BAB I : PENDAHULUAN
2. Tujuan......................................................................................................4
3. Manfaat ...................................................................................................4
A. Anatomi fisiologi........................................................................5
B. Definisi penyakit.......................................................................10
C. Etiologi......................................................................................10
D. Tanda Gejala.............................................................................11
E. Komplikasi................................................................................12
F. Patofisiologi...............................................................................12
G. Pathway.....................................................................................14
H. Pemeriksaan Diagnostik............................................................14
I. Penatalaksanaan..........................................................................15
A. Pengkajian Keperawatan...........................................................19
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................22
C. Rencana Keperawatan...............................................................23
1
BAB III HASIL
1. Identitas pasien..........................................................................................32
2. Riwayat penyakit dahulu...........................................................................33
3. Riwayat penyakit saat ini..........................................................................33
4. Pemeriksaan fisik......................................................................................36
5. Pemeriksaan penunjang............................................................................38
6. Program terapi............................................................................................40
7. Analisa data................................................................................................43
8. Diagnosa keperawatan...............................................................................44
9. Intervensi keperawatan..............................................................................45
10. Implemetasi................................................................................................47
11. Evaluasi......................................................................................................52
BAB IV : PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................54
B. Saran............................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien
mengalami muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB)
berdarah dan berwarna hitam. Hematemesis melena merupakan suatu
perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan
merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah
sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pendarahan dapat terjadi karena
pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus peptikum. 86 % dari
angka kematian akibat pendarahan SCBA di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)/ Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) berasal dari pecahnya varises esofagus akibat
penyakit sirosis hati dan hepatoma
Di Indonesia sebagian besar (70-85%) hemetemesis disebabkan
oleh pecahnya varises esofagus yang terjadi pada pasien sirosis hati
sehingga prognosisnya tergantung dari penyakit yang mendasarinya.
Perdarahan akibat sirosis hati disebabkan oleh gangguan fungsi hati
penderita, alkohol, obat-obatan, virus hepatitis dan penyakit bilier.
Pendarahan SCBA dapat bermanifestasi sebagai hematemesis, malena,
atau keduanya. Walaupun perdarahan akan berhenti dengan sendirinya,
tetapi sebaiknya setiap pendarahan saluran cerna dianggap sebagi suatu
keaadaan serius yangs setiap saat dapat membahayakan pasien. Setiap
pasien dengan pendarahan harus dirawat di rumah sakit tanpa kecuali,
walaupun pendarahan dapat berhenti secara spontan. Hal ini harus
ditanggulangi secara saksama dan dengan optimal untuk mencegah
pendarahan lebih banyak, syok hemoragik, dan akibat lain yang
berhubungan dengan pendarahan tersebut, termasuk kematian
pasien.(Dwaney, 2012).
3
2. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
3. Manfaat
4
BAB II
TINJAUAN MATERI
5
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. (Abadi. 2010)
b) Tenggorokan (Faring)
Tenggorokan (lynda.2008)
6
d) Lambung
Lambung (lynda.2008)
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan. (Kus. 2008). Lambung berfungsi sebagai gudang makanan,
yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-
enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri. (Kus. 2008)
7
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
e) Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. (Syaifudin. 2010)
f) Usus besar
8
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam
usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air, dan terjadilah diare. (lynda.2008).
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.(syaifudin.2010)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen). (Lynda.2008).
9
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan
untuk buang air besar (BAB). (Lynda.2008)
B. Definisi Penyakit
C. Etiologi
10
3. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular
coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.
4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat,
kortikosteroid, alkohol, dan lain-lain.
11
8. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme
yaitu:
- Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila
dan pubis.
- Amenore, hiperpigmentasi areola mamae
- Spider nevi dan eritema
- Hiperpigmentasi Jari tabuh
E. Komplikasi
F. Patofisiologi
A. Ulkus peptikum
12
B. Sekresi lambung
Sekresi lambung terjadi pada tiga fase yang serupa ; (1) fase sefalik
yaitu : fase yang dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau,
atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang
pada gilirannya merangsang saraf vagal , (2) fase lambung, yaitu : pada
fase lambung dilepaskan asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari
rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap resptor di dinding lambung,
dan (3) fase usus, yaitu makanan pada usus halus menyebabkan
pelepasan hormon (dianggap sebagai gastrin) yang pada waktunya
akan merangsang sekresi asam lambung.
