DISUSUN OLEH :
AULIA AYU NINGTYAS
S21130028
C. Manifesasi klink
1. Demam Dengue
Merupakan deam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut :
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia/artralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi pendarahan (ptekie atau uji bendung positif)
- Leukopenia
- Pemeriksaan serulogi dengue positif; tidak ditemukan DD/DBD
yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan diagnostik WHO 1997 daignosis DBD ditegakkan bila
semua hal dibawah ini terpenuhi
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifasik.
b. Manifestasi pendarahan biasanya berupa :
- Uji torniquet positif
- Ptekie, ekimosis, dan purpura
- Pendarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia < 100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan :
- Peningkatan nilai hematokrit ≥ 20% dari nilai baku sesuaiumur
dan jenis kelamin
- Penurunan nilai hematokrit ≥ 20% setelah pemberian cairan
yang adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi
pleura.
3. Sindrom Syok Dengue
Seluruh kriteria DBD diatas disertai dengan kegagalan sirkulasi yaitu :
a. Penurunan kesadaran ,gelisah
b. Nadi cepat lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah menurun ≤ 20 mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin-lembab
D. Patofisiologi
Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali member gejala DF.
Pasien akan mengalami gejala viremia, sakit kepala, mual, nyei otot, pegal
seluruh badan, hyperemia ditenggorokkan, timbulnya ruam dan kelainan yang
mungkin terjadi pasa RES seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan
limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila seseorang mendapatkan infeksi
berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbullah the
secondary heterologous infection atau sequential infection of hypothesis. Re-
infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus
antibody) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah
mengakibatkan hal sebagai berikut:
1. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang
berakibat dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya
plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat
berperan terjadinya renjatan.
2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis
akan dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat
trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit
akan melepaskan vasokoaktif (histamine dan serotonin) yang bersifat
meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit factor III
yang merangsang koagulasi intravascular.
3. Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir
terjadinya pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan
anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation
product. Disamping itu aktivasi akan merangsang system kinin yang
berperan dalam proses meningginya permeabilitas dindin pembuluh
darah.
Pathway
E. Pemeriksan Penunjang
F. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah
terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian
atas hingga menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal
biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
b. Shock atau renjatan.
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab,
dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar
mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yang buruk.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
G. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan DHF yaitu :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak dan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam.
3. Untuk hiperpireksia duberikan kompres
4. Berikan antibiotik bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi.
b. Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
1. Pemasangan infus RL/Asering dan dipertahankan selama 12-48 jam
2. Observasi keadaan umum (tanda Tanda Vital)
c. Pencegahan DBD
1. Melakukan PSN DB (Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah) dengan 3M:
a) Menutup rapt penampungan air.
b) Menguras penampungan air minimal 1 minggu sekali.
c) Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menjadi tempat menggenangnya air.
2. Pengasapan (Fogging).
3. Larvadisasi, yaitu menaburkan bubuk abate pada tempat
penyimpanan air untuk membunuh larva nyamuk.
4. Penyuluhan Demam berdarah.
H. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama : terjadi panas tinggi (≥ 41°C), terdapat bintik-bintik
merah pada kulit, keadaan umum anak lemah
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang: tanyakan kepada keluarga klien
kapankah terjadi keluhan, dan tindakan apa yang dilakuka
untukmenatasi keluhan
b) Riwayat penyakit dahulu: tanyakan apakah keluarga klien
apakah pasien pernah mengalami penyakit yang lain atau
penyakit yang sama dengan jenis virus yang berbeda.
c) Riwayat keluarga : tanyakan kepada keluarga apakah dalam
keluarga pernah terjadi kasus yang sama.
d) Riwayat imunisasi: kaji kekebalan imun dari klien, dengan
mengetahui tingkat imunitas resiko timbulnya komplikasi dapat
terjadi.
e) Riwayat gizi: kaji status gizi klien, apakah terjadi gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
f) Riwayat pemakaian obat: tanyakan kepada keluarga klien,
apakah memiliki alergi terhadap obat tertentu.
g) Kondisi lingkungan: tanyakan kepada klien bagaimanakah
kondsi lingkungan di sekitar rumah klien, apakah terdapat
genangan air, atau terdapat tumpukan sampah.
4. Pemeriksaan fisik
a) Sitem pernafasan (B1)
Apakah ada ketidak efektifan pola nafas, apakah ada ronchi,
wheezing, da gangguan irama pernafasan.
b) Sistem kardiovaskuler (B2)
Apakah terjadi gangguan sirkulasi darah dan irama jantung, kaji
frequensi denyut nadi, dan tekanan darah.
c) Sistem persarafan (B3)
Kaji tingkat kesadaran (composmentis, somnolent, apatais, dsb),
apakh terjadi nyeri.
d) Sistem perkemihan (B4)
Hitung jumlah rin yang keluar dan asupan cairan tubuh pasien,
apakah sebanding (adekuat) atau tidak.
e) Sistem pencernaan (B5)
Kaji apakah terjadi mual untah, kaji apakah terdapat
hematemesis, melena, atau gusi berdarah.
f) Sistem muskuloskeletal dan integumen(B6)
Kaji apakah terjadi nyeri pada bagian ekstermitas dan otot,kaji
kekuatan otot klien pada saat tirah baring, apakah ekstermitas
terasa dingin, berkeringat dan kulit tampak kebiruan. Kaji
apakah timbul ptekie pada daerah integumen, tugor kulit,
muncul keringat dingin dan lembab.
b. Diagnosis Keperawatan
1. Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
2. Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
nutrisi yang tidak adekuat yang disebabkana mual muntah dan nafsu
makan menurun
4. Ketidak efektifan pola nafas b.d jalan nafas tergangu akibat spasme
otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi
5. Nyeri akut b.d penekanan intra abdomen karena hepatomegali
6. Ganguan pola tidur b.d gangguan pola nafas, nyeri, hipertermia
c. Intervensi Keperawatan
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat sebelumnya.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. Evaluasi yang diharapkan antara lain :
1. Resiko syok hipovolemik pada pasien sudah teratasi
2. Kekurangan volume cairan pada pasien sudah teratasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada pasien
sudah teratasi
4. Ketidak efektifan pola nafas pada pasien sudah teratasi
5. Nyeri akut pada pasien sudah teratasi
6. Ganguan pola tidur pada pasien sudah teratasi
DAFTAR PUSTAKA