Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

Di susun oleh :

Patrin A. Pakudek

1490122103

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL

2023
PENDAHULUAN
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yangdisebabkan oleh
satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melaluinyamuk terutama Aedes
aegypti dan Aedes albopictus yang ditemukan didaerah tropis dan subtropis di
antaranya kepulauan di Indonesia hingga bagianutara Australia. Menurut data
(WHO 2016) Penyakit demam berdarah denguepertama kali dilaporkan di Asia
Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, 2selanjutnya menyebar keberbagai
negara. Sebelum tahun 1970, hanya 9negara yang mengalami wabah DHF, namun
sekarang DHF menjadi penyakitendemik pada lebih dari 100 negara, diantaranya
adalah Afrika, Amerika,Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik
Barat.Amerika, Asia Tenggaradan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi kasus
DHF. Jumlah kasus diAmerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati
1,2 juta kasus ditahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013
dilaporkanterdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana 37.687
kasusmerupakan DHF berat (Kementerian Kesehatan RI 2016).

1. Pengertian

Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD(dengue


hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yangdisebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri ototdan/atau nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Pada DHF terjadi perembesanplasma yang ditandai dengan
hemokosentrasi (peningkatan hematokrit)atau penumpukan cairan dirongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue yangditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif &
Kusuma 2015).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yangmenyerang anak dan


orang dewasa yang disebabkan oleh virus denganmanifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengueadalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod
Born Virus) yang akut ditularkanoleh nyamuk Aedes Aegypti atauoleh Aedes
Aebopictus (Wijayaningsih, 2017).Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular
melalui gigitannyamuk Aedes aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor
yangmenjadi penyebab kematian utama di banyak negara tropis. Penyakit
DHFbersifat endemis, sering menyerang masyarakat dalam bentuk wabah
dandisertai dengan angka kematian yang cukup tinggi, khususnya padamereka
yang berusia dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).

2. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae.Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak.Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibody terhadap serotipeyang bersangkutan, sedangkan antibody
yang terbentuk terhadap serotypelain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yangmemadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah 11bersifat endemis, sering menyerang
masyarakat dalam bentuk wabah dandisertai dengan angka kematian yang cukup
tinggi, khususnya padamereka yang berusia dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).

3. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1
Anatomi Sistem Hematologi
Sumber gambar : (Tedi Mulyadi 2015)
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyaifungsi transportasi
oksigen, karbohidrat dan metabolit, mengaturkeseimbangan asam dan basa,
mengatur suhu tubuh dengan cara konduksiatau hantaran, membawa panas tubuh
dari pusat produksi panas (hepar danotot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh,
pengaturan hormon denganmembawa dan menghantarkan dari kelenjar ke sasaran
(Syaifuddin, 2016).

Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang warnanyamerah. Warna


merah ini keadaannya tidak tetap, bergantung padabanyaknya oksigen dan karbon
dioksida di dalamnya. Darah berada dalamtubuh karena adanya kerja pompa
jantung. Selama darah berada dalampembuluh, darah akan tetap encer. Tetapi bila
berada di luar pembuluh rah akan membeku. Fungsi darah (Syaifuddin, 2016) :
a. Sebagai sistem transpor dari tubuh, yaitu menghantarkan bahan kimia,
oksigen, dan nutrien ke seluruh tubuh.
b. Mengangkut sisa metabolit ke organ pembuangan.
c. Menghantarkan hormon-hormon ke organ sasaran.
d. Mengangkut enzim, zat bufer, elektrolit ke seluruh tubuh.
e. Mengatur keseimbangan suhu.

Pada orang dewasa dan anak-anak sel darah merah, sel darah putih,dan sel
pembeku darah dibentuk dalam sumsum tulang. Sumsum seluleryang aktif
dinamakan sumsum merah dan sumsum yang tidak aktifdinamakan sumsum
kuning. Sumsum tulang merupakan salah satu organyang terbesar dalam tubuh,
ukuran dan beratnya hampir sama dengan hati. Darah terdiri dari dua komponen
yaitu komponen padat yang terdiri darisel darah (sel darah merah atau eritrosit, sel
darah putih atau leukosit, dansel pembeku darah atau trombosit) dankomponen
cair yaitu plasma darah,Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:
a. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh danmempunyai fungsi
khusus untuk transport oksigen. Oleh karena didalamnya mengandung
hemoglobin yang berfungsi mengikat oksigen,eritrosit membawa oksigen dari
paru ke jaringan dan karbon dioksidadibawa dari jaringan ke paru untuk
dikeluarkan melalui jalanpernapasan. Sel darah merah : Kekurangan eritrosit, Hb,
dan Fe akanmengakibatkan anemia.

b. Leukosit (sel darah putih)


Sel darah putih : Berfungsi mempertahankan tubuh dari seranganpenyakit dengan
caramemakan atau fagositosis penyakit tersebut.Itulah sebabnya leukosit disebut
juga fagosit. Sel darah putih yangmengandung inti, banyaknya antara 6.000-
9.000/mm³.
c. Trombosit (sel pembeku darah)
Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalamperedaran darah
tidakberwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara200.000-300.000 keping/mm³.
Trombosit dibuat di sumsum tulang,paru, dan limpa dengan ukuran kira-kira 2-4
mikron. Fungsinyamemegang peranan penting dalam proses pembekuan darah
danhemostasis atau menghentikan alirandarah. Bila terjadi kerusakandinding
pembuluh darah, trombosit akan berkumpul di situ danmenutup lubang bocoran
dengan cara saling melekat, berkelompok,dan menggumpal atau hemostasis.
Selanjutnya terjadi proses bekuandarah. Struktur sel dalam darah adalah :
a. Membran sel (selaput sel)
Membran struktur elastik yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-10nm. Hampir
seluruhnya terdiri dari keping-keping halus gabunganprotein lemak yang
merupakan lewatnya berbagai zat yang keluarmasuk sel. Membran ini bertugas
untuk mengatur hidup sel danmenerima segala untuk rangsangan yang datang.
b. Plasma
Terdiri dari beberapa komponen yaitu :
1) Air membentuk 90 % volume plasma
2) Protein plasma, berfungsi untuk menjaga volume dan tekanandarah serta
melawan bibitpenyakit (immunoglobulin).
3) Garam dan mineral plasma dan gas terdiri atas O2 dan CO2berfungsi untuk
menjagatekanan osmotik dan pH darah sehinggafungsi normal jaringan tubuh.
4) Zat-zat makanan sebagai makanan sel.
5) Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang berfungsiuntuk
membantu metabolisme.
6) Antibodi dan antitoksin melindungi badan dari infeksi bakteri