D. Sindrom Zollinger-Ellison
E. Ulkus Stres
13
secara fisiologis. Kejadian stress misalnya ; luka bakar, syok, sepsis
berat dan trauma organ multipel.
G. Pathway
Pathway (syaifudi.2010)
H. Pemeriksaan diagnostik
1. Laboratorium
a. Darah : Hb menurun / rendah
b. SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran
dari sel yang mengalami kerusakan.
c. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel hati yang kurang.
14
d. Pemeriksaan CHE (kolineterase) penting dalam menilai
kemampuan sel hati. Bila terjadi kerusakan kadar CHE akan
turun.
e. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan
diuretik dan pembatasan garam dalam diet.
f. Peninggian kadar gula darah.
g. Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti
HBSAg/HBSAB, HBeAg, dll
b. Radiologi
a. USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan
splenomegali, acites
b. Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus
c. Angiografi untuk pengukuran vena portal
I. Penatalaksanaan
Bila pasien memuntahkan darah maka sumber cedera di bagian atas
saluran pencernaan seperti esofagus, duodenum dan lambung. Muntahan
darah segar di hubungkan dengan perdarahan varises esofagus yang
merupakan vena besar. Keadaan tersebut terjadi sabagai penyulit penyakit
hati berat, seperti alkoholisme menahun. Sokong sirkulasi penderita
dengan darah Ringer Laktat dan oksigen: penderita dapat merasakan.
Muntah darah segar dengan riwayat berak hitam menggambarkan ulkus
yang berdarah yang tak semendesak perdarahan varices esofagus.
Pengeluaran darah segar dalam feses atau setelah buang air besar
merupakan tanda perdarahan saluran cerna bawah akibat hemoroid,
divertikula, penyakit keganasan atau polip. (Sayaifudin.2010)
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan
pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan
penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi :
15
1. Pengawasan dan pengobatan umum
a. Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang
menimbulkan efek sedatif(penenang) morfin, meperidin
dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.
b. Penderita dipuasakan selama perdarahan masih
berlangsung dan bila perdarahan berhenti dapat
diberikan makanan cair.
c. Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan
garam fisiologis selama belum tersedia darah.
d. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran
penderita dan bila perlu dipasang CVP monitor.
e. Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu
dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.
f. Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang
hilang dan mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 %
harga normal.
g. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4
x 10 mg/hari, karbasokrom (Adona AC), antasida dan
golongan H2 reseptor antagonis (simetidin atau
ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.
h. Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai
pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh usus,
sebagai tindakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi
amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan
ensefalopati hepatik.
2. Pemasangan pipa naso-gastrik
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi
cairan lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan
pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung
akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan
16
terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan
demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan
dilakukan berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml
sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan
ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat
segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.
3. Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian
pitresin per infus akan mengakibatkan kontriksi pembuluh
darah dan splanknikus sehingga menurunkan tekanan vena
porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat
berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot
polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu
harus berhati-hati dengan pemakaian obat tersebut terutama
pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu
pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap
kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.
4. Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita
perdarahan akibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB
tube dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif,
sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna
pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan
kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul pada waktu dan
selama pemasangan.
Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan
pemakaian SB tube ini dalam menanggulangi perdarahan
saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises esofagus.
Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi
dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah
dijumpai.
17
5. Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau
sotrdecol 3 % sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop
yang fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian
ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan
narkose umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara
pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu
pengobatan yang baru dalam menanggulangi perdarahan
saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises
esofagus.
6. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami
kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat
dipikirkan tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa
dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus,
pintasan porto-kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6
minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari membaik.
Selain cara-cara tersebut diatas, adapula metode lain untuk
menghentikan perdarahan varises esophagus, antara lain :
a. Cyanoacrylate glue injection, memakai semacam lem
jaringan (His-toacryl R) yang langsung disuntikkan
intravena.
b. Endoscopic band ligator
Sedangkan pada perdarahan non variceal, dapat
dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
a Laser photo coagulation
b. Diathermy coagulation
c. Adrenalin injection
d. Sclerotheraphy injection. (Lynda.2008)
18
BAB II
A. Pengkajian
1. Identitas pasien, meliputi :
Nama, Umur (biasanya bisa usia muda maupun tua), Jenis kelamin
(bisa laki-laki maupun perempuan), Suku bangsa, Pekerjaan,
Pendidikan, Alamat, Tanggal MRS, dan Diagnosa medis
2. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak darah
yang datang secara tiba-tiba.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
19
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat
d. Pola eliminasi
20
g. Pola reproduksi seksual
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Sistem respirasi
c. Sistem kardiovaskuler
d. Sistem gastrointestinal.
21
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritus
perifer.
e. Sistem persyaratan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
(kehilangan cairan tubuh secara aktif) ditandai dengan perubahan pada
status mental, penurunan tekanan darah, tekanan nadi, volume nadi,
turgor kulit, haluaran urine, pengisian vena, dan berat badan tiba-tiba,
membrane mukosa kering, kulit kering, peningkatan hematokrit, suhu
tubuh, frekuensi nadi, dan konsentrasi urine, haus, dankelemahan.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal dan/atau ginjal
berhubungan dengan hipovolemik karena perdarahan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (rasa
panas/terbakar pada mukosa lambung dan rongga mulut atau spasme
otot dinding perut).
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan akibat perdarahan pada
saluran pencernaan
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
informasi tentang penyakitnya.
22
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian.
(Doenges, 2008)
C. Perencanaan / Intervensi
1. Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
(kehilangan cairan tubuh secara aktif)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x… jam
diharapkan terjadi pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
optimal dengan kriteria hasil:
a. Kesadaran pasien composmentis
b. Tanda vital stabil : Suhu : 36,5-37,5° C, nadi : 60-100 x/menit,
pernapasan : 12-22 x/menit, tekanan darah :100/60-140/90
mmHg
c. Haluaran urine 0,5-1,0 ml/kg BB/jam, warna urine kuning dan
jernih
d. Kadar elektrolit serum dalam batas normal : Natrium (Na) =
135-145 mEq/L, Kalium (K) =3,5-5,3 mEq/L, Kalsium (Ca) =
4,5-5,5 mEq/L, Magnesium (Mg) = 1,5-2,5 mEq/L, Klorida (Cl
) =90-105 mEq/L, Fosfort (P) = 1,7-2,6 mEq/L, Hematokrit
=33-45 %, Hb = 13,5-17,5 g/dl –
e. Berat badan stabil
f. Membran mukosa lembab
g. Turgor kulit normal
h. Tidak mengalami muntah
Intervensi Keperawatan :
Amati tanda-tanda vital
R/: Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan
mengkaji respon kardiovaskuler. Hipovolemia merupakan
risiko utama yang segera terdapat sesudah perdarahan
masif. Pantau haluaran urin sedikitnya setiap jam sekali dan
menimbang berat badan pasien setiap hari.
23
Pantau haluaran urine setiap jam, perhatikan warna urine
dan timbang berat badan tiap hari
R/ : Haluaran urin dan berat badan memberikan informasi
tentang perfusi renal, kecukupan penggantian cairan, dan
kebutuhan serta status cairan. Warna urine merah/hitam
menandakan kerusakan otot massif .
Catat karakteristik muntah dan/ atau drainase.
R/ : Membantu dalam membedakan distress gaster. Darah
merah cerah menandakan adanya atau perdarahan arterial
akut, mungkin karena ulkus gaster; darah merah gelap
mungkin darah lama (tertahan dalam usus) atau perdarahan
vena dari varises.
Catat respons fisiologis individual pasien terhadap
perdarahan, misalnya perubahan mental, kelemahan,
gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan
suhu.
R/ : Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya
perdarahan atau tidak adekuatnya penggantian cairan.
Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan
perubahan berat badan. Ukur kehilangan darah/ cairan
melalui muntah dan defekasi.
R/: Memberikan pedoman untuk penggantian cairan
Pertahankan pemberian infuse dan mengaturan tetesannya
pada kecepatan yang tepat sesuai dengan program medik.
R/ : Pemberian cairan yang adejuat diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit serta
perfusi organ-organ vital adekuat.
Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan
pada saat defekasi. Jadwalkan aktivitas untuk memberikan
periode istirahat tanpa gangguan. Hilangkan rangsangan
berbahaya.
24
R/ : Aktivitas/ muntah meningkatkan tekanan intra-
abdominal dan dapat mencetuskan perdarahan lanjut.
Kolaborasi pengamatan hasil elektrolit serum
R/ : Natrium urine kurang dari 10 mEq/L di duga
ketidakakuatan penggantian cairan.
Kolaborasi pemeriksaan laboratorium; misalnya Hb/ Ht
R/ : Alat untuk menentukan kebutuhan penggantian darah
dan mengawasi keefektifan terapi.
25
akibat hipotensi, hipoksia, asidosis, ketidakseimbangan
elektrolit, atau pendinginan dekat area jantung bila lavage
air dingin digunakan untuk mengontrol perdarahan.
Amati tanda-tanda vital
R/ : memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan
mengkaji respon kardiovaskuler. Hipovolemia merupakan
risiko utama yang segera terdapat sesudah perdarahan
masif. Pantau haluaran urin sedikitnya setiap jam sekali dan
menimbang berat badan pasien setiap hari.
Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian
kapiler lambat, dan nadi perifer lemah.
R/ : Vasokontriksi adalah respon simpatis terhadap
penurunan volume sirkulasi dan/ atau dapat terjadi sebagai
efek samping pemberian vasopresin.
Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba nyeri
hebat atau nyeri menyebar ke bahu.
R/: Nyeri disebabkan oleh ulkus gaster sering hilang
setelah perdarahan akut karena efek bufer darah.
Observasi kulit untuk pucat, kemerahan. Pijat dengan
minyak. Ubah posisi dengan sering.
R/ : Gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan risiko
kerusakan kulit.
Kolaborasi pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi
R/ : Mengobati hipoksemia dan asidosis laktat selama
perdarahan akut.
Berikan cairan IV sesuai indikasi.
R/ : Mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi.
3. Dx : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (rasa
panas/terbakar pada mukosa lambung dan rongga mulut atau spasme
otot dinding perut).
26
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x20 menit
dalam 3 hari diharapkan nyeri terkontrol dengan kriteria hasil:
a. Klien menyatakan nyerinya menurun atau terkontrol
b. Klien tampak rileks
c. Tanda vital stabil : suhu : 36,5-37,5°C
d. Nadi : 60-100 x/menit, pernapasan : 12-22 x/menit, tekanan
darah :100/60-140/90 mmHg
Intervensi keperawatan:
1. Catat keluhan nyeri, lokasi, lamanya, intensitas
(skala 0-10).
R/: Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus
dibandingkan dengan gejala nyeri klien sebelumnya
dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi
perdarahan dan terjadinya komplikasi.
2. Amati tanda-tanda vital
R/ : nyeri dapat mempengaruhi perubahan frekuensi
jantung, tekanan darah dan frekuensi nafas.
3. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri.
R/ : Membantu dalam membuat diagnosa dan
kebutuhan terapi.
4. Anjurkan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi
untuk klien.
R/: Makanan mempunyai efek penetralisir, juga
mencegah distensi dan haluaran gastrin.
5. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan
ketidaknyamanan. R/ : Makanan khusus yang
menyebabkan distress bermacam-macam antara
individu.
6. Bantu latihan rentang gerak aktif/ aktif dan teknik
relaksasi nafas dalam.
27
R/: Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan
nyeri/ ketidaknyamanan.
7. Kolaborasi pemberian obat analgesik sesuai
indikasi.
R/ : Mengobati nyeri yang muncul.
4. Dx : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan akibat
perdarahan pada saluran pencernaan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x ….. jam
diharapkan status nutrisi seimbang dengan kriteria hasil:
a. Klien melaporkan intake cukup dari kebutuhan yang
dianjurkan.
b. Berat badan ideal
c. Tonus otot baik
d. Nyeri abdomen tidak ada
e. Nafsu makan baik
f. Kadar protein serum berada dalam kisaran normal (3.40 – 4.80
g/dL)
Intervensi Keperawatan:
1. Pantau berat badan pasien dan jumlah asupan
kalorinya setiap hari.
R/: Tindakan ini membantu menentukan apakah
kebutuhan makanan telah terpenuhi.
2. Kaji adanya distensi abdomen,volume residu
lambung yang besar atau diare.
R/: Tanda-tanda ini dapat menunjukkan intoleransi
terhadap jalur atau tipe pemberian nutrisi.
3. Berikan diet tinggi kalori dan tinggi protein;
mencakup kesukaan pasien dan makanan yang
dibuat di rumah. Berikan suplemen nutrisi sesuai
28
dengan ketentuan medik.
R/: Pasien memerlukan nutrient yang cukup untuk
peningkatan kebutuhan metabolisme.
4. Berikan suplemen vitamin dan mineral sesuai
dengan ketentuan medic R/: Suplemen ini
memenuhi kebutuhan nutrisi; vitamin dan mineral
yang adekuat perlu untuk fungsi selular
5. Berikan nutrisi enteral atau parenteral total melalui
prototokol penanganan jika kebutuhan diet tidak
terpenuhi lewat asupan per oral R/: Teknik
intervensi nutrisi menjamin terpenuhinya kebutuhan
nutrisi
5. Dx : Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
informasi tentang penyakitnya.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x….. jam diharapkan
pengetahuan klien tentang hematemesis melena bertambah dengan
kriteria hasil:
a. Klien menyatakan pemahaman mengenai penyakitnya
(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dan pengobatan/
perawatan)
b. Klien tampak kooperatif mendengarkan penjelasan petugas
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji sejauh mana ketidakmengertian klien dan
keluarga tentang penyakit yang diderita.
R/ : Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/
salah informasi dan memberikan kesempatan untuk
memberikan informasi tambahan sesuai kebutuhan.
2. Diskusikan dengan klien untuk melakukan
pendidikan kesehatan.
29
R/ : Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan
antusias dan kerja sama dengan klien.
3. Berikan penjelasan tentang penyakit yang klien
derita, cara pengobatan dan perawatan di rumah
serta pencegahan kekambuhan penyakit.
R/ : Memberikan pengetahuan dasar dimana klien
dapat membuat pilihan informasi/ keputusan
tentang masa depan dan control masalah kesehatan.
4. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk
berpartisipasi aktif dalam pendidikan kesehatan.
R/: Memberikan kesempatan klien dan keluarga
untuk lebih memahami tentang penyakitnya.
5. Berikan evaluasi terhadap keefektifan pendidikan
kesehatan.
R/: Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien
setelah diberi pendidikan kesehatan.
6. Dx : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan,
ancaman kematian.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x ….. jam
diharapkan ansietas berkurang dengan kriteria hasil:
a. Klien melaporkan rasa ansietas berkurang –
b. Klien tampak rileks
Intervensi Keperawatan :
1. Awasi respon fisiologis, misalnya takipnea,
palpitasi, pusing, sakit kepala dan sensasi
kesemutan.
R/ : Dapat menjadi indikatif derajat takut yang
dialami pasien tetapi dapat juga berhubungan
dengan kondisi fisik/ status syok
30
2. Catat petunjuk perilaku seperti gelisah, kurang
kontak mata dan perilaku melawan.
R/ : Indikator derajat takut yang dialami klien.
3. Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan
umpan balik.
R/ : Membantu klien menerima perasaan dan
memberikan kesempatan untuk memperjelas
konsep.
4. Berikan lingkungan tenang untuk istirahat.
R/: Meningkatkan relaksasi dan keterampilan
koping.
5. Dorong orang terdekat tinggal dengan klien.
Berespons terhadap tanda panggilan dengan cepat.
Gunakan sentuhan dan kontak mata dengan tepat.
R/ : Membantu menurunkan rasa takut karena
kesepian.
31
BAB III
ISI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.L
Umur : 85 tahun
Alamat : Grobogan
Status : Janda
Perkawinan : 1 kali
Agama : Islam
Suku : Jawa
Nama : Ny.A
Hubungan dengan pasien : Anak
Pekerjaan : Buruh
32
II. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
c. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan mempunyai alergi dingin, dan jika dingin maka
kulit pasien akan terasa gatal-gatal
e. Riwayat Merokok
Pasien mengatakan tidak merokok
33
dan BAB hitam sehingga keluarga membawa ke IGD RS Panti Rahayu
Purwodadi pada tanggal 3 Januari 2018 sekitar pukul 13.00.
dan diperiksa oleh dokter jaga. Pasien dipasang infus Nacl 20 tpm dan
dibawa ke ruang Anggur kamar 2C
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB rutin 1x sehari dengan
konsistensi lembek berbentuk, berbau khas dan warna coklat
kekuningan
Saat sakit : Pasien mengatakan BAB 1x dengan konsistensi
lembek, berwarna hitam, urine berwarna kuning pekat sekitar
200cc
34
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sehari hari menjadi tukang
pijat bayi, dan dalam melakukan aktivitas tidak dibantu orang lain.
Pasien tidak merasa sesak nafas saat beraktifitas
Saat sakit : Pasien mengatakan tubuhnya sedikit lemas dan
dalam beraktivitas dibantu oleh anaknya, namun pasien tidak
merasakan sesak nafas saat beraktivitas
INDEKS KATS
Score : C
Kemandirian dalam semua hal keuali mandi dan berpindah
Kesimpulan ketergantungan : aktivitas pasien dibantu sebagian
35
Saat sakit : Pasien mengatakan tidak dapat berperan sebagai
nenek dan tidak bisa memijat bayi. Komunikasi pasien dengan
tetangga juga terhambat karena pasien dirawat di RS
36
Pola Managemen Koping Stres
Sebelum sakit : Pasien mengatakan jika mempunyai masalah
bercerita pada keluarganya
Saat sakit : Pasien mengutarakan keluhan sakitnya pada
keluarga dan perawat.
10. Pola Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit : Pasien beragama Islam dan saat dirumah pasien
sholat 5 waktu
Saat sakit : Pasien mengatakan tetap sholat walaupun terbaring
di rumah sakit
Q (Quality) : Tertusuk
R (Regio) : Abdomen
37
d. Hidung : Simetris, tidak ada pembesaran polip, tidak ada
nyeri tekan
e. Telinga : Simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat
serumen
f. Mulut : Mukosa bibir kering, gigi tidak lengkap, tidak ada
stomatitis, pasien mengatakan belum sikat gigi
sejak masuk RS
g. Leher : Tidak ada pembesaran tiroid, tidak terdapat nyeri
tekan
h. Toraks ( Paru-paru)
I : Simetris
P : Getaran paru kanan kiri sama
P : Sonor
A : Vesikuler tidak ada suara tambahan ronchi/wheezing
i. Jantung:
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Terdengar bunyi pekak batas jantung atas ICS 2 sinistra,
bawah ICS 5 sinistra, kanan linea sternalis dekstra, kiri
linea axilaris anterior sinistra
A : Tidak ada suara tambahan jantung BJ 3
j. Abdomen:
I : Tidak terdapat lesi,
A : Bising usus 12 x/menit
P : Timpany
P : Terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian epigastrium
k. Genetalia : Tidak terpasang kateter, tidak ada lesi, tidak ada
pembengkakan
l. Ekstermitas :
1. Atas : Pasien terpasang infus NaCL 20tpm lancar tidak bengkak,
tidak ada kemerahan
2. Bawah : pasien tidak terpasang kateter, tidak ada edema tonus
otot
5 5
5 5
38
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
HEMATOLOGI
KIMIA KLINIK
BILIRUBIN
39
Gamma GT 10 U/L 7-32 Normal
ELEKTROLIT
Diafragma : normal
Trakea ditengah
Sterna tulang baik
Kesimpulan :
1. Cardiomegaly dengan konfigurasi HHD disertai aertoslerosis
2. Broncitis
40
VI. PROGRAM TERAPI
41
MALLNUTRITION SREENING TOOLS (MST)
NO PARAMETER SCORE
TIDAK 0
a. 1-5 kg 1
b. 6-10 kg 2
c. 11-15 kg 3
d. > 15 kg 4
YA 1
TIDAK 0
TOTAL 1
RESIKO JATUH
YA 25
42
pasien memiliki lebih dari satu
penyakit ?
YA 15
Kruk/tongkat/walker 15
YA 20
Normal/bedrest/immobile(tidak 0 10
dapat bergerak sendiri)
Lemah(tidak bertenaga) 10
Gangguan/tidak 20
normal(pincang/diseret)
6. Status Mental
JUMLAH 60
43
ANALISA DATA
DO :
- Pasien tampak
lemah
- Mukosa bibir
kering
- Kulit kering
- TTV :
TD : 130/80
mmHg
N : 68X/menit
S : 36,5 C
RR :18x/m
- Natrium : 128
mmol/L
- Kalium : 1.94
mmol/L
- Hematokrit : 50 %
DS : Nyeri akut Agens cedera biologis
- Pasien mengatakan
perut nyeri sambil
memengang area
abdomen
epigastrium
DO :
- Terdapat nyeri tekan
pada abdomen bagian
epigastrium saat di palpasi
- Nyeri
P: Pendarahan di
lambung
Q: Tertusuk
R: Abdomen
44
S: Skala nyeri 4
dari 1-10
T: Hilang timbul
DIAGNOSA KEPERAWATAN
45
INTERVENSI KEPERAWATAN
46
normal diet pasien 5. Mengetahui
(135- 6. Kolaborasi makanan apa saja
155m dengan ahli gizi yang tidak boleh
Mol) dalam dan boleh di
5. Kalium pemberian diet makan saat pasien
dalam pasien mengalamai sakit
batas 7. Kolaborasi terentu
normal dengan dokter 6. Mengetahui
(3,6- dan tenaga Kebutuhan gizi
5,5mmol) medis dalam yang di perlukan
pemberian pasien saat sakit
terapi obat 7. Mengatasi
medis yang keadaan akibat
sesuai (KCL) rendahnya
8. Kolaborasi elektrolit
dengan dokter 8. Untuk
dalam mempercepat
pemberian proses
terapi obat penyembuhan
- Anti mual pasien
muntah
- Anti
pendarahan
- Elektolit (KCL)
47
dengan kriteria relaksasi dan nyeri pasien
hasil : nafas dalam 2. Posisi yang
1. Pasien 4. Kolaborasi nyaman membuat
tampak dengan dokter lebih rileks
lebih untuk pemberian 3. Mengurangi rasa
rileks anti sekresi asam lebih nyaman dan
2. Skala lambung (OMZ) rileks
nyeri 4. Anti sekresi
dapat menggurangi
berkurang peningkatan asam
menjadi 3 lambung pada
tubuh pasien
48
an lagi penatalaksanaan pasien dengan
saat di dan diit). meminumn obat
tanya 3. Ajarkan pasien secara teratur dan
dan keluarga istirahat cukup.
pasien untuk
menjaga pola
makan dan
kebersihanya
4. Libatkan keluarga
pasien untuk
menjaga
kesehatan pasien
dan supaya
mempercepat
proses
penyembuhan
pasien
49
IMPLEMENTASI
17.10 1,2 Mengukur tanda vital pasien DS: Pasien bersedia untuk di Vega
ukur tanda vitalnya
DO: TD : 130/80 mmHg
N : 68X/menit
S : 36,5 C
RR :18x/m
50
DS: pasien mengatakan lebih
nyaman
2 Memberikan posisi semi fowler DO: pasien tampak lebih rileks
pada pasien
Vega
51
OMZ 2x 40 mg sakit saat disuntik
Kalnex 2x1gr DO : Obat masuk tidak ada tanda
alergi
4 1,2 Mengukur tanda vital pasien DS: pasien mengatakan nyeri Bagus
Januari pada perut
2018 DO: TD : 130/80 mmHg
N : 70 X/menit
05.30 S : 36,8 C
RR : 20 x/m
Skala nyeri : 4
06.15 1,2 Memberikan obat oral DS : Pasien mengatakan akan Bagus
Donperidon 3x4 mg meminumnya
Impepsa 6x1 sendok makan DO : Pasien kooperatif
52
11.00 3 Mengkaji tingkat pengetahuan DS : Pasien mengatakan belum Dwi
pasien tentang penyakit mengerti tentang penyakit yang
hematemesis melena di dideritanya
DO : Pasien tampak bingung saat
di tanya tentang penyakitnya
12.30 1,2 Mengukur tanda vital pasien DS: pasien mengatakan sudah Dimas
tidak mual tetapi perut masih
nyeri
DO: TD : 130/80 mmHg
N : 70 X/menit
S : 36,8 C
RR : 20 x/m
Skala nyeri : 4
16.00 1 Memberikan obat oral DS : Pasien mengatakan akan Vega
Donperidon 3x 4 mg meminumnya
Impepsa 6x1 sendok makan DO : Pasien kooperatif
53
Muntah
Feces
19.00 1,2 Mengukur tanda vital pasien DS: pasien mengatakan sudah Vega
tidak mual tetapi perut masih
nyeri
DO: TD : 125/80 mmHg
N : 70 X/menit
S : 36,7 C
RR : 18 x/m
Skala nyeri : 3
19.05 1 Menggati infus NACL+KCL DS : Pasien mengatakan badan Vega
25meq 20tpm sudah sedikit membaik tidak
mual tidak muntah
DO : Infus menetes lancar
5 1,2 Mengukur tanda vital pasien DS: pasien mengatakan sudah Indha
Januari membaik
2018 DO: TD : 130/80 mmHg
N : 65 X/menit
05.30 S : 36,8 C
RR : 18 x/m
Skala nyeri : 3
06.15 1 Memberikan obat oral DS : Pasien mengatakan akan Indha
Donperidon 3x 4 mg meminumnya
54
Impepsa 6x1 sendok makan DO : Pasien kooperatif
55
DO : Intake : Bubur lembek
Teh
Air mineral
Output: Urine
Feces
19.00 1,2 Mengukur TTV pasien DS: pasien mengatakan sudah Dwi
tidak mual tetapi perut masih
nyeri
DO: TD : 125/80 mmHg
N : 70 X/menit
S : 36,7 C
RR : 18 x/m
Skala nyeri : 2
19.05 2 Mengingatkan pasien untuk DS : Pasien mengatakan sudah Dwi
melakukan nafas dalam bisa melakukan nafas dalam
sendiri
DO : Pasien kooperatif
20.00 1 Menggati infus NACL 20 tpm DS : Pasien mengatakan badan Vega
sudah sedikit membaik tidak
mual tidak muntah
DO : Infus menetes lancar
22.00 1 Memberikan injeksi IV DS : Pasien mengatakan tidak Dimas
OMZ 2x 40 mg sakit saat disuntik
Kalnex 2x1gr DO : Obat masuk tidak ada tanda
alergi
56
EVALUASI
P : Lanjutkan intervensi
- Monitoring cairan elektrolit
Monitoring tanda-tanda vital
Membertahankan tirah baring
Mempertahankan diit cair
Lanjutkan terapi : anti muntah, anti pendarahan dan
elektrolit KCL
57
2. S : Pasien mengatakan masih nyeri pada perut namun sudah Indha,
berkurang vega
Pasien mengatakan sudah sedikit rileks saat diberikan posisi
semi fowler
P : Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan teknik relaksasi dan nafas dalam saat nyeri
- Lanjutkan terapi obat OMZ
3. S: Pasien mengatakan belum mengerti tentang penyakit Vega,
Hematemesis melena indha
P : Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tingkat pengetahuan pasien
- Lakukan pendidikan kesehatan tentang hematemesis melena
- Mengajarkan kepada pasien untuk menjaga pola makan dan
58
kebersihan
4 1. S : Pasien mengatakan lemas Bagus,
Januari Pasien mengatakan sudah tidak mual tidak muntah tetapi perut vega
2018 masih nyeri
21:00
P : Lanjutkan intervensi
Monitoring cairan elektrolit
Monitoring tanda-tanda vital
Membertahankan tirah baring
Mempertahankan diit cair
Lanjutkan terapi : anti muntah, anti pendarahan dan elektrolit
KCL
59
Nyeri : P : Pendarahan di lambung
Q: Tertusuk
R: Abdomen
S: Skala nyeri 3 dari 1-10
T: Hilang timbul
P : Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan teknik relaksasi dan nafas dalam saat nyeri
- Lanjutkan terapi obat OMZ
3. S: Pasien mengatakan belum mengerti tentang penyakit Vega,
Hematemesis melena bagus
P : Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tingkat pengetahuan pasien
- Lakukan pendidikan kesehatan tentang hematemesis melena
- Mengajarkan kepada pasien untuk menjaga pola makan dan
kebersihan
5 1. S : Pasien mengatakan lemas berkurang Dimas,
Januari Pasien mengatakan sudah tidak mual tidak muntah tetapi perut Dwi
2018 masih nyeri
21.00
60
O : Mukosa bibir lembab
TTV : TD : 125/80 mmHg
N : 70X/menit
S : 36,7 C
RR :18x/m
Natrium : 131 mmol/L
Kalium : 2,98 mmol/L
Hematokrit : 50 %
A: Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan teknik relaksasi dan nafas dalam saat nyeri
- Lanjutkan terapi obat OMZ
3. S: Pasien mengatakan sudah lebih mengerti sedikit tentang Bagus,
61
penyakit hematemesis melena dimas
P : Lanjutkan intervensi
- Mengulang kembali tentang pengertian tanda gejala penyebab
hematemesis melena saat bertemu pasien
- Mengajarkan kepada pasien untuk menjaga pola makan dan
kebersihan
62
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami
muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan
berwarna hitam
2. Saran
63