Anda di halaman 1dari 15

SUHAN KEPERAWATAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

ASUHAN KEPERAWATAN
DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena virus
dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegygti betina.
Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah Dengue (Hidayat, 2006: 123). Sekitar 2,5 milyar
(2/5 penduduk dunia) mempunyai resiko untuk terkena infeksi virus Dengue. Lebih dari 100
negara tropis dan subtropics pernah mengalami letusan DBD. Kurang lebih 500.000 kasus setiap
tahun dirawat di rumah sakit dan riuan orang meninggal. Pada tahun 1953, Quaintos dkk
melaporkan kasus DBD di Filifina, kemudian disusul negara lain seperti Thailand dan Vietnam.
Kasus DB pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1986 (di Jakarta dan Surabaya).
Pada tahun-tahun selanjutnya DB cenderung meningkat. (Mekadiana, 2007). Kasus DB di
Indonesia sampai dengan tahun 2007, telah mencapai 19.031 kasus, diantaranya 336
penderitanya meninggal dunia. Morbiditas dan mortalitas DHF bervariasi dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain status imun, kondisi vector nyamuk, transmisi virus dengue, virulensi
virus, dan kondisi geografi setempat. Secara keseluruhan, tidak terdapat perbedaan angka
kejadian berdasarkan jenis kelamin penderita, tetapi kematian akibat penyakit ini lebih banyak
terjadi pada anak-anak. Pada bulan Januari 2009, penderita DHF di Jawa Tengah sebanyak 1706
orang. Sedangkan kasus DHF yang terjadi di beberapa kota di Jawa tengah sampai pertengahan
2009 sebanyak 2767 orang, 73 diantaranya meninggal.
Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue Syok Syndrome
(DSS) yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien mengalami devisit volume
cairan akibat meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga darah menuju luar
pembuluh. Sebagai akibatnya hampir 35 % pasien DHF yang terlambat ditangani di rumah sakit
mengalami syok hipovolemik hingga meninggal. Saat ini angka kejadian DHF di rumah sakit
semakin meningkat, tidak hanya pada kasus anak, tetapi pada remaja dan juga dewasa. Oleh
karena itu, diharapkan perawat memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang cukup dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF di rumah sakit. Ketrampilan yang
sangat dibutuhkan adalah kemampuan untuk mengidentifikasi tanda-tanda syok (Dengue Syok
Sindrome) dan kecepatan dalam menangani pasien yang mengalami DSS.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui tentang bagaimana penyakit DHF dan dapat mengaplikasikan
pengetahuan yang diperoleh dalam praktek keperawatan baik di Rumah sakit ataupun
dilingkungan luar Rumah sakit .

2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa :
a. Mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan DHF.
b. Mengetahui tentang cara penatalaksanaan klien dengan DHF.
c. Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan DHF.
d. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah pada klien dengan DHF.
e. Mampu menyusun intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada.
f. Mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
g. Mampu melakukan dokumentasi keperawatan pada klien dengan DHF secara baik dan benar.

BAB II
KONSEP DASAR

A. DEFINISI
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue (arbo virus)
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides aegypti.
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi
perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA NIC
NOC jilid 1, 2013).
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari
pertama ( www. ppni-klaten.com )
Demam dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan virus dengue yang disebarkan
melalui perantara nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi dengan virus dengue tersebut. (Riyadi
Sujono dan suharsono . 2010 )
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus)
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aedypti. (Suriadi dan Rita Yuliani,
edisi 2, 2010)
B. PATOFISIOLOGI
- Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides aegipty dan kemudian
akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system complement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, 2
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel
dinding itu.
- Terjadinya trombositopeni, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protrombin, faktor V, VII, IX, X, dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya
perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
- Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia, dan diathesis
hemoragik. Rennjatan terjadi secara akut.
- Nilai hematokrit meningkat bersama dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak
diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolic, kematian.
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
- Derajat I:
1. demam disertai dengan gejala klinis lain atau perdarahan spontan,
2. uji tourniquet positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
- Derajat II:
derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain seperti epistaksis,
hematomesis, melena ( muntah darah ), perdarahan gusi .
- Derajat III:
Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah (<120x/menit ), hipotensi, kulit dingin lembab,
gelisah, gejala - gejala kegagalan perdarahan otak .
- Derajat IV:
Renjatan berat, denyut nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur, akral dingin,
berkeringat, kulit tampak biru

C. ETIOLOGI
Virus dengue sejenis arbo virus (Arthropod borne viruses ) artinya virus yang ditularkan melalui
gigitan antropoda misal nyamuk aedes aegypti ( betina ) .Infeksi yang pertama kali dapat
memberi gejala sebagai dengue fever dengan gejala utama demam,nyeri otot/sendi.
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae.Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-
1, DEN-2,DEN -3,DEN-4. Keempatnya ditemukan diindonesia dengan DEN-3 serotype
terbanyak . Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype yang
bersangkutan, sedangkan tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotype
lain tersebut . Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotype selama hidupnya.Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di
Indonesia ( sujono, 2010 )

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam tinggi selama 5-7 hari
2. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit; ptechie, ekhimosis, hematoma
3. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria
4. Trombositopenia <100.000/ul
5. Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, konstipasi
6. Nyeri otot,tulang sendi,abdomen dan ulu hati
7. Sakit kepala
8. Pembengkakan sekitar mata
9. Pembesaran hati,limpa,dan kelenjar getah bening
10. Tanda – tanda renjatan ( sianosis,kulit lembab dan dingin ,tekanan darah menurun,gelisah,
capillary refill lebih dari dua detik .

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Darah lengkap :
- hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat 20 % / lebih ),
- Trombositopenia 100.000/mmᶾ atau kurang .
- Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.
- Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga.
- Masa perdarahan memanjang.
- Protein rendah (hipoproteinemia)
- Natrium rendah (hiponatremia)
- SGOT/SGPT bisa meningkat
- Astrup : Asidosis metabolic
2. Serologi : uji HI ( hemoaglutination inhibition test )
3. Rontgen thoraks : Efusi pleura
4. Urine : Kadar albumin urine positif (albuminuria)

F. KOMPLIKASI
- Perdarahan luas
- Syok (rejatan)
- Pleural Effusion
- Penurunan kesadaran

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Terapeutik
a. Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh ,gula, atau susu dan diberi makanan lunak
b. Antipireutik jika terdapat demam
c. Antikonvulsan jika terdapat kejang
d. Memberikan cairan melalui infuse, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai
hematokrit cenderung meningkat .
e. Tirah baring
2. Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
a. Pemasangan infuse RL/Asering dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan diatasi
b. Observasi keadaan umum (Tanda – tanda Vital ) tiap 3 jam jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.
H. PENGKAJIAN
- Kaji riwayat keperawatan
- Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda – tanda perdarahan, mual muntah, tidak nafsu
makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda – tanda renjatan ( denyut nadi cepat dan lemah,
hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan
kesadaran) , secara bertahap meningkatkan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya .

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler , perdarahan,
muntah, dan demam
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah,
tidak ada nafsu makan .
3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus .
4. Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik (DHF), viremia, nyeri otot dan sendi
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan .
6. Resiko syok ( hipovolemik ) berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
7. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan, nyeri, hipoventilasi .

J. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Defisit volume cairan NOC : NIC :


berhubungan dengan peningkatan Fluid balance Fluid management
 Hydration  Timbang popok/pemba
permeabilitas kapiler , perdarahan, Nutritional Status : Food and fluid  Pertahankan catatan
muntah, dan demam Intake yang akurat
Kriteria Hasil :  Monitor status hidra
 Mempertahankan urine output sesuai membrane mukosa, na
dengan usia dan BB,BJ urine darah ortostatik ) ; jika
normal,HT normal  Monitor hasil lab ya
 Tekanan darah,nadi dan suhu tubuh retensi cairan ( BUN
dalam batas normal urine )
 Tidak ada tanda dehidrasi,Elastisitas
 Monitor vital sign
turgor kulit baik, membrane mukosa  Monitor masukan maka
lembab,tidak ada rasa haus hitung intake kalori ha
berlebihan .  Kolaborasi pemberian c
 Monitor status nutrisi
 Berikan cairan
 Berikan Diuretik sesua
 Berikan cairan IV pada
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian
output
 Dorong keluarga untu
makan .
 Tawarkan snack ( jus b
 Kolaborasikan dokter
berlebih muncul memb
 Atur kemungkinan tran
 Persiapan untuk transfu
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :
 Nutrisional status : Food and Fluid Kaji adanya alergi mak
dari kebutuhan tubuh berhubungan
Intake  Kolaborasi dengan
 Nutrisional status : nutrient intake
dengan mual,muntah, tidak ada menentukan jumlah
nafsu makan .  Weight control yang dibutuhkan pasie
 Anjurkan pasien un
Kriteria Hasil : intake Fe
 Adanya peningkatan berat badan Anjurkan pasien un
sesuai tujuan protein dan vitamin C
 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi Berikan subsasi gula
badan  Yakinkan diet yang di
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan tinggi serat untuk men
nutrisi  Berikan makanan yan
 Tidak ada tanda tanda malnutrisi dikonsltasikan dengan
 Menunjukkan peningkatan fungsi Ajarkan pasien bag
pengecapan dari menelan catatan makanan haria
 Idak terjadi penurunan berat badan yang berarti  Monitor jumlah nutr
kalori
 Berikan informasi
nutrisi
 Kaji kemampuan
mendapatkan nutrisi y

Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas
 Monitoring adanya pen
 Monitoring tipe dan ju
biasa dilakukan
 Monitoring interaksi
selama makan
 Monitor lingkungan se
 Jadwalkan pengobatan
selama jam makan
 Monitor kulit kerin
pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan,
mudah patah
 Monitor mual dan mun
 Monitor kadar albumi
dan kadar Ht
 Monitor makanan kesu
 Monitor pertumbuhan
 Monitor pucat,
kekeringan jaringan ko
 Monitor kalori dan inta
 Catat
edema,hiperemik,hipe
dan cavitas oral
 Catat jika lidah berwar

3. Hipertermia berhubungan dengan NOC : NIC :


proses infeksi virus Thermoregulasi Fever Treatment
Kriteria Hasil :  Monitor suhu sesering
 Suhu tubuh dalam rentang normal  Monitor IWL
 Nadi dan RR dalam rentang normal  Monitor warna dan suh
 Tidak ada perubahan warna kulit dan
 Monitor tekanan darah,
tidak ada pusing  Monitor penurunan ting
 Monitor WBC, Hb dan
 Monitor intake dan out
 Berikan antipireutik
 Berikan pengobatan
penyebab demam
 Selimuti pasien
 Lakukan Tapid sponge
 Kolaborasi pemberian c
 Kompres pasien pada l
 Tingkatkan sirkulasi ud
 Berikan pengobatan
terjadinya menggigil
Temperatur regulation
 Monitor suhu tiap 2 jam
 Rencanakan monitor
kontinyu
 Monitor TD,nadi dan R
 Monitor warna dan suh
 Monitor tanda hipoterm
 Tingkatkan intake caira
 Selimuti pasien untuk m
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada
mencegah keletihan ak
 Diskusikan tentang pen
suhu dan kemungkina
kedinginan
 Beritahukan tentang
keletihan dan penan
yang diperlukan
 Berikan Antipireutik jik

Vital sign Monitoring


 Monitor tekanan dara
respirasi
 Catat adanya fluktuasi
 Monitor VS saat pasi
atau berdiri
 Auskultasi tekanan d
lengan dan bandingkan
 Monitor tekanan
sebelum,selama,dan se
 Monitor kualitas dari n
 Monitor frekuensi dan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernafasa
 Monitor suhu, warna da
 Monitor sianosis perife
 Monitor adanya cush
nadi yang mel
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab d
sign
4. Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik NOC : NIC :
(DHF), viremia, nyeri otot dan  Pain level Pain Management
 Pain control  Lakukan pengkajian
sendi  Comfort level komperehensif te
Kriteria Hasil : karakteristik ,dura
 Mampu mengontrol nyeri ( tahu termasuk lokasi, kara
penyebab nyeri, mampu presipitasi
menggunakan tehnik nonfarmakologi  Observasi reaksi
untuk mengurangi nyeri, mencari ketidaknyamanan
bantuan )  Gunakan teknik kom
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang untuk mengetahui
dengan menggunakan manajemen pasien.
nyeri .  Kaji kultur yang me
 Mampu mengenali nyeri ( skala, nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri 
) Evaluasi pengalaman n
 Menyatakan rasa nyaman setelah  Evaluasi bersama pasie
nyeri berkurang yang lain tentang keti
 Tanda vital dalam rentang normal nyeri masa lampau
 Bantu pasien dan kelu
dan menemukan duku
 Kontrol lingkungan
mempengaruhi nye
ruangan, pencahayaan
 Kurangi faktor presipit
 Pilih dan lakukan p
farmakologi, nonf
interpersonal )
 Kaji tipe dan sum
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang tehnik
 Berikan analgetik untuk
 Evaluasi keefektifan co
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
keluhan dan tindakan n
 Monitor penerimaan
manajemen nyeri

Analgetic Administrat
 Tentukan lokasi,karakt
derajat nyeri sebelum
 Cek intruksi dokte
obat,dosis,dan frekuen
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgetik yang
kombinasi dari
pemberian lebih dari s
 Tentukan pilihan analg
dan beratnya nyeri
 Tentukan analget
pemberian,dan dosis y
 Pilih rute pemberian s
pengobatan nyeri seca
 Monitor vital sign se
pemberian analgetik p
 Berikan analgetik tep
saat nyeri hebat
 Evaluasi efektifitas an
gejala (efek samping )
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC : NIC :
 Circulation status Peripheral Sensation
perifer berhubungan dengan
 Tissue perfusion : cerebral Management sensasi p
perdarahan . Kriteria Hasil :  Monitor daerah tertent
Mendemonstrasikan status sirkulasi terhadap panas/dingin/
yang ditandai dengan :  Monitor adanya paretes
 Tekanan systole dan diastole dalam  Intruksikan keluarga u
rentang yang diharapkan kulit jika ada isi atau l
 Tidak adata ortostatik hipertensi  Gunakan sarung tangan
 Tidak ada tandai – tanda peningkatan  Batasi gerakan pada
tekanan intracranial ( tidak lebih dari punggung
15 mmHg )  Monitor kemampuan B
Mendemonstrasikan kemampuan  Kolaborasi pemberian a
kognitif yang ditandai dengan :  Monitor adanya trombo
 Berkomunikasi dengan jelas dan  Diskusikan mengenai p
sesuai dengan kemampuan sensasi
 Menunjukkan perhatian,konsentrasi,
dan orientasi
 Memproses informasi
 Membuat keputusan dengan benar
Menunjukkan fungsi sensori motori
cranial yang utuh : tingkat kesadaran
membaik, tidak ada gerakan-gerakan
involunter ,

6 Resiko syok ( hipovolemik ) NOC NIC :


berhubungan dengan perdarahan  Syok prevention Syok prevention
 Syok management  Monitor status sirkula
yang berlebihan, pindahnya cairan Kriteria Hasil : suhu kulit, denyut jant
intravaskuler ke ekstravaskuler  Nadi dalam batas yang diharapkan nadi perifer, dan kapil
 Irama jantung dalam batas yang  Monitor tanda ina
diharapkan jaringan
 Frekuensi nafas dalam batas yang  Monitor suhu dan pern
diharapkan  Monitor input dan outp
 Natrium serum dbn  Pantau nilai laboratori
 Kalium serum dbn dan elektrolit
 Klorida serum dbn  Monitor hemodinamik
 Kalsium serum dbn Magenesium  Monitor tanda dan geja
serum dbn  Monitor tanda awal syo
 PH darah serum dbn  Tempatkan pasien pad
Hidrasi elevasi untuk peningk
Indikator tepat
 Mata cekung tidak ditemukan  Lihat dan pelihara kepa
 Demam tidak ditemukan  Berikan cairan iv dan a
 TD dbn  Berikan vasodilator yan
 Hematokrit dbn  Ajarkan keluarga dan p
dan gejala datangnya s
 Ajarkan keluarga da
langkah untuk mengat
Syok management
 Monitor fungsi neurolo
 Monitor fungsi renal
lavel )
 Monitor tekanan nadi
 Monitor status cairan,in
 Catat gas darah ar
dijaringan
 Memonitor gejala g
misalnya,rendah
PaO₂tingkat,kelelahan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil

7. Ketidakefektifan pola NOC NIC


nafas berhubungan Respiratory status : Airway Management
Ventilation  Buka jalan nafas, gunakan tehnik
dengan jalan nafas  Respiratory status : chin lift atau jaw thrust bila perlu
terganggu akibat Airway patency  Posisikan pasiem untuk
spasme  Vitalsign status
otot-otot memaksimalkan ventilasi
pernafasan, nyeri, Kriteria Hasil :  Identifikasi pasien perlunya
Mendemonstrasikan batuk  Pemasangan alat jalan nafas buatan
hipoventilasi .
efektif dan suara nafas  Pasang mayo bila perlu
yang bersih, tidak ada  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
sianosis dan dyspneu  ( Keluarkan secret dengan batuk atau
mampu mengeluarkan suction
sputum, mampu bernafas  Auskultasi suara nafas, catat adanya
dengan mudah, tidak ada suara tambahan
pursed lips )  Lakukan suction pada mayo
 Menunjukkan jalan nafas  Berikan bronkodilator jika perlu
yang paten ( klien tidak  Berikan pelembab udara kassa basah
merasa tercekik , irama NaCl lembab
nafas,  Atur
frekuensi intake untuk cairan
pernafasan dalam rentang mengoptimalkan keseimbangan
normal, tidak ada suara  Monitor respirasi dan status
nafas abnormal ) O₂Oxygen therapy
 Tanda-tanda vital dalam  Bersihkan mulut,hidung dan secret
rentang normal ( tekanan trakea
darah, nadi, pernafasan ) Pertahankan jalan nafas yang paten
 Atur peralatan oksegenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
 Vital sign monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedu lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernafasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (
tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik )
 Identifikasi penyebab dari perubahan
vitalsign

K. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap dimana tahap proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
obyektif dan subjektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang terselesaikan, apa yang perlu
dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau
belum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru.

Evaluasi pada pasien DHF sesuai berikut :


1. Suhu tubuh pasien normal ( 36 - 37⁰c ) pasien bebas dari demam .
2. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang .
3. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi
yang diberikan .
4. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi .
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue (arbo virus)
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides aegypte. Diagnosis DHF ditegakkan
bila semua manifestasi klinis dipenuhi yaitu demam 5-7 hari, manifestasi perdarahan ( uji
tornikuet positif, petekie,ekimosis atau purpura,perdarahan mukosa, perdarahan saluran cerna,
perdarahan tempat bekas suntikan, hematemesis atau melena), trombositopenia < 100.000 /ul,
kebocoran plasma dan tanda-tanda kebocoran plasma . Penatalaksanaan pada kasus DHF yang
dapat dilakukan dengan penatalaksanaan yaitu : minum banyak dan makanan lunak, antipireutik,
antikonvulsan, pemberian cairan infuse, tirah baring dan Observasi keadaan umum ( tanda –
tanda vital )

B. SARAN
1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan
pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah
untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit
termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan
5. Prinsip 3 M
- Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu
(perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).
- Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
- Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang
memungkinkan nyamuk bersarang.
Diperlukan tindakan yang bersifat preventif melalui pemakaian kasa dan menghindari kebiasaan
mengantung pakaian yang biasanya dijadikan sebagai tempat peristirahatan nyamuk.

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Huda Amin dan Kusuma Hardhi, 2013. aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
NANDA NIC-NOC Edisi Revisi jilid 1. Media Action publishing : yogyakarta .
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid 2. Salemba Medika :
Jakarta

Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta

Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.

Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan pada Anak.
Sagung Seto : Jakarta

Riyadi, Sujono dan suharsono . 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit . Yogyakarta :
Gosyen publishing .

Suriadi, yuliani . 2010 . Asuhan Keperawatan Pada Anak . Jakarta : CV sagung seto .

Anda mungkin juga menyukai