Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

DEMAM BERDARAH DENGUE

DIAH MARISKA D.S

19043

III B

AKADEMI KEPERAWATAN POLRI

JAKARTA

2022
a. Pengertian
Demam dengue /DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever /DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah yangditandai oleh renjatan/syok
(Sudoyo , 2012).

b. Etiologi
Virus dengue ,termasuk genus Flavivirus ,keluarga flaviridae. Terdapat 4
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya
ditemukan di indonesia dengan den-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang
bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain
sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlingdungan yang
memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.
Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
indonesia (Sudoyo, 2012).

c. Manifestasi klinik
1) Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari,ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinik sebagai berikut :
2) Nyeri kepala
3) Nyeri retro-orbital
4) Malgia / artralgia
5) Ruam kulit
6) Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif)
7) Leukopenia
8) Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang
sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama

Demam berdarah dengue berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD


ditegakkan bila semua hal di bawah ini dipenuhi:
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari,biasanya bersifat
bifastik.
2) Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:
Uji torniquet positif, petekie, ekomosis, atau purpura, perdarahan
mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas
suntikan, hematemesis atau melena.
3) Trombositopenia < 100.00/ uI
4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan
(i) Peningkaktan nilai hematrokrit ≥ 20 % dari nilai baku sesuai
umur dan jenis kelamin.
(ii) Penurunan nilai hemtokrit ≥ 20 % setlah pemberian cairan yang
adekuat.
5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi
pleura, sindrom syok dengue, seluruh kriteria DBD diatas disertai
dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Hipotensi
c. Tekanan darah turun ≤ 20 mmHg
d. Perfusi perifer menurun
e. Kulit dingin

d. Patofisiologi dan Pathway


1. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam
karena proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus
sehingga terjaditermoregulasi yang akan meningkatkan reabsorsi Na
dan air sehingga terjadihipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran
plasma karena terjadi peningkatan permeabilitas membran yang juga
mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika takteratasi akan terjadi
hipoksia jaringan yang dapat mengakibatkan kematian.Selain itu
kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan trombositopenia yang
akan mengakibatkan perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan
mengakibatkan gastroenteritis sehingga terjadi mual dan muntah.

2. Pathway

(Nurarif & Kusuma, 2015)

e. Klasifikasi
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue
1. Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht,
Hb dantrombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 - 2 liter dalam
24 jam dan kompres hangat.
2. Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering
dipasang pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun
klem dibuka tetesan infustetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan
membantu memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan
plasma darah dan yang lain cairan biasa.
3. Derajat III dan IV
Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit
(RL) dengan cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam. Dibaringkan
dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.

f. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium darah
a. Leukositopenia
b. Trombositopenia
c. Hematokrit meningkat
d. Hemoglobin menurun
e. Hiponatremia
f. Hipokloremia
g. SGOT/SGPT, ureum, dan Ph darah meningkat
2. Urine
a. Albuminuria ringan
3. Uji Serologis
a. Uji Aglutinasi Inhibis (HI Test)
b. Uji Komplemen Fiksasi (CF Test)
c. Uji Neutralisasi (NT Test)
d. IgM ELISA (MAC Elisa)
e. IgG ELISA

g. Komplikasi
1. Perdarahan luas
2. Syok atau renjatan
3. Efusi Pleura
4. Hepatomegali
5. Asites
6. Penurunan kesadaran

h. Penatalaksanaan
Terapi:
1) Minum yang cukup, diselingi minuman sari buah-buahan (tidak harus
jus jambu) dan ukur jumlah cairan yang keluar dan yang diminum
2) Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup
3) Untuk perlindungan gunakanlah obat anti nyamuk yang mengandung
DEET saat mengunjungi tempat endemik dengue.
4) Cegah perkembangbiakan nyamuk dan kenali tanda dan gejala
5) Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpanan air
untuk mencegah nyamuk berkembang biak dengan menutup tempat
penampungan,mengosongkan air tergenang dari ban bekas, kaleng
bekas, dan pot bunga
6) Pada pasien DBD tidak boleh diberikan asetanol, aspirin, anti
inflamasi non streroid karena potensial mendorong terjadinya
perdarahan.
7) Melakukan abatesasi tempat-tempat penampungan air untuk
mencegah berkembang biaknya nyamuk.

Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan:


a. Antipiretik : Paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali
b. Pemasangan infus Ringer Lactate 500 ml
c. Transfusi darah
d. Diazepam : Apabila mengalami kejang

i. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan
dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan menurut
(Dermawan, 2012).
Pengkajian dengan penyakit infeksi demam berdarah dengue meliputi :
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit lalu
e. Riwayat imunisasi
f. Riwayat gizi
g. Kondisi lingkungan
h. Pola kebiasaan :
1) Nutrisi dan metabolisme
2) Eliminasi
3) Tidur dan istirahat
4) Kebersihan
5) Perilaku
6) Pemeriksaan fisik
a) Meliputi pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
Grade 1 : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan nadi lemah
Grade 2 : kesadaran compos mentis, perdarahan spontan, ptechie kecil
Grade 3 : kesadaran apatis, somnolen, tekanan darah menurun
Grade 4 : kesadaran coma, nadi tidak teraba, pernapasan tidak terukur,
keringat dingin, kulit tampak biru
b) Sistem integument : pucat atau tidak
c) Kuku sianosis
d) Kepala : biasanya nyeri, muka tampak kemerahan,
e) Dada : bentuk simetris, kadang sesak
f) Abdomen : nyeri tekan dan pembesaran hati (hepatomegali), asites
g) Ekstremitas : ada edema atau tidak
h) Akral dingin : sering terjadi nyeri otot serta tulang dan sendi
j. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
2. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis (inflamasi)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual muntah
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
5. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan disfungsi
interstisial
6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen
7. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin
8. Resiko hipovolemia berhubungan dengan gangguan absorpsi cairan

k. Perencanaan Keperawatan
Intervensi yang dapat dilaksanakan oleh perawat berdasarkan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) :
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
termoregulasi membaik.
Kriteria hasil : Kulit merah menurun, menggigil menurun, suhu tubuh
membaik, tekanan darah membaik
Rencana tindakan :
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Identifikasi penyebab hipertermia
3) Monitor kadar elektrolit
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit, jika perlu

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


(inflamasi, iskemia, neoplasma)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
menurun
Kriteria hasil : Keluhan nyeri menurun, melaporkan nyeri terkontrol
meningkat, meringis menurun, penggunaan analgetik menurun,
tekanan darah membaik
Rencana tindakan:
1) Identifikasi skala nyeri
2) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
3) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
5) Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
6) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual muntah


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawaan diharapkan status
nutrisi meningkat
Kriteria hasil : Porsi makan yang dihabiskan meningkat, nyeri
abdomen menurun, sariawan menurun
Rencana tindakan:
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Monitor berat badan
3) Identifikasi status nutrisi
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan

l. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan
yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan
komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling
percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor,
kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi
(Siregar dkk., 2021).

m. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan pasien dan
tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya
tujuan dan kriteria hasil, pasien bisa keluar dari siklus proses keperawatan.
Jika sebaliknya, pasien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut
mulai dari pengkajian ulang (reassessment) (Siregar dkk., 2021).
n. Daftar Pustaka
Nurarif, A. H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis & NANDA (North American
Nursing Diagnosis Association NIC-NOC jilid 1. Yogyakarta:
Mediaction.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan
indonesia : definisi dan kriteria hasil keperawatan (1st ed.). Jakarta:
DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan
indonesia :definisi dan tindakan keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP
PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan
indonesia : definisi dan indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP
PPNI.
Dermawan, D. (2012). Proses keperawatan penerapan konsep dan
kerangka kerja. Edisi pertama. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Siregar, D., Pakpahan, M., Togatorop, L. B., Manurung, E. I., Sitanggang,
Y. F., Umara, A. F., … Mukhoirotin. (2021). Pengantar proses
keperawatan: Konsep, teori dan aplikasi [e-book]. Diambil dari
https://books.google.com/books?
id=WuMhEAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=evaluasi+keperawat
an+adalah&hl=id&newbks=1&newbks_redir=1&sa=X&ved=2ahUKE
wil2IO2_P3wAhWQfn0KHT5TBy0Q6AEwAHoECAkQAg

Anda mungkin juga menyukai