanda inflamasi akut di dalam orofaring
Sputum yang mengandung arang atau karbon
Wheezing, sesak dan suara serak
Adanya riwayat terkurung dalam kepungan api
Ledakan yang menyebabkan trauma bakar pada kepala dan badan
Tanda-tanda keracunan CO (karboksihemoglobin lebih dari 10% setelah berada
dalamlingkungan api) seperti kulit berwarna pink sampai merah, takikardi, takipnea, sakitkepala,
mual, pusing, pandangan kabur, halusinasi, ataksia, kolaps sampai koma.
200. A
Torsio testis memiliki gambaran klinis nyeri hebat di daerah skrotum yang mendadak diikuti
pembengkakan testis. Pada pemeriksaan fisik phren sign (+), yaitu jika dilakukan elevasi
(pengangkatan) testis pada torsio testis nyeri tetap ada. Refleks kremaster negatif pada torsio testis.
Tatalaksana awal dengan detorsi manual yaitu mengembalikan posisi testis ke asalnya dengan
memutar testis ke arah berlawanan denga arah torsio. Karena arah torsio biasanya ke medial maka
dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral dulu. Jika detorsi berhasil operasi tetap harus
dilakukan untuk dilakukan orkidopeksi apabila testis masih viabel dan orkidopeksi pada testis
lateral.

Anda mungkin juga menyukai