Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

DISUSUN OLEH :
AULIA AYU NINGTYAS
S21130028

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KALIMANTAN BARAT
TAHUN AJARAN 2022/2023
A. Pengertian
Demam dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue, dan disebarkan melalui perantara nyamuk Aedes Aegypti yang telah
terinfeksi dengan virus dengue(Ratna,2011). Demam Berdarah Dengue
(DBD/DHF) merupakan penyakit menular yang ditandai panas (Demam)
serta pendarahan(Ratna 2011). DBD merupakan merupakan bentuk yang
lebih parah dari demam dengue dimana terjadi perembesan plasma yang
ditandai hemakonsentrasi(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan
di rongga tubuh yang menyebabkan syok, apabila tidak ditangani dengan
tepat dapat berujung kematian.

Derajat DBD/DHF menurut WHO :

1. Derajat I : Demam 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dapat


ditandai dengan uji torniquet (+).
2. Derajat II : Sama dengan Derajat I, dengan disertai pendarahan
spontan seperti eputaksis, hematemesis, melena, pendarahan gusi.
3. Derajat III : Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat
dan lembut(≤ 120x/menit), tekanan nadi menurun (≤ 20mmhg) atau
hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah.
4. Derajat IV : syok berat, nadi tidak teraba dan teakanan darah tidak
teratur, akral dingin dan berkeringat, kulit tampak biru.
B. Etiologi
DBD disebabkan oleh virus dengue, yang merupakan genus flavivirus,
keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4, keempat serotipe tersebut ditemukan di Indonesia. Seseorang
yang tinggal di daerah endemis dengue dapt terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe
selama hidupnya(Sudoyo Aru,dkk 2009)
Virus dengue ditularkan melalui vektor serangga.Serangga yang berperan
dalam penyebaran virus dengue adalah nyamuk Aedes Aegepypti, nyamuk ini
tersebar di seluruh daerah tropis, dengan ciri khas terdapat sepasang garis
putih yang sejajar di tengah badan dan garis lengkung putih yang lebih tebal
pada setiap sisi tubuhnya. Aedes Aegypti senang berkembang biak pada
genangan air yang bersih dan tempat penyimpanan air, selain itu nyamuk
jenis ini juga lebih senang menggigit pada tempat-tempat yang terlinsungi
seperti di dalam rumah.

C. Manifesasi klink
1. Demam Dengue
Merupakan deam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut :
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia/artralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi pendarahan (ptekie atau uji bendung positif)
- Leukopenia
- Pemeriksaan serulogi dengue positif; tidak ditemukan DD/DBD
yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan diagnostik WHO 1997 daignosis DBD ditegakkan bila
semua hal dibawah ini terpenuhi
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifasik.
b. Manifestasi pendarahan biasanya berupa :
- Uji torniquet positif
- Ptekie, ekimosis, dan purpura
- Pendarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia < 100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan :
- Peningkatan nilai hematokrit ≥ 20% dari nilai baku sesuaiumur
dan jenis kelamin
- Penurunan nilai hematokrit ≥ 20% setelah pemberian cairan
yang adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi
pleura.
3. Sindrom Syok Dengue
Seluruh kriteria DBD diatas disertai dengan kegagalan sirkulasi yaitu :
a. Penurunan kesadaran ,gelisah
b. Nadi cepat lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah menurun ≤ 20 mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin-lembab

D. Patofisiologi

Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali member gejala DF.
Pasien akan mengalami gejala viremia, sakit kepala, mual, nyei otot, pegal
seluruh badan, hyperemia ditenggorokkan, timbulnya ruam dan kelainan yang
mungkin terjadi pasa RES seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan
limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila seseorang mendapatkan infeksi
berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbullah the
secondary heterologous infection atau sequential infection of hypothesis. Re-
infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus
antibody) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah
mengakibatkan hal sebagai berikut:
1. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang
berakibat dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya
plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat
berperan terjadinya renjatan.
2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis
akan dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat
trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit
akan melepaskan vasokoaktif (histamine dan serotonin) yang bersifat
meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit factor III
yang merangsang koagulasi intravascular.
3. Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir
terjadinya pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan
anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation
product. Disamping itu aktivasi akan merangsang system kinin yang
berperan dalam proses meningginya permeabilitas dindin pembuluh
darah.
Pathway
E. Pemeriksan Penunjang

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai(Nur Salam 2008) :

1. Hb dan PCV meningkat (≥ 20%)


2. Trombositopenia (≤ 100.000/ml).
3. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
4. Ig.D.dengue positif.
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
6. Urium dan pH darah mungkin meningkat.
7. Asidosis metabolik : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah.
8. SGOT/SGPT mungkin meningkat.

F. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah
terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian
atas hingga menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal
biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
b. Shock atau renjatan.
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab,
dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar
mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yang buruk.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
G. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan DHF yaitu :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak dan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam.
3. Untuk hiperpireksia duberikan kompres
4. Berikan antibiotik bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi.
b. Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
1. Pemasangan infus RL/Asering dan dipertahankan selama 12-48 jam
2. Observasi keadaan umum (tanda Tanda Vital)
c. Pencegahan DBD
1. Melakukan PSN DB (Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah) dengan 3M:
a) Menutup rapt penampungan air.
b) Menguras penampungan air minimal 1 minggu sekali.
c) Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menjadi tempat menggenangnya air.
2. Pengasapan (Fogging).
3. Larvadisasi, yaitu menaburkan bubuk abate pada tempat
penyimpanan air untuk membunuh larva nyamuk.
4. Penyuluhan Demam berdarah.

H. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama : terjadi panas tinggi (≥ 41°C), terdapat bintik-bintik
merah pada kulit, keadaan umum anak lemah
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang: tanyakan kepada keluarga klien
kapankah terjadi keluhan, dan tindakan apa yang dilakuka
untukmenatasi keluhan
b) Riwayat penyakit dahulu: tanyakan apakah keluarga klien
apakah pasien pernah mengalami penyakit yang lain atau
penyakit yang sama dengan jenis virus yang berbeda.
c) Riwayat keluarga : tanyakan kepada keluarga apakah dalam
keluarga pernah terjadi kasus yang sama.
d) Riwayat imunisasi: kaji kekebalan imun dari klien, dengan
mengetahui tingkat imunitas resiko timbulnya komplikasi dapat
terjadi.
e) Riwayat gizi: kaji status gizi klien, apakah terjadi gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
f) Riwayat pemakaian obat: tanyakan kepada keluarga klien,
apakah memiliki alergi terhadap obat tertentu.
g) Kondisi lingkungan: tanyakan kepada klien bagaimanakah
kondsi lingkungan di sekitar rumah klien, apakah terdapat
genangan air, atau terdapat tumpukan sampah.
4. Pemeriksaan fisik
a) Sitem pernafasan (B1)
Apakah ada ketidak efektifan pola nafas, apakah ada ronchi,
wheezing, da gangguan irama pernafasan.
b) Sistem kardiovaskuler (B2)
Apakah terjadi gangguan sirkulasi darah dan irama jantung, kaji
frequensi denyut nadi, dan tekanan darah.
c) Sistem persarafan (B3)
Kaji tingkat kesadaran (composmentis, somnolent, apatais, dsb),
apakh terjadi nyeri.
d) Sistem perkemihan (B4)
Hitung jumlah rin yang keluar dan asupan cairan tubuh pasien,
apakah sebanding (adekuat) atau tidak.
e) Sistem pencernaan (B5)
Kaji apakah terjadi mual untah, kaji apakah terdapat
hematemesis, melena, atau gusi berdarah.
f) Sistem muskuloskeletal dan integumen(B6)
Kaji apakah terjadi nyeri pada bagian ekstermitas dan otot,kaji
kekuatan otot klien pada saat tirah baring, apakah ekstermitas
terasa dingin, berkeringat dan kulit tampak kebiruan. Kaji
apakah timbul ptekie pada daerah integumen, tugor kulit,
muncul keringat dingin dan lembab.

b. Diagnosis Keperawatan
1. Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
2. Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
nutrisi yang tidak adekuat yang disebabkana mual muntah dan nafsu
makan menurun
4. Ketidak efektifan pola nafas b.d jalan nafas tergangu akibat spasme
otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi
5. Nyeri akut b.d penekanan intra abdomen karena hepatomegali
6. Ganguan pola tidur b.d gangguan pola nafas, nyeri, hipertermia

c. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Resiko syok Setelah diberikan tindakan 1. Monitor status
hipovolemik b.d keperawatan diharapkan sirkulasi BP,warna
perdarahan berlebihan, syok dapan dicegah dan kulit, suhu kulit,
pindahnya cairan ditangani. denyut jantung,
intravaskuler ke Kriteria hasil: nadi perifer, dan
ekstravaskuler - Nadi dan irama kapiler refil
jantung dalam batas 2. Monitor TTV(nadi
yang diharapkan tekanan darah,
( nadi: 80-90x/menit; suhu)
TD: 80-100/60 mHg) 3. Tempatkan klien
- Frequensi dan irama dalam posisi
nafas dalam batas supine
yang diharapkan(20- 4. Kolaborasi dengan
30x/menit) dokter dalam
- Mata cekung tidak pemberian cairan
ditemukan IV atau oral sesuai
advis
Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Monitor status
cairan b.d pindahnya tindakan keperawatan hidrasi
cairan intravaskuler ke diharapkan keseimbangan 2. Catat intake dan
ekstravaskuler cairan tubuh klien dapat output cairan
terpenuhi, stetus hidrasi 3. Monitor vital
pasien terpenuhi serta sign/TTV
mempertahankan intake 4. Dorong klien
cairan dan nutrisi secara untuk makan dan
adekuat minum
Kriteria hasil: 5. Tawarkan snack
- Mempertankan urine (jus buah, buah
output sesuai usia, segar)
BB, BJ urine normal, 6. Monitor masukan
HT normal cairan
- Tekanan darah nadi makanan/cairan
dan suhu tubuh dalam dan hitung intake
batas normal (nadi: kalori harian
80-90x/menit; TD: 7. Dorong keluarga
80-100/60 mHg; untuk mebantu
suhu:36,6-37,2°C) psien makan
- Tidak ada tanda 8. Kolanorasi dengan
dehidrasi, tugor kulit dokter dalam
baik,membran ukosa pemberian cairan
lembab, tidak ada rasa per IV
haus berlebih
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan makanan
kebutuhan tubuh b.d diharapkan status nutrisi 2. Berika makanan
intake nutrisi yang tidak dapat kembali, dan yang terpilih/
adekuat yang mengontrol berat badan sesuai dengan
disebabkana mual dan intake makanan dan kadar gizi yang
muntah dan nafsu makan minuman. diperlukan (setelah
menurun Kriteria hasil: berkolaborasi
- Adanya peningkatan dengan ahli gizi)
BB sesuai tujuan 3. Dorong klien untuk
- Berat badan ideal makan dan minum
sesuai tinggi badan 4. Ciptakan
- Mamapu lingkungan yang
mengidentifikasi nyaman
kebutuhan nutrisi 5. Berikan informasi
- Tidak terjadi kepada kluarga
penurunan BB yag tentang kebutuhan
berarti nutrisi
6. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
7. Monitor BB dan
adanya penurunan
BB
8. Monitor mual
muntah
9. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
10. Monitor interaksi
klien dan orang tau
selama makan
11. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
dalam jam makan
12. Monitor
lingkungan selama
makan
13. Kolaborasi dengan
ahli gizidalam
pemberian nutrisi
harain
Ketidak efektifan pola Setelah dilakukan 1. Pertahankan posisi
nafas b.d jalan nafas tindakan keperawatan pasien semifowler
tergangu akibat spasme diharapkan jalan nafas 2. Lakukan tindakan
otot-otot pernafasan, dapat kembali lancar dan nebulizer
nyeri, hipoventilasi tanda-tanda vital kembali 3. Monitor tanda-
normal tanda vital
Kriteria hasil: 4. Kolaborasi dengan
- Klien tidak merasa dokter dalam
sesak, irama nafas pemberian obat
normal, frequensi bronkhodilator
nadas normal, tidak
ada suara nafas
abnormal
- Tanda-tanda vital
normal(20-30x/menit)
Nyeri akut b.d Setelah diakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian
penekanan intra keperawtan diharakan terhadap nyeri
abdomen karena tingkat nyeri 2. Gunakan kominikasi
hepatomegali berkurang ,dan pasien teraupetik untuk
merasa nyaman mengetahui
Kriteria hasil: pengalaman pasien
- Klien mengaku nyeri 3. Kaji sumber dan tipe
berkurang nyeri
- Klien mengatakan 4. Ajarkan teknik nafas
merasa nyaan dalam
5. Kolaborasi klien
dalam pemberian
terapi analgesik
Ganguan pola tidur b.d Setelah diberikan tindakan 1. Anjurkan klien agar
gangguan pola nafas, keperawtan diharapkan menciptakan
nyeri, peningkatan suhu klien dapat beristirahat lingkungan yang
dengan optimal nyaman kepada
Kriteria hasil: klien
- Mencapai tidur yang 2. Jelaskan kepada
nyenyak(8 jam sehari) keluarga pasien
- Pasie tidak rewel pentingnya tidur
yang adekuat
3. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberia obat tidur

d. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat sebelumnya.

e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. Evaluasi yang diharapkan antara lain :
1. Resiko syok hipovolemik pada pasien sudah teratasi
2. Kekurangan volume cairan pada pasien sudah teratasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada pasien
sudah teratasi
4. Ketidak efektifan pola nafas pada pasien sudah teratasi
5. Nyeri akut pada pasien sudah teratasi
6. Ganguan pola tidur pada pasien sudah teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Dani S, Cecep.2011.VEKTOR PENYAKIT TROPIS.Yogyakarta: Gosyen


Publishing

Dewi P, Ratna.2011.WASPADAI PENYAKIT PADA ANAK.Jakarta barat: PT


Indeks

Nadesul, Hendrawan.2007.Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah.Jakarta:


PT Kompas Media Nusantara

Nilus S&Wikanda.2013.PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK


SAKIT.YOGYAKARTA: KATAHATI

Nursalam, dkk.2008.ASUHAN KEPERAWATAN BAYI dan ANAK.Jakarta:


Salemba Medika

Sujono&Suharsono.2010.Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit.Yogyakarta:


Gosyen Publishing

Anda mungkin juga menyukai