Nama Kelompok :
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep penyakit demam berdarah dengan pencegahanya
2. Untuk mengetahui ukuran frekuensi terjadinya demam berdarah dengue
3. Untuk mengetahui bagaimana public health surveillance terhadap penyakit demam berdarah
dengue
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Pembaca
Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana konsep penyakit demam berdarah dengan
pemberantasanya, dan bagaimana ukuran frekuensi terjadinya penyakit demam berdarah,
serta bagaimana public health surveillance terhadap penyakit demam berdarah dengue
1.4.2 Bagi Mahasiswa
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam memahami konsep penyakit demam
berdarah dengue
BAB II
TINJAUAN TEORI
4) Telur
Telur berwarna hitam dengan ukuran lebih 0,80 mm. Telur berbentuk oval yang mengapung
satu persatu pda permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding penampungan air,
Aedes aegypti betina bertelur diatas permukaan air pada dinding vertikal bagian dalam pada
tempat-tempat yang berair sedikit, jernih, terlindung dari sinar matahari langsung, dan
biasanya berada di dalam dan dekat rumah. Telur tersebut diletakkan satu persatu atau
berderet pada dinding tempat air, di atas permukaan air, pada waktu istirahat membentuk
sudut dengan permukaan air.
B. Lingkungan Hidup
Nyamuk Aedes aegypti seperti nyamuk lainnya mengalami metamorfosis sempurna
yaitu telur – jentik – kepompong – nyamuk. Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di
dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2 hari
setelah telur terendam air. Telur dapat bertahan hingga kurang lebih selama 2-3 bulan apabila
tidak terendam air, dan apabila musim penghujan tiba dan kontainer menampung air, maka
telur akan terendam kembali dan akan menetas menjadi jentik. Stadium jentik biasanya
berlangsung 6-8 hari, dan stadium pupa (kepompong) berlangsung antara 2-4 hari.
Pertumbuhan dari telur menjadi dewasa 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3
bulan.
Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan ke tempat
istirahat ditentukan oleh kemampuan terbang. Jarak terbang nyamuk betina biasanya 40-100
meter. Namun secara pasif misalnya angin atau terbawa kendaraan maka nyamuk ini dapat
berpindah lebih jauh.
C. Variasi Musiman
Pada musim hujan tempat perkembang biakan Aedes aegypti yang pada musim
kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan
menetas. Selain itu pada musim hujan semakin banyak tempat penampungan air alamiah
yang terisi air hujan dan dapat digunakan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes
aegypti. Oleh karena itu pada musim hujan populasi nyamuk Aedes aegypti terus meningkat.
Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
peningkatan penularan penyakit dengue.
D. Tempat Perkembangbiakan Aedes aegypti
Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti ialah pada tempat-tempat
penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam
atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari
rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung
berhubungan dengan tanah. Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Tempat Penampungan Air (TPA), yaitu tempat-tempat untuk menampung air guna keperluan
sehari-hari, seperti: tempayan, bak mandi, ember, dan lain-lain.
2) Bukan tempat penampungan air (non TPA), yaitu tempat-tempat yang biasa menampung air
tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti : tempat minum hewan peliharaan (ayam,
burung, dan lain-lain), barang bekas (kaleng,botol, ban,pecahan gelas, dan lain-lain), vas
bunga,perangkap semut, penampung air dispenser, dan lain-lain.
3) Tempat penampungan air alami, seperti : Lubang pohon, lubang batu, pelepah daun,
tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu, dan lain-lain .
2.3.2 Diagnosis
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997
terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium.
1) Kriteria Klinis
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan : uji tourniquet positif, petechie, echymosis,
purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan malena. Uji
tourniquet dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah. Selanjutnya
diberikan tekanan di antara sistolik dan diastolik pada alat pengukur yang dipasang pada
lengan di atas siku; tekanan ini diusahakan menetap selama percobaan. Setelah dilakukan
tekanan selama 5 menit, diperhatikan timbulnya petekia pada kulit di lengan bawah bagian
medial pada sepertiga bagian proksimal. Uji dinyatakan positif apabila pada 1 inchi persegi
(2,8 x 2,8 cm) didapat lebih dari 20 petekia.13
c. Pembesaran hati (hepatomegali).
d. Syok (renjatan), ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki
dan tangan dingin, kulit lembab, dan gelisah.
2. Kriteria Laboratorium
a. Trombositopeni ( < 100.000 sel/ml)
b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih.
3. Derajat Penyakit DBD, menurut WHO tahun 1997 4,5
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat, yaitu :
a. Derajat I Demam disertai dengan gejala umum nonspesifik, satu-satunya manifestasi
perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniquet yang positif.
b. Derajat II Selain manifestasi yang dialami pasien derajat I, perdarahan spontan juga terjadi,
biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau perdarahan lainnya.
c. Derajat III Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan
ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit lembab dan dingin serta gelisah.
d. Derajat IV Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan
ditemukan gejala syok (renjatan) yang sangat berat dengan tekanan darah dan denyut nadi
yang tidak terdeteksi.
b. Dengan serum
darah diambil secara asepsis dengan menggunakan semprit. Serum dipisahkan dengan diputar
1500-2000 putaran sekitar 10-15 menit. Serum yang terpisah dipindahkan dalam botol kecil
dengan menggunakan pipet Pasteur. Serum tersebut disimpan pada suhu -200C sebelum
dikirim ke laboratorium.
2) Isolasi Virus
Isolasi sebagian besar strain virus dengue dari spesimen klinis dapat dilakukan pada sebagian
besar kasus asalkan sampel diambil dalam beberapa hari pertama sakit dan langsung diproses
tanpa penundaan. Spesimen yang mungkin sesuai untuk isolasi virus diantaranya serum fase
akut dari pasien, autopsi jaringan dari kasus fatal, terutama dari hati, limpa, nodus limfe.
3) Uji Serologis
Uji hemaglutinasi inhibisi (uji HI) merupakan salah satu pemeriksaaan serologi untuk
penderita DBD dan telah ditetapkan oleh WHO sebagai standar pada pemeriksaan serologi
penderita DBD dibandingkan pemeriksaan serologi lainnya seperti ELISA, uji komplemen
fikasi, uji netralisasi, dan sebagainya. Apapun jenis uji yang dilakukan, konfirmasi serologis
sudah pasti bergantung pada kenaikan yang signifikan (4 kali lipat atau lebih) pada antibodi
spesifik dalam sampel serum diantara fase akut dan fase pemulihan. Kumpulan antigen untuk
sebagian besar uji serologis ini harus mencakup keempat serotipe dengue.
3.1 Kesimpulan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Hemrrhagic Fever (DHF) ialah
penyakit yang disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyti
dan Aedes albbopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia
kecuali ditempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut (Ginanjar,
2008).
Penyakit ini ditujukan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit
kepala berat, sakit pada sendi otot (myalgias dan arthralgias) dan ruam. Ruam Demam
Berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya muncul dulu pada bagian
bawah, badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh.
Selain itu, radang perut juga bisa muncul dengan kombinasi sakit perut, rasa mual, muntah-
muntah/ diare.
Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu pencegahan primer,
pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan tingkat pertama ini merupakan
upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang
sehat menjadi sakit.
3.2 Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui konsep
penyakit demam berdarah dengue dan dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Pembaca sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD tersebut, sehingga
setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu menjaga diri dan
lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.
Daftar Pustaka