Anda di halaman 1dari 63

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1. Latar belakang........................................................................ .................3

2. Tujuan......................................................................................................4

3. Manfaat ...................................................................................................4

BAB II : TINJAUAN MATERI

I. Konsep Dasar Penyakit :

A. Anatomi fisiologi........................................................................5

B. Definisi penyakit.......................................................................10

C. Etiologi......................................................................................10

D. Tanda Gejala.............................................................................11

E. Komplikasi................................................................................12

F. Patofisiologi...............................................................................12

G. Pathway.....................................................................................14

H. Pemeriksaan Diagnostik............................................................14

I. Penatalaksanaan..........................................................................15

II. Konsep Asuhan Keperawatan :

A. Pengkajian Keperawatan...........................................................19

B. Diagnosa Keperawatan..............................................................22

C. Rencana Keperawatan...............................................................23

1
BAB III HASIL

1. Identitas pasien..........................................................................................32
2. Riwayat penyakit dahulu...........................................................................33
3. Riwayat penyakit saat ini..........................................................................33
4. Pemeriksaan fisik......................................................................................36
5. Pemeriksaan penunjang............................................................................38
6. Program terapi............................................................................................40
7. Analisa data................................................................................................43
8. Diagnosa keperawatan...............................................................................44
9. Intervensi keperawatan..............................................................................45
10. Implemetasi................................................................................................47
11. Evaluasi......................................................................................................52

BAB IV : PENUTUP

A. Simpulan....................................................................................................54
B. Saran............................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien
mengalami muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB)
berdarah dan berwarna hitam. Hematemesis melena merupakan suatu
perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan
merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah
sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pendarahan dapat terjadi karena
pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus peptikum. 86 % dari
angka kematian akibat pendarahan SCBA di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)/ Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) berasal dari pecahnya varises esofagus akibat
penyakit sirosis hati dan hepatoma
Di Indonesia sebagian besar (70-85%) hemetemesis disebabkan
oleh pecahnya varises esofagus yang terjadi pada pasien sirosis hati
sehingga prognosisnya tergantung dari penyakit yang mendasarinya.
Perdarahan akibat sirosis hati disebabkan oleh gangguan fungsi hati
penderita, alkohol, obat-obatan, virus hepatitis dan penyakit bilier.
Pendarahan SCBA dapat bermanifestasi sebagai hematemesis, malena,
atau keduanya. Walaupun perdarahan akan berhenti dengan sendirinya,
tetapi sebaiknya setiap pendarahan saluran cerna dianggap sebagi suatu
keaadaan serius yangs setiap saat dapat membahayakan pasien. Setiap
pasien dengan pendarahan harus dirawat di rumah sakit tanpa kecuali,
walaupun pendarahan dapat berhenti secara spontan. Hal ini harus
ditanggulangi secara saksama dan dengan optimal untuk mencegah
pendarahan lebih banyak, syok hemoragik, dan akibat lain yang
berhubungan dengan pendarahan tersebut, termasuk kematian
pasien.(Dwaney, 2012).

3
2. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa diharapkan mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada


pasien hematemesis melena.

2. Tujuan khusus

a. Mampu menjelaskan definisi hematemesis melena

b. Mampu menyebutkan etiologi hematemesis melena

c. Mampu menyebutkan manifestasi klinis hematemesis melena

d. Mampu menjelaskan patofisiologi hematemesis melena

e. Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang hematemesis melena

f. Mampu menyebutkan penatalaksanaan hematemesis melena

3. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

a. Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematik

b. Mahasiswa mampu menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar

c. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit pada

asuhan keperawatan gawat darurat sistem pencernaan

4
BAB II
TINJAUAN MATERI

a. Konsep Dasar Penyakit


A. Anatomi Fisiologi
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas,
hati dan kandung empedu.( Kus. 2008)
a) Mulut

Mulut (Abadi 2010)


Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. (Abadi. 2010)
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. (Pearce. 2009)

5
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. (Abadi. 2010)
b) Tenggorokan (Faring)

Tenggorokan (lynda.2008)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari


bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (
amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi. (Kus. 2008)
c) Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
(Syaifudin. 2010)

6
d) Lambung

Lambung (lynda.2008)
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan. (Kus. 2008). Lambung berfungsi sebagai gudang makanan,
yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-
enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri. (Kus. 2008)

7
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
e) Usus halus (usus kecil)

Usus halus (lynda.2008)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. (Syaifudin. 2010)

f) Usus besar

Usus besar (lynda.2008)

8
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam
usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air, dan terjadilah diare. (lynda.2008).

g) Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.(syaifudin.2010)

h) Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen). (Lynda.2008).

i) Rektum dan anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah


ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon

9
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan
untuk buang air besar (BAB). (Lynda.2008)

Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam


rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi
dan pengerasan feses akan terjadi. (Syaifudin. 2010).

B. Definisi Penyakit

Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses


atau tinja yang berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung
pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung
dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau
kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal. (syaifudin,2010)

C. Etiologi

Hematemesis Melena terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal


jejenum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan
hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru
dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama
hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga
besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan
melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan
segera di rumah sakit. (Syaifudin.2010) Etiologi dari Hematemesis melena
adalah :

1. Kelainan esofagus : varise, esofagitis, keganasan.


2. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan
duodenum,keganasan dan lain-lain.

10
3. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular
coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.
4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat,
kortikosteroid, alkohol, dan lain-lain.

Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran


makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan
setiap macam perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan
saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah
pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan
saluran makan bagian atas (syaifudin.2010)

D. Tanda dan gejala

Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan


beratnya kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejala
dan tanda sebagai berikut :
1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual,
2. muntah dan diare.
3. Demam, berat badan turun, lekas lelah.
4. Ascites, hidratonaks dan edemo.
5. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau
kecoklatan.
6. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecilkarena fibrosis.
Bila secara klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites,
dimana demam bukan oleh sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis
dalam keadaan aktif. Hati-hati akan kemungkinan timbulnya
prekoma dan koma hepatikum.
7. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding,
koput medusa, wasir dan varises esofagus.

11
8. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme
yaitu:
- Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila
dan pubis.
- Amenore, hiperpigmentasi areola mamae
- Spider nevi dan eritema
- Hiperpigmentasi Jari tabuh

E. Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien Hematemesis Melena adalah


koma hepatik (suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan
perubahan kesadaran, penurunan intelektual, dan kelainan neurologis yang
menyertai kelainan parenkim hati), syok hipovolemik (kehilangan volume
darah sirkulasi sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun),
aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk
saluran napas), anemi posthemoragik (kehilangan darah yang mendadak
dan tidak disadari).

F. Patofisiologi

A. Ulkus peptikum

Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena


jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan
(asam hidroklorida) dan pepsin. Erosi yang terjadi berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin, atau berkenaan dengan
penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak
dapat mensekresi mucus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap
asam klorida.

12
B. Sekresi lambung

Sekresi lambung terjadi pada tiga fase yang serupa ; (1) fase sefalik
yaitu : fase yang dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau,
atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang
pada gilirannya merangsang saraf vagal , (2) fase lambung, yaitu : pada
fase lambung dilepaskan asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari
rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap resptor di dinding lambung,
dan (3) fase usus, yaitu makanan pada usus halus menyebabkan
pelepasan hormon (dianggap sebagai gastrin) yang pada waktunya
akan merangsang sekresi asam lambung.

C. Barier mukosa lambung

Merupakan pertahanan utama lambung terhadap pencernaan yang


dilakukan lambung itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi
pertahanan mukosa adalah suplai darah , keseimbangan asam basa,
integritas sel mukosa dan regenersi sel epitel. Seseorang mungkin
akan mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua faktor ini , yaitu;
(1) hipersekresi asam lambung (2) kelemahan barier mukosa lambung.

Apapun yang menurunkan produksi mucus lambung atau merusak


mukosa lambung adalah ulserogenik ; salisilat, obat anti inflamasi non
steroid, alcohol dan obat antiinflamasi.

D. Sindrom Zollinger-Ellison

Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan ; hipersekresi getah


lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma dalam pancreas.

E. Ulkus Stres

Merupakan istilah yang diberikan pada ulserasi mukosal akut dari


duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress

13
secara fisiologis. Kejadian stress misalnya ; luka bakar, syok, sepsis
berat dan trauma organ multipel.

G. Pathway

Pathway (syaifudi.2010)

H. Pemeriksaan diagnostik
1. Laboratorium
a. Darah : Hb menurun / rendah
b. SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran
dari sel yang mengalami kerusakan.
c. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel hati yang kurang.

14
d. Pemeriksaan CHE (kolineterase) penting dalam menilai
kemampuan sel hati. Bila terjadi kerusakan kadar CHE akan
turun.
e. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan
diuretik dan pembatasan garam dalam diet.
f. Peninggian kadar gula darah.
g. Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti
HBSAg/HBSAB, HBeAg, dll
b. Radiologi
a. USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan
splenomegali, acites
b. Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus
c. Angiografi untuk pengukuran vena portal
I. Penatalaksanaan
Bila pasien memuntahkan darah maka sumber cedera di bagian atas
saluran pencernaan seperti esofagus, duodenum dan lambung. Muntahan
darah segar di hubungkan dengan perdarahan varises esofagus yang
merupakan vena besar. Keadaan tersebut terjadi sabagai penyulit penyakit
hati berat, seperti alkoholisme menahun. Sokong sirkulasi penderita
dengan darah Ringer Laktat dan oksigen: penderita dapat merasakan.
Muntah darah segar dengan riwayat berak hitam menggambarkan ulkus
yang berdarah yang tak semendesak perdarahan varices esofagus.
Pengeluaran darah segar dalam feses atau setelah buang air besar
merupakan tanda perdarahan saluran cerna bawah akibat hemoroid,
divertikula, penyakit keganasan atau polip. (Sayaifudin.2010)
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan
pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan
penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi :

15
1. Pengawasan dan pengobatan umum
a. Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang
menimbulkan efek sedatif(penenang) morfin, meperidin
dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.
b. Penderita dipuasakan selama perdarahan masih
berlangsung dan bila perdarahan berhenti dapat
diberikan makanan cair.
c. Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan
garam fisiologis selama belum tersedia darah.
d. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran
penderita dan bila perlu dipasang CVP monitor.
e. Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu
dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.
f. Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang
hilang dan mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 %
harga normal.
g. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4
x 10 mg/hari, karbasokrom (Adona AC), antasida dan
golongan H2 reseptor antagonis (simetidin atau
ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.
h. Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai
pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh usus,
sebagai tindakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi
amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan
ensefalopati hepatik.
2. Pemasangan pipa naso-gastrik
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi
cairan lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan
pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung
akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan

16
terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan
demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan
dilakukan berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml
sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan
ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat
segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.
3. Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian
pitresin per infus akan mengakibatkan kontriksi pembuluh
darah dan splanknikus sehingga menurunkan tekanan vena
porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat
berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot
polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu
harus berhati-hati dengan pemakaian obat tersebut terutama
pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu
pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap
kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.
4. Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita
perdarahan akibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB
tube dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif,
sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna
pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan
kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul pada waktu dan
selama pemasangan.
Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan
pemakaian SB tube ini dalam menanggulangi perdarahan
saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises esofagus.
Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi
dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah
dijumpai.

17
5. Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau
sotrdecol 3 % sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop
yang fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian
ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan
narkose umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara
pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu
pengobatan yang baru dalam menanggulangi perdarahan
saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises
esofagus.
6. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami
kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat
dipikirkan tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa
dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus,
pintasan porto-kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6
minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari membaik.
Selain cara-cara tersebut diatas, adapula metode lain untuk
menghentikan perdarahan varises esophagus, antara lain :
a. Cyanoacrylate glue injection, memakai semacam lem
jaringan (His-toacryl R) yang langsung disuntikkan
intravena.
b. Endoscopic band ligator
Sedangkan pada perdarahan non variceal, dapat
dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
a Laser photo coagulation
b. Diathermy coagulation
c. Adrenalin injection
d. Sclerotheraphy injection. (Lynda.2008)

18
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien, meliputi :

Nama, Umur (biasanya bisa usia muda maupun tua), Jenis kelamin
(bisa laki-laki maupun perempuan), Suku bangsa, Pekerjaan,
Pendidikan, Alamat, Tanggal MRS, dan Diagnosa medis

2. Keluhan utama

Biasanya keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak darah
yang datang secara tiba-tiba.

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang

keluhan utama kx adalah muntah darah atau berak darah yang


datang secara tiba-tiba .

b. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya kx mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis,


sirosis hepatitis, hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran
pencernaan bagian atas, riwayat penyakit darah (misal : DM),
riwayat penggunaan obatulserorgenik, kebiasaan / gaya hidup
(alkoholisme, gaya hidup / kebiasaan makan).

c. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai


kebiasaan makan yang dapat memicu terjadinya hematemesis
melena, maka dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain

19
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat

Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme, pengunaan obat-


obat ulseroge

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual,


muntah, kembung, dan nafsu makan menurun, dan intake nutrisi
harus dalam bentuk makanan yang lunak yang mudah dicerna

c. Pola aktivitas dan latihan

Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein


(hydroprotein) yang dapat menyebabkan keluhan subjektif pada
pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga aktivitas
sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus berhenti
bekerja

d. Pola eliminasi

Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. Pda


BAB terjadi konstipasi atau diare. Perubahan warna feses menjadi
hitam seperti petis, konsistensi pekat. Sedangkan pada BAK, warna
gelap dan konsistensi pekat.

e. Pola tidur dan istirahat

Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan menjadi


kurus, perut membesar karena ascites dan kulit mengering, bersisik
agak kehitaman.

f. Pola hubungan peran

Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi hambatan


dalam menjalankan perannya seperti semula.

20
g. Pola reproduksi seksual

Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon, androgen


dan estrogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat menyebabkan
penurunan libido dan impoten, bila terjadi pada wanita (istri)
menyebabkan gangguan pada siklus haid atau dapat terjadi aminore
dan hal ini tentu saja mempengaruhi pasien sebagai pasangan suami
dan istri.

h. Pola penaggulangan stres

Biasanya dengan koping stres yang baik, maka dapat mengatasi


masalahnya namun sebaliknya bagi kx yang tidak bagus kopingnya
maka dapat destruktif lingkungan sekitarnya.

i. Pola tata nilai dan kepercayaan

Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.

 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum

Keadaan umum klien Hematomesis melena akan terjadi ketidak


seimbangan nutrisi akibat anoreksia, intoleran terhadap makanan /
tidak dapat mencerna, mual, muntah, kembung.

b. Sistem respirasi

Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas


tambahan hipoksia, ascites.

c. Sistem kardiovaskuler

Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi


hati menimbulkan gagal hati), distritnya, bunyi jantung (S3, S4).

d. Sistem gastrointestinal.

