PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah
manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang
paling banyak ditemukan meyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat
membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah
terinfeksi virus tersebut. (Profil Kesehatan Dinas Provinsi Kalimantan
Timur, 2015).
Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan di kota Surabaya
pada tahun 1968, sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang
diantaranya meninggal dunia dengan angka kematian (AK) : 41,3 %.
Sejak saat itu, DBD menyebar luas ke seluruh provinsi di Indonesia.
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian RI (2016) pada tahun
2015, tercatat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di
Indonesia dan 1.229 orang diantaranya meninggal dunia. Jumlah
tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebanyak
100.347 penderita DBD dan sebanyak 907 penderita meninggal dunia
pada tahun 2014. Incidence rate (IR) DBD berdasarkan provinsi pada
Penyebaran DBD secara pesat dikarenakan virus dengue
semakin mudah dan banyak menulari manusia. Selain itu juga
didukung oleh karena meningkatnya jumlah penduduk di dalam kota,
sikap dan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit
yang masih kurang. Meningkatnya DBD dalam 15 tahun terakhir di
duga disebabkan oleh beberapa faktor penting antara lain, yaitu tidak
terencana dan tidak terkontrolnya urbanisasi serta pertumbuhan
penduduk yang mengakibatkan padatnya penduduk yang tinggal di
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini untuk mendapatkan
gambaran secara menyeluruh dan pengalaman yang nyata dalam
pemberian dan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan Dangue Haemorrhagic Fever (DHF).
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan ini, yaitu :
a. Mengetahui Definisi penyakit Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF)
A. DEFINISI
Dengue Haemorhagic Fever ( DHF ) / Demam Berdarah
Dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina. (Suriadi: 2001).
Demam dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-
anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi,
yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama terinfeksi virus
( Arif Mansjur : 2001).
Menurut Ngastiyah (1997) demam dengue adalah infeksi akut
yang disebabkan oleh arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes albocpictus dan Aedes aegypti ).
Dari Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI ( 1997 ) dan
Ngastiyah ( 1997 ), WHO pada tahun 1975 membagi derajat penyakit
DHF dalam empat derajat yaitu :
a. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapaT
manifestasi perdarahan ( uji tourniket positif ).
b. Derajat II : Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan dikulit
dan perdarahan lain pada hidung ( epistaksis ).
c. Derajat III :Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan
adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun ( kurang dari 20 mmHg ) / hipotensi
disertai kulit dingin dan lembab serta anak gelisah.
d. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan
darah yang tidak dapat dikur, akral dingin dan anak
akan mengalami syok (Richard Walker, 2000, Under
The Microscope, Heart–Clotting & Healing).
2. Vektor
Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk aedes, yaitu :
a. Aedes aegypti
1) Paling sering ditemukan
2) Nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat
penampungan air jernih / tempat penampungan air di sekitar
rumah.
3) Nyamuk ini berbintik-bintik putih.
4) Biasanya menggigit pada pagi hari dan sore hari.
5) Jarak terbang 100 meter.
b. Aedes Albopictus
1) Tempat habitatnya di tempat air jernih, biasanya di sekitar
rumah/pohon-pohon yang dapat tertampung air hujan bersih,
yaitu pohon pisang dan tanaman pandan.
2) Mengigit pada waktu siang hari.
3) Berwarna hitam.
4) Jarak terbang 50 meter.
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama
kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik
D.PATOFISIOLOGI
Kekurangan volume
cairan
F. Penatalaksanaan
Bila anak diduga atau sudah didiagnosa medis DHF, maka hal yang
harus dilakukan adalah :
G. PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan
memutus rantai penularan dengan memberantas penular maupun
jentiknya. Penggunaan vaksin untuk mencegah DHF masih dalam
taraf penelitian, sedangkan obat yang efektif terhadap virus belum
ada.
Cara pencegahannya ada dua, yaitu :
1. Memberantas nyamuk dewasa
a. Caranya dengan diberi pengasapan ( fogging )
menggunakan bahan insektisida. Pengasapan ini sangat
efektif dan cepat memutuskan rantai penularan, karena
E. Komplikasi
1. Efusi Pleura
Disebabkan adanya kebocoran plasma akibat meningkatnya
permeabilitas membran, sehingga cairan akan masuk ke dalam
pleura.
2. Perdarahan Pada Lambung
Terjadi akibat anak mengalami mual dan muntah serta
kurangnya nafsu makan pada anak, sehingga akan
meningkatkan produksi asam lambung. Bila ini terus
berlangsung, maka asam lambung akan mengiritasi lambung
dan mengakibatkan perdarahan.
3. Pembesaran Pada Hati, Limpa, dan Kelenjar Getah Bening
Terjadi akibat bocornya plasma yang mengandung cairan, dan
mengisi bagian rongga tubuh. Cairan akan menekan dinding dari
organ tersebut, sehingga organ akan mengalami pembesaran.
4. Hipovolemik
Terjadi akibat meningkatnya nilai hematokrit bersamaan dengan
hilangnya plasma melalui dinding pembuluh darah.
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama, Umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, diagnosa medis.
b .Keluhan utama
Meliputi alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF
saat datang ke rumah sakit.
c.Riwayat Kesehatan sekarang.
Keluhan utama yang merupakan kel;uhan klien, data yang dikaji
yang dirasakan klien saat ini.
d.Riwayat kesehatan dahulu.
Apakah klien pernah menderita penyakit yang diderita sekarang.
e.11 pola pengkajian Gordon.
1. Persepsi kesehatan dan managemen kesehatan.
2. Nutrisi metabolik.
3. Eliminasi.
4. Aktivitas – Latihan.
5. Istirahat tidur.
6. Kognitif-perceptual.
7. Konsep diri-persepsi diri
8. Hubungan-peran
9. Seksual reproduksi.
10. Koping toleransi stress.
2. Analisa Data
Setelah data-data dikelompokkan, kemudian dilanjutkan
dengan perumusan diagnosa.
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan
pasti tentang masalah klien dan serta penyebabnya yang dapat
dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan ( Carpenito,
2000 ). Sedangkan menurut La Ode Gaffar ( 1997 ), diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau
masalah kesehatan aktual dan potensial.
Menurut Carpenito ( 2000 ) diagnosa keperawatan dapat berjenis
aktual, risiko, atau kesejahteraan atau sindrom.
Aktual : menggambarkan penilaian klinis yang harus divalidasi
perawat karena adanya batasan karakteristik mayor.
Risiko : menggambarkan penilaian klinis dimana
individu/kelompok lebih rentan untuk megalami masalah
ketimbang orang lain dalam situasi yang sama atau serupa.
Kesejahteraan : penilaian klinis tentang individu, keluarga, atau
komunitas dalam transisi dari tingkat kesejahteraan
tertentu ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
Dan menurut La Ode Gaffar ( 1997 ) diagnosa keperawatan
dibedakan atas diagnosa aktual, menggambarkan masalah
kesehatan yang sudah ada saat ini atau yang sudah ada saat
pengkajian dan diagnosa keperawatan potensial, menggambarkan
bahwa masalah yang nyata akan terjadi bila tidak dilakukan
intervensi keperawatan.
Nursalam (2001) dan Nanda 2010 menyatakan, diagnosa
Keperawatan yang didapat timbul pada klien dengan DHF adalah :
5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan
item-item atau perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk
menentukan apakah hasilnya sudah tercapai atau belum dalam
jangka waktu yang telah ditentukan. ( Marillyn E. Doenges, dkk :
2000 ).
Evaluasi hasil asuhan keperawatan sebagai tahap akhir dari
poses keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dan
seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi ini
bersifat sumatif, yaitu evalusi yang dilakukan sekaligus pada akhir
dari semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan disebut
juga evaluasi pencapaian jangka panjang.
Ada tiga alternatif dalam menafsirkan hasil evaluasi, yaitu :
a. Masalah Teratasi
Masalah teratasi apabila klien atau keluarga menunjukkan
perubahan tingkah laku dan perkembangan kesehatan sesuai
dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
b. Masalah Teratasi Sebagian
Masalah sebagian teratasi apabila klien atau keluarga
menunjukkan perubahan dan perkembangan kesehatan hanya
sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
c. Masalah Belum Teratasi
1. Diagnosa Keperawatan.
Peningkatan suhu tubuh(Hipertermia) b/d keparahan inveksi
virus dengue
S : Klien mengatakan suhu tubuh berkurang
O : Suhu tubuh 360C-370C
A : Masalah teratasi.
P : Hentikan intervensi
2. Kekurangan volume cairan tubuh b/d peningkatan suhu tubuh
S : Klien mengatakan sudah banyak minumnya
O : Klien tidak lemas
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d ketidakmampuan memakan
makanan.
S : Klien mengatakan tidak mual lagi
O : Klien tidak lemas lagi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
4. Gangguan rasa nyaman b/d gelisah
A. Kesimpulan
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah
manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang
paling banyak ditemukan meyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat
membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah
terinfeksi virus tersebut. (Profil Kesehatan Dinas Provinsi
Kalimantan Timur, 2015).
Menurut Ngastiyah (1997) demam dengue adalah infeksi
akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropodborn virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes albocpictus dan
Aedes aegypti ).
Dari Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI ( 1997 ) dan
Ngastiyah ( 1997 ), WHO pada tahun 1975 membagi derajat
penyakit DHF dalam empat derajat yaitu :
1. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat
manifestasi perdarahan ( uji tourniket positif ).
2. Derajat II : Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan dikulit
dan perdarahan lain pada hidung ( epistaksis ).
3. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan
adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( kurang
dari 20 mmHg ) / hipotensi disertai kulit dingin dan lembab serta
anak gelisah.
4. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan
tekanan darah yang tidak dapat dikur, akral dingin dan anak akan
mengalami syok.
B. Saran
Sangatlah penting bagi Peran perawat untuk mengatasi
penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan cara promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberikan
penyuluhan kesehatan masyarakat, tentang penyakit Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) dan juga pengobatan, preventif yaitu
mencegah terjadinya Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan
cara mengubah kebiasaan pola hidup, kuratif yaitu untuk mengatasi
penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) yang telah terjadi
misalnya dengan memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan
mengkomsumsi makanan dan minuman yang dapat meningkatkan
trombosit, dan yang terakhir rehabilitatif, perawat berperan untuk
memulihkan kondisi dan menyarankan untuk kembali kontrol ke
rumah sakit.
Nanda (2010)