Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

DI RUANGAN SEROJA RSUD UNDATA


PROVINSI SULAWESI TENGAH

DISUSUN OLEH :

MOHAMMAD FAZRI
JP019 020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN VII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA JAYA PALU
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Demam Berdarah dengue adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegepty. Penyakit ini sering menyerang
anak, remaja an dewasa yang ditandai oleh panas, malaise, sakit kepala, mual, nyeri,
pegal seluruh tubuh, adanya petekia. Pada pasien rejatan berat, volume plasma dapat
berkurang sampai 30% atau lebih dan jika tak segera ditangani maka akan terjadi
anoksia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Gangguan Hemostatis pada DBD
menyangkut 3 faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan
koagulasi. Prinsip utama dalam penatalaksanaan adalah tirah baring, pemberian
makanan lunak dan minum banyak, serta kolaborasi dokter dalam pemberian obat
obatan antipiretik, konsulti, antibiotik kortikosteroid dan anti koagulasi. (Suzanne C.
Smeltzer, 2001).

B. Etiologi
Penyebab DBD ini adalah virus dengue yang terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN 1,
DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Penularan DBD ini melalui cara :
1. Manusia sebagai host virus dengue.
2. Vektor perantara : nyamuk aedes aegepty (nyamuk rumah) dan aedes albopictus
(nyamuk kebun).

C. Tanda dan Gejala


1. Demam, biasanya langsung tinggi dan terus menerus. Sebab tidak jelas dan
hampir tidak bereaksi dengan pemberian antipiretik. Panas berlangsung 2-7 hari.
2. Malaise, mual, muntah, diare, konstipasi, sakit kepala, anoreksia, kadang batuk
3. Tanda tanda perdarahan seperti petekia, perdarahan gusi, epiktasis, hematemesis
melena
4. Trombositopenia.
5. Hematokrit meningkat lebih dari 20%
6. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
7. Pembengkakan sekitar mata
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
9. Tanda tanda rejatan adalah sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari2 detik, nadi cepat dan lemah.

D. Patofisiologi
Peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma
ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan
penurunan tekanan darah. Volume plasma menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus
berat, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi
dan hipoproteinemi. Tidak terjadinya lesi destruktif nyata pada vaskuler,
menunjukkan bahwa perubahan sementara fungsi vaskuler diakibatkan suatu mediator
kerja singkat. Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi
diabsorbsi dengan cepat, menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan hemostasis
pada DBD melibatkan 3 faktor: perubahan vaskuler, trombositopeni dan kelainan
koagulasi. Hampir semua penderita DBD mengalami peningkatan fragilitas vaskuler
dan trombositopeni, dan banyak diantaranya penderita menunjukkan koagulogram
yang abnormal.
Setelah virus dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak
dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuiti dengan viremia yang
berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi virus ini muncul respon imun baik humoral
maupun selular, antara lain anti netralisasi, antihemaglutinin, anti komplemen.
Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue
primer antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang telah
ada meningkat (booster effect). Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di
dalam darah sekitar demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan
ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik
kadar antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi
primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar demam hari
ke-14 sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh
karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi
antibodi IgM setelah hari sakit kelima, diagnosis infeksi sekunder dapat ditegakkan
lebih dini dengan adanya peningkatan antibody IgG dan IgM yang cepat.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Darah :
a. IgG dengue positif
b. Trombositopenia
c. Hematokrit meningkat lebihd ari 20 merupakan indicator akan timbulnya
rejatan
d. Hb meningkat lebih dari 20%
e. Leukopenia pada hari 2 dan 3
f. Masa perdarahan memanjang
g. Hipoproteinemia
h. Hiponatremia
i. Hipokloremia
j. SGOT dan SGPT meningkat
k. Ureum, Ph darah bisa meningkat
2. Urine : Albuminuria
3. Foto thorax : effusi pleura

F. Komplikasi
1. Perdarahan usus
2. Shock/rejatan
3. Effusi pleura
4. Penurunan kesadaran

G. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan secara umum :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak dan minum 2 liter/24 jam
3. Pemberian cairan melalui intra vena
4. Pemberian obat obatan (antipiretik dan konvulsif)
5. Tranfusi jiika terjadi trombositopenia
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data subyektif
a. Lemah.
b. Demam
c. Sakit kepala.
d. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
e. Nyeri ulu hati.
f. Nyeri pada otot dan sendi.
g. Pegal-pegal pada seluruh tubuh.
h. Konstipasi (sembelit).
2. Data obyektif :
a. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
b. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
c. Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis,
ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.
d. Hiperemia pada tenggorokan.
e. Nyeri tekan pada epigastrik.
f. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
g. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas
dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.
Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :
a. Ig G dengue positif.
b. Trombositopenia.
c. Hemoglobin meningkat > 20 %.
d. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).

Selain itu perlu dikaji pemeriksaan laboratorium seperti:


a. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
b. Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
c. Asidosis metabolik.
d. Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (viremia).


2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan permeabilitas membran
meningkat.
4. PK: Perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

C. Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Tujuan : hipertermi teratasi
Kriteria Hasil :
- Ku: Baik
- Suhu tubuh normal (36 - 37°C).
- Pasien bebas dari demam.

Intervensi :
a. Kaji saat timbulnya demam.
Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
b. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam
Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
c. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam.±7)
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
d. Berikan kompres hangat.
Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu tubuh.
e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
f. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intae
tidak adekuat
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi,
Kriteria hasil :
- Ku : baik
- Nafsu makan meningkat
- pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan
/dibutuhkan.

Intervensi :
a. Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan
pasien.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan
asupan makanan .
d. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual.
e. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
f. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah
dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan Resiko syok hypovolemik
berhubungan dengan permeabilitas membran meningkat.
Tujuan :
Tidak terjadi syok hipovolemik.
Kriteria hasil
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Keadaan umum baik.
- Tidak ada tanda-tanda syok

Intervensi :
a. Monitor keadaan umum pasien
Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada
saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera
ditangani.
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.
Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.
c. Monitor tanda perdarahan.
Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak
sampai syok hipovolemik.
d. Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami
pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
e. Berikan cairan intravena dan transfusi sesuai program dokter.
Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang
hilang.

.
4. PK: Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan :
Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
Kriteria hasil :
- Ku baik
- TTV dalam batas normal
- Jumlah trombosit meningkat.
Intervensi :
a. Observasi TTV
Rasional : untuk mengetahui keadan pasien
b. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
c. Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh
darah.
d. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
e. Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
perdarahan.
f. Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.
g. Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
h. Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya.
i. Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang
diberikan.
j. Berikan cairan intravena dan transfusi sesuai program dokter.
k. Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang
hilang.
5. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan:
Rasa nyeri terkontrol atau dapat dikurangi
Krites Hasil:
Nyeri berkurang ditandai dengan klien melaporkan nyeri berkurang dengan skala
nyeri ringan (1-3), ekspresi wajah rileks, TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri klien.
Rasional : Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
b. Lakukan pengukuran TTV.
Rasional : mengetahui kondisi klien
c. Atur posisi nyaman
Rasional : meningkatkan kenyamanan pasien dan mengurangi penekanan
otot pada area nyeri.
d. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam/ distraksi
Rasional : mengalihkan perhatian klien dari nyeri yang dirasakan dan
mengurangi ketegantungan terhadap analgesik.
e. Kolaborasi pemberian obat analgetik.
Rasional : Untuk mengontrol nyeri dan penatalaksaan yang adekuat
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis,
Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Doenges, Marillyn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Jakarta: EGC.

Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Breda G.2001. Buku Aajar: Keperawatan Medikal-
Bedah, Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Anda mungkin juga menyukai