21
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritus
perifer.

e. Sistem persyaratan

Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi,


koma, bicara lambat tak jelas.

f. Sistem geniturianaria / eliminasi

Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali.


asites), penurunan / tak adanya bising usus, feses warna tanah liat,
melena, urin gelap pekat, diare / konstipasi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
(kehilangan cairan tubuh secara aktif) ditandai dengan perubahan pada
status mental, penurunan tekanan darah, tekanan nadi, volume nadi,
turgor kulit, haluaran urine, pengisian vena, dan berat badan tiba-tiba,
membrane mukosa kering, kulit kering, peningkatan hematokrit, suhu
tubuh, frekuensi nadi, dan konsentrasi urine, haus, dankelemahan.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal dan/atau ginjal
berhubungan dengan hipovolemik karena perdarahan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (rasa
panas/terbakar pada mukosa lambung dan rongga mulut atau spasme
otot dinding perut).
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan akibat perdarahan pada
saluran pencernaan
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
informasi tentang penyakitnya.

22
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian.
(Doenges, 2008)
C. Perencanaan / Intervensi
1. Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
(kehilangan cairan tubuh secara aktif)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x… jam
diharapkan terjadi pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
optimal dengan kriteria hasil:
a. Kesadaran pasien composmentis
b. Tanda vital stabil : Suhu : 36,5-37,5° C, nadi : 60-100 x/menit,
pernapasan : 12-22 x/menit, tekanan darah :100/60-140/90
mmHg
c. Haluaran urine 0,5-1,0 ml/kg BB/jam, warna urine kuning dan
jernih
d. Kadar elektrolit serum dalam batas normal : Natrium (Na) =
135-145 mEq/L, Kalium (K) =3,5-5,3 mEq/L, Kalsium (Ca) =
4,5-5,5 mEq/L, Magnesium (Mg) = 1,5-2,5 mEq/L, Klorida (Cl
) =90-105 mEq/L, Fosfort (P) = 1,7-2,6 mEq/L, Hematokrit
=33-45 %, Hb = 13,5-17,5 g/dl –
e. Berat badan stabil
f. Membran mukosa lembab
g. Turgor kulit normal
h. Tidak mengalami muntah
 Intervensi Keperawatan :
 Amati tanda-tanda vital
R/: Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan
mengkaji respon kardiovaskuler. Hipovolemia merupakan
risiko utama yang segera terdapat sesudah perdarahan
masif. Pantau haluaran urin sedikitnya setiap jam sekali dan
menimbang berat badan pasien setiap hari.

23
 Pantau haluaran urine setiap jam, perhatikan warna urine
dan timbang berat badan tiap hari
R/ : Haluaran urin dan berat badan memberikan informasi
tentang perfusi renal, kecukupan penggantian cairan, dan
kebutuhan serta status cairan. Warna urine merah/hitam
menandakan kerusakan otot massif .
 Catat karakteristik muntah dan/ atau drainase.
R/ : Membantu dalam membedakan distress gaster. Darah
merah cerah menandakan adanya atau perdarahan arterial
akut, mungkin karena ulkus gaster; darah merah gelap
mungkin darah lama (tertahan dalam usus) atau perdarahan
vena dari varises.
 Catat respons fisiologis individual pasien terhadap
perdarahan, misalnya perubahan mental, kelemahan,
gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan
suhu.
R/ : Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya
perdarahan atau tidak adekuatnya penggantian cairan.
 Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan
perubahan berat badan. Ukur kehilangan darah/ cairan
melalui muntah dan defekasi.
R/: Memberikan pedoman untuk penggantian cairan
 Pertahankan pemberian infuse dan mengaturan tetesannya
pada kecepatan yang tepat sesuai dengan program medik.
R/ : Pemberian cairan yang adejuat diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit serta
perfusi organ-organ vital adekuat.
 Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan
pada saat defekasi. Jadwalkan aktivitas untuk memberikan
periode istirahat tanpa gangguan. Hilangkan rangsangan
berbahaya.

24
R/ : Aktivitas/ muntah meningkatkan tekanan intra-
abdominal dan dapat mencetuskan perdarahan lanjut.
 Kolaborasi pengamatan hasil elektrolit serum
R/ : Natrium urine kurang dari 10 mEq/L di duga
ketidakakuatan penggantian cairan.
 Kolaborasi pemeriksaan laboratorium; misalnya Hb/ Ht
R/ : Alat untuk menentukan kebutuhan penggantian darah
dan mengawasi keefektifan terapi.

2. Dx : Ketidakefektifan perfusi gastrointestinal dan/atau ginjal


berhubungan dengan hipovolemik karena perdarahan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x…. jam diharapkan
perfusi jaringan gastrointestinal dan/atau ginjal efektif dengan Kriteria
hasil:
1. Kesadaran pasien composmentis
2. Tanda vital stabil: Suhu : 36,5-37,5° C, nadi : 60-100
x/menit, pernapasan : 12-22 x/menit, tekanan darah
:100/60-140/90 mmHg –
3. Haluaran urine 0,5-1,0 ml/kg BB/jam
4. Akral teraba hangat
5. Turgor kulit normal
6. Capillary Refill Time dalam batas normal (< 2 detik)
 Intervensi Keperawatan :
 Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing/ sakit
kepala
R/ : Perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan
perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah arterial.
 Auskultasi nadi apikal. Awasi kecepatan jantung/irama bila
EKG kontinu ada
R/ : Perubahan disritmia dan iskemia dapat terjadi sebagai

25
akibat hipotensi, hipoksia, asidosis, ketidakseimbangan
elektrolit, atau pendinginan dekat area jantung bila lavage
air dingin digunakan untuk mengontrol perdarahan.
 Amati tanda-tanda vital
R/ : memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan
mengkaji respon kardiovaskuler. Hipovolemia merupakan
risiko utama yang segera terdapat sesudah perdarahan
masif. Pantau haluaran urin sedikitnya setiap jam sekali dan
menimbang berat badan pasien setiap hari.
 Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian
kapiler lambat, dan nadi perifer lemah.
R/ : Vasokontriksi adalah respon simpatis terhadap
penurunan volume sirkulasi dan/ atau dapat terjadi sebagai
efek samping pemberian vasopresin.
 Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba nyeri
hebat atau nyeri menyebar ke bahu.
R/: Nyeri disebabkan oleh ulkus gaster sering hilang
setelah perdarahan akut karena efek bufer darah.
 Observasi kulit untuk pucat, kemerahan. Pijat dengan
minyak. Ubah posisi dengan sering.
R/ : Gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan risiko
kerusakan kulit.
 Kolaborasi pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi
R/ : Mengobati hipoksemia dan asidosis laktat selama
perdarahan akut.
 Berikan cairan IV sesuai indikasi.
R/ : Mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi.
3. Dx : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (rasa
panas/terbakar pada mukosa lambung dan rongga mulut atau spasme
otot dinding perut).