4. Klasifikasi
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif &Kusuma 2015) :
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunyamanifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia,himokonsentrasi.
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontanpada kulit
atauperdarahan di tempat lain.
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadicepat dan
lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atauhipotensi disertai
dengan sianosisdisekitar mulut, kulit dingin danlembab dan anak tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.

5. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akanmenimbulkan viremia. Hal
tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusatpengatur suhu di hipotalamus
sehingga menyebabkan (pelepasan zatbradikinin, serotinin, trombin, histamin)
terjadinya: peningkatan suhu.
Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darahyang
menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular keintersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari penurunan
produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodimelawan virus (Murwani 2018).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahanbaik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal inimengakibatkan adanya
kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukanmekanisme hemostatis secara
normal. Hal tersebut dapat menimbulkanperdarahan dan jika tidak tertangani
maka akan menimbulkan syok. Masavirus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8
hari. Virus akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Pertama tama yangterjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam,sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh,
ruam ataubintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang
akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodimelawan
virus (Murwani 2018).

Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahanbaik kulit seperti


petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal inimengakibatkan adanya
kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukanmekanisme hemostatis secara
normal. Hal tersebut dapat menimbulkanperdarahan dan jika tidak tertangani
maka akan menimbulkan syok. Masavirus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8
hari. Virus akan masuk kedalam tubuh melaluigigitan nyamuk Aedes aegypti.
Pertama tama yangterjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam,sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal diseluruh tubuh,
ruam ataubintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain
yangmungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
atauhepatomegali (Murwani 2018).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklahkompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistemkomplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a duapeptida yang berdaya untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediatorkuat sebagai faktor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluhdarah yang mengakibatkan terjadinya
pembesaran plasma ke ruangekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta
seluler mengakibatkankekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi danhipoproteinemia serta efusi dan renjatan atau syok.
Hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit >20% menunjukan atau
menggambarkan adanyakebocoran atau perembesan sehingga nilai hematokrit
menjadi pentinguntuk patokan pemberian cairan intravena (Murwani 2018).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikandengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaiturongga peritonium,
pleura, dan perikardium yang pada otopsi ternyatamelebihi cairan yang diberikan
melalui infus. Setelah pemberian cairanintravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukan kebocoran plasmatelah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena
harus di kurangikecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan
gagaljantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita
akanmengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yangburuk
bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemikberlangsung lama
akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dankematian apabila tidak segera
diatasi dengan baik (Murwani 2018).

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif& Kusuma
2015) :
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan duaatau lebih
manifestasiklinis sebagai berikut:
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
3) Myalgia atau arthralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBDyang sudah di
konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
b. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semuahal
dibawah ini dipenuhi :
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifatbifastik

Manifestasi perdarahan yang berupa :


a) Uji tourniquet positif
b) Petekie, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), salurancerna, tempat bekas
suntikan
d) Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia <100.00/ul
4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan
a) Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umurdan jenis
kelamin
b) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairanyang adekuat
5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusipleura
c. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasiyaitu:
1) Penurunan kesadaran, gelisah
2) Nadi cepat, lemah
3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun < 20 mmHg
5) Perfusi perifer menurun
6) Kulit dingin lembab
7. Pemeriksaan Penunjang
5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusipleura
c. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasiyaitu:
1) Penurunan kesadaran, gelisah
2) Nadi cepat, lemah
3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun < 20 mmHg
5) Perfusi perifer menurun
6) Kulit dingin lembab
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderitaDHF antara lain
adalah (Wijayaningsih 2017) :

a. Pemeriksaan darah lengkap


Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadarhemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilaihematokrit yang selalu dijumpai
pada DHF merupakan indikatorterjadinya perembesan plasma.
1) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hariketiga.
2) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia danhemokonsentrasi.
3) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia,SGPT, SGOT,
ureum danPh darah mungkin meningkat.

b. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologididasarkan


atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelahinfeksi. Untuk
menentukan kadar antibody atau antigen didasarkanpada manifestasi reaksi
antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaituprimer, sekunder, dan tersier. Reaksi
primer merupakan reaksi tahapawal yang dapatberlanjut menjadi reaksi sekunder
atau tersier. Yangmana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat,
visualisasibiasanya dilakukan dengan memberi label antibody atau antigendengan
flouresens, radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekundermerupakan lanjutan dari
reaksi primer dengan manifestasi yang dapat 20. Pada pemeriksaan kimia darah:
Hipoproteinemia, hipokloremia,SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah mungkin
meningkat. Yangmana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat,
visualisasibiasanya dilakukan dengan memberi label antibody atau antigendengan
flouresens, radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekundermerupakan lanjutan
darireaksi primer dengan manifestasi yang dapatdilihat secara in vitro seperti
prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi.Reaksi tersier merupakan lanjutan reaksi
sekunder dengan bentuk lainyang bermanifestasi dengan gejala klinik.
c. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgGberdasarkan pada
kemampuan antibody-dengue yang dapatmenghambat reaksi hemaglutinasi darah
angsa oleh virus dengue yangdisebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
d. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virusdengue.
Menggunakan metode plague reduction neutralization test(PRNT). Plaque adalah
daerah tempat virus menginfeksi sel dan batasyang jelas akan dilihat terhadap sel
di sekitar yang tidak terkenainfeksi.
e. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji HemaglutinationInhibition (HI).
Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsipdari metode ini adalah
mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG didalam serum penderita.
f. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dansebagian besar
grade II) di dapatkan efusi pleura.

8. Penatalaksanaan
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yanghilang sebagai
akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkanpeninggian permeabilitas
sehingga mengakibatkan kebocoran plasma.Selain itu, perlu juga diberikan obat
penurun panas(Rampengan 2017).
Penatalaksanaan DHF yaitu :
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok
Penatalaksanaan disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase,dan untuk
diagnosis DHF pada derajat I dan II menunjukkan bahwaanak mengalami DHF
tanpa syok sedangkan pada derajat III danderajat IV maka anak mengalami DHF
disertai dengan syok.Tatalaksana untuk anak yang dirawat di rumah sakit meliputi:

1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup,susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma,demam, muntah, dan
diare.
2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atauibuprofen karena
dapatmerangsang terjadinya perdarahan.
3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
a) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksalaboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin)tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil.Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24-48jam
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuaidengan
tatalaksana syok terkompensasi.

b. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok


Penatalaksanaan DHF menurut WHO (2016), meliputi:
1) Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menitsecara nasal.
2) Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetansecepatnya
3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberiankristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) ataupertimbangkan pemberian koloid
10-20 ml/kg BB/jam maksimal30 ml/kgBB/24 jam.
4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobinmenurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi:berikan transfusi darah atau
komponen.
5) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifermulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangihingga 10 ml/kgBB
dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkantiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis
laboratorium.
6) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-23

9. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien yang mengalami demamberdarah dengue
yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome(DSS) atau sindrom syok
dengue (SSD). Syok sering terjadi Syok ditandai dengan nadi yang lemah
dancepat sampai tidak teraba, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg
atausampai nol, tekanan darah menurun dibawah 80 mmHg atau sampai
nol,terjadi penurunan kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung
jari,hidung, telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguria
atauanuria (Pangaribuan 2017).

10. Pathway DHF

BaganPathwayDHF
Sumber:(Erdin 2018)(SDKIDPPPPNI2017)
B. Konsep Asuhan Keperawatan pasien dengan DHF
1. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakandasar utama dan
hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kalimasuk rumah sakit
maupun selama pasiendirawat di rumah sakit(Widyorini et al. 2017).

a. Identitas pasien

Nama, umur , jenis kelamin, alamat, pendidikan, namaorang tua, pendidikan


orang tua, dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datangkerumah sakit
adalahpanas tinggi dan lemah.

c. Riwayat penyakit sekarang


Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigildan saat
demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadiantara hari ke-3 dan ke-7
dan pasien semakin lemah. Kadang-kadangdisertai keluhan batuk pilek, nyeri
telan, mual, muntah, anoreksia,diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan
persendian, nyeri uluhati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasiperdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV), melena atau hematemesis.

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanyamengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
e. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinanakan
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.

f. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua pasien dengan status gizibaik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factorpredisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalamikeluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Apabila kondisiberlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi
yangmencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badansehingga
status gizinya berkurang.

g. Kondisi LingkunganSering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan


lingkungan yangkurang bersih (seperti air yang menggenang atau gantungan
bajudikamar)

h. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, nafsu makan berkurangdan menurun.
2) Eliminasi (buang air besar): kadang-kadang anak yang mengalamidiare atau
konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadihematuria.

3) Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya berkurang.

4) Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan


cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk Aedes
aegypty.

5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah
sebagai berikut

1) Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah,

tanda-tanda vital dan nadi lemah.

2) Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada perdarahan


spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.

3) Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dantidak teratur, serta takanan darah menurun.

4) Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tekanan
darah tidakteratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan
kulit tampak biru

j. Sistem Integumen

1) Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin,
dan lembab

2) Kuku sianosis atau tidak

3) Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam,
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan atau epitaksis pada grade
II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan
gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan
terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV)

4) Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorak
terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +,
ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau


hepatomegaly dan asites

6) Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.

k. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

1) HB dan PVC meningkat (≥20%)

2) Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)

3) Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)

4) Ig. D dengue positif

5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,

hipokloremia, dan hiponatremia

6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat

7) Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah

8) SGOT /SGPT mungkin meningkat.

Analisa Data

Masalah
No. Data Etiologi
keperawatan

1. DS : Gigitan nyamuk Aedes Pola Napas


Aegpty
Tidak Efektif
- klien mengeluh sesak
Masuknya virus dengue ke
- klien mengeluh lemas dalam tubuh

Kontak dengan antibody

DO : Virus beraksi dengan


antibody
-frekuensi napas
Terbentuk kompleks virus
meningkat anti bodi
-sesak
Masuk dalam ke otak
-ronchi terdengar
pernafasan
-retraksi
Mengaktifkan komplemen
-pernapasan cuping
Aktivitas C3 dan C3
hidung
Pelepasan anafilatoksin
(C3a, C5a)

Peningkatan persiabilitas
dinding pembuluh darah

Menghilangnya plasma
melalui endotel dinding
pembuluh darah

Kebocoran plasma (ke


ekstravaskuler)

Penumpukan cairan pada


pleura

Pola napas tidak efektif

2. DS : Gigitan nyamuk Aedes Hipertermia


Aegpty
-klien mengeluh demam
Masuknya virus dengue ke
-klien mengeluh tubuh dalam tubuh
panas Kontak dengan antibody

Klien mengeluh Virus beraksi dengan


mengigil antibody

Terbentuk kompleks virus


anti bodi
DO :
Masuk dalam ke otak
-suhu tubuh meningkat
-frekuensi napas Peredaran darah
meningkat
Virus masuk kedalam
pembuluh darah
-warna kulit klien
memerah Menstimulasi host
imfamasi (seperti
-takikardia atau mikrofag neurofil)
bradikardia Memproduksi redogenus

-klien menggigil pirogen (IL-1, IL-6)

Endothelium hipotalamus
meningkatkan produksi
prostaglandin dan
neurotranslirer

Prostagladin berikatan
dengan neuron prepietik di
hipotalamus

Meningkatkan them ostat


“set point “ pada pusat

Term tegulator

demam

Hipertermia

3. DS: Gigitan nyamuk Aedes Nyeri Akut


Aegpty
- klien mengeluh nyeri
Masuknya virus dengue ke
ulu hati dalam tubuh
DO: Kontak dengan antibody

- meringis Virus beraksi dengan


antibody
- gelisah
Terbentuk kompleks virus
- nadi meningkat anti bodi

- skala nyeri 0-10 Masuk dalam ke otak

- takikardia Pelepasan
neurotransmitter
- menyentuh area nyeri (histamine, bradikinin,
prostaglandin)

Berikatan dengan reseptor


nyeri

Implus nyeri masuk ke


thalamus

Nyeri

4. DS: Gigitan nyamuk Aedes Hivopolemia


Aegpty
- klien merasa lemah
Masuknya virus dengue ke
-Klien mengatakan haus dalam tubuh

DO: Kontak dengan antibody

- frekuensi nadi Virus beraksi dengan


antibody
meningkat
Terbentuk kompleks virus
- nadi teraba lemah anti bodi

-tekanan darah menurun Masuk dalam peredaran


darah
-turgor kulit tidak baik
Aktivasi C3 dan C5
-membran mukosa
Peningkatan permeabilitas
kering dinding pembuluh darah
- volume urine menurun Menghilangnya plasma
melalui endotel dinding
- hematokrit meningkat pembuluh darah

Kebocoran plasma (ke


extra vaskuler)
Hipovolemia
5. DS: Gigitan nyamuk Aedes Intoleransi
Aegpty
aktivitas
- Mengeluh lelah
Masuknya virus dengue ke
DO: dalam tubuh

-Frekuensi jantung Kontak dengan antibody

meningkat >20% dari Virus beraksi dengan


kondisi istirahat antibody

-Tekanan darah Terbentuk kompleks virus


anti bodi
berubah >20% dari
kondisi istirahat Virus dengue masuk
kedalam tulang
-Gambaran EKG
menunjukkan aritmia
Perpindahan cairan ke
saat/setelah aktivitas
ekstravaskuler
-Gambaran EKG
menunjukkan iskemia Penurunan kebutuhan
oksigen, nutrisi
Sianosis

Metabolism menurun

Lemah, pusing, ferkuensi


nadi dan pernapasan
meningkat

Intoleransi aktivitas

6. DS : Gigitan nyamuk Aedes Defisit


Aegpty
Pengetahuan
- klien / keluarga
Masuknya virus dengue ke
mengatakan tidak dalam tubuh
mengerti kondisi klien
DO : Kontak dengan antibody

-menunjukkan perilaku Virus beraksi dengan


antibody
tidak sesuai anjuran
Terbentuk kompleks virus
-menunjukan persepsi anti bodi
keliru terhadap masalah
Masuk dalam ke otak

Masuk rumah sakit

Kurang informasi

Defisit pengetahuan

7. DS: Gigitan nyamuk Aedes Ansietas


Aegpty
-klien mengatakan
Masuknya virus dengue ke
merasa binggung dalam tubuh
-klien merasa khawatir Kontak dengan antibody
dengan akibat
Virus beraksi dengan
-klien sulit antibody

berkonsentrasi Terbentuk kompleks virus


anti bodi
DO:
Masuk rumah sakit
-gelisah
Stress hospitalisasi
-tegang
Ansietas
-sulit tidur

-frekuensi napas
meningkat

-frekuensi nadi
meningkat

-tekanan darah
meningkat

-suara bergetar

-tremor

8. Ds : Gigitan nyamuk Aedes Resiko


Aegpty
Perdarahan
-klien mengeluh
Masuknya virus dengue ke
mimisan dalam tubuh
-klien mengeluh perut Kontak dengan antibody
sakit
Virus beraksi dengan
-klien mengatakan antibody

bengah Terbentuk kompleks virus


anti bodi
-DO :
Virus dengue masuk
- perdarahan lewat
Ke pembuluh darah
hidung

-perdarahan saat Agregasi trombosit


BAK/BAB
Melepas adenosit
- perut tegang
phosphate

Thrombosis mengalami
kerusakan metamorphosis

Trombositophenia

Resiko perdarahan
9. DS: Gigitan nyamuk Aedes Risiko Syok
Aegpty
-klien mengatakan
Masuknya virus dengue ke
dingin dalam tubuh
DO:
Kontak dengan antibody
-akral teraba dingin
Virus beraksi dengan
- nadi teraba lemah antibody

-tekanan darah turun Terbentuk kompleks virus


anti bodi
-prekuensi napas
Masuk dalam ke otak
meningkat
Aktivasi C3 dan C5
- suhu tubuh hipotermia
Peningkatan permeabilitas
-pucat dinding pembuluh darah

Menghilangnya plasma
melalui endotel dinding
pembuluh darah

Kebocoran plasma (ke


extra vaskuler)

Risiko Syok

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.


Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus DHF yaitu (Erdin 2018)
(SDKI DPP PPNI 2017) :

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh


diatas nilai normal
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai

dengan pasien mengeluh nyeri

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk

e. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai


dengan kebocoran plasma darah

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan30

g. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

h. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

i. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)

j. Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan.


No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi

1. Pola nafas tidak efektif L.01004 Management jalan nafas 1.01011


(D.0005)
Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi 1.01014
keperawatan selama 3x24
Observasi
jam diharapkan pola nafas
kembali efektif 1. monitor frekuensi,irama, kedalaman 1. Untuk mengetahuai frekuensi,
dan upaya nafas irama, kedalaman dan upaya nafas
Dengan kriteria :
2. Monitor pola nafas (seperti 2. Untuk mengetahui pola nafas
 Dispnea menurun
bradipneu, takipnea, hiperventilasi, (seperti bradipnea,takipneah
 Penggunaan otot
kussmaul,cheyne-stokes, biot, ataksis hiperventilasi, kussmaul, cheyne-
pernafasan menurun
stokes, biot, ataksis
 Frequensi napas
3. Untuk mengetahui kemampuan
membaik 3. Monitor kemampuan batuk efektif
batuk efektif
 Kedalaman napas
4. Monitor adanya produksi sputum
membaik 4. Untuk mengetahuai adanya
produksi sputum

5. Monitor adanya sumbatan jalan 5. Untuk mengetahui adanya


nafas sumbatan jalan nafas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 6. Untuk mengetahuai kesimetrisan
paru ekspansi paru

7. Auskultasi bunyi nafas 7. Untuk mengetahui bunyi nafas


8. Monitor saturasi oksigen 8. Untuk mengetahui saturasi
oksigen

9. Monitor nilai AGD 9. Untuk mengetahui nilai AGD

10. Monitor hasil x-ray thorax 10. Untuk mengetahuai hasil x-Ray
thorax

Terapeutik
Terapeutik
1. Posisi membantu
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
memaksimalkan ekspansi paru dan
dengan Head Tilt dan Chin Lift
menurunkan upaya pernafasan .
ventilasi maksimaml membuka
area atelektasis dan meningkatkan
gerakan secret ke dalam jalan nafas
besar untuk dikeluarkan
2. Posisikan semi fowler atau fowler 2. Untuk mencegah aspirasi

3. Berikan minum hangat 3. Untuk membuat klien nyaman

4. Lakukan fisioterapi dada 4. Membantu mengeluarkan slym

5. Lakukan penghisapan lendir kurang 5. Untuk membebaskan jalan nafas


dari 15 detik

Edukasi
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
1. Untuk menjaga keseimbangan
2000ml/hari ,jika tidak ada
cairan dalam tubuh agar tetap stabil
kontraindikasi
2. Membantu mengelurkan slym
2. Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Untuk mengencerkan dahak
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspectoran, mukolitik
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi

2. Hipertermia (D.0130) L.14134 Management hipertermia 1.03114

Setelah dilakukan tindakan Regulasi temperature 1.14578


keperawatan selama 3x24
Observasi Observasi
demam tidak terjadi
1. Identifikasi penyebab hypertermi 1. Agar perawat mengetahui
Dengan kriteria :
(mis,dehidrasi, terpapar lingkungan keadaan umun klien
 Menggigil menurun panas)
 Suhu tubuh
2. Monitor suhu tubuh
2. Agar perawat dapat mengetahui
membaik
suhu tubuh untuk memudahkan
 Suhu kulit membaik
intervensi

3. Agar mengetahui tindakan


3. Monitor komplikasi akibat
keperawatan selanjutnya untuk
hypertermi
menghindari kemungkinan yang
terjadi

Terapeutik Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin 1. Membantu menurunkan suhu
2. Longgarkan / lepaskan pakaian 2. Memberikan rasa nyaman

3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh 3. Memberikan terjadinya induksi


perpindahan panas dari pengipasan
ke tubuh

4. Lakukan pendinginan eksternal (mis,


4. Karena di daerah dahi, leher dan
selimut hypertermia atau kompres
aksila terdapat pembuluh darah
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,
besar sehingga membantu
dan aksila
menurunkan panas

5. Berikan cairan oral


5. Untuk mengganti cairan yang
hilang selama proses evaporasi

6. Anjurkan tirah baring 6. Memberikan pembatasan


pergerakan dan memgurangi
kebutuhan oksigen sehingga tubuh
dapat berfokus pada penyembuhan
Kolaborasi Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan dan 1. Memenuhi kebutuhan cairan


elektrolitintravena jika perlu elektrolit

2. Kolaborasi pemberian antipiretik 2. Antipiretik efektif menurunkan


demam
Edukasi
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
1. Meminimalkan pengeluaran
cairan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi

3. Nyeri akut (D.0077) L.08066 Manajemen nyeri 1.08238

Setelah dilakukan tindakan Pemberian analgesic 1.08243 Manajemen nyeri


keperawatan selama 3x24
1. Observasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk memilih intervensi yang
jam diharapkan nyeri
durasi, frekuensi, kualitas intensitas cocok dan mengevaluasi terapi
menurun
nyeri yang diberikan
Dengan kriteria :
2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mrngetahuai tingkat
 Keluhan nyeri cidera yang dirasakan
menurun
3. Identifikasi faktor yang memperberat 3. Agar dapat mengurangi faktor-
 Meringis menurun
dan memperingan nyeri faktor yang memperberat dan
 Sikap protektif memperingan nyeri
menurun
4. Untuk mengetahui sejauhmana
 Gelisah menurun 4. Identifikasi pengaruh budaya
pemahaman dan pengetahuan
 Kesulitan tidur terhadap nyeri
klien tentang nyeri yang dirasakan
menurun
5. Monitor efek samping penggunaan
 Frequensi nadi 5. Untuk mengetahui sejauhmana
analgetik
membaik efek alagetik

Terapeutik
Terapeutik
1. Berikan tehnik nonfarmakologis
1. Untuk mengurangi nyeri dan
untuk mengurangi nyeri (mis, terapi
memberikan rasa nyaman
musik,akupresur,terapi pijat, kompres
hangat/dingin)

2. Kontrol lingkungan yang 2. Agar dapat menyediakan


memperberat rasa nyeri (mis.suhu lingkungan yang bisa
ruangan, pencahayaan, kebisingan) meringankan nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Agar kebutuhan tidur klien
terpenuhi

Edukasi
Edukasi
1. Agar klien dapat menghindari
1. Jelaskan penyebab, periode dan
penyebab dari nyeri yang
pemicu nyeri
dirasakan
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Agar klien bisa mengatasi nyeri
yang dirasakan secara mandiri

3. Anjurkan memonitor nyeri secara 3. Agar klien tau nyeri yang


mandiri dirasakan

4. Anjurkan menggunakan analgesic 4. Agar klien mengerti kapan


secara tepat menggunakan analgetik secara
tepat

5. Ajarkan tehnik farmakologis untuk 5. Agar klien lebih mandiri dalam


mengurangi nyeri mengatasi nyeri
Kolaborasi Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika 1. Analgerik efektif mengurangi


perlu nyeri

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi

4. Defisit nutrisi (D.0019) L.03030 Management Nutrisi 1.08238

Setelah dilakukan tindakan Promosi Berat badan 1.03136


keperawatan selama 3x 24
Observasi Observasi
jam diharapkan status nutsi
membaik, 1. Monitor asupan dan keluarnya 1. Untuk mengetahui asupan
makanan dab cairan serta kebutuhan makanan yang klien makan.
Dengan kriteria :
kalori
 Porsi makanan yang
Terapeutik
meningkat Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum
 Berat badan 1. Memberikan rasa fresh pada
makan, jika perlu
membaik mulut untuk menambah nafsu
 Indeks Massa Tubuh makan.
Membaik
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet 2. Memberikan jadwal makanan
(mis: piramida makanan) agar klien tidak bosan dengan
menu yang sama

3. Untuk menambah daya tarik


3. Sajikan makanan secara menarik dan
makan klien
suhu yang sesuai
4. Agar klien terhindar dari
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
konstipasi,dan distensi abdomen
mencegah konstipasi
5. Makanantinggi kalori dan
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
protein dibutuhkan untuk menjadi
tinggi protein
sumber energi
6. Berikan suplemen makanan, jika
6. Membantu menambah nafsu
perlu
makan

Edukasi
Edukasi
1. Ajarkan posisi duduk, jika mampu
1. Posisi duduk akan membantu
untuk mencerna makan leih baik,
dan membantu klien saat makan
2. Ajarkan diet yang diprogramkan 2. Akan meningkatkan pencapaian
dan mempertahankan berat badan
yang sehat
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
1. Mrngurangi rasa mual
sebelum makan (mis: Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 2. Diet sesuai dengan kebutuhan


menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi pasien
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi

5. Hipovolemia (D.0023) L.03028 Management Hipovolemia 1.03116


Management syok hipovolemik
Setelah dilakukan tindakan
1.02048
keperawatan selama 3x24
jam hipovolemik teratasi Observasi Observasi
1. periksa tanda dan gejala hipovolemia
Dengan kriteria : 1. mengetahui lebih cepat kondisi
klien
 Kekuatan nadi
2. monitor frekuensi nasi (nadi 2. Mengetahui kondisi klien bila
membaik
meningkat, kekuatan nadi) klien terjadi syok
 Turgor kulit
3. monitor tekanan darah 3. Mengetahui tekanan darah
membaik
 Output urine apabila tensi rendah klien

membaik kekurangan cairan


4. monitor turgor kulit
 Frequensi nadi 4. Mrngrtahui tanda-tanda klien
membaik kekurangan cairan dengan turgor
 Tekanan darah kulit tidak elastis.
membaik
5. monitor intake dan output 5. Mengetahui apakah cairan yang
masuk sudah seimbang dengan
cairan yang keluar.
Terapeutik :
Teurapeutik
1. berikan asupan cairan oral
1. Untuk menggantikan kehilangan
cairan karena muntah, diaphoresis
2. berikan posisi modified tendelenburg 2. Untuk memudahkan cairan vena
balik ke otak agar nutrisi dan cairan
dibawa oleh pembuluh darah
sampai ke otak.
3. hitung kebutuhan cairan
3. Untuk mengetahui cairan yang
dibutuhkan klien sesuai kebutuhan

Edukasi : Edukasi

1. Anjurkan klien memperbanyak 1. Agar tubuh klirn terhidrasi


asupan cairan oral cairan

kolaborasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi untuk pemberian cairan 1. Untuk menyeimbangkan cairan
infus dan elektrolit dalam tubuh
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi

6. Intoleransi aktivitas L. 05047 Management Energi 1.05178


(D.0056) Terafi Aktivitas 1.05186
Setelah dilakukan tindakan
Observasi Observasi
keperawatan selama 3x24
1. Identifikasi gangguan fungsi 1. Mengidentifikasi pencentus
jam diharapkan aktivitas
tubuh yang mengakibat terjadinya kelelahan dan
terpenuhi.
kelelahan rencana tindakan berikutnya

Dengan kriteria : 2. Monitor kelahan fisik dan yang dapat dilakukan


emosional 2. Untuk mengetahui koping
 Frequensi nadi Teraupetik klien
meningkat 1. Latihan gerak pasif dan aktif Teraupetik
 Keluhan lelah 1. Membantu meningkatkan
menurun rentang gerak klien dalam
 Kemudahan dalam beraktivitas
melakukan aktivitas Edukasi Edukasi
meningkat 1. Anjurkan melakukan aktivitas 1. Melatih kekuatan otot dan
secara bertahap pergerakan klien agar tidak
terjadi kekakuan otot maupun
sendi
2. Ajarkan strategi koping untuk 2. Memiliki kemampuan untuk
mengurangi kelelehan mengatasi masalah (coping
Kolaborasi skill)
1. Kolaborasi dengan ahli gizi Kolaborasi
tentang cara meningktatkan asupan 1. Untuk memenuhu kebutuhan
makanan nutrisi klien

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi

7. Defisit pengetahuan L.12111 Edukasi Kesehatan 1.12383


(D.0111) Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1. Untuk mengetahui apakah klien
jam diharapkan menerima informasi dan keluarga mau menerima dan siap
pengetahuan klien untuk menerima informasi yang akan
meningkat. disampaikan.
Dengan kriteria :
 Pertanyaan tentang 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat 2. Mencatat hal-hal memicu
masalah yang meningkatkan dan menurunkan meningkatkan pola hidup sehat
dihadapi menurun motivasi perilaku hidup bersih dan
 Persepsi yang keliru sehat
terhadap masalah
menurun Terapeutik Terapeutik
1. Sediakan materi dan media 1. Memudahkan dalam mendapatkan
Pendidikan Kesehatan informasi mengenai kesehatan
2. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan 2. Mendisiplikan dalam hidup sehat
sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya 3. Memberikan kesempatan bila ada
yang tidak dimengerti dapat
ditanyakan dalam artian memberikan
waktu untuk berdiskusi
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat 1. Menjelaskan masalah kesehatan
mempengaruhi Kesehatan yang terjadi menggunakan bahasa
sederhana.
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan 2. Perilaku hidup berdih dan sehat
sehat adalah dimana keterkaitan dari
pengetahuan, sikap kebiasaan
berfikir secara rasional mengenai
kesehatan.
3. Ajarkan strategi yang dapat 3. Agar klien dan keluarga punya
digunakan untuk meningkatkan perilaku motivasi untuk meningkatkan
hidup bersih dan sehat perilaku hidup sehat.
Kolaborasi Kolaborasi
1, kolaborasi dengan dokter untuk 1. Agar pasien mengetahui
menjelaskan diagnosa klien penyakit yang di derita

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi

8. Ansietas (D.0080) Redukasi Ansietas 1.09314


L. 09093
Terafi Relaksasi 1.09326
Setelah dilakukan tindakan Observasi
Observasi
keperawatn selama 3x24
1. Identifikasi saat tingkat ansietas 1. Untuk mengetahui perubahan
jamklien dapat menjalin dan
berubah (mis: kondisi, waktu, pada tingkat ansietas klien
mempertahankan hubungan
stresor)
saling percaya 2. Untuk mengetahui tanda ansietas
2. Identifikasi kemampuan
pada klien dan cara menanganinya
Dengan kriteria : mengambil keputusan
3. Monitor tanda-tanda ansietas 3. Mengatahui gejala yang
 Verbalisasi
kebingungan (verbal dan nonverbal) ansietas yg timbul (verbal
menurun nonverbal)
Terapeutik
 Verbalisasi khawatir
Terapeutik
akibat kondisi yang 1. Ciptakan suasana terapeutik
dihadapi menurun untuk menumbuhkan 1. Untuk menumbuhkan
 Perilaku gelisah kepercayaan kepercayaan klien kepada perawat
menurun 2. Temani pasien untuk
2. Agar klien merasa nyaman
 Perilaku tegang mengurangi kecemasan, jika
menurun memungkinkan 3. Untuk mengetahui tingkat
3. Pahami situasi yang membuat ansietas klien
ansietas
4. Dengarkan dengan penuh 4. Untuk mengurangi ansietas
perhatian klien dan menumbuhkan rasa

5. Gunakan pendekatan yang saling percaya


tenang dan meyakinkan
5. Agar klien lebih nyaman
6. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan 6. Mendukung klien dalam
7. Motivasi mengidentifikasi mengatasi ansietas
situasi yang memicu kecemasan
7. Agar klien lebih terbuka untuk
8. Diskusikan perencanaan realistis mengatasi ansietasnya
tentang peristiwa yang akan
8. Agar klien lebih realistis
datang

Edukasi
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami 1. Agar klien terlindar dari ansietas
2. Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, 2. Agar klien mengerti dan paham
pengobatan, dan prognosis akan pengobatan dan prognosanya

3. Anjurkan keluarga untuk tetap


3. Dukungan keluarga akan
Bersama pasien, jika perlu
berdampak positif bagi klien
4. Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai 4. Untuk mengurangi tingkat
kebutuhan ansietas klien
5. Anjurkan mengungkapkan
5. Agar klien bisa terbuka sama
perasaan dan persepsi
perawat
6. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan 6, agar klien lebih nyaman dan
Latih penggunaan mekanisme dapat mengurangi stress ny

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan dokter untuk


pemberian infome consen tentang
keadaan klien Kolaborasi

I 1. Ketidaktahuaan dan kurangnya


pemahaman dapat menyebabkan
timbulnya ansietas

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi

9. Risiko perdarahan L. 02017 Pencegahan perdarahan 1.02067


(D.0012) Observasi : Observasi
Setelah dilakukan tindakan
1. monitor tanda dan gejala perdarahan 1. mengetahui lebih cepat bila terjadi
keperawatan selama 3x24
2. monitor nilai hematrokit atau perdarahan
jam diharapkan kehilangan
hemoglobin sebelum dan setelah 2. mencegah terjadinya perdarahan
darah baik internal maupun
kehilangan darah
external menurun
3. monitor tanda tanda vital 3. mengetahui kondisi terkini pasien

Dengan kriteria : Terapeutik : Terapeutik


1. pertahankan bedrest selama 1. mencegah terjadinya mobilisasi
 Hemoglobin perdarahan berlebihan
membaik
 Hematokrit Edukasi : Edukasi
membaik 1. jelaskan tanda dan gejala perdarahan 1. agar klien dapat melaporkan
 Tekanan darah dengan cepat bila terjadi perdarahan
membaik
 Denyut nadi apical 2. anjurkan meningkatkan asupan cairan 2. mencegah terjadinya perdarahan
membaik untuk menghindari konstipasi
3. anjurkan meningkatkan asupan 3. agar perdarahan bisa diatasi
makanan dan vitamin K dengan segera
4. anjurkan segera melapor jika terjadi 4. untuk meningkatkan kadar
perdarahan trombocit
Kolaborasi : Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian obat 1. Untuk meningkatakan kadar
pengontrol perdarahan , jika perlu hemoglobin
2. kolaborasi pemberian produk darah 2. Untuk meningkatkan kadar
,jika perlu hemoglobin, trombosit
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi

10. Risiko syok (D.0039)


L.03032 Pencegahan syok 1.14545

Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Cairan 1.03121


keperawatan selama 3x24 Observasi
Observasi
jam diharapkan status cairan 1. Untuk mengetahuan perubah
membaik 1. Monitor status kardiopulmonal kondi klien
(frekuensi dan kekuatan nadi, 2. Untuk mengetahui kadar oksigen
Dengan kriteria :
frekuensi napas, TD, MAP) Klien

 Kekuatan nadi 2. Monitor status oksigenasi


meningkat (oksimetri nadi, AGD) 3, untuk mengetahui jumlah cairan

 Output urine 3. Monitor status cairan (masukan yang masuk untuk menghindari

meningkat dan haluaran, turgor kulit, CRT) terjadinya syok hipovolemik

 Tingkat kesadaran
meningkat 4. respon pupil

 Akral dingin 5. Periksa Riwayat alergi

menurun
Terapeutik Terapeutik
 Pucat menurun
1. Berikan oksigen untuk 1. karena alergi dapat
menimbulkan syok
mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
2. Persiapkan intubasi dan ventilasi 2. Agar kebutuhan oksien terpenuhi
mekanis, jika perlu
3. Pasang jalur IV, jika perlu 3. Untuk mempertahankan kepatenan
jalan nafas
4. Pasang kateter urin untuk 4. Sebagai akses obat-obatan
menilai produksi urin, jika perlu 5. Untuk monitoring jumlah urine
5. Lakukan skin test untuk 6. Untuk meminimalkan terjadinya
mencegah reaksi alergi reaksi alergi

Edukasi
Edukasi

1. Jelaskan penyebab/faktor risiko 1. Agar klien / keluarga mengerti

syok penyebab syok

2. Jelaskan tanda dan gejala awal 2. Agar klien/keluarga mengetahui


syok tanda dan gejala syok dan bisa
dengan cepat melaporkan kepada
perawat
3. Agar syok dapat teratasi dengan
3. Anjurkan melapor jika
cepat
menemukan/merasakan tanda
dan gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak 4. Untuk memenuhi kebutuhan
asupan cairan oral cairan
5. Anjurkan menghindari allergen 5. Untuk menghindari syok

Kolaborasi
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian IV, jika 1. Untuk memastikan kebutuhan

perlu cairan terpenuhi

2. Kolaborasi pemberian transfusi 2. Memenuhi kadar

darah, jika perlu hemoglobin/trombocit/plasma

3. Kolaborasi pemberian 3. Untuk membantu mengatasi syok


antiinflamasi, jika perlu

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses
keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan
menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali 2016).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan
evaluasi (Ali 2016). Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai
atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Ali. 2016. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.


Asri, Khanitta Nuntaboot, and Pipit Festi Wiliyanarti. 2017. “Community Social
Capital on Fi Ghting Dengue Fever in Suburban Surabaya , Indonesia : A
Qualitative Study.” International Journal of Nursing Sciences 4(4): 374–77.
Candra, Aryu. 2017. “Dengue Hemorrhagic Fever : Epidemiology , Pathogenesis ,
and Its Transmission Risk Factors.” 2(2): 110–19.
Dinas Kesehatan Kalimantan Timur. 2019. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan
Timur. Kalimantan Timur.
Dinkes Kota Balikpapan. 2019. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur.
Balikpapan.
Dinkes Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan
Timur. Kalimantan Timur.
Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2016. ANATOMI FISIOLOGI. Jakarta.
Erdin. 2018. Pathway Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.
Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.
Ikhwani, Mochammad Khoirul. 2019.
Jing & Ming. 2019. “Dengue Epidemiology.” Global Health Journal 3(2): 37–45.
https://doi.org/10.1016/j.glohj.2019.06.002
Jing & Ming. 2019. “Dengue Epidemiology.” Global Health Journal 3(2): 37–45.
https://doi.org/10.1016/j.glohj.2019.06.002.
Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Kemenkes RI. 2019. Laporan Nasional Dinas Kesehatan. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Info Datin. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai