Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)


RSUD PASIRIAN
Periode tanggal 23 agustus – 29 agustus 2021

Oleh :

NAMA : NURAIRINNE

NIM : 192303101150

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP PENYAKIT

A. DEFINISI

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Resti, 2014)

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain
yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (PADILA, 2012)

Dengue haemorhagic fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue. DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes spp,
aedes aegypti, dan aedes albopictus merupakan vektor utama penyakit DHF. Penyakit
DHF dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur.
Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Dinkes,
2015).

B. ETIOLOGI

Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk penular
dengue tersebut hampir ditemukan di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang
ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Rahayu & Budi, 2017).
Penyebab penyakit adalah virus dengue kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-
bornevirus atau virus yang disebabkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus
Flavivirus dan family Flaviviridae. Sampai saat ini dikenal ada 4 serotipe virus yaitu :
1. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
2. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
3. Dengue 3 diisolasi oleh Sather.
4. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.
Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan yang
terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di Indoneisa menunjukkan Dengue tipe 3
merupakan serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus DHF yang berat
(Masriadi, 2017). Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain
sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain (Wijaya, 2013).

C. TANDA DAN GEJALA/MANIFESTASI KLINIS, KLASIFIKASI

Diagnosis penyakit DHF bias ditegakkan jika ditemukan tanda dan

gejala seperti :

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-

menerus selama 2-7 hari.

b. Mual muntah

c. Manifestasi perdarahan :

1) Uji torniquet (Rumple leed) positif berarti fragilitas kapiler meningkat.

Dinyatakan positif apabila terdapat >10 petechie dalam diameter

2,8cm (1 inchi persegi) dilengan bawah bagian volar termasuk fossa

cubiti.

2) Petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis.

3) Trombositopenia yaitu jumlah trombosit dibawah 150.000/mm3,

biasanya ditemukan antara hari ke 3-7 sakit.

4) Monokonsentrasi yaitu meningkatnya hematocrit, merupakan

indicator yang peka terhadap jadinya renjatan sehingga perlu

dilaksanakan penekanan berulang secara periodic. Henaikan

hematocrit 20% menunjang diagnosis klinis DHF (Masriadi, 2017).

Klasifikasi :

Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :


1. Derajat I ( ringan )
Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang tidak khas
dan uji turniquet (+).
2. Derajat II ( sedang )
Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan pada kulit isal
di temukan adanya petekie, ekimosis, pendarahan,
3. Derajat III ( berat )
Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin gelisah tensi
menurun manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)
4. Derajat IV ( DIC )
Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba.
(Smeltzer & Suzanne, 2001)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Langkah - langkah diagnose medik pemeriksaan menurut (Murwani, 2011):

a. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%, normal: pria

40-50%; wanita 35-47%

b. Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan

systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-

anak. Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5

inchi.

c. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan memakai

kertas saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu pasien masuk

rumah sakit, kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga diambil 1-3

mg setelah pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan pada suhu kamar

sampai menunggu saat pengiriman.

d. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau jaringan-

jaringan untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang untuk penderita

yang meninggal melalui autopay. Hal ini jarang dikerjakan.

e. Rumple leed tes

Table I Gambar Uji Rumple leet Tesh dengan skala :


1+ 2+ 3+ 4+
Sedikit bintik- Banyak bintik- Banyak bintik- Penut dengan
bintik bintik pada daerah bintik pada bintik-bintik
Merah pada lengan Anterior daerah lengan dan merah pada
daerah lengan tangan seluruh lengan
Anterior dan tangan

E. PENATALAKSANAAN

Penderita DHF memerlukan perawatan yang serius dan bisa berakibat fatal atau
kematian jika terlambat diatasi. Oleh karena itu seharusnya penderita dirawat di RS
terutama penderita DHF derajat II, III, IV penderita sebaiknya dipisahkan dari pasien
penyakit lain dan dirungan yang bebas nyamuk (berkelambu)
Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan DHF bersifat simptomatik dan
suportif diantaranya :
1. Tirah baring yaitu klien tidak melakukan aktivitas seperti biasanya, aktivitas
terbatas
2. Diet makanan lunak
3. Berikan minum yang banyak  2 liter perhari dapat berupa susu, teh manis, syrup
4. Pemberian cairan intravena
Dengan indikasi : pasien sering muntah
Haematokrit terus meningkat
5. Pemberian antipiretik sebaiknya dari golongan antipiretik dan kompres dingin
6. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam, jika KU memburuk observasi ketat per jam
7. Pemberian Antibiotik bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder (kolaborasi
dengan dokter)
8. Pemeriksaan HB, HT dan trombosit setiap hari

F. KOMPLIKASI

a. Ensefalopati Dengue

Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang

berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang

tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia,

atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat

ensefalopati DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga

disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak, sementara sebagai akibat

dari koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus


dengue dapat menembus sawar darah otak. Dikatakan pula bahwa keadaan

ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati akut.

b. Udema paru

Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian

cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima

sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru

oleh karena perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi

reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih

(kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit

tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan,

disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran udem

paru pada foto rontgen dada.

Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin beratnya

bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock syndrome.

Komplikasi paling serius walaupun jarang terjadi adalah sebagai berikut:

a. Dehidrasi

b. Pendarahan

c. Jumlah platelet yang rendah

d. Hipotensi

e. Bradikardi

f. Kerusakan hati

G. PATOFISIOLOGI

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.

Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus

sehingga menyebabkan ( pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, Histamin)

terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada

dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari
intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia

dapat terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari

antibodi melawan virus (Murwani, 2011

Pathway DHF
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. identitas

2. keluhan utama

3. riwayat penyakit (sekarang, masa lalu, keluarga)

4. Aktivitas dan istirahat (gangguan pola tidur)

5. Sirkulasi (peningkatan TD, HR, nadi, kulit hangat dan kemerahan

6. Eliminasi (diare)

7. Nutrisi (anoreksia, haus, sakit saat menelan Mual,muntah Perubahan berat badan
akhir-akhir (meningkat/turun))

8. Hygiene (ketidakmapuan mempertahankan perawatan diri Bau badan Lidah kotor)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit


(viremia).

Definisi : Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal

2. Batasan karakteristik

1. Kulit memerah

2. Suhu tubuh menignkat di atas rentang normal

3. Kejang

4. Kulit teraba hangat

5. Takikardia

6. takipnue

1. Faktor yang berhubungan

a. Proses pennyakit (veremia)

C. PLANING/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. tujuan dan kriteria hasil

a. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit


(viremia)

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh

pasien dapat berkurang/ teratasi.


Kriteria hasil : Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman, Suhu dalam

rentang normal 36,80C - 37,50C, Tekanan darah 120/80 mmHg, Respirasi 16-

24 x/mnt, Nadi 60-100 x/mnt.

2. Intervensi dan rasional

1. Kaji saat timbulnya demam, rasionalnya untuk mengidentifikasi pola demam

pasien.

2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam, rasionalnya

tanda vital untuk mengetahui keadaan umum pasien

3. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam), rasionalnya

peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat

sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

4. Berikan kompres hangat, rasionalnya dengan vasodilatasi dapat

meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.

5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal, rasionalnya

pakaian tipis agar suhu tubuh tidak meningkat

D. MASALAH KEPERAWATAN LAIN YANG MUNCUL

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

dinding plasma

Definisi : Penuruan cairan intravascular, intertestisial, atau intrasel.

Diagnosis ini merujuk pada dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan

saja tanpa peribahan kadar natrium

2. batasan karakteristik

- penurunan tekanan darah, penurunan volume, dan tekanan nadi

- kulit dan membrane mukosa kering

- penurunan turgor kulit dan lidah

- penurunan haluaran urin


- kelemahan

3. faktor yang berhubungan

- peningkatan permeabilitas dinding plasma

E. PLANING/RENCANAN KEPERAWATAN

1. Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil: TD 120/80 mmHg, RR 16-24 x/mnt, Nadi 60-100 x/mnt,

Turgor kulit baik, Haluaran urin tepat secara individu, Kadar elektrolit dalam

batas normal

2. Intervensi dan rasional

1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tanda vital, rasionalnya

hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardi

2) Kaji suhu warna kulit dan kelembabannya, rasionalnya merupakan indicator

dari dehidrasi.

3) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa,

rasionalnya demam dengan kulit kemerahan, kering menunjukkan dehidrasi.

4) Pantau masukan dan pengeluaran cairan, rasionalnya agar mengetahui

kebutuhan cairan dalam tubuh

5) Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari, rasionalnya


mempertahankan volume sirkulasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Fa’izah, Zulfatul. Asuhan Keperawatan Hipertermia Pada Klien Dengue


Haemorrhagic Fever (Dhf) Di Ruang Irna 7 Rs Universitas Airlangga Surabaya.
Diss. UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2020.

2. Puji, C., Wati, S. E., & Aizah, S. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
YANG MENGALAMI DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF).(STUDI
LITERATUR) (Doctoral dissertation, Universitas Nusantara PGRI Kediri).

3. DARYANI, SHINTA INTAN DESKY, Siti Arifah, and S. Kp. Upaya pencegahan
terjadinya perdarahan dan syok pada pasien dhf di rsud pandan arang boyolali.
Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016.

4. Istiani, Dwi. Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Dhf (Dengue


Haemoragic Fever) Dengan Masalah Hipertermi Di Ruang Melati Rsud Bangil
Pasuruan. Diss. STIKes Insan Cendekia Medika Jombang, 2019.

5. Ishak, Nuning Irnawulan, and Kasman Kasman. "The effect of climate factors for dengue
hemorrhagic fever in Banjarmasin City, South Kalimantan Province, Indonesia, 2012-
2016." Public Health of Indonesia 4.3 (2018): 121-128.

6. Nurrochmawati, Ike, and Ruben Dharmawan. "Biological, Physical, Social, and


Environmental Factors Associated with Dengue Hemorrhagic Fever in Nganjuk, East
Java." Journal of Epidemiology and Public Health 2.2 (2017): 93-105.

7. Buku Nanda-I Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020

Anda mungkin juga menyukai