26
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x20 menit
dalam 3 hari diharapkan nyeri terkontrol dengan kriteria hasil:
a. Klien menyatakan nyerinya menurun atau terkontrol
b. Klien tampak rileks
c. Tanda vital stabil : suhu : 36,5-37,5°C
d. Nadi : 60-100 x/menit, pernapasan : 12-22 x/menit, tekanan
darah :100/60-140/90 mmHg
 Intervensi keperawatan:
1. Catat keluhan nyeri, lokasi, lamanya, intensitas
(skala 0-10).
R/: Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus
dibandingkan dengan gejala nyeri klien sebelumnya
dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi
perdarahan dan terjadinya komplikasi.
2. Amati tanda-tanda vital
R/ : nyeri dapat mempengaruhi perubahan frekuensi
jantung, tekanan darah dan frekuensi nafas.
3. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri.
R/ : Membantu dalam membuat diagnosa dan
kebutuhan terapi.
4. Anjurkan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi
untuk klien.
R/: Makanan mempunyai efek penetralisir, juga
mencegah distensi dan haluaran gastrin.
5. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan
ketidaknyamanan. R/ : Makanan khusus yang
menyebabkan distress bermacam-macam antara
individu.
6. Bantu latihan rentang gerak aktif/ aktif dan teknik
relaksasi nafas dalam.

27
R/: Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan
nyeri/ ketidaknyamanan.
7. Kolaborasi pemberian obat analgesik sesuai
indikasi.
R/ : Mengobati nyeri yang muncul.
4. Dx : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan akibat
perdarahan pada saluran pencernaan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x ….. jam
diharapkan status nutrisi seimbang dengan kriteria hasil:
a. Klien melaporkan intake cukup dari kebutuhan yang
dianjurkan.
b. Berat badan ideal
c. Tonus otot baik
d. Nyeri abdomen tidak ada
e. Nafsu makan baik
f. Kadar protein serum berada dalam kisaran normal (3.40 – 4.80
g/dL)
 Intervensi Keperawatan:
1. Pantau berat badan pasien dan jumlah asupan
kalorinya setiap hari.
R/: Tindakan ini membantu menentukan apakah
kebutuhan makanan telah terpenuhi.
2. Kaji adanya distensi abdomen,volume residu
lambung yang besar atau diare.
R/: Tanda-tanda ini dapat menunjukkan intoleransi
terhadap jalur atau tipe pemberian nutrisi.
3. Berikan diet tinggi kalori dan tinggi protein;
mencakup kesukaan pasien dan makanan yang
dibuat di rumah. Berikan suplemen nutrisi sesuai

28
dengan ketentuan medik.
R/: Pasien memerlukan nutrient yang cukup untuk
peningkatan kebutuhan metabolisme.
4. Berikan suplemen vitamin dan mineral sesuai
dengan ketentuan medic R/: Suplemen ini
memenuhi kebutuhan nutrisi; vitamin dan mineral
yang adekuat perlu untuk fungsi selular
5. Berikan nutrisi enteral atau parenteral total melalui
prototokol penanganan jika kebutuhan diet tidak
terpenuhi lewat asupan per oral R/: Teknik
intervensi nutrisi menjamin terpenuhinya kebutuhan
nutrisi
5. Dx : Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
informasi tentang penyakitnya.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x….. jam diharapkan
pengetahuan klien tentang hematemesis melena bertambah dengan
kriteria hasil:
a. Klien menyatakan pemahaman mengenai penyakitnya
(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dan pengobatan/
perawatan)
b. Klien tampak kooperatif mendengarkan penjelasan petugas
 Intervensi Keperawatan:
1. Kaji sejauh mana ketidakmengertian klien dan
keluarga tentang penyakit yang diderita.
R/ : Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/
salah informasi dan memberikan kesempatan untuk
memberikan informasi tambahan sesuai kebutuhan.
2. Diskusikan dengan klien untuk melakukan
pendidikan kesehatan.

29
R/ : Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan
antusias dan kerja sama dengan klien.
3. Berikan penjelasan tentang penyakit yang klien
derita, cara pengobatan dan perawatan di rumah
serta pencegahan kekambuhan penyakit.
R/ : Memberikan pengetahuan dasar dimana klien
dapat membuat pilihan informasi/ keputusan
tentang masa depan dan control masalah kesehatan.
4. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk
berpartisipasi aktif dalam pendidikan kesehatan.
R/: Memberikan kesempatan klien dan keluarga
untuk lebih memahami tentang penyakitnya.
5. Berikan evaluasi terhadap keefektifan pendidikan
kesehatan.
R/: Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien
setelah diberi pendidikan kesehatan.
6. Dx : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan,
ancaman kematian.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x ….. jam
diharapkan ansietas berkurang dengan kriteria hasil:
a. Klien melaporkan rasa ansietas berkurang –
b. Klien tampak rileks
 Intervensi Keperawatan :
1. Awasi respon fisiologis, misalnya takipnea,
palpitasi, pusing, sakit kepala dan sensasi
kesemutan.
R/ : Dapat menjadi indikatif derajat takut yang
dialami pasien tetapi dapat juga berhubungan
dengan kondisi fisik/ status syok

30
2. Catat petunjuk perilaku seperti gelisah, kurang
kontak mata dan perilaku melawan.
R/ : Indikator derajat takut yang dialami klien.
3. Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan
umpan balik.
R/ : Membantu klien menerima perasaan dan
memberikan kesempatan untuk memperjelas
konsep.
4. Berikan lingkungan tenang untuk istirahat.
R/: Meningkatkan relaksasi dan keterampilan
koping.
5. Dorong orang terdekat tinggal dengan klien.
Berespons terhadap tanda panggilan dengan cepat.
Gunakan sentuhan dan kontak mata dengan tepat.
R/ : Membantu menurunkan rasa takut karena
kesepian.

31
BAB III

ISI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.L

Umur : 85 tahun

Tanggal Lahir : 31 Desember 1933

Jenis Klamin : Perempuan

Alamat : Grobogan

Status : Janda

Perkawinan : 1 kali

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : Sekolah Dasar

Pekerjaan : Tukang pijat bayi

Lama Bekerja : 50 tahun

Tanggal masuk RS : 3 januari 2018 jam 13.00 WIB

Tanggal/jam pengkajian : 3 Januari 2018 jam 17.40 WIB

Sumber Informasi : Pasien, Rekam Medis, Keluarga


pasien

Diagnosa Medis : Hematemesis Melena

Penanggung Jawab Pasien :

 Nama : Ny.A
 Hubungan dengan pasien : Anak
 Pekerjaan : Buruh

32
II. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

a. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan pernah mengalami maag dan jika maag itu kambuh
pasien mengatakan segera periksa ke dokter

b. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga seperti
jantung, diabetes, paru-paru

c. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan mempunyai alergi dingin, dan jika dingin maka
kulit pasien akan terasa gatal-gatal

d. Riwayat Penggunaan Obat-Obatan


Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan

e. Riwayat Merokok
Pasien mengatakan tidak merokok

f. Riwayat tranfusi darah


Pasien mengatakan tidak pernah tranfusi darah

g. Tindakan terapi yang sudah diberikan


Infus NACL 20tpm

III. RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI


a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan muntah darah, BAB berwarna hitam sudah 3 hari.
Keluhan Penyerta : Pasien mengatakan perut nyeri sambil memengang
area abdomen epigastrium mual, lemas
b. Riwayat Sakit Sekarang/alasan masuk RS
Pasien mengalami muntah darah di rumah sekitar hampir 3 hari lalu
dan pada tanggal 3 Januari 2018 pukul 05.00 pasien muntah darah lagi

