Anda di halaman 1dari 17

Demam Berdarah Dengue (DBD)

A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit
menular yang berbahaya. Penyakit ini dapat menimbulkan wabah dan
menyebabkan kematian dalam waktu yang siingkat. DBD pertama kali
ditemukan di Manila (Filipina) pada tahun 1953. Di Indonesia penyakit
DBD ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan DKI Jakarta. Kini
semua provinsi sudah terjangkit penyakit ini (Meilany, 2010)
DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus
melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty betina.(Hidayat, A. Aziz, 2005).
Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada
anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi
dan biasanya memburuk setelah 2 hari pertama (Meilany, 2010)

2. Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue
haemorragic fever (DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus
tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang
termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan
serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan
bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang
terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah
kecenderungan dominan DEN-2. Setelah oleh nyamuk yang membawa
virus, maka inkubasi akan berlangsung antara 3-15 hari sampai gejala
demam Dengue muncul. (Meilany, 2010)
Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes
aegypti yang menyebarkan penyakit demam berdarah antara lain:
a. Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.
b. Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk
seperti: hinggap di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada
airnya atau ditempat kaleng bekas yang menampung air hujan.
c. Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia
adalah betina, sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis
pada tumbu-tumbuhan.
d. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan
peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit
dan beberapa jam setelah mataharit terbenam, sedangkan malamnya
digunakan untuk bertelur.

3. Patofisiologi
Demam Berdarah tidak tertular langsung dari satu orang ke orang
lainnya, namun melalui perantara gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia,
yaitu sejak beberapa saat sebelum panas sampai masa demam
berakhir, biasanya berlangsung 3-5 hari, nyamuk menjadi infektif 8-12
hari setelah menghisap darah orang yang infektif dan penderita akan
tetap infektif selama hidupnya. Adapun masa inkubasi dari 3-14 hari,
biasanya 4-7 hari.
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan
terbentuklah komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan
mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma
mealui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis
hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma
klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi
anoksia jangan asidosis dan kematian (Warsidi, E. 2009)

4. Manifestasi Klinis
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur
dan bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue
pada bayi dan anak berupa demam ringan yang disertai dengan
timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa, penyakit
ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi
dan mendadak yang dapat mencapai 40C atau lebih dan terkadang
disertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-
muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri perut kanan atas atau
seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit,
walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu, perdarahan
kulit dapat berwujud memar atau juga berupa perdarahan spontan
mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan
berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka,
sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan
gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi pada
kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali
ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali.
Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan
peredaran darah.
Patokan World Health Organization (WHO, 1975) untuk
menegaskan diagnosa Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah
sebagai berikut :
a. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
b. Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif
dan bentuk lain perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi) dan hematemesis melena.
Rumpel leed test dengan tekhnik:
1) Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
2) Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
3) Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa
tensimeter.
4) Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan
pertahankan sampai 5 menit.
5) Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
6) Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan
bawah. Kriteria normal Rumple leede yaitu <10 dalam 1 lingkaran 5
cm.
c. Pembesaran hati.
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan
tekanan nadi yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah
yang menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung
hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul sianosis disekitar
mulut.
e. Klasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit,
secara klinis dibagi menjadi 4 Derajat (Menurut WHO, 1986) yaitu:
1) Derajat I (ringan): Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain
dan manifestasi perdarahan ringan, trombositopenia dan
hemokonsentrasi. tourniquet positif.
2) Derajat II (sedang): Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi
perdarahan lain.
3) Derajat III: Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar
mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).
4) Derajat IV: Ditemukan dengue shock syndrome dengan tensi dan nadi
yang tak terukur.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan untuk menskrining penderita demam dengue adalah
melalui uji rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar
hematokrit dan hapus darah tepi untuk melihat adanya limpositosis
relatif disertai gambar limfosit plasma biru. Pada DD
terdapat Leukopenia padahari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD terjadi
leukopenia dan Hemokonsentrasi. Trombositopenia : Trombosit <
150.000/mm3, penurunan progresif pada pemeriksaan periodik dan
waktu perdarahan memanjang. Hemokonsentrasi : Hematokrit saat
MRS>20% atau meningkat progresif pada pemeriksaan periodik.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode
cell culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik
RT-PCR (Reverse Transcriptosi Polymerase Chain Reachon). Namun
ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini adalah uji serologi
(adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM maupun IgG)
(Warsidi, E, 2009).

6. Komplikasi
Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam
berdarah diantaranya :
a. Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau tanpa
kejang
b. Disorientasi dan penurunan kesadaran
c. Perdarahan luas.
d. Shock atau renjatan dan dapat terjadi Anoksia jaringan
7. Pencegahan
Menurut (Warsidi, E, 2009) upaya pencegahan harus dilakukan
dengan cara yang terbaik, murah, mudah dan dapat pula dilakukan
oleh masyarakat umum. Upaya pencegahan tersebut meliputi:
a. Pencegahan dengan prinsip 3 M:
1) Menguras: tempat penyimpanan air seperti bak mandi, sekurang-
kurangnya seminggu sekali.
2) Menutup: tempat penyimpanan air agar nyamuk tidak masuk dan
berkembang.
3) Mengubur: barang-barang bekas, seperti kaleng bekas yang dapat
menampung air hujan, agartiak menjadi tempat perkembang biakan
nyamuk.
b. Lipatlah pakaian / kain yang tergantung agar nyamuk tidak himggap.
c. Untuk tempat-tempat air yang sulit untuk dikuras, taaburkan bubuk
abate kedalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik
nyamuk. Ulangi 2-3 bulan sekali.
d. Memberantas nyamuk Aedes aegepti, dengan cara: penyemprotan
dengan bahan kimia, pengasapan dengan bahan insektisida ( fogging).
e. Memberantas jentik nyamuk dengan menggunakan serbuk abate,
dengan cara:

1) Untuk 10 liter air, cukup dengan 1 gram serbuk abate.

2) Bila memerlukan abate kurang dari 10 gram caranya: ambil 1 sdm


abate dan tuangkan pada selembar kertas, lalu bagilah abate menjadi
2,3 atau 4 bagian sesuai dengan takaran yang dibutuhkan

3) Setelah dibubuhkan abate, selama 3 bulan bubuk abate tersebut


mampu membunuh jentik nyamuk, hendaknya jangan menyikat dinding
penampungan air selama 3 bulan setelah dibubuhi abate, dan air yang
dibubuhi abate selama takarannya benar tetap aman digunkaan.

8. Penatalaksanaan
Menurut (Meilany, 2010) penatalaksanaan untuk DBD sebagai
berikut:
f. Tirah baring
g. Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter
dalam 24 jam (susu, air dengan gula) atau air tawar yang ditambah
garam.
h. Medikamentosa yang bersifat simtomatis, seperti hiepertermia
diberikan asetamiofen, jangan diberikan asetosal karena bahaya
perdarahan. Sedangkan pada pasien tanda renjatan dilakukan:
1) Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan
teratasi.
2) Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan
tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya
tiap 24 jam
3) Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan dengan
diguyur, seperti NaCl, ringer laktat, yang dipertahankan selama 12-24
jam setelah renjatan teratasi. Bila tidak nampak perbaikan dapat
diberikan plasma sejumlah 15-29 ml/kg BB dan dipertahankan selama
12-24 jam. Setelah renjatan teratasi bila kadar Hb dan Ht mengalami
penurunan maka diberi transfusi darah.

9. Prognosis
Menurut (Meilany, 2010) kematian karena demam dengue hampir
tidak ada. Pada DBD/DSS mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian di
Surabaya, semarang, dan jakarta menunjukkan bahwa prognosis dan
perjalanan penyakit pada orang dewasa umumnya lebih ringan
dibandingkan anak-anak.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata: Biodata terdiri dari identitas klien, orang tua dan saudara
kandung. Identitas klien meliputi : nama, usia, jenis kelamin,
pendidikan, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
nomor register dan diagnosa medik. Identitas orang tua meliputi :
alamat, usia, jenis kelamin, pendidikan agama, pekerjaan,
alamat. Sedangkan identitas saudara kandung meliputi nama dan usia.
2) Keluhan utama: Keluhan utama meliputi alasan klien di bawah ke
rumah sakit seperti demam, nyeri otot, mual,muntah, nyeri kepala,
perut dan sendi disertai perdarahan.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang: Klien menderita nyeri kepala, nyeri perut
disertai mual dan muntah.
b) Riwayat kesehatan masa lalu: Penyakit yang pernah dialami klien
seperti demam, tidak ada riwayat alergi, tidak ada ketergantungan
terhadap makanan/ minuman dan obat-obatan.
c) Riwayat kesehatan keluarga: Apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama dengan klien.
4) Riwayat imunisasi: Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi
seperti BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis.
5) Riwayat tumbuh kembang meliputi :
a) Pertumbuhan fisik terdiri dari:
Usia (BB) Usia (TB)
BBL (2500 – 4000 gr) TBL (50 cm)
3 -12 bln (umur(bulan) + 1 tahun (75 cm)
9)
1-6 tahun (umur (tahun) >1 tahun (2x TB lahir)
x 2+8)
6 tahun (1,5 x TB
setahun)
9 tahun (2,1 x TBL)

b) Perkembangan tiap tahap usia


(1) Berguling : 3-6 bulan
(2) Duduk : 6-9 bulan
(3) Merangkak : 9-10 bulan
(4) Berdiri : 9-12 bulan
(5) Jalan : 12-18 bulan
(6) Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan
(7) Bicara : 2-3 tahun
(8) Berpakaian tanpa dibantu : 3-4
tahun
6) Riwayat nutrisi meliputi :
a) Pemberian ASI pertama kali disusui, lama pemberian, waktu dan cara
pemberian.
b) Pemberian susu formula terdiri dari alasan pemberian, jumlah
pemberian.
c) Pemberian makanan tambahan terdiri atas usia pertama kali diberikan
jenis dan cara pemberian.
d) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutris saat : usia 0 – 6
bulan, 6 – 12 bulan dan saat ini.
7) Riwayat psikososial: Bagaimana kehidupan sosial dan lingkungannya,
apakah keadaan tempat tinggalnya memenuhi syarat kesehatan.
8) Riwayat spiritual: Apakah anggota keluarga rajin beribadah dan sering
mengikuti kegiatan keagamaan.
9) Reaksi hospitalisasi
a) Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
(1) Stress
(2) Kecemasan meningkat: kurang informasi tentang prosedur dan
pengobatan anak serta dampaknya terhadap masa depan anak.
(3) Takut dan cemas : seriusnya penyakit dan tipe dari prosedur medis.
b) Reaksi anak terhadap hospitalisasi
(1) Perpisahan : berpisah dengan teman sebaya.
(2) Kehilangan kontrol : Kelemahan fisik dan Takut mati
(3) Reaksi perlukaan dan rasa sakit
(a) Mengkomunikasikan tentang rasa sakit.
(b) Mampu mengontrol rasa sakit (gigit bibir dan menggenggan).
10) Aktivitas sehari-hari
a) Nutrisi terdiri dari frekuensi makan, waktu makan, makanan yang
dikonsumsi, porsi makan, makanan yang disukai, nafsu makan. Jumlah
yang dapat dihabiskan dan cara makan klien sebelum sakit dan saat
sakit.
b) Istirahat, tidur terdiri dari waktu tidur malam dan siang, apakah mudah
terbangun, kesulitan tidur, bagaimana pola tidur, ada perubahan atau
tidak sebelum sakit dan saat sakit.
c) Personal hygiene terdiri dari mandi, sikat gigi, kebersihan kuku,
genetalia, dan penampilan umum klien sebelum sakit dan saat sakit.
11) Pemeriksaan fisik Head To to
a) Keadaan umum : klien baik atau tidak.
b) Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah menurun > 80 mmHg
2) Nadi cepat dan lemah > 100x/menit
3) Suhu meningkat sampai 38C
4) Pernafasan meningkat > 40x/menit
c) Antropometri :
1) LLA : 14cm
2) LK : 40 cm
3) LD : 54 cm
4) LP : 52 cm
d) Sistem pernafasan: Tidak terdapat batuk, pernafasan cuping hidung,
batuk dada normal (Normal Chest), tidak ada retraksi, dan tidak ada
suara nafas tambahan.
e) Sistem kardiovaskuler: Konjungtiva tidak anemis, bibir pucat dan
kering, arteri karotis tidak teraba, vena jugularis tidak tampak, tidak
ada pembesaran jantung, suara jantung S1, S2 kesan murni.
f) Sistem pencernaan: Bibir kering sering merasa mual dan muntah
terdapat nyeri tekan pada daerah epigastrium
g) Sistem indera
1) Mata : kelopak mata, lapang pandang dan visus baik.
2) Hidung : penciuman baik, tidak ada secret dan tidak terdapat
perdarahan pada hidung.
3) Telinga : membran timpani baik fungsi pendengaran baik.
h) Sistem neurosensorik: Berdasarkan tingkat grade Dengue Haemorragic
Fever (DHF) I,II: kesadaran kompos mentis, Dengue Haemorragic Fever
(DHF) III :kesedaran apatis, samnolen, Dengue Haemorragic Fever
(DHF) IV :kesadaran koma.
i) Sistem moskuloskeletal: Akral dingin,serta terjadi nyeri otot,serta
tulang.
j) Sistem integumen
1) Adanya petechia pada kulit, turgir kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher: Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam, mata anemia, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis), pada grade II, III, IV mulut di dapatkan bahwa mukosa
mulut kering, terjadi perdarahan gusi,dan nyeri tekan. Sementara
tenggorokan mengalamin hiperemi pharing dan terjadi perdarahan
telinga.
k) Sistem endokrin: Pembesaran kelenjar tiroid dan limpa tidak ada.
l) Sistem perkemihan: Odema palpebra tidak ada, distensi kandung
kemih tidak ada.
m) Sistem reproduksi: Keadaan labia minora dan mayora bersih dan tidak
ada bau serta pertumbuhan dada belum ada dan perubahan suara.
n) Sistem immune: Tidak ada alergi terhadap cuaca, bulu binatang dan
zat kimia.
o) Pemeriksaan tingkat perkembangan: Dengan menggunakan DDST 0-6
tahun meliputi :
1) Motorik kasar, aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan
sikap tubuh
2) Motorik halus, aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi
memiliki koordinasi yang cermat.
3) Bahasa, kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan
4) Personal sosial, aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya
2 Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien
dengan Dengue Hemorhagic Fever
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus
dengue.
b. Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan
input dan output cairan.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
f. Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan, dan kurang informasi.
3 Intervensi
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi
virus dengue.
Kriteria evaluasi :
1) Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan criteria :
2) Suhu tubuh normal (35° C- 37,5° C)
3) Pasien bebas dari demam.

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji saat timbulnya demam.1. Untuk mengidentifikasi pola
demam pasien.
2. Observasi tanda-tanda vital
2. Tanda-tanda vital merupakan
tiap 3 jam. acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
3. Beri kompres hangat pada
3. Kompres hangat dapat
dahi. mengembalikan suhu normal
memperlancar sirkulasi.
4. Beri banyak minum ( ± 1-1,5
4. Mengurangi panas secara
liter/hari) sedikit tapi sering konveksi (panas terbuang
bersama urine dan keringat
5. Ganti pakaian klien dengan sekaligus mengganti cairan
bahan tipis menyerap tubuh karena penguapan).
keringat. 5. Pakaian yang tipis menyerap
keringat dan membantu
mengurangi penguapan tubuh
6. Beri penjelasan pada akibat dari peningkatan suhu
keluarga klien tentang dan dapat terjadi konduksi.
penyebab meningkatnya suhu
6. Penjelasan yang diberikan
tubuh. pada keluarga klien bisa
mengerti dan kooperatif dalam
Kolaborasi pemberian obat memberikan tindakan
anti piretik. keperawatan.
7. Dapat menurunkan demam

b. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit


volume cairan) tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input
dan output cairan.
Kriteria evaluasi:
1) Volume cairan tubuh seimbang, dengan criteria :
2) Turgor kulit baik
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien Mengetahui dengan cepat
dan tanda-tanda vital. penyimpangan dari keadaan
normalnya.
2. Kaji input dan output cairan. Mengetahui balance cairan
dan elektrolit dalam
3. Observasi adanya tanda- tubuh/homeostatis.
tanda syok. Agar dapat segera dilakukan
4. Anjurkan klien untuk banyak tindakan jika terjadi syok.
minum. Asupan cairan sangat
diperlukan untuk menambah
5. Kolaborasi dengan dokter volume cairan tubuh.
dalam pemberian cairan I.V. Pemberian cairan I.V sangat
penting bagi klien yang
mengalami deficit volume
cairan untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,


anoreksia.
Kriteria Evaluasi:
1) Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan criteria :
2) Porsi makan yang disajikan dihabiskan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien 1. Memudahkan untuk intervensi
selanjutnya
2. Beri makanan sesuai
2. Merangsang nafsu makan
kebutuhan tubuh klien. klien sehingga klien mau
3. Anjurkan orang tua klien makan.
untuk memberi makanan
3. Makanan dalam porsi kecil
sedikit tapi sering. tapi sering memudahkan organ
4. Anjurkan orang tua klien pencernaan dalam
memberi makanan TKTP metabolisme.
dalam bentuk lunak 4. Makanan dengan komposisi
TKTP berfungsi membantu
5. Timbang berat badan klien mempercepat proses
tiap hari. penyembuhan.

6. Kolaborasi pemberian obat


5. Berat badan merupakan salah
reborantia. satu indicator pemenuhan
nutrisi berhasil.
6. Menambah nafsu makan

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


Kriteria Evaluasi:
1) Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.
2) Klien mampu mandiri setelah bebas demam
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji hal-hal yang mampu
1. Mengetahui tingkat
dilakukan klien. ketergantungan klien dalam
memenuhi kebutuhannya.
2. Bantu klien memenuhi
2. Bantuan sangat diperlukan
kebutuhan aktivitasnya sesuai klien pada saat kondisinya
dengan tingkat keterbatasan lemah dalam pemenuhan
klien. kebutuhan sehari-hari tanpa
mengalami ketergantungan
3. Beri penjelasan tentang hal- pada orang lain.
hal yang dapat membantu dan
3. Dengan penjelasan, pasien
meningkatkan kekuatan fisik termotivasi untuk kooperatif
klien. selama perawatan terutama
terhadap tindakan yang dapat
meningkatkan kekuatan
4. Libatkan keluarga dalam fisiknya.
pemenuhan ADL klien 4. Keluarga merupakan orang
5. Jelaskan pada keluarga dan terdekat dengan klien
klien tentang pentingnya
5.
bedrest ditempat tidur. Untuk mencegah terjadinya
keadaan yang lebih parah
e. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
Kriteria Evaluasi:
1) Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan
2) Jumlah trombosit meningkat
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor tanda-tanda
1. Penurunan jumlah trombosit
penurunan trombosit yang merupakan tanda-tanda adanya
disertai tanda-tanda klinis. kebocoran pembuluh darah yang
dapat menimbulkan tanda klinis
berupa perdarahan nyata,
2. Beri penjelasan tentang seperti epistaksis, petechiae.
pengaruh trombositopenia
2. Agar pasien/ keluarga
(pada keluarga. mengetahui hal-hal yang
mungkin terjadi pada pasien
dan dapat membantu
Monitor jumlah trombosit mengantisipasi terjadinya
setiap hari. perdarahan karena
trombositopenia
3. Dengan jumlah trombosit yang
4. Anjurkan klien untuk banyak dipantau setiap hari dapat
istirahat. diketahui tingkat kebocoran
pembuluh darah dan
5. Beri penjelasan pada pasien/ kemungkinan perdarahan yang
keluarga untuk segera dialami oleh klien
melapor jika ada tanda-tanda
4. Aktivitas klien yang tidak
perdarahan lebih lanjut terkontrol dapat menyebabkan
seperti: hematemesis, terjadinya perdarahan.
melena, epistaksis. 5. Keterlibatan keluarga dengan
segera melaporkan terjadinya
perdarahan (nyata) akan
membantu pasien mendapatkan
penanganan sedini mungkin.
f. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
dan kurang informasi.
Kriteria Evaluasi:
1) Orang tua tidak bertanya lagi tentang penyakit anaknya
2) Ekspresi wajah ceria
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan
1. Mengetahui kecemasan orang tua
orang tua klien dan memudahkan menentukan
intervensi selanjutnya.
2. Untuk memberi informasi yang
2. Jelaskan prosedur dapat mengurangi kecemasan orang
pengobatan perawatan tua.
anaknya. 3. Untuk memperoleh informasi yang
3. Beri kesempatan pada orang lebih banyak dan meningkatkan
tua untuk bertanya tentang pengetahuan dan mengurangi
kondisi anaknya. stress.
4. Beri penjelasan tiap
4. Memberikan penjelasan tentang
prosedur/ tindakan yang akan proses penyakit, menjelaskan
dilakukan terhadap pasien dan tentang kemungkinan pemberian
manfaatnya bagi pasien perawatan intensif jika memang
diperlukan oleh pasien untuk
mendapatkan perawatan yang lebih
optimal
5.
4 Evaluasi
a. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh dengan kriteria :
1) Suhu tubuh normal (36 - 37◦ C).
2) Pasien bebas dari demam
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan kriteria : klien /
keluarga mengetahui tentang proses penyakit, diet dan perawatannya.
c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria : Pasien mampu
menghabiskan porsi makan yang diberikan / dibutuhkan.
d. Klien mampu beraktifitas dengan kriteria :
1) Kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi.
2) Klien mampu mandiri setelah bebas dari demam.
e. Tidak terjadi perdarahan intra abdomen dengan kriteria :
1) Tidak ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
2) Jumlah trombosit meningkat.
f. Klien mengetahui tentang proses penyakit diet dan perawatannya
dengan kriteria : Klien dan keluarga mengetahui tentang proses
penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, E.Marlyn ,dkk. 2001. .Rencana Asuhan


Keperawatan, Pedoman nutuk Perawatan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien.Jakarta :EGC
http://belajaraskep.com/2012/04/askep-anak-pada-pasien-dengan-
demam.html
diakses pada tanggal 18 januari pukul 8 pm WITA
http://Kumpulanaskepnurse.com/2014/askep-DBD.html diakses pada tanggal
18 januari pukul 8 30 pm WITA
Meilani. 2010. Penyakit Menular di Sekitar Kita. Klaten: PT Intan Sejati.
Warsidi, E. 2009. Bahaya dan Pencegahan DBD. Bekasi: Mitra Utama.
Wilkinson, Judith. M. 2011. Buku saku diagnosa keperawatan: diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai