Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

PRAKTEK KEPEREWATAN
MEDIKAL BEDAH

DI BUAT OLEH

NAMA : NEHEMIA.RAHAWARIN

NPM : 12114201170094

KELAS : A / KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
(AMBON 2020
Ruangan bagian : IGD/Resusitasi Tanggal masuk RS : 24 / 4 / 2020

No . RM : xxxxxxxx Tanggal pengkajian : 24 / 4 / 2020

1. IDENTITAS PASIEN

Nama pasien : Tn.Nando

Usia : 28 tahun

Jenis kelamin : laki - laki

Suku bangsa : indonesia

Pekerjaan : PNS

Diagnose medis : Cedera kepala berat (CKB)

Alamat : Tanjung harapan

Warna triage : merah

2. PENGKAJIAN

PRIMARY SURVEY :

Airway : hidung / mulut

Bebas :- tersumbat : +

Sputum :- adanya darah : -

Spasme :- benda asing : -

Pangkal lidah jatuh : -

Suara napas

Normal : - stridor : -

Gurgling : + wheezing : -

Ronchi : - lain lain : -

Masalah keperawatan :

Ketidakefektifan bersih jalan napas


Breathing : respirasi : 30 x/menit

Suara napas

Normal : - stridor : -

Gurgling : + wheezing : -

Ronchi : - lain lain : -

Masalah keperawatan :

Ketidakefektifan pola napas

Circulation : Nadi : 88 x/menit

Teraba : + irama tidak teratur : -

Tidak teraba : -

Irama teratur : +

TD : 110/80 mmhg

Akral : dingin

Masalah keperawatan :

Tidak ada masalah keperawatan

Disability : tingkat kesadaran

CRT >2

a. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : penurunana kesadaran


2. Tanda vital : TD : 110/80 mmhg
N : 88x/menit
3. Kepala

Kepala sebelah kiri bengkak : ya


Simetris : tidak
Begkak : ya
Ecchymosis : ya
Kelainan bentuk tulang : tidak
Perdarahan ; ya
Nyeri tekan : tidak

4. Wajah
Luka lecet : ya
Memar : ya

b. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Foto ronseng :
femur (tampak fraktur) : 1/3 distal

- CT. Scan :
kepala ada perdarahan epidural difrontopariental kana

- Pengobatan
terapi obat

NO Nama terapi Dosis Cara pemberian Golongan obat

1 ranitidin 2x1 gr IV

2 ondasteron 2x1 IV

3 Asam traneksamat 3x1 IV

4 cevriaxone 2x1 gr iv

5 RL 28 tpm
c. ANALISA DATA
Analisa data keperawatan

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : tidak dapat diniai Ketidakefektifan


Kecelakaan lalulintas pola napas
DO :
1. Ku : penurunan
kesadaran Cedera

2. Kesadaran : coma
Cedera otak primer

3. RR : 30 x/menit

4. N : 88 X/menit Kerusakan sel otak


TD : 110/80 mmhg

5. Suara nafas :
gurgling Rangsangan simpatik

6. Pemberian oksigen
15 liter/menit
2 DS : Tidak dapat dinilai Nyeri akut
cidera berhunungan
DO : dengan cedera fisik
1. Ku : penuruan Cidera otak
kesadaran
Kerusakan sel otak
2. RR : 30 X/M
N : 88 x/m Gangguan neurulogi
TD : 110/80 mmhg
Aliran darah ke otak
3. Kepala bengkak ada
perdarahan epidural
defrontoperial
kanan
3 DS : tidak dapat diniai Kecelakaan lalulintas Nyeri akut

DO :
1. Ku : penurunan
kesadaran Cedera

2. Kesadaran : coma

Cedera otak primer


3. RR : 30 x/menit

4. N : 88 X/menit
TD : 110/80
mmhg Kerusakan sel otak

5. Suara nafas :
gurgling

Pemberian oksigen 15 Rangsangan simpatik


liter/menit

1. Masalah keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas
b. Nyeri akit berhubungan dengan cedera fisik
c. Nyeri akut

2. Prioritas masalah
a. Ketidakefektifan pola napas
b. Nyeri akut
c. Neyri akut berhubungan dengan cedera fisik

3. Diagnose keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas
b. Nyeri akit berhubungan dengan cedera fisik
c. Nyeri akut
d. INTERVENSI
( RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN )

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NOC NIC

1 Ketidakefektifan pola NOC : status pernapasan ; NIC : manajemen jalan napas


napas kepatenan jalan napas
1. Monitor status pernapasan dan
DS : tidak dapat dinilai Setelah dilakukan tindakan selama oksigenasi
1x24 jam status pernapasan klien
DO : tidak terganggu dengan kriteria hasil 2. Posisikann untuk meringankan
1. Penurunan sesak napas
kesadaran n skala awal akhir
o 3. Auskultasi suara napas,catat
2. CRT >2 mt,SPO 1 Suara napas 2 5 area yang ventilasinya menurun
2 88% tambahan atau tidak ada dan adanya suara
tambahan
2 Frekuensi 3 5
3. Terpasang pernapasan 4. Kolaborasi dengan tim dokter
okesigen 15 dalam pemberian obat
liter/mnt
Indicator :
4. RR : 30 x/mnt 1. Sangat berat
N : 88 x/mnt 2. Berat
TD : 110/80 3. Sedang
mmhg 4. Ringan
5. Tidak ada
5. Suara napas
gurgling
4. Nyeri akut Noc : I kontrol nyeri Nic I manajement nyeri
berhubungan dengn Kriteria hasil : Aktivitas
cedera fisik 1. Mengetahui faktor 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
penyebab nyeri mneyeluruh meliputi
Ds : 2. Menguanakan tindakan lokasi,durasi,kulalitas,keparahan
pencegahan nyeri dan faktor pencetus nyeri
DO : 3. Pengetahui permulaan nyeri 2. Observasi ketidaknyamanan non
4. Melaporkan gejala verbal
5. Melaporkan ontrol nyeri 3. Kolaborasi pemberian analgetik
Noc II tingkat nyeri sesuai indikasi
Kriteria hasil Nic II manajemnet analgetik
1. Melaporkan nyeri brkurang Aktivitas
atau hilang 1. Tentukan
2. Frekuensi nyeri berkurang lokasi,karakteristik,kualitas,dan
3. Lamanya nyeri berlansung tingkat nyeri sebelum negobati
4. Ekspresi wajah saat nyero pasien
Skala penilaian NOC 2. Cek obat meliputi jenis,dosis,dan
1. Tidak pernah dilakukan frekuensi pemberian analgetik
2. Jarang dilakukan 3. Monitot TTV
3. Kadang dilakukan
4. Seing dilakukan
5. Selalu dilakukan

3 Nyeri akut NOC NIC


- Pain level Pain managent
DS : - Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
- Comfrom level komprehensif teramsuk lokasi
DO : Kriteria hasil : karakteristik,durasi,frekuensi,ku
1. Melaporkan bahwa nyeri alitas dan faktor presipittasi
berkurang dengan 2. Obsevasi reaksi non verbal dari
mengunakan manajement ketidaknyaman
nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi
2. Meyatakan rasa nyaman terupetik untuk mengetahui
setelah nyeri berkurang penyebab nyeri
4. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
5. Tingkatkan istirahat
6. Kolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
7. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemnet nyeri

e. IMPLEMENTASI
( IMPLEMNTASI KEPERAWATAN )
NO DIAGONSA HARI/TGL TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan pola 24/4/202 1. Memonitor status Sabtu 24/4/2020
napas 0 pernapasan dan
oksigenasi S:-
DS : tidak dapat dinilai R: 28 X/M spo : 80% O:
1. Kesadaran : -
DO : 2. Memposisikan posisi 2. GCS : -
1. Penurunan pasien untuk 3. Terpasang oksigen 15
kesadaran memaksimalkan ltr/mnt
ventilasi 4. RR : 30x/m
2. CRT >2 mt,SPO 2 R : posisi pasien semi N : 88 x/m
88% fowler TD : 110/80 mmhg

3. Memposisikan untuk A : ketidakefektifan pola


3. Terpasang meringgankan sesak napas belum teratasi
okesigen 15 napas
liter/mnt R : posisi tempat tidur P : Iintervensi tetap dilakukan
klien ditinggikan
4. RR : 30 x/mnt
N : 88 x/mnt 4. Mengauskultasi suara
TD : 110/80 mmhg napas, catat area
yang ventilasinya
5. Suara napas menurun atau tidak
gurgling ada danya suara
tambahan
R : suara napas tambahan
gurgling

5. Mengedukasi
keluarga klien
tentang keadaan
klien
R : keluarga klien
menerima keadaan
apapun yang terjadi pada
klien karena klien sudah
kritis

6. Berkolborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat
2 Nyer akut b/d cedera fisik Sabtu 1. Memonitor status Sabtu 24/4/2020
24/4/2020 pernapasan dan
oksigenasi S:-
DS : tidak dapat dinilai O:
R: 28 X/M spo : 80% 1. Kesadaran : -
DO : 2. GCS : -
1. Ku : penurunan 2. Memposisikan posisi 3. Terpasang oksigen 15
kesadaran pasien untuk ltr/mnt
2. Terpasan infus RL
memaksimalkan 4. RR : 30x/m
28 tpm
3. RR : 30 x/m ventilasi N : 88 x/m
N : 88 x/m TD : 110/80 mmhg
R : posisi pasien semi
TD : 110/80
fowler A : ketidakefektifan pola napas
Mmhg
4. Suara nafas belum teratasi
3. Memposisikan untuk
gurgling
meringgankan sesak P : Iintervensi tetap dilakukan
napas

R : posisi tempat tidur


klien ditinggikan

4. Mengauskultasi
suara napas, catat
area yang
ventilasinya menurun
atau tidak ada danya
suara tambahan

R : suara napas
tambahan gurgling

5. Mengedukasi
keluarga klien
tentang keadaan
klien

R : keluarga klien
menerima keadaan
apapun yang terjadi pada
klien karena klien sudah
kritis

6. Berkolborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat
3 Nyeri akut Kamis 1. Menyesuaikan kepala Sabtu 24/4/2020
24/4/2020 tempat tidur untuk
DS : tidak dapat dinilai mengoptimalkan S:-
perfusi jaringan O:
DO : serebral 1. Kesadaran : -
1. KU : penurunan R : Posisi klien terlentang 2. GCS : -
kesadaran 3. Terpasang oksigen
2. Terpasang 2. Mengedukasi keluarga
15 ltr/mnt
oksigen 15 liter klien tentang keadaan
4. RR : 30x/m
3. RR : 30 X/M klien
N : 88 X/M N : 88 x/m
TD : 110/80 TD : 110/80 mmhg
R : keluarga klien menerima
mmhg keadaan apapun yang
A : ketidakefektifan pola
terjadi pada klien karena
4. Kepala bengkak napas belum teratasi
klien sudah kritis
ada perdarahan
epidurial P : Iintervensi tetap
3. Berkolborasi dengan
difrontoperia dilakukan
dokter dalam
kanan pemberian obat
ISSN : 2303 – 1395 E-JURNAL MEDIKA,VOL.6 NO.5,MEI,2017

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN FRAKTUR FEMUR AKIBAT KECELAKAAN


LALU LINTAS PADA ORANG DEWASA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH
DENPASAR TAHUN 2013

Agus Desiartama1 I G N Wien Aryana2


1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2
Bagian Orthopaedi dan Traumatologi RSUP Sanglah Denpasar

ABSTRAK

Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi di dunia dan jika
tidak ditangani dengan serius, kecelakaan lalu lintas akan selalu meningkat. Salah satu akibat dari
kecelakaan lalu lintas yang paling sering adalah fraktur femur. Fraktur femur sendiri dapat
menyebabkan komplikasi antara lain perdarahan, cedera organ dalam, infeksi luka, emboli lemak,
sindroma pernafasan serta dapat mengakibatkan kecacatan dan paling banyak terjadi pada usia
dewasa. Namun hingga saat ini, penelitian mengenai fraktur femur akibat kecelakaan lalu lintas di
Indonesia, khususnya di Bali masih sangat jarang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik dari fraktur tersebut pada orang dewasa di RSUP Sanglah-Denpasar.
Penelitian ini merupakan penelitian deskritif observasional dilakukan pada 113 pasien fraktur femur
akibat kecelakaan lalu lintas pada orang dewasa di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah
Denpasar, selama bulan Januari 2013 hingga Desember 2013 dengan menggunakan data sekunder
catatan rekam medis pasien di ruang perawatan Angsoka dan ruang rekam medis RSUP Sanglah
Denpasar. Analisa stastistik dilakukan dengan program SPSS. Didapatkan 113 pasien fraktur femur
didapatkan bahwa sebagian besar adalah pria sebanyak 78 orang (69,0 %), dari kelompok umur
sebagian besar usia 18-30 tahun sebanyak 64 orang (56,6%). Dari 117 sampel kasus didapatkan
bahwa jenis fraktur sebagian besar adalah fraktur tertutup sebanyak 85 kasus (72,6%) dan untuk
lokasi fraktur terbanyak pada daerah tengah yaitu sebanyak 68 kasus (58,1%). Karakteristik dari
fraktur femur pada orang dewasa akibat kecelakaan lalu lintas di RSUP Sanglah Tahun 2013 lebih
banyak terjadi pada oria, dengan kelompok usia paling banyak 18-30 tahum, jenis fraktur terbanyak
adalah fraktur tertutup, serta lokasi terbanyak pada daerah tengah.

Kata kunci: Kecelakaan lalu lintas, fraktur femur, karakteristik

ABSTRACT

Road traffic accidents have high mortality in the world and if not deal with it seriously, traffic
accidents will always increase. One result of traffic accidents are fractures of femur. Femur fracture
can give complications such as hemorrhage, internal organ injury, infections, fat emboli, respiratory
syndrome, and also make physical defect, most due in adult person. Study about femur fracture in
adult person due to road traffic accidents is rarely found in Indonesia, especially in Bali. This study is
use to know about characteristic of femur fracture in adult person at Sanglah Center Public Hospital
Denpasar. This study is a descriptive observational study used in 113 sample femur fracture of adult
person due to road traffic accidents at Sanglah Center Public Hospital Denpasar, from January 2013
until Desember 2013 and used medical record in Angsoka ward and medical record room of Sanglah
Center Public Hospital Denpasar. Data was analyzed by SPSS programme. From 113 samples showed
that majority of sex is a man within 78 persons (69.0%), from the age group most ages 18-30 years as
many as 64 people (56.6%). From 117 cases it was found that most of this type of fracture is a closed
fracture with 85 cases (72.6%) and most of fracture’s location is in middle area or diaphysis with 68
cases (58.1%). The characteristic of femoral fracture in adult person due to road traffic accidents at
Sanglah Center Public Hospital in 2013 was reported more common in men, 18-30 years old at aged
group, closed fracture is the mostly type of fracture and location is in diaphysis.

Keywords: Road traffic accidents, femoral fracture, characteristic

PENDAHULUAN
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian nomor delapan dan merupakan penyebab kematian
teratas pada penduduk usia 15 – 29 tahun di dunia dan jika tidak ditangani dengan serius pada tahun 2030
kecelakaan lalu lintas akan meningkat menjadi penyebab kematian kelima di dunia. Setiap tahun terdapat 1,24
juta orang yang meninggal disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, sedangkan 20 – 50 juta orang lainnya
mengalami disabilitas akibat kecelakaan lalu lintas. 1,13 Bali tergolong sebagai daerah dengan lalu lintas yang
padat memiliki angka kejadian kecelakaan lalu lintas yang cukup tinggi. Tercatat dari tahun 2009- 2011
mengalami peningkatan. Di tahun 2009
sebesar 1793 kejadian, tahun 2010 sebanyak 2441, dan di tahun 2011 sebanyak 3003 kejadian. Pada tahun 2012
angka kejadian kecelakaan lalu lintas mengalami penurunan menjadi 2730 kejadian, dimana 594 berakibat
meninggal dunia, 1299 mengalami luka berat, dan 2919 mengalami luka ringan.1,14
Kasus fraktur femur merupakan yang paling sering yaitu sebesar 39% diikuti fraktur humerus (15%),
fraktur tibia dan fibula (11%), dimana penyebab terbesar fraktur femur adalah kecelakaan lalu lintas yang
biasanya disebabkan oleh kecelekaan mobil, motor, atau kendaraan rekreasi (62,6%) dan jatuh dari ketinggian
(37,3%) dan mayoritas adalah pria (63,8%). 2,3 Insiden fraktur femur pada wanita adalah fraktur terbanyak kedua
(17,0 per 10.000 orang per tahun) dan nomer tujuh pada pria (5,3 per orang per tahun). 4,5 Puncak distribusi usia
pada fraktur femur adalah pada usia dewasa (15 - 34 tahun) dan orang tua (diatas 70 tahun).5
Fraktur femur adalah diskontinuitas dari femoral shaft yang bisa terjadi akibat trauma secara langsung
(kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami laki laki dewasa. Apabila
seseorang mengalami fraktur pada bagian ini, pasien akan mengalami perdarahan yang banyak dan dapat
mengakibatkan penderita mengalami syok.6,7 Fraktur femur dapat menyebabkan komplikasi, morbiditas yang
lama dan juga kecacatan apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik. Komplikasi yang timbul akibat
fraktur femur antara lain perdarahan, cedera organ dalam, infeksi luka, emboli lemak, sindroma pernafasan.
Banyaknya komplikasi yang ditimbulkan diakibatkan oleh tulang femur adalah tulang terpanjang, terkuat, dan
tulang paling berat pada tubuh manusia dimana berfungsi sebagai penopang tubuh manusia. Selain itu pada
daerah tersebut terdapat pembuluh darah besar sehingga
apabila terjadi cedera pada femur akan berakibat fatal.8,9
Angka kecelakaan lalu lintas dan insiden patah tulang di Dunia cukup tinggi yang akan terus mengalami
peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah kendaraan masyarakat setiap tahunnya. Indonesia pada
umumnya serta Bali pada khususnya merupakan salah satu konsumen kendaraan terbesar di dunia. Hingga saat
ini data epidemiologis mengenai patah tulang femur di Indonesia sangatlah minim. Data epidemiologis tersebut
sangat pernting untuk mengetahui seberapa besar gambaran patah tulang femur dan distribusinya di Indonesia,
dan Bali pada khususnya.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskritif observasional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah, Denpasar. Populasi terjangkau adalah semua pasien dewasa dengan fraktur femur akibat kecelakaan
lalu lintas yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2013. Sampel penelitian dikumpulkan
menggunakan teknik total sampling yang diperoleh dari data sekunder rekam medis di ruang perawatan Bangsal
Angsoka dan ruang penyimpanan rekam medis RSUP Sanglah dan didapatkan 113 sampel. Seluruh data yang
diperoleh akan dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS 17.0. Nantinya akan diperoleh distribusi proporsi
kasus fraktur femur berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis fraktur femur.

HASIL
Selama periode penelitian, jumlah sampel yang diperoleh yaitu sebanyak 113 sampel dimana sebagian
besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 78 sampel (69,1%) dan wanita sebanyak 35 sampel (30,9%).
Selain dibagi berdasarkan jenis kelamin, sampel juga digolongkan berdasarkan kelompok umur tertentu yakni,
kelompok usia 18-
30 tahun yaitu sebanyak 64 (56,6 %) orang, kelompok usia 31-40 tahun sebanyak 29 (25,7 %) orang dan
kelompok 41-50 tahun sebanyak 20 (17,7 %) orang.
Data mengenai jenis fraktur diperoleh dari pembacaan rekam medis pasien, diperoleh jenis fraktur
tertutup sebanyak 85 (72,6%) orang dan jenis fraktur terbuka 32 (27,4%) orang. Dari data tersebut
sebanyak 21 (18,8%) fraktur berlokasi di proksimal, 68 (58,1%) fraktur berlokasi di tengah dan sebanyak
27 (23,1%) fraktur berlokasi di distal

Tabel 1. Karakteristik Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Lalu Lintas pada Orang Dewasa Di RSUP
Sanglah Tahun 2013
Karakteristik N=113
Umur:
18-30 tahun, n 64 (56.6%)
(%) 31-40 tahun, 29 (25,7%)
n (%) 41-50 20 (17,7%)
tahun, n (%)
Jenis kelamin:
Pria, n (%) 78 (69,1 %)
Wanita, n (%) 35 (30,9 %)
Jenis Fraktur:
Fraktur Tertutup, n (%) 85 (72,6%)
Fraktur Terbuka, n (%) 32 (27,4%)
Lokasi Fraktur:
Proksimal, n (%) 22 (18,8%)
Tengah, n (%) 68 (58,1%)
Distal, n (%) 27 (23,1%)
Sumber: Data sekunder rekam medis RSUP Sanglah tahun 2013

DISKUSI jumlah pasien fraktur femur akibat kecelakaan lalu


Pada penelitian ini didapatkan didapatkan lintas pada pria dua kali lipat dari pasien perempuan.
113 sampel penelitian pasien fraktur femur akibat Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di
kecelakaan lalu lintas. Sebagian besar sampel Pakistan oleh ObaidurRahman pada tahun 2013,
adalah pria (N=78, (69,1%) dan sisanya wanita menunjukan bahwa mayoritas pasien fraktur femur
(N=35, 30,9%). Data tersebut menunjukan bahwa akibat kecelakaan dialami oleh pria sebanyak
63,8%. Tingginya kasus fraktur femur pada pria dan menempel dengan otot yang kuat dan tebal
diakibatkan karena pria lebih aktif dan lebih
banyak melakukan aktivitas di luar rumah seperti seperti m.quadriceps femoralis, m.pectineus,
bekerja, olahraga, serta rata-rata pria mempunyai m.adductor brevis, m.adductor magnus, m.rectus
perilaku mengemudi lebih cepat dibandingkan femoralis, m.adductor logus, m.gluteus maximus
dengan wanita.8,10 sehingga jarang menyebabkan fraktur tertutup
Usia pasien fraktur femur akibat kecelakaan
pada daerah femur (Salminen, 2005). Lain halnya
usia 18-30 tahun sebanyak 64 orang (56,6%),
pasien berusia 31-40 tahun sebanyak 29 orang dengan tulang tibia, dimana fraktur terbuka sering
(25,7%), dan pasien berusia 41-50 tahun sebanyak terjadi. Tulang tibia letaknya lebih di permukaan
20 orang (17,7%). Pasien dengan rentang an umur ketimbang tulang femur dan hanya dilapisi kulit
18-30 tahun paling banyak mengalami fraktur dan otot yang tipis sehingga mudah mengalami
femur akibat kecelakaan lalu lintas dikarenakan
fraktur terbuka.11
usia tersebut merupakan usia produktif dan
biasanya pada usia tersebut sebagian besar
memiliki mobilitas yang cukup tinggi untuk Untuk lokasi fraktur femur sama halnya
beraktivitas di luar ruangan.10 dengan jenis fraktur, dimana satu pasien dapat
Jika dilihat berdasarkan jenis fraktur, mengalami fraktur di lokasi yang berbeda. Maka
dikarenakan satu pasien dapat mengalami lebih dari dari itu jumlah sampel yang digunakan untuk lokasi
satu jenis fraktur, untuk itu sampel penelitian fraktur femur ini adalah sebanyak 117 sampel.
berubah menjadi 117. Berdasarkan 117 sampel Berdasarkan 117 sampel penelitian tersebut, lokasi
penelitian pasien fraktur femur akibat kecelakaan fraktur femur daerah proksimal sebanyak 22 kasus
lalu lintas, kasus pasien fraktur femur jenis fraktur (18,8%), pada daerah tengah sebanyak 68 kasus
tertutup lebih banyak dibandingkan fraktur terbuka (58,1%), dan pada daerah distal sebanyak 27 kasus
yaitu sebanyak 85 kasus (72,6%), sedangkan jenis (23,1%). Lokasi terbanyak terdapat pada daerah
fraktur terbuka hanya sebanyak 32 kasus (27,4%). tengah, sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Hal ini disebabkan oleh karena femur itu dilapisi oleh Salminen dkk pada tahun 2000, dimana
fraktur femur pada daerah tengah atau diafisis
sebesar 79%. Hal ini terjadi karena daerah diafisis
atau tengah mengalami tekanan dan energi tinggi
dari trauma yang terjadi sehingga menyebabkan
daerah diafisis lebih sering mengalami fraktur. 3
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
tersering dari terjadinya fraktur pada daerah diafisis
atau tengah ini, selain akibat jatuh dari ketinggian.12

SIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa gambaran karakteristik fraktur femur pada
orang dewasa akibat kecelakaan lalu lintas di
RSUP Sanglah Tahun 2013 adalah lebih sering
terjadi pada pria (69,1%), kelompok usia 18-30
J Med Sci. 2005. Vol. 59 No. 1 hlm. 9- 10.

tahun (56,6%), berjenis fraktur tertutup (72,6%),


dan lokasi pada daerah tengah (58,1%).
Kekurangan Penelitian adalah sedikitnya variabel
yang diteliti sehingga cakupan gambaran yang
didapatkan pada penelitian ini masih kurang luas
dan mendalam. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai fraktur femur untuk mengetahui
faktor resiko terkait. Sehingga nantinya, baik para
tenaga medis maupun pemerintah dapat menyusun
suatu program pencegahan dan kesejahteraan
masyarakat di Indonesia, khususnya di Bali dapat
ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Global Status
Report On Road Safety. Supporting a decade of
Action. ISBN. 2013. 978 92 4 156456 4.
2. Adnan, Rana Muhhamad. Irfan Zia, Muhhamad.
Amin, Jahansaib. Khan, Rafya. Ahmed, Saleem.
Danish, KF. Frequency Of Femoral
Fractures;Comparison In Patients Less Than
And More Than 40 Years of Age. Professional
Med J. 2012.19(1): 011-014.
3. Salminen, Sari. Femoral Shaft Fractures In
Adults:Epidemiology, Fracture Patterns,
Nonunions, And Fatigue Fractures. Department
of Orthopaedics and Traumatology and the
Department of Pediatric Surgery, University of
Helsinki. 2005.hlm.13-35.
4. Kouris, Georgios, Hostiuc, Sourin. Negoi, Ionut.
Femoral fractures in road traffic accidents.
Romanian Society of Legal Medicine. 2012. [20]
279-282 [2012] DOI: 10.4323/rjlm.2012.279.
5. Meybodi, MKE. Concomitant ligamentous and
meniscal knee injuries in femoral shaft fracture.
J Orthopaed Traumatol. 2013. DOI
10.1007/s10195-013-0255-x.
6. Audige L, Bhandari M, Hanson B, et al. A
concept for the validation of fracture
classifications. J Orthop Trauma. 2005.
19(6);404-409.
7. Heinig, Karsten & Almqvist, CJ. European
Accident Research and Safety Report 2013.
Volvo Trucks Driving Progress. 2013.
8. ObaidurRahman, Rana Muhammad Adnan,
Rafeya Khan, Faiz ur Rahman, Muhammad Irfan
Zia, Jahanzaib Amin, Imtiaz Ahmad,Saleem
Ahmed. Pattern of Femoral Fractures. Journal
of Rawalpindi Medical College (JRMC);
2013;17(1):42-44.
9. Wu CL, Tseng IC, Huang JW, Yu YH, Su CY, Wu
CC. Unstable pelvic fractures associated with
femoral shaft fractures: a retrospective
analysis. Biomed J. 2013. 36(2):77-88.
10. Ganveer, GB. & Tiwari, RR. Injury Pattern
Among Non-Fatal Road Traffic Accident Cases:
A Cross-Sectional Study In Central India. Indian
11. GU, Agbeboh & Osarumwense, O. Empirical
analysis of road traffic accidents: A case study
of Kogi State, North-Central Nigeria.
International Journal of Physical Sciences.
2013. Vol. 8(40), pp, 1923-1933, 30 October,
2013.
12. GU, Agbeboh & Osarumwense, O. Empirical
analysis of road traffic accidents: A case study
of Kogi State, North-Central Nigeria.
International Journal of Physical Sciences.
2013. Vol. 8(40), pp, 1923-1933, 30 October,
2013.
13. Norman, LG. Road Traffic Accidents
Epidemiology, Control, and Prevention. World
Health Organization. 1962. hlm. 18-60.
14. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
Profil Kesehatan Indonesia.2012
Bali: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia 2012 (Diakses pada 13
Agustus 2013). Available from URL:
HIPERLINK
http://www.depkes.go.id/download/PROFIL_
D ATA_KESEHATAN_INDONESIA.pdf

Anda mungkin juga menyukai