33
dan BAB hitam sehingga keluarga membawa ke IGD RS Panti Rahayu
Purwodadi pada tanggal 3 Januari 2018 sekitar pukul 13.00.
dan diperiksa oleh dokter jaga. Pasien dipasang infus Nacl 20 tpm dan
dibawa ke ruang Anggur kamar 2C

c. PENGKAJIAN POLA GORDON


1. Pola persepsi dan pemeliharaan Kesehatan
 Sebelum Sakit : Pasien mengatakan bahwa sehat itu jika bisa
melakukan aktivitas sehari hari seperti menjadi tukang pijat bayi
dan ketika sakit pasien mengatakan segera memeriksakan dirinya
ke mantri desa langgananya
 Saat Sakit : Pasien mengatakan tidak bisa melakukan
aktivitasnya sehari harinya sebagai tukang pijat bayi, pasien
mengatakan belum mengerti tentang penyakit yang di dideritanya
dan pasien ingin cepat sembuh, bersedia mengikuti program dari
RS. Pasien tampak kebingungan saat ditanya tentang penyakitnya
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
 Sebelum sakit :
A: TB : 140cm BB : 41kg IMT :20,9 kg/m2 (normal)
B: Tidak terkaji
C: Tidak terkaji
D: Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi dan
lauk seadanya dengan porsi sedikit dan minum sekitar
5gelas sehari air putih
 Saat sakit :
A : TB : 140cm BB : 41kg IMT : 20,9 kg/m2 (normal)
B : HB : 16,6 g/dL, K: 1,94 mmol/L
C : Konjungtiva merah muda, mukosa bibir kering, kulit
kering
D: Pasien hanya minum air tajin dari RS 200cc X
6gelas/hari dan selalu habis

3. Pola eliminasi
 Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB rutin 1x sehari dengan
konsistensi lembek berbentuk, berbau khas dan warna coklat
kekuningan
 Saat sakit : Pasien mengatakan BAB 1x dengan konsistensi
lembek, berwarna hitam, urine berwarna kuning pekat sekitar
200cc

34
4. Pola Aktivitas dan Latihan
 Sebelum sakit : Pasien mengatakan sehari hari menjadi tukang
pijat bayi, dan dalam melakukan aktivitas tidak dibantu orang lain.
Pasien tidak merasa sesak nafas saat beraktifitas
 Saat sakit : Pasien mengatakan tubuhnya sedikit lemas dan
dalam beraktivitas dibantu oleh anaknya, namun pasien tidak
merasakan sesak nafas saat beraktivitas

INDEKS KATS

Score : C
Kemandirian dalam semua hal keuali mandi dan berpindah
Kesimpulan ketergantungan : aktivitas pasien dibantu sebagian

5. Pola Istirahat dan Tidur


 Sebelum sakit : Pasien mengatakan dirumah tidur selama 8jam
mulai tidur dari jam 21.00 dan bangun jam 05.00 dengan kualitas
tidur nyenyak
 Saat sakit : Pasien mengatakan sulit tidur atau tidur tidak
nyenyak karena lingkungan di RS sedikit ramai dan tidur hanya
beberapa jam saja kira-kira pukul 22.00-05.00 dan sering
terbangun
6. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
 Sebelum dan saat sakit : Penglihatan pasien tidak terganggu, bisa
melihat dengan jelas, pengecap dan pendengaran baik
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
 Sebelum sakit : Pasien merasa sangat bersyukur kepada Allah
karena masih diberi hidup hingga saat ini pasien ingin selalu sehat
supaya tidak merepotkan anaknya
 Saat sakit : Pasien merasa tidak enak kepada anaknya karena
merepotkan dan pasien ingin cepat sembuh
8. Pola Seksualitas dan Reproduksi
 Sebelum dan saat sakit : pasien sudah menopouse sejak sekitar
umur 50 tahun dan mempunyai 7 anak
9. Pola Peran dan Hubungan
 Sebelum sakit : Pasien mengatakan dia berperan sebagai nenek dan
ibu bagi anak-anaknya. Pasien mengatakan akrab dan berhubungan
baik dengan keluarga dan masyarakat sekitar lingkungan

35
 Saat sakit : Pasien mengatakan tidak dapat berperan sebagai
nenek dan tidak bisa memijat bayi. Komunikasi pasien dengan
tetangga juga terhambat karena pasien dirawat di RS

36
Pola Managemen Koping Stres
 Sebelum sakit : Pasien mengatakan jika mempunyai masalah
bercerita pada keluarganya
 Saat sakit : Pasien mengutarakan keluhan sakitnya pada
keluarga dan perawat.
10. Pola Nilai dan Kepercayaan
 Sebelum sakit : Pasien beragama Islam dan saat dirumah pasien
sholat 5 waktu
 Saat sakit : Pasien mengatakan tetap sholat walaupun terbaring
di rumah sakit

IV. PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : Pasien tampak sakit sedang, tampak lemah,terpasang


infus Nacl 20tpm ditangan kiri,
 Tingkat kesadaran :
Kualitatif : Compos mentis
Kuantitatif : E : 4, M : 5, V : 6 Nilai : 15
 Tanda vital
a. Tekanan darah : 130/80 mmHg
b. Suhu : 36,5 0C
c. Respiration rate (RR) : 18 x/menit
d. Nadi : 68 x/menit
e. Nyeri :

P (Provokatif) : Pendarahan di lambung

Q (Quality) : Tertusuk

R (Regio) : Abdomen

S (Skala) : Skala nyeri yang dirasakan pasien 4

T (Time) : Hilang timbul

 Pengkajian Head to Toe


a. Kepala : bentuk mesosephal, rambut hitam beruban, ikal
b. Wajah : bentuk wajah oval, tidak terdapat nyeri tekan, kulit
wajah sawo matang
c. Mata : bentuk simetris, terdapat kantung mata,
konjungtiva merah muda, pupil isokor, reflek
cahaya (+)

37
d. Hidung : Simetris, tidak ada pembesaran polip, tidak ada
nyeri tekan
e. Telinga : Simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat
serumen
f. Mulut : Mukosa bibir kering, gigi tidak lengkap, tidak ada
stomatitis, pasien mengatakan belum sikat gigi
sejak masuk RS
g. Leher : Tidak ada pembesaran tiroid, tidak terdapat nyeri
tekan
h. Toraks ( Paru-paru)
I : Simetris
P : Getaran paru kanan kiri sama
P : Sonor
A : Vesikuler tidak ada suara tambahan ronchi/wheezing
i. Jantung:
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Terdengar bunyi pekak batas jantung atas ICS 2 sinistra,
bawah ICS 5 sinistra, kanan linea sternalis dekstra, kiri
linea axilaris anterior sinistra
A : Tidak ada suara tambahan jantung BJ 3
j. Abdomen:
I : Tidak terdapat lesi,
A : Bising usus 12 x/menit
P : Timpany
P : Terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian epigastrium
k. Genetalia : Tidak terpasang kateter, tidak ada lesi, tidak ada
pembengkakan
l. Ekstermitas :
1. Atas : Pasien terpasang infus NaCL 20tpm lancar tidak bengkak,
tidak ada kemerahan
2. Bawah : pasien tidak terpasang kateter, tidak ada edema tonus
otot
5 5

5 5

38
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Interpretasi


normal

HEMATOLOGI

3-1- Hemoglobin 16.6 H g/Dl 12-14 High


2018
(15.54)

