Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN


DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)

DIBUAT OLEH :
NETTI YUNITA
NPM 2022207209120

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

2022
LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)

A. DEFINISI
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi.Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod
Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh
AedesAlbopictus (Titik Lestari, 2016)
DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut, ditularkan oleh
nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005). Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk
aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler
dan sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil,
Amerika, termasuk diseluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan
ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan air laut. Demam berdarah dengue
tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai
penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk (Prasetyono
2012).

B. ETIOLOGI
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue
Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus Dengue
mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang ditularkan
melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup dikawasan tropis dan
berkembang biak pada sumber air yang tergenang. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan
menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang
lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3
atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan
diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010).
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap
inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 0C. Keempat tipe
tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3 yang paling banyak
ditemukan (Hendarwanto 2009).
Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes aegypti yang
menyebarkan penyakit demam berdarah antara lain :
1. Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.
2. Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk seperti:
hinggap di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada airnya atau ditempat
kaleng bekas yang menampung air hujan.
3. Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia adalah betina,
sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis pada tumbu-tumbuhan.
4. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan
peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan
beberapa jam setelah mataharit terbenam, sedangkan malamnya digunakan
untuk bertelur.

C. KLASIFIKASI
a. Derajat 1 (ringan) Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji
perdarahan yaitu uji turniket.
b. Derajat 2 (sedang) Seperti derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan pada kulit
dan atau perdarahan lainnya.
c. Derajat 3 Ditemukannya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun.
d. Derajat 4 Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tak teraba dan
tekanan darah tidak dapat diukur (Wijaya, 2013).

D. MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis penyakit DHF bias ditegakkan jika ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama
2-7 hari.
b. Manifestasi perdarahan :
1) Uji turniket (Rumple leede) positif berarti fragilitas kapiler meningkat.
Dinyatakan positif apabila terdapat >10 petechie dalam diameter 2,8cm (1
inchi persegi) dilengan bawah bagian volar termasuk fossa cubiti.
2) Petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis. 3)
Trombositopenia yaitu jumlah trombosit dibawah 150.000/mm3, biasanya
ditemukan antara hari ke 3-7 sakit.
3) Monokonsentrasi yaitu meningkatnya hematocrit, merupakan indicator yang
peka terhadap jadinya renjatan sehingga perlu dilaksanakan penekanan
berulang secara periodic. Henaikan hematocrit 20% menunjang diagnosis
klinis DHF (Masriadi, 2017).

E. PATOFISIOLOGI
1. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty
dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus
antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3
danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptida berdaya untuk melepaskan histamin
dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
2. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan faktor
penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.
3. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diatesis hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
4. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis
metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi uji HI (hemoglutination inhibition test)
3. Rontgen toraks : efusi pleura. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

G. PENATALAKSANAAN UMUM
Menurut (Meilany, 2010) penatalaksanaan untuk DBD/DHF sebagai berikut :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam
24 jam (susu, air dengan gula) atau air tawar yang ditambah garam.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis, seperti hiepertermia diberikan
asetamiofen, jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan.
Sedangkan pada pasien tanda renjatan dilakukan :
a. Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam,
serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam
c. Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan dengan diguyur,
seperti NaCl, ringer laktat, yang dipertahankan selama 12-24 jam setelah
renjatan teratasi. Bila tidak nampak perbaikan dapat diberikan plasma
sejumlah 15-29 ml/kg BB dan dipertahankan selama 12-24 jam. Setelah
renjatan teratasi bila kadar Hb dan Ht mengalami penurunan maka diberi
transfusi darah.

H. KOMPLIKASI
Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1) Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau tanpa kejang
2) Disorientasi dan penurunan kesadaran
3) Perdarahan luas
4) Shock atau renjatan dan dapat terjadi anoksia jaringan

I. PENCEGAHAN
Menurut (Warsidi, E, 2009) upaya pencegahan harus dilakukan dengan cara yang
terbaik, murah, mudah dan dapat pula dilakukan oleh masyarakat umum. Upaya
pencegahan tersebut meliputi :
1. Pencegahan dengan prinsip 3 M :
a. Menguras: tempat penyimpanan air seperti bak mandi, sekurang-kurangnya
seminggu sekali.
b. Menutup: tempat penyimpanan air agar nyamuk tidak masuk dan
berkembang.
c. Mengubur: barang-barang bekas, seperti kaleng bekas yang dapat
menampung air hujan, agartiak menjadi tempat perkembang biakan nyamuk.
2. Lipatlah pakaian / kain yang tergantung agar nyamuk tidak himggap.
3. Untuk tempat-tempat air yang sulit untuk dikuras, taaburkan bubuk abate kedalam
genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi 2-3 bulan
sekali.
4. Memberantas nyamuk Aedes aegepti, dengan cara: penyemprotan dengan bahan
kimia, pengasapan dengan bahan insektisida (fogging).
5. Memberantas jentik nyamuk dengan menggunakan serbuk abate, dengan cara :
a. Untuk 10 liter air, cukup dengan 1 gram serbuk abate.
b. Bila memerlukan abate kurang dari 10 gram caranya: ambil 1 sdm abate dan
tuangkan pada selembar kertas, lalu bagilah abate menjadi 2,3 atau 4 bagian
sesuai dengan takaran yang dibutuhkan
c. Setelah dibubuhkan abate, selama 3 bulan bubuk abate tersebut mampu
membunuh jentik nyamuk, hendaknya jangan menyikat dinding
penampungan air selama 3 bulan setelah dibubuhi abate, dan air yang
dibubuhi abate selama takarannya benar tetap aman digunkaan.

J. PATWHAY
K. Fokus Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue Menurut
Nursalam 2005 adalah :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk
datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan
ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa
pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4),
melena, atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak
bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus
yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi.
Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka
anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
berkurang, napsu makan menurun.
b. Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa
terjadi melena.
c. Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing
sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade
IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya kurang.
e. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk
Aedes Aegypti.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade)
Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
a. Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
b. Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur.
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
d. Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru.
10. Sistem integument
a. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, danmuncul
keringat dingin, dan lembab.
b. Kuku sianosis/tidak
c. Kepala dan leher. Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan
karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut
didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan
nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing
( pada Grade II, III, IV).
d. Dada: Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah
kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat
pada grade III dan IV.
e. Abdomen: Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali),
asites.
f. Ekstremitas: Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta
tulang.

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL


1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
2. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis (penekanan intra abdomen).
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
5. Resiko syok (hipovolemik)
6. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan perdarahan
7. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
J. RENCANA KEPERAWATAN
DiagnosaKeperawatan PerencanaanKeperawatan

Tujuan & KriteriaHasil Intervensi

Hipertermia Termoregulasi Manajemen Hipertermia

D.0130 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam Observasi:


diharapkan suhu tubuh tetap berada pada rentang normal
 Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
Pengertian : KriteriaHasil: penggunaan inkubator)
 Monitor suhu tubuh
Suhu tubuh meningkat Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Monitor kadar elektrolit
di atas rentang normal Meningkat Menurun  Monitor haluaran urine
tubuh  Monitor komplikasi akibat hipertermia
1 Menggigil Terapeutik:

1 2 3 4 5  Sediakan lingkungan yang dingin


 Longgarkan atau lepaskan pakaian
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Memburuk Membaik  Berikan cairan oral
 Hindari pemberian antipiretik atau asprin
3 Suhu tubuh  Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1 2 3 4 5
 Anjurkan tirah baring
4 Suhu kulit Kolaborasi

1 2 3 4 5  Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri

D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:


diharapkan tingkat nyeri menurun
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
Pengalaman sensorik Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
atau emosional yang Memburuk Membaik  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
berkaitan dengan  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
kerusakan jaringan 1 Frekuensi nadi  Monitor efek samping penggunaan analgetik
actual atau fungsional, Terapeutik:
dengan onset 1 2 3 4 5
mendadak atau lambat  Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
2 Pola nafas  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
dan berintensitas
ringan hingga berat  Fasilitasi istirahat dan tidur
1 2 3 4 5  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
yang berlangsung
kurang dari 3 bulan. nyeri
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Edukasi
Meningkat Menurun
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
3 Keluhan nyeri  Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
1 2 3 4 5 Kolaborasi
4 Meringis
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
1 2 3 4 5

5 Gelisah

1 2 3 4 5

6 Kesulitan tidur

1 2 3 4 5
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi

D.0019 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam status Observasi:
nutrisi terpenuhi.
 Identifikasi status nutrisi
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
Asupan nutrisi Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Monitor asupan makanan
tidak cukup untuk Menurun Meningkat  Monitor berat badan
memenuhi Terapeutik:
kebutuhan 1 Porsi makanan yang dihabiskan
metabolisme.  Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika perlu
1 2 3 4 5  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat
2 Berat Badan atau IMT ditoleransi
Edukasi
1 2 3 4 5
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
3 Frekuensi makan  Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1 2 3 4 5
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
4 Nafsu makan yang dibutuhkan
Promosi Berat Badan
1 2 3 4 5
Observasi
5 Perasaan cepat kenyang
 Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
1 2 3 4 5
 Monitor adanya mual dan muntah
Terapeutik

 Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien


 Berikan pujian kepada pasien untuk peningkatan yang dicapai
Edukasi

 Jelaskan jenis makanan yg bergizi tinggi, terjangkau


DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, E.Marlyn ,dkk. 2010. .Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman nutuk


Perawatan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC.
Hendarwanto. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III; 2773-2779. Edisi
Kelima. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Masriadi, H. 2017. Epidemiologi Penyakit Menular. Depok: Rajawali Pers
Meilani. 2010. Penyakit Menular di Sekitar Kita. Klaten: PT Intan Sejati.
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Prasetyono, Dwi Sunar. 2012. Daftar tanda dan gejala ragam penyakit. Jogjakarta :
FlashBooks.
Sudoyo, Aru W. dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta:
Interna Publising
Suriadi & Yuliana, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung
seto.
Titik Lestari, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
Warsidi, E. 2009. Bahaya dan Pencegahan DBD. Bekasi: Mitra Utama.
Wijaya, A. S. dan Putri, Y. M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Edisi
1.Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. StandarLuaranKeperawatan Indonesia.Edisi
1.Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. StandarIntervensiKeperawatan Indonesia.Edisi
1.Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai