Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah
manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang
paling banyak ditemukan meyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat
membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah
terinfeksi virus tersebut. (Profil Kesehatan Dinas Provinsi Kalimantan
Timur, 2015).
Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan di kota Surabaya
pada tahun 1968, sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang
diantaranya meninggal dunia dengan angka kematian (AK) : 41,3 %.
Sejak saat itu, DBD menyebar luas ke seluruh provinsi di Indonesia.
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian RI (2016) pada tahun
2015, tercatat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di
Indonesia dan 1.229 orang diantaranya meninggal dunia. Jumlah
tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebanyak
100.347 penderita DBD dan sebanyak 907 penderita meninggal dunia
pada tahun 2014. Incidence rate (IR) DBD berdasarkan provinsi pada
Penyebaran DBD secara pesat dikarenakan virus dengue
semakin mudah dan banyak menulari manusia. Selain itu juga
didukung oleh karena meningkatnya jumlah penduduk di dalam kota,
sikap dan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit
yang masih kurang. Meningkatnya DBD dalam 15 tahun terakhir di
duga disebabkan oleh beberapa faktor penting antara lain, yaitu tidak
terencana dan tidak terkontrolnya urbanisasi serta pertumbuhan
penduduk yang mengakibatkan padatnya penduduk yang tinggal di

1 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF” St. Yakobus B


pusat - pusat kota tropis dengan kondisi higiene yang kurang baik,
kurang efektifnya program pengawasan terhadap nyamuk vektor,
perubahan gaya hidup dan makin memburuknya sistem air minum
sehingga menghasilkan perluasan dan peningkatan densitas nyamuk
vektor utama. Faktor risiko lainnya terhadap penularan DBD adalah
kemiskinan yang mengakibatkan orang tidak mempunyai kemampuan
untuk menyediakan rumah yang layak dan sehat, pasokan air minum
dan pembuangan sampah yang benar (Manalu & Munif, 2016).
Peran perawat untuk mengatasi penyakit Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) dengan cara promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Promotif yaitu memberikan penyuluhan kesehatan
masyarakat, tentang penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dan
juga pengobatan, preventif yaitu mencegah terjadinya Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) dengan cara mengubah kebiasaan pola
hidup, kuratif yaitu untuk mengatasi penyakit Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) yang telah terjadi misalnya dengan memenuhi kebutuhan
cairan tubuh dan mengkomsumsi makanan dan minuman yang dapat
meningkatkan trombosit, dan yang terakhir rehabilitatif, perawat
berperan untuk memulihkan kondisi dan menyarankan untuk kembali
kontrol ke rumah sakit.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini untuk mendapatkan
gambaran secara menyeluruh dan pengalaman yang nyata dalam
pemberian dan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan Dangue Haemorrhagic Fever (DHF).
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan ini, yaitu :
a. Mengetahui Definisi penyakit Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF)

2 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


b. Mengetahui Etiologi/penyebab penyakit Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF).
c. Mengetahui patofisiologi penyakit Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF).
d. Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF).
e. Mengetahui penatalaksanaan pada klien Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF).
f. Mengetahui pencegahan pada klien Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF).
g. Mengetahui pencegahan penyakit Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF).
h. Mengetahui komplikasi penyakit Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF).
i. Mengetahui Rencana pasien pulang penyakit Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF).

3 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Dengue Haemorhagic Fever ( DHF ) / Demam Berdarah
Dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina. (Suriadi: 2001).
Demam dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-
anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi,
yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama terinfeksi virus
( Arif Mansjur : 2001).
Menurut Ngastiyah (1997) demam dengue adalah infeksi akut
yang disebabkan oleh arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes albocpictus dan Aedes aegypti ).
Dari Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI ( 1997 ) dan
Ngastiyah ( 1997 ), WHO pada tahun 1975 membagi derajat penyakit
DHF dalam empat derajat yaitu :
a. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapaT
manifestasi perdarahan ( uji tourniket positif ).
b. Derajat II : Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan dikulit
dan perdarahan lain pada hidung ( epistaksis ).
c. Derajat III :Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan
adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun ( kurang dari 20 mmHg ) / hipotensi
disertai kulit dingin dan lembab serta anak gelisah.
d. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan
darah yang tidak dapat dikur, akral dingin dan anak
akan mengalami syok (Richard Walker, 2000, Under
The Microscope, Heart–Clotting & Healing).

4 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


B. ETIOLOGI
1. Virus Dengue
Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti. Virus ini termasuk dalam kelompok
arbovirus golongan B. Hingga sekarang telah dapat diisolasi empat
serotif virus dengue di Indonesia, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Namun yang paling banyak menyebebkan demam
berdarah adalah dengue tipe DEN-2 dan DEN-3.

2. Vektor
Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk aedes, yaitu :
a. Aedes aegypti
1) Paling sering ditemukan
2) Nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat
penampungan air jernih / tempat penampungan air di sekitar
rumah.
3) Nyamuk ini berbintik-bintik putih.
4) Biasanya menggigit pada pagi hari dan sore hari.
5) Jarak terbang 100 meter.
b. Aedes Albopictus
1) Tempat habitatnya di tempat air jernih, biasanya di sekitar
rumah/pohon-pohon yang dapat tertampung air hujan bersih,
yaitu pohon pisang dan tanaman pandan.
2) Mengigit pada waktu siang hari.
3) Berwarna hitam.
4) Jarak terbang 50 meter.

3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama
kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik

5 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk
terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya.
Dengue Haemorhogic Fever (DHF) akan terjadi jika
seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe
tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau
lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas
terhadap dengue dari ibunya melalui placenta
(Soedarto,1990;38).

C. GEJALA DAN TANDA


1. Demam tinggi selama 5-7 hari dengan suhu
tubuh mencapai 40 derajat celcius.
2. Perdarahan terutama perdarahan bawah
kulit; ptechie, ekhimosis, hematoma.
3. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare,
konstipasi.
4. Trombositopenia <100.000/ul
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu
hati
6. Epitaksis, hematemesis, melena, hematuria.
7. Sakit kepala
8. Pembengkakan sekitar mata
9. Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getH
BENING
10. Tanda-tanda rejatan(sianosis,kulit lembab
dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih
dari dua detik)

D.PATOFISIOLOGI

6 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan
antibodi, sehingga terbentuklah kompleks virus antibodi dan di dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi ini akan
mengakibatkan lepasnya histamin yang merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
akan menyebabkan hilangnya plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadi trombositopenia yang akan menurunkan fungsi trombosit dan
faktor koagulasi ( protrombin dan fibrinogen ) dan menyebabkan
terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan salauran
gastrointestinal. Yang menentukan beratnya penyakit adalah
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia, dan diatesis
hemoragik yang akan mengakibatkan terjadinya renjatan secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah. Dengan hilangnya plasma,
anak mengalami hipovolemik dan apabila tidak diatasi bisa terjadi
anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.

7 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


Skema Patofisiologi (Nurarif & Kusuma, 2015)
Arbovirus (melalui Beredar dalam Infeksi virus dengue
nyamuk aedes aegypti) aliran darah (viremia)

PGE2 Membentuk & melepaskan Mengaktifkan sistem


Hipotalamus zat C3a, C5a koplemen

Peningkatan reabsorbsi Permeabilitas membran


Hipertermi
Na+ dan H2O meningkat

Agregasi trombosit Kerusakan endotel Resiko Syok Hipovolemik


pembulu darah

Trombositopeni Merangsang & mengaktivasi Renjatan hipovolemik


faktor pembekuan dan hipotensi

DIC Kebocoran plasma

Resiko Perdarahan Perdarahan

Resiko syok Resiko perfusi jaringan Ke extravaskuler


(hipovolemik) tidak efektif

Asidosis metabolik Hipoksia jaringan

Kekurangan volume
cairan

Paru - paru Hepar Abdomen

Efusi pleura Hepatomegali Ascites

Ketidakefektifan Mual, muntah


pola nafas
Penekanan
intraabdomen Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
8 | Asuhan Keperawatan Medikal
NyeriBedah “DHF” kebutuhan tubuh
E.Pemeriksaan penunjang
a. Darah Lengkap Tiap 6 – 8 Jam Sekali
1) Terjadi trombositopenia ( 100.000/mm 3 ) dan hemokonsentrasi
(hematokrit meningkat 20 % atau lebih).
2) Haemoglobin meningkat 20 %.
3) Hasil pemeriksaan darah menunjukkan hipoprotemia.
b. Rontgen Thoraks
Untuk mengetahui adanya efusi pleura.
c. Uji Serologi
Yaitu serum diambil pada masa akut dan pada masa
penyembuhan ( 1 – 4 minggu setelah gejala awal penyakit )
dengan mengambil darah vena sebanyak 2 – 4 ml dan
pengambilan darah ini dilakukan minimal empat kali.
d. Test Tourniquet
Cara uji tourniquet adalah dengan memasang manset tensimeter
pada lengan atas dan pompa sampai air raksa mencapai
pertengahan tekanan sistolik dan diastolik, biarkan selama 10 –
15 menit. Pada pemeriksaan terdapat > 20 petekhie pada daerah
lengan bawah dengan diameter 2,8 cm, maka dinyatakan anak
positif DHF.
Kriteria : ( + ) jumlah petekhie ≥ 20
( - ) jumlah petekhie 10 – 20
( ± ) jumlah petekhie ≤ 10

F. Penatalaksanaan
Bila anak diduga atau sudah didiagnosa medis DHF, maka hal yang
harus dilakukan adalah :

9 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


a. Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam
tinggi, anoreksia, muntah. Beri minum banyak, 50 ml/kg BB
dalam 4 – 6 jam pertama berupa air teh dengan gula, sirup,
susu/ASI, sari buah, atau oralit. Setelah dehidrasi dapat diatasi,
berikan cairan 80 – 100 ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya.
b. Hiperpireksia dapat diatasi dengan memberi kompres air hangat
atau dingin dan bila perlu berikan antipiretik untuk mengatasi
demam dengan dosis 10 – 15 mg/kg BB.
c. Pemberian cairan intravena pada anak tanpa renjatan dilakukan
bila anak terus menerus muntah, sehingga tidak mungkin diberi
makanan peroral atau didapatkan nilai hematokrit yang terus
meningkat ( > 40 vol % ). Jumlah cairan yang diberikan
tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit,
dianjurkan cairan glukosa 5 % dalam 1/3 larutan NaCl 0,9 %
dengan jumlah tetesan 16 ×/ menit. Bila timbul tanda-tanda
syok, segera berikan cairan campuran antara NaCL 0,9 % :
Glukosa 10 % ( 1: 3 ) dengan jumlah tetesan 20 ml/kg BB/jam.
Apabila syok mulai teratasi, jumlah cairan dikurangi menjadi 10
ml/kg BB/jam.

G. PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan
memutus rantai penularan dengan memberantas penular maupun
jentiknya. Penggunaan vaksin untuk mencegah DHF masih dalam
taraf penelitian, sedangkan obat yang efektif terhadap virus belum
ada.
Cara pencegahannya ada dua, yaitu :
1. Memberantas nyamuk dewasa
a. Caranya dengan diberi pengasapan ( fogging )
menggunakan bahan insektisida. Pengasapan ini sangat
efektif dan cepat memutuskan rantai penularan, karena

10 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


nyamuk akan segera mati bila kontak dengan partikel-
partikel insektisida.
2. Memberantas jentik
a. Caranya dengan meniadakan perindukannya, sehingga
nyamuk tidak berkesempatan untuk berkembang biak. Cara
ini dikenal dengan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ).
Aedes aegypti diketahui berkembang biak di air bersih
tergenang yang tidak berhubungan langsung dengan tanah.
b. Pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan dengan :
1) Membersihkan ( menguras ) tempat penyimpanan air,
seperti bak mandi / WC, drum, dan lain-lain sekurang-
kurangnya seminggu sekali, karena perkembangbiakan
dari telur sampai menjadi nyamuk adalah 7 – 10 hari.
2) Menutup rapat tempat penyimpanan / penampungan air (
misalnya tempayan, drum, dll ) agar nyamuk tidak dapat
masuk dan bertelur.
3) Membersihkan pekarangan rumah/halaman, kemudian
mengubur / membakar / membuang barang bekas yang
dapat digenangi air (seperti kaleng, botol, ban
bekas,tempurung, dl).
4) Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum
burung secara berkala.
5) Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit
dikuras, taburkan bubuk abate kedalam genangan air
yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk
abate kedalam genangan air untuk membunuh jentik-
jentik nyamuk, ulangi hal ini setiap 2 – 3 bulan sekali
atau peliharalah ikan ditempat itu.

E. Komplikasi

11 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


Bila penanganan anak dengan DHF ini lambat, maka akan terjadi
berbagai komplikasi, yaitu :

1. Efusi Pleura
Disebabkan adanya kebocoran plasma akibat meningkatnya
permeabilitas membran, sehingga cairan akan masuk ke dalam
pleura.
2. Perdarahan Pada Lambung
Terjadi akibat anak mengalami mual dan muntah serta
kurangnya nafsu makan pada anak, sehingga akan
meningkatkan produksi asam lambung. Bila ini terus
berlangsung, maka asam lambung akan mengiritasi lambung
dan mengakibatkan perdarahan.
3. Pembesaran Pada Hati, Limpa, dan Kelenjar Getah Bening
Terjadi akibat bocornya plasma yang mengandung cairan, dan
mengisi bagian rongga tubuh. Cairan akan menekan dinding dari
organ tersebut, sehingga organ akan mengalami pembesaran.
4. Hipovolemik
Terjadi akibat meningkatnya nilai hematokrit bersamaan dengan
hilangnya plasma melalui dinding pembuluh darah.

I. RENCANA PASIEN PULANG


1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik, secara klinis tampak perbaikan
3. Hematokrit stabil
4. Tiga hari setelah syok teratasi
5. Trombosit >50.000/uL
6. Tidak dijumpai distres pernapasan

12 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


BAB III
PEMBAHASAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama, Umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, diagnosa medis.
b .Keluhan utama
Meliputi alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF
saat datang ke rumah sakit.
c.Riwayat Kesehatan sekarang.
Keluhan utama yang merupakan kel;uhan klien, data yang dikaji
yang dirasakan klien saat ini.
d.Riwayat kesehatan dahulu.
Apakah klien pernah menderita penyakit yang diderita sekarang.
e.11 pola pengkajian Gordon.
1. Persepsi kesehatan dan managemen kesehatan.
2. Nutrisi metabolik.
3. Eliminasi.
4. Aktivitas – Latihan.
5. Istirahat tidur.
6. Kognitif-perceptual.
7. Konsep diri-persepsi diri
8. Hubungan-peran
9. Seksual reproduksi.
10. Koping toleransi stress.

13 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


11 .Nilai kepercayaan.

2. Analisa Data
Setelah data-data dikelompokkan, kemudian dilanjutkan
dengan perumusan diagnosa.
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan
pasti tentang masalah klien dan serta penyebabnya yang dapat
dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan ( Carpenito,
2000 ). Sedangkan menurut La Ode Gaffar ( 1997 ), diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau
masalah kesehatan aktual dan potensial.
Menurut Carpenito ( 2000 ) diagnosa keperawatan dapat berjenis
aktual, risiko, atau kesejahteraan atau sindrom.
Aktual : menggambarkan penilaian klinis yang harus divalidasi
perawat karena adanya batasan karakteristik mayor.
Risiko : menggambarkan penilaian klinis dimana
individu/kelompok lebih rentan untuk megalami masalah
ketimbang orang lain dalam situasi yang sama atau serupa.
Kesejahteraan : penilaian klinis tentang individu, keluarga, atau
komunitas dalam transisi dari tingkat kesejahteraan
tertentu ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
Dan menurut La Ode Gaffar ( 1997 ) diagnosa keperawatan
dibedakan atas diagnosa aktual, menggambarkan masalah
kesehatan yang sudah ada saat ini atau yang sudah ada saat
pengkajian dan diagnosa keperawatan potensial, menggambarkan
bahwa masalah yang nyata akan terjadi bila tidak dilakukan
intervensi keperawatan.
Nursalam (2001) dan Nanda 2010 menyatakan, diagnosa
Keperawatan yang didapat timbul pada klien dengan DHF adalah :

14 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


1. Peningkatan suhu tubuh(Hipertermia) b/d keparahan inveksi
virus dengue.
Data Etiologi Masalah
Ds : -Keparahan Peningkatan suhu
-Klien mengeluh panas infeksi(457) tubuh(Hipertermia)
badan
Do :
-Suhu tubuh antara
38,90C.- 41,10C
-Klien tampak lemas

2. Kekurangan volume cairan tubuh b/d kehilangan cairan


Data Etiologi Masalah
Ds : Kehilangan Kekurangan volume
-Klien tidak suka minum cairan melalui cairan
Do : rute
-Klien terlihat lemas normal(193)

3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d ketidakmampuan memakan


makanan
Data Etiologi Masalah
Ds : Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
-klien mengeluh memakan makanan nutrisi
mual (177)
Do :
-Klien tampak
lemas

15 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


4. Gangguan rasa nyaman b/d gelisah
Data Etiologi Masalah
Ds : Gelisah.(466) Gangguan rasa
-Klien mengeluh nyaman
tidak bs tidur
-Keluarga klien
mengeluh cemas
Do :
-klien tampak
gelisah

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN :


1. Peningkatan suhu tubuh(Hipertermia) b/d keparahan inveksi
virus dengue.
2. Kekurangan volume cairan tubuh b/d peningkatan suhu tubuh
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d ketidakmampuan memakan
makanan
4. Gangguan rasa nyaman b/d gelisah.
3. Rencana keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan.
Peningkatan suhu tubuh(Hipertermia) b/d keparahan inveksi
virus dengue.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh
normal dengan kriteria suhu klien 360C-370C.
Tindakan :
- Observasi TTV
- Anjurkan klien ,minum extra 200cc setiap kenaikan suhu 10C.
- Anjurkan untuk kompres hangat.
- Anjurkan untuk memakai baju yang tipis dan mudah menyerap
Keringat.

16 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


Rasional :
- Untuk mengetahui keadaan umum klien.
- Untuk membatasi pembuluh darah sehingga bisa dengan
mudah terjadi penguapan.
- Agar dapat menyerap keringat dengan baik dan
mempermudah proses penguapan.
- Klien mengikuti anjuran perawat.
2. Kekurangan volume cairan tubuh s/d peningkatan suhu tubuh.
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan diharapkan kebutuhan cairan
tubuh terpenuhi dengan kriteria :
- Suhu normal 360C – 370C
Tindakan :
- Observasi TTV.
- Anjurkan untuk extra minum.
- Observasi tetesan infus.
Rasional :
- Untuk mengetahui keadaan umum klien.
- Agar cairan tubuh dapat terpenuhi.
- Untuk mengganti cairan elektrolit yang hilang agar tidak
terjadi dehidrasi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d ketidakmampuan memakan
makanan.
Tujuan :
Setelah dialakukan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi
klien dapat terpenuhi dengan kriteria :
- Klien tidak mengeluh mual lagi.
- Makan 1 porsi habis.
Tindakan :
- Sajikan makanan dalam bentuk hangat.
- Anjurkan klien makan dengan porsi sedikit tapi sering.

17 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


- Anjurkan klien makan selingan seperti biskuit.
4. Gangguan rasa nyaman b/d gelisah
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan
rasa nyaman terpenuhi, dengan kriteria :
- Klien dapat tidur dengan nyenyak.
- Klien tidak cemas lagi
- Klien tidak merasa gelisah lagi.
Tindakan :
- Atur posisi tidur senyaman mungkin.
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
- Ganti alat tenun.
- Batasi pengunjung.
Rasional :
- Posisi yang nyaman dapat mempermudah klien untuk tidur.
- Memberikan suasana yang rileks.
- Kebersihan lingkungan dapat memberikan rasa nyaman
ketika beristirahat.
- Untuk mengurangi kebisingan.
-
4. Pelaksanaan / Tindakan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan.
Peningkatan suhu tubuh(Hipertermia) b/d keparahan inveksi
virus dengue.
- Mengobservasi TTV.
Hasil :
- Suhu 360C – 370C
- Menganjurkan klien untuk ekstra minum.
Hasil :
- Klien mau mengikuti anjuran perawat.
- Memberikan kompres hangat pada prontal dan axilla.

18 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


Hasil :
- Suhu klien turun.
- Menganjurkan klien untuk memakai baju yang tipis dan
mudah menyerap keringat.
Hasil :
- Klien berkeringat.

2. Kekurangan volume cairan tubuh b/d peningkatan suhu tubuh


- Mengobservasi TTV.
Hasil :
- Suhu 360C-370C
- Menganjurkan klien untuk ekstra minum
Hasil :
- Klien mau mengikuti anjuran perawat.
- Mengobservasi tetesan infus
Hasil :
- Mengetahui kebutuhan cairan dan elektrolit, jika infus macet
perawat dapat mengatasinya.
- Kolaborasi dengan tim medis.
Hasil :
- Klien mengatakan mau kolaborasi dengan tim medis.
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d ketidakmampuan memakan
makanan.
- Menyajikan makanan dalam bentuk hangat.
Hasil :
- Klien mengatakan mual sedikit berkurang.
- Menganjurkan klien makan dalam porsi sedikit tapi sering.
Hasil :
- Klien mengatakan ingin mengikuti anjuran perawat.
- Menganjurkan klien makan-makanan selingan seperti biskuit.
Hasil :

19 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


- Klien mengikuti anjuran perawat.
4. Gangguan rasa nyaman b/d gelisah.
- Mengatur posisi klien yang nyaman.
Hasil :
Klien dapat tidur dengan nyaman
- Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
Hasil :
- Diruangan klien terlihat nyaman dan tenang

5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan
item-item atau perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk
menentukan apakah hasilnya sudah tercapai atau belum dalam
jangka waktu yang telah ditentukan. ( Marillyn E. Doenges, dkk :
2000 ).
Evaluasi hasil asuhan keperawatan sebagai tahap akhir dari
poses keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dan
seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi ini
bersifat sumatif, yaitu evalusi yang dilakukan sekaligus pada akhir
dari semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan disebut
juga evaluasi pencapaian jangka panjang.
Ada tiga alternatif dalam menafsirkan hasil evaluasi, yaitu :
a. Masalah Teratasi
Masalah teratasi apabila klien atau keluarga menunjukkan
perubahan tingkah laku dan perkembangan kesehatan sesuai
dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
b. Masalah Teratasi Sebagian
Masalah sebagian teratasi apabila klien atau keluarga
menunjukkan perubahan dan perkembangan kesehatan hanya
sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
c. Masalah Belum Teratasi

20 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


Masalah belum teratasi apabila klien atau keluarga sama sekali
tidak menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan
kesehatan atau bahkan timbul masalah yang baru.
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien anak dengan DHF adalah diharapkan
suhu tubuh tidak mengalami peningkatan, tidak terjadi
perdarahan selama perawatan, nutrisi tidak mengalami
gangguan atau kembali normal, tidak terjadi dehidrasi pada
anak, dan orangtua / keluarga menunjukkan pengertian dan
dapat bekerjasama dalam program pengobatan anak setelah
dilakukan penyuluhan kesehatan.

1. Diagnosa Keperawatan.
Peningkatan suhu tubuh(Hipertermia) b/d keparahan inveksi
virus dengue
S : Klien mengatakan suhu tubuh berkurang
O : Suhu tubuh 360C-370C
A : Masalah teratasi.
P : Hentikan intervensi
2. Kekurangan volume cairan tubuh b/d peningkatan suhu tubuh
S : Klien mengatakan sudah banyak minumnya
O : Klien tidak lemas
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d ketidakmampuan memakan
makanan.
S : Klien mengatakan tidak mual lagi
O : Klien tidak lemas lagi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
4. Gangguan rasa nyaman b/d gelisah

21 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


S : Klien mengatakan sudah bisa tidur nyenyak
O : Klien tidak lemas lagi,tidak gelisah lagi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi.

22 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah
manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang
paling banyak ditemukan meyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat
membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah
terinfeksi virus tersebut. (Profil Kesehatan Dinas Provinsi
Kalimantan Timur, 2015).
Menurut Ngastiyah (1997) demam dengue adalah infeksi
akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropodborn virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes albocpictus dan
Aedes aegypti ).
Dari Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI ( 1997 ) dan
Ngastiyah ( 1997 ), WHO pada tahun 1975 membagi derajat
penyakit DHF dalam empat derajat yaitu :
1. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat
manifestasi perdarahan ( uji tourniket positif ).
2. Derajat II : Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan dikulit
dan perdarahan lain pada hidung ( epistaksis ).
3. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan
adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( kurang
dari 20 mmHg ) / hipotensi disertai kulit dingin dan lembab serta
anak gelisah.
4. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan
tekanan darah yang tidak dapat dikur, akral dingin dan anak akan
mengalami syok.

23 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


Etiologi penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus ini termasuk dalam
kelompok arbovirus golongan B. Hingga sekarang telah dapat
diisolasi empat serotif virus dengue di Indonesia, yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

B. Saran
Sangatlah penting bagi Peran perawat untuk mengatasi
penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan cara promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberikan
penyuluhan kesehatan masyarakat, tentang penyakit Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) dan juga pengobatan, preventif yaitu
mencegah terjadinya Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan
cara mengubah kebiasaan pola hidup, kuratif yaitu untuk mengatasi
penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) yang telah terjadi
misalnya dengan memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan
mengkomsumsi makanan dan minuman yang dapat meningkatkan
trombosit, dan yang terakhir rehabilitatif, perawat berperan untuk
memulihkan kondisi dan menyarankan untuk kembali kontrol ke
rumah sakit.

24 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”


DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 2000. Ejaan Yang Dibenarkan. Jakarta : Balai Pustaka.

Effendy Christanti. 1995. Perawatan Pasien DHF. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Gaffar La Ode Jumadi. 1993. Pengantar Keperawatan Profesional.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Margatan Arcole. 1996. Mewaspadai Demam Berdarah. Solo : CV. Aneka.

Priharjo Robert. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.

Rampengan T. H. 1997. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nanda (2010)

Soedarto. 1996. Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta : Widya


Medika

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

25 | Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “DHF”

Anda mungkin juga menyukai