Leukosit 13.100 H /µL 4000- High


10.000

Hematokrit 50 H % 37-43 High

Trombosit 205.000 /µL 150.000- Normal


400.000

KIMIA KLINIK

Gula Darah 103 mg/dL (<140) Normal

SGOT 13 ui/L (<35) Normal

SGPT 11 ui/L (<39) Normal

Alkali Phospat 133 ui/L 60-170 Normal

Total protein 7.0 gr/100 ml (6-8) Normal

Albumin 4,6 gr/100 ml (3,5-4,8) Normal

Globulin 2,4 L gr/100 ml (2,5-3,2) Low

BILIRUBIN

Bilirubin total 1,64 H mg/dl <1 High

Bilirubin direk 0,48H mg/dl <0,25 High

Bilirubin indirek 1,16 H mg/dl <0,75 High

39
Gamma GT 10 U/L 7-32 Normal

ELEKTROLIT

Natrium 128 L mmol/L (135- Low


155)

Kalium 1.94 L mmol/L (3,6-5,5) Low

Klorida 101 mmol/L (96-106) Normal

Ureum 32 mg% (10-50) Normal

Creatinin darah 0,63 mg% (0,5-1,4) Normal

Asam Urat 3,1 mg% (2.4-5.0) Normal

b. Pemeriksaan Radiologi Thorax AP (supine) 31-1-2018, 13,31


Cor : Membesar dengan apeks cordis grounded, dilatasi aorta (+), klasifiasi
aorti knob (+)
Pulmo : Tak tampak infiltrat dikedua lapang paru orakan bronkovaskuler
sinus phrenioo stalis kanan kiri tajam

Diafragma : normal
Trakea ditengah
Sterna tulang baik

Kesimpulan :
1. Cardiomegaly dengan konfigurasi HHD disertai aertoslerosis
2. Broncitis

40
VI. PROGRAM TERAPI

a. Program Terapi obat


Tgl Nama Obat Golongan Dosis Efek Rute TTD/
Pasien samping Nama
03- Omeprazole Antisekresi 2x40 mg Mual, IV Vega
01- Kembung,
2018 Diare
Kalnex Anti- 2x1 gr Diare, IV Indha
Fibrinolitik Mual,
Anoreksia
Infus NaCL Cairan 20 tpm Demam, Parental Dwi
Isotonik Muntah,
Diare
Donperidon Antimetik 3x4 mg Sakit Oral Bagus
Kepala,
Mengantu
k, Diare
Impepsa 6x1 Sakit Oral Dimas
sendok Kepala,
makan Susah
Tidur,
Sakit Perut
KCL Elektrolit 25 meq Berkering Parental Bagus
at, Gatal-
gatal,
Mual

41
MALLNUTRITION SREENING TOOLS (MST)

NO PARAMETER SCORE

1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang


tidak direncanakan/tidak diinginkan dalam 6 bulan
terakhir ?

TIDAK 0

TIDAK YAKIN (ada tanda menjadi longgar) 2

YA, ada penurunan berat badan

a. 1-5 kg 1

b. 6-10 kg 2

c. 11-15 kg 3

d. > 15 kg 4

e. Tidak tahu berapa penurunannya 2

2. Apakah asupan makan pasien berkurang karena penurunan


nafsu makan/kesulitan menerima makan ?

YA 1

TIDAK 0

TOTAL 1

Ket : Tidak perlu konsultasi ahli gizi

RESIKO JATUH

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI

1 Riwayat jatuh : apakah pasien TIDAK 0 0


pernah jatuh 3 bulan terakhir ?

YA 25

2 Diagnosa sekunder : apakah TIDAK 0 15

42
pasien memiliki lebih dari satu
penyakit ?

YA 15

3. Alat bantu jalan :

Bed rest/ di bantu perawata 0 0

Kruk/tongkat/walker 15

Berpegangan pada benda-benda 30


di sekitar (kursi,lemari,meja)

4. Terapi intravena : apakah saat TIDAK 0 20


ini pasien terpasang infus

YA 20

5. Gaya berjalan/cara berpindah

Normal/bedrest/immobile(tidak 0 10
dapat bergerak sendiri)

Lemah(tidak bertenaga) 10

Gangguan/tidak 20
normal(pincang/diseret)

6. Status Mental

Pasien menyadari kondisi 0


dirinya

Pasien mengalami keterbatasan 15 15


daya ingat

JUMLAH 60

Keterangan : Resiko Jatuh tinggi

Tidak beresiko : Nilai MRS 0-24 (perawatan dasar)

Resiko rendah : Nilai MRS 25-50 (Intervensi pencegahan standar)

Resiko Tinggi : > =50 (intervensi pencegahan resiko tinggi

43
ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. L

Tanggal Lahir :01 Januari 1955

Data Fokus Problem Etiologi


DS : Kekurangan volume Kehilangan cairan aktif
- Pasien mengatakan cairan dan elektrolit
muntah darah,
BAB berwarna
hitam sudah 3 hari

DO :
- Pasien tampak
lemah
- Mukosa bibir
kering
- Kulit kering
- TTV :
TD : 130/80
mmHg
N : 68X/menit
S : 36,5 C
RR :18x/m
- Natrium : 128
mmol/L
- Kalium : 1.94
mmol/L
- Hematokrit : 50 %
DS : Nyeri akut Agens cedera biologis
- Pasien mengatakan
perut nyeri sambil
memengang area
abdomen
epigastrium
DO :
- Terdapat nyeri tekan
pada abdomen bagian
epigastrium saat di palpasi
- Nyeri
P: Pendarahan di
lambung
Q: Tertusuk
R: Abdomen

44
S: Skala nyeri 4
dari 1-10
T: Hilang timbul

DS : Defisiensi pengetahuan Kurang informasi


- Pasien mengatakan
belum mengerti
tentang penyakit
yang di dideritanya
DO :
- Pasien tampak
bingung saat di
tanya tentang
penyakitnya

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan Kehilangan


cairan aktif

2. Nyeri akut berhubungan dengan Agens cedera biologis

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi

45
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. L

Tanggal Lahir : 31 Desember 1933

Tanggal No. Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional Tanda


/Jam DP Hasil tangan
1. Setelah di lakukan 1. Mengetahui
tindakan 1. Memonitor apakah ada
keperawatan cairan elektrolit kekurangan atau
selama 4x24 jam pasien kelebihan cairan
kekurangan 2. Monitoring elektrolit pada
volume cairan dan tanda-tanda tubuh pasien
elektrolit teratasi, vital setiap 8 2. Perubahan TD dan
dengan kriteria jam nadi dapat
hasil : 3. Monitoring diperkirakan
1. BAB intake dan untuk perkiraan
pasien output cairan kehilangan daraan
lancar pasien nadi dapat
tidak 4. Pertahankan diperkirakan
berwarna tirah baring untuk perkiraan
hitam untuk kehilangan darah
2. Pasien mencegah 3. Memberikan
tidak muntah dan pedoman untuk
muntah tegang saat pemberian cairan
darah defekasi kepada pasien
3. Mukosa 5. Ajarkan pasien 4. Aktifitas
bibir dan keluarga dantekanan intra
lembab tentang abdominal dapat
4. Natrium makanan yang mencetuskan
dala batas sesuai dengan pendarahan lanjut

46
normal diet pasien 5. Mengetahui
(135- 6. Kolaborasi makanan apa saja
155m dengan ahli gizi yang tidak boleh
Mol) dalam dan boleh di
5. Kalium pemberian diet makan saat pasien
dalam pasien mengalamai sakit
batas 7. Kolaborasi terentu
normal dengan dokter 6. Mengetahui
(3,6- dan tenaga Kebutuhan gizi
5,5mmol) medis dalam yang di perlukan
pemberian pasien saat sakit
terapi obat 7. Mengatasi
medis yang keadaan akibat
sesuai (KCL) rendahnya
8. Kolaborasi elektrolit
dengan dokter 8. Untuk
dalam mempercepat
pemberian proses
terapi obat penyembuhan
- Anti mual pasien
muntah
- Anti
pendarahan
- Elektolit (KCL)

2. Setelah dilakukan 1. Kaji skala nyeri


tindakan pasien 1. Pemantauan
keperawatan 2. Atur posisi yang dilakukan agar
selama 2-4 jam nyaman untuk mengetahui
nyeri dapat pasien perkembangan/pe
berkurangi, 3. Ajarkan teknik ngurangan skala

47
dengan kriteria relaksasi dan nyeri pasien
hasil : nafas dalam 2. Posisi yang
1. Pasien 4. Kolaborasi nyaman membuat
tampak dengan dokter lebih rileks
lebih untuk pemberian 3. Mengurangi rasa
rileks anti sekresi asam lebih nyaman dan
2. Skala lambung (OMZ) rileks
nyeri 4. Anti sekresi
dapat menggurangi
berkurang peningkatan asam
menjadi 3 lambung pada
tubuh pasien

12:00 3 Setelah diberikan 1. Kaji tingkat 1. Sebagai tolok ukur


tindakan pengetahuan pemberian
keperawatan pasien tentang pendidikan
selama 1x24 jam penyakit kesehatan
difisit hematemesis 2. Pasien dan
pengetahuan melena keluarga pasien
berkurang dengan 2. Lakukan mengetahui
kriteria hasil : pendidikan tentang cara
1. Pasien kesehatan pencegahan dan
mengetahu terhadap pasien penyebab
i tentang dan keluarga 3. Pengetahuan dapat
penyakit pasien tantang mencegah
yang di penyakit terulangnya
derita Hematemesis kembali suatu
2. Pasien melena penyakit
tidak ( pengertian, 4. Mempercepat
tampak penyebab, tanda proses
kebingung dan gejala, penyembuhan

48
an lagi penatalaksanaan pasien dengan
saat di dan diit). meminumn obat
tanya 3. Ajarkan pasien secara teratur dan
dan keluarga istirahat cukup.
pasien untuk
menjaga pola
makan dan
kebersihanya
4. Libatkan keluarga
pasien untuk
menjaga
kesehatan pasien
dan supaya
mempercepat
proses
penyembuhan
pasien

49
IMPLEMENTASI

Nama Pasien : Ny. L

Tanggal Lahir : 31 Desember 1933

Tanggal/ No. Implementasi Respon Tanda


jam Dp tangan
3 1,2,3 Mengkaji keluhan pasien DS : Pasien mengatakan muntah Indha
Januari darah, BAB berwarna hitam,
2018 nyeri, dan lemas
DO: Mukosa bibir kering, pasien
17.00 terlihat memegang area nyeri
abdomennya.

17.10 1,2 Mengukur tanda vital pasien DS: Pasien bersedia untuk di Vega
ukur tanda vitalnya
DO: TD : 130/80 mmHg
N : 68X/menit
S : 36,5 C
RR :18x/m

17.15 2 Menanyakan skala nyeri pasien DS : Pasien megatakan nyeri indha


pada abdomen :
DO : P : Pendarahan di
lambung
Q: Tertusuk
R: Abdomen
S: Skala nyeri 4 dari 1-10
T: Hilang timbul

50
DS: pasien mengatakan lebih
nyaman
2 Memberikan posisi semi fowler DO: pasien tampak lebih rileks
pada pasien
Vega

19.05 1,2 Melakukan skin test stabixin 1 gr DS : Pasien mengatakan sedikit


sakit
DO : Obat masuk

20.00 1,2 Menggati infus NACL+KCL DS : Pasien mengatakan lemas


25meq 20tpm DO : Infus menetes lancar

DS : Pasien mengatakaan sedikit


20.35 1 Monitoring intake output cairan mual namun tidak muntah
DO : Air tajin habis 200cc
Bagus
22.00 1,2 Memberikan injeksi IV DS : Pasien mengatakan tidak

51
OMZ 2x 40 mg sakit saat disuntik
Kalnex 2x1gr DO : Obat masuk tidak ada tanda
alergi

4 1,2 Mengukur tanda vital pasien DS: pasien mengatakan nyeri Bagus
Januari pada perut
2018 DO: TD : 130/80 mmHg
N : 70 X/menit
05.30 S : 36,8 C
RR : 20 x/m
Skala nyeri : 4
06.15 1,2 Memberikan obat oral DS : Pasien mengatakan akan Bagus
Donperidon 3x4 mg meminumnya
Impepsa 6x1 sendok makan DO : Pasien kooperatif

08.00 1,2 Memberikan injeksi IV DS : Pasien mengatakan tidak Dimas


OMZ 2x 40 mg sakit saat disuntik
Kalnex 2x1 gr DO : Obat masuk tidak ada tanda
alergi
09.00 1,2 Menggati infus NACL+KCL DS : Pasien mengatakan nyeri Dwi
25meq 20tpm pada abdomen
DO : Infus menetes lancar

09.05 2 Mengajarkan dan melatih nafas DS : Pasien mengatakan masih Dimas


dalam nyeri skala nyeri 4
DO : Pasien dapat berlatih nafas
dalam

52
11.00 3 Mengkaji tingkat pengetahuan DS : Pasien mengatakan belum Dwi
pasien tentang penyakit mengerti tentang penyakit yang
hematemesis melena di dideritanya
DO : Pasien tampak bingung saat
di tanya tentang penyakitnya
12.30 1,2 Mengukur tanda vital pasien DS: pasien mengatakan sudah Dimas
tidak mual tetapi perut masih
nyeri
DO: TD : 130/80 mmHg
N : 70 X/menit
S : 36,8 C
RR : 20 x/m
Skala nyeri : 4
16.00 1 Memberikan obat oral DS : Pasien mengatakan akan Vega
Donperidon 3x 4 mg meminumnya
Impepsa 6x1 sendok makan DO : Pasien kooperatif

17.00 2 Mengkaji skala nyeri pasien DS : Pasien mengatakan masih Bagus


merasa nyeri namun sudah
sedikit berkurang
DO : Skala nyeri 3

Mengingatkan pasien untuk DS : Pasien mengatakan sudah


melakukan nafas dalam bisa melakukan nafas dalam
sendiri
DO : Pasien kooperatif
18.30 1 Monitoring intake output cairan DS : Pasien mengatakaan tidak Bagus
mual tidak muntah
DO : Intake : Air tajin 400 ml
Infus 2000 ml
Output : Urine

53
Muntah
Feces

19.00 1,2 Mengukur tanda vital pasien DS: pasien mengatakan sudah Vega
tidak mual tetapi perut masih
nyeri
DO: TD : 125/80 mmHg
N : 70 X/menit
S : 36,7 C
RR : 18 x/m
Skala nyeri : 3
19.05 1 Menggati infus NACL+KCL DS : Pasien mengatakan badan Vega
25meq 20tpm sudah sedikit membaik tidak
mual tidak muntah
DO : Infus menetes lancar

22.00 1,2 Memberikan injeksi IV DS : Pasien mengatakan tidak Indha


OMZ 2x 40 mg sakit saat disuntik
Kalnex 2x1gr DO : Obat masuk tidak ada tanda
alergi

5 1,2 Mengukur tanda vital pasien DS: pasien mengatakan sudah Indha
Januari membaik
2018 DO: TD : 130/80 mmHg
N : 65 X/menit
05.30 S : 36,8 C
RR : 18 x/m
Skala nyeri : 3
06.15 1 Memberikan obat oral DS : Pasien mengatakan akan Indha
Donperidon 3x 4 mg meminumnya

54
Impepsa 6x1 sendok makan DO : Pasien kooperatif

08.00 2 Memberikan injeksi IV DS : Pasien mengatakan tidak Dimas


OMZ 2x 40 mg sakit saat disuntik
Kalnex 2x1gr DO : Obat masuk tidak ada tanda
alergi
09.00 1,2 Menggati infus NACL DS : Pasien mengatakan badan Dimas
sudah sedikit membaik tidak
mual tidak muntah
DO : Infus menetes lancar
11.30 3 Melakukan penkes tentang DS : Pasien mengatakan sudah Dimas
hematemesis melena lebih mengerti
DO : Pasien bisa mengulang
kembali tanda gejala
12.30 1,2 Mengkaji tanda-tanda vital DS: pasien mengatakan sudah Bagus
membaik nyeri berkurang
DO: TD : 125/80 mmHg
N : 68 X/menit
S : 36,7C
RR : 18 x/m
Skala nyeri : 3
16.00 .1 Mengambil darah vena untuk cek DS : Pasien mengatakan sakit Vega
elektrolit saat diambil darahnya
DO : Pasien kooperatif

17.00 1 Hasil cek elektrolit Natrium : 131mmol/L


Kalium : 2,98 mmol/L
Hematokriti : 50 %
18.00 1 Monitor intake output cairan DS : Pasien mengatakan tidak Vega
mual muntah

55
DO : Intake : Bubur lembek
Teh
Air mineral

Output: Urine
Feces

19.00 1,2 Mengukur TTV pasien DS: pasien mengatakan sudah Dwi
tidak mual tetapi perut masih
nyeri
DO: TD : 125/80 mmHg
N : 70 X/menit
S : 36,7 C
RR : 18 x/m
Skala nyeri : 2
19.05 2 Mengingatkan pasien untuk DS : Pasien mengatakan sudah Dwi
melakukan nafas dalam bisa melakukan nafas dalam
sendiri
DO : Pasien kooperatif
20.00 1 Menggati infus NACL 20 tpm DS : Pasien mengatakan badan Vega
sudah sedikit membaik tidak
mual tidak muntah
DO : Infus menetes lancar
22.00 1 Memberikan injeksi IV DS : Pasien mengatakan tidak Dimas
OMZ 2x 40 mg sakit saat disuntik
Kalnex 2x1gr DO : Obat masuk tidak ada tanda
alergi

56
EVALUASI

Nama Pasien : Ny. L

Tanggal Lahir : 31 Desember 1933

Tanggal No. Evaluasi Tanda


/jam DP tangan
3 1. S : Pasien mengatakan lemas Vega,
Januari Pasien mengatakan masih merasa mual namun tidak muntah Indha
2018 BAB 1x dengan konsistensi lembek berwarna kuning
kecoklatan

21.00 O : Mukosa bibir kering


TTV : TD : 130/80 mmHg
N : 68X/menit
S : 36,5 C
RR :18x/m
Natrium : 128 mmol/L
Kalium : 1.94 mmol/L
Hematokrit : 50 %

A: Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
- Monitoring cairan elektrolit
Monitoring tanda-tanda vital
Membertahankan tirah baring
Mempertahankan diit cair
Lanjutkan terapi : anti muntah, anti pendarahan dan
elektrolit KCL

57
2. S : Pasien mengatakan masih nyeri pada perut namun sudah Indha,
berkurang vega
Pasien mengatakan sudah sedikit rileks saat diberikan posisi
semi fowler

O: KU : baik, kesadaran : Compos mentis


Nyeri : P : Pendarahan di lambung
Q: Tertusuk
R: Abdomen
S: Skala nyeri 4 dari 1-10
T: Hilang timbul

A: Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan teknik relaksasi dan nafas dalam saat nyeri
- Lanjutkan terapi obat OMZ
3. S: Pasien mengatakan belum mengerti tentang penyakit Vega,
Hematemesis melena indha

O: Pasien tampak bingung saat ditanya tentang penyakit


Hematemesis melena

A: Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tingkat pengetahuan pasien
- Lakukan pendidikan kesehatan tentang hematemesis melena
- Mengajarkan kepada pasien untuk menjaga pola makan dan

58
kebersihan
4 1. S : Pasien mengatakan lemas Bagus,
Januari Pasien mengatakan sudah tidak mual tidak muntah tetapi perut vega
2018 masih nyeri
21:00

O : Mukosa bibir kering


TTV : TD : 125/80 mmHg
N : 70X/menit
S : 36,7 C
RR :18x/m
Natrium : 128 mmol/L
Kalium : 1.94 mmol/L
Hematokrit : 50 %

A: Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
Monitoring cairan elektrolit
Monitoring tanda-tanda vital
Membertahankan tirah baring
Mempertahankan diit cair
Lanjutkan terapi : anti muntah, anti pendarahan dan elektrolit
KCL

2. S : Pasien mengatakan masih nyeri pada perut namun sudah Bagus,


berkurang vega

O: KU : baik, kesadaran : Compos mentis

59
Nyeri : P : Pendarahan di lambung
Q: Tertusuk
R: Abdomen
S: Skala nyeri 3 dari 1-10
T: Hilang timbul

A: Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan teknik relaksasi dan nafas dalam saat nyeri
- Lanjutkan terapi obat OMZ
3. S: Pasien mengatakan belum mengerti tentang penyakit Vega,
Hematemesis melena bagus

O: Pasien tampak bingung saat ditanya tentang penyakit


Hematemesis melena
Pasien mulai muncul rasa keingintahuannya tentang penyakit
Hematemesis melena

A: Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tingkat pengetahuan pasien
- Lakukan pendidikan kesehatan tentang hematemesis melena
- Mengajarkan kepada pasien untuk menjaga pola makan dan
kebersihan
5 1. S : Pasien mengatakan lemas berkurang Dimas,
Januari Pasien mengatakan sudah tidak mual tidak muntah tetapi perut Dwi
2018 masih nyeri
21.00

60
O : Mukosa bibir lembab
TTV : TD : 125/80 mmHg
N : 70X/menit
S : 36,7 C
RR :18x/m
Natrium : 131 mmol/L
Kalium : 2,98 mmol/L
Hematokrit : 50 %

A: Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

2. S : Pasien mengatakan masih nyeri pada perut namun sudah Dimas,


berkurang Dwi

O: KU : baik, kesadaran : Compos mentis


Nyeri : P : Pendarahan di lambung
Q: Tertusuk
R: Abdomen
S: Skala nyeri 2 dari 1-10
T: Hilang timbul

A: Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan teknik relaksasi dan nafas dalam saat nyeri
- Lanjutkan terapi obat OMZ
3. S: Pasien mengatakan sudah lebih mengerti sedikit tentang Bagus,

61
penyakit hematemesis melena dimas

O: Pasien bisa menyebutkan kembali tentang tanda dan gejala


Hematemesis Melena

A: Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
- Mengulang kembali tentang pengertian tanda gejala penyebab
hematemesis melena saat bertemu pasien
- Mengajarkan kepada pasien untuk menjaga pola makan dan
kebersihan

62
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami
muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan
berwarna hitam
2. Saran

63

Anda mungkin juga menyukai