Anda di halaman 1dari 64

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

GASTRITIS MAHASISWA PRODI KESMAS STIKES HANG TUAH


PEKANBARU TAHUN 2019

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
HANG TUAH PEKANBARU
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah kesehatan


masyarakat yang tengah berkembang,it’s a growing problem of public
health. Mengacu penyebab atau faktor risiko Penyakit Tidak Menular
(PTM), berbagai substansi ,zat atau kekuatan yang beredar dalam wilayah
masyarakat “modern”, senantiasa berkembang. Dengan demikian, potensi
timbulnya penyakit tidak menular akan semakin meningkat pula. Sebagai
contoh, hampir setiap hari ditemukan bahan kimia sintetik baru. Setiap
“penemuan baru” atau teknologi baru berarti timbulnya faktor risiko
penyakit baru,terutama Penyakit Tidak Menular (PTM)
(Achmadi,2005:127-128).

Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua


masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang belum banyak tertangani, di lain pihak telah
terjadi peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM) yang banyak
disebabkan oleh gaya hidup karena urbanisani, modernisasi, dan
globalisasi (Kemenkes,2013). Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi
sekarang ini adalah penyakit saluran pencernaan seperti gastritis.

Masyarakat pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan


penyakit maag, yaitu penyakit yang menurut masyarakat bukan suatu
masalah yang besar, misalnya jika merasakan nyeri perut maka masyarakat
cenderung akan langsung mengatasinya dengan makan nasi. Penyakit
gastritis ini bila tidak diatasi dengan cepat maka dapat menimbulkan
pendarahan (hemorha gastritis) sehingga banyak darah yang keluar dan
berkumpul di lambung, selain itu juga dapat menimbulkan tukak lambung

2
ataupun kanker lambung hingga dapat menyebabkan kematian (Megawati,
2014).

Gastritis merupakan suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan


inflamasi jaringan mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang
lebih dikenal dengan maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro yang
berarti perut atau lambung dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan,
Gastritis bukan berarti penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung
(Rizema, 2013).

Gastritis umumnya terjadi akibat asam lambung yang tinggi atau


terlalu banyak makan makanan yang bersifat merangsang di antaranya
makanan yang pedas dan asam. Selain itu juga di akibatkan oleh gangguan
fungsional dari lambung yang tidak baik dan gangguan struktur anatomi.
Gangguan fungsional berhubungan dengan adanya gerakan dari lambung
yang berkaitan dengan sistem saraf di lambung atau hal-hal yang bersifat
psikologis. Gangguan stuktur anatomi bisa berupa luka erosi atau juga
tumor. Faktor kejiwaan atau stres juga berpengaruh terhadap timbulnya
serangan ulang penyakit gastritis (Sukarmin, 2011).

Menurut Dermawan D & Rahyuningsih, T (2010), menyatakan


Gastritis bukanlah penyakit tunggal, tetapi beberapa kondisi yang
mengacu pada peradangan lambung. Biasanya peradangan tersebut
merupakan akibat dari infeksi bakteri yang dapat mengakibatkan borok
lambung yaitu Helicobacter Pylory dan merupakan satusatunya bakteri
yang hidup di lambung. Keluhan Gastritis merupakan suatu keadaan yang
sering dan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita
jumpai penderita Gastritis kronis selama bertahun-tahun pindah dari satu
dokter ke dokter yang lain untuk mengobati keluhan Gastritis tersebut.
Berbagai obat-obatan penekan asam lambung sudah pernah diminum
seperti antasida, namun keluhan selalu datang silih berganti.

3
Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Gustin, (2011)
menyatakan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian
gastritis yaitu kebiasaan makan. Kebiasaan makan meliputi frekuensi
makan dan pola makanan seseorang. Pola makan yang tidak teratur dapat
menyebabkan penyakit gastritis, bila seseorang telat makan sampai 2-3
jam maka asama lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih
sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung. Selain pengaturan kebiasaan
makan, tidur juga merupakan salah satu faktor perilaku sehat (Taylor,
2012) yaitu dengan berusaha tidur 7 sampai dengan 8 jam setiap malam
dan pada siang hari dapat istirahat atau duduk rileks selama kurang lebih 1
jam dapat sangat membantu untuk penderita gastritis, karena pada
penderita gastritis, istirahat yang cukup sangat diperlukan.

Selain tidur, mengkonsumsi alkohol, merokok dan olahraga juga


memiliki pengaruh pada penderita gastritis. Stress yang berkepanjangan
juga mengakibatkakan peningkatan produksi asam lambung. Produksi
asam lambung akan meningkat pada keadaan stress, seperti beban kerja
yang berlebihan, cemas, takut, atau diburu-buru. Kadar asam lambung
yang meningkat akan menimbulkan ketidak nyamanan pada lambung.
Penelitian Karwati 2012 penderita gastritis yang stress memiliki resiko
3,370 kali lebih tinggi untuk menderita gastritis dibandingkan dengan
yang tidak stress.

Selain stress, kebiasaan makan dan juga pola tidur,dukungan


keluarga merupakan salah satu faktor terhadap kambuhnya penyakit
gastritis. Dukungan keluarga adalah bantuan yang diterima oleh salah satu
anggota keluarga dari keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi
keluarga. Apabila dukungan keluarga tidak mencukupi,maka hal ini dapat
mempengaruhi tingkat stress yang akan meningkatkan risiko terjadinya
kekambuhan gastritis. Hal ini sejalan dengan penelitian Caho (2003) yang
dilakukan di New York, bahwa seseorang dengan dukungan keluarga yang

4
buruk dapat meningkatkan kondisi stress dan pravelansi terjadinya
penyakit (Hlebec, 2009)

World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap


beberapa Negara dunia dan mendapatkan hasil presentase dari angka
kejadian diseluruh dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang
14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis
sekitar sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden
terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk
setiap tahunnya. Prevelensi gastritris yang dikonfirmasi melalui endoskopi
pada populasi di barat berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik (Lin et al,
2013). Di Indonesia, pada tahun 2007 penyakit gastritis menempati urutan
yang ke9 dari 50 peringkat utama pasien rawat jalan di seluruh rumah sakit
di Indonesia dengan jumlah kasus 218.500. Di Jakarta pada tahun 2010
dari 1.645 responden terdapat 60% penyakit gastritis.(Fahrizal,2009).

Presentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut


WHO tahun 2009 adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa
daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari
238,452,952 jiwa penduduk. Menurut Maulidiyah (2006), di kota
Surabaya angka kejadian gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%,
sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi yaitu sebesar
91,6%. Untuk di Provinsi Riau, pada setiap tahunnya gastritis masuk
kedalam kategori 10 penyakit terbesar, berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Riau penyakit gastritis pada tahun 2015 menduduki
peringkat keenam dari sepuluh penyakit terbesar dengan jumlah sebesar
13.471 kasus (Dinkes Pekanbaru, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulastri dkk (2012)


tentang Gambaran Pola Makan Penderita Gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar Riau mengatakan
bahwa kuantitas makanan yang dikonsumsi penderita gastritis pada

5
umumnya kurang baik, jenis makanan yang dikonsumsi juga tidak sesuai
yaitu mengkonsumsi makanan yang bersifat merangsang produksi asam
lambung diantaranya makanan yang mengandung banyak bumbu dan
rempah dan jadwal makan yang tidak teratur lebih sering menimbulkan
kekambuhan penyakit gastritis.

B. Rumusan Masalah

Gastritis atau yang lebih dikenal dengan maag berasal dari bahasa
yunani yaitu gastro yang berarti perut atau lambung dan itis yang berarti
inflamasi atau peradangan. Tinjauan terhadap beberapa Negara dunia dan
mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian diseluruh dunia,
diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan
Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta dari
jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia
Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya.
Prevelensi gastritris yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di
barat berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Di Indonesia, pada tahun
2007 penyakit gastritis menempati urutan yang ke 9 dari 50 peringkat
utama pasien rawat jalan di seluruh rumah sakit di Indonesia dengan
jumlah kasus 218.500. Di Jakarta pada tahun 2010 dari 1.645 responden
terdapat 60% penyakit gastritis.

Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup


tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk.
Untuk di Provinsi Riau, pada setiap tahunnya gastritis masuk kedalam
kategori 10 penyakit terbesar, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Riau penyakit gastritis pada tahun 2015 menduduki peringkat
keenam dari sepuluh penyakit terbesar dengan jumlah sebesar 13.471
kasus. Maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah Faktor-
Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

6
Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Hang Tuah Pekanbaru tahun
2019?

C. Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah tertera di atas maka dapat


diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah pengetahuan berhubungan dengan Kejadian Gastritis pada


Mahasiswa Prodi Kesmas Stikes Hang Tuah Pekanbaru tahun
2019?

2. Apakah Stress berhubungan dengan Kejadian Gastritis pada


Mahasiswa Prodi Kesmas Stikes Hang Tuah Pekanbaru tahun
2019?

3. Apakah Peran Orang Tua berhubungan dengan Kejadian Gastritis


pada Mahasiswa Prodi Kesmas Stikes Hang Tuah Pekanbaru tahun
2019?

4. Apakah Pola Makan berhubungan dengan Kejadian Gastritis pada


Mahasiswa Prodi Kesmas Stikes Hang Tuah Pekanbaru tahun
2019?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan


Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
Stikes Hang Tuah Pekanbaru tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Gastritis


pada Mahasiswa Prodi Kesmas Stikes Hang Tuah Pekanbaru tahun
2019

7
b. Diketahuinya hubungan Stress dengan Kejadian Gastritis pada
Mahasiswa Prodi Kesmas Stikes Hang Tuah Pekanbaru tahun 2019

c. Diketahuinya hubungan Peran Orang Tua dengan Kejadian


Gastritis pada Mahasiswa Prodi Kesmas Stikes Hang Tuah
Pekanbaru tahun 2019

d. Diketahuinya hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis


pada Mahasiswa Prodi Kesmas Stikes Hang Tuah Pekanbaru tahun
2019

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa Prodi Kesmas Hang Tuah Pekanbaru

Memberikan Informasi untuk pengendalian diri terhadap


Kejadian Gastritis pada Mahasiswa Prodi Kesmas Stikes Hang Tuah
Pekanbaru.

2. Bagi Stikes Hang Tuah Pekanbaru dan Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan menambah


wawasan bagi Mahisiswa/i Stikes Hang Tuah Pekanbaru mengenai
penyakit Gastritis.

3. Bagi Peniliti

Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peneliti


khususnya dalam penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat Stikes Hang Tuah Pekanbaru.

F. Ruang lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-


Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Hang Tuah Pekanbaru tahun

8
2019 dengan populasi seluruh Mahasiswa Kesmas sebanyak 770 orang.
Adapun variabel yang akan diteliti meliputi
Pengetahuan,Stress,Ekonomi,Peran Orang Tua dan Pola Makan dengan
Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
Stikes Hang Tuah Pekanbaru tahun 2019.

9
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Gastritis

1) Pengertian Gastritis

Penyakit gastritis adalah peradangan atau pembengkakan dari mukosa


lambung yang disebabkan oleh infeksi kuman heliobakter pylori. Penderita
penyakit gastritis akan mengalami sakit ulu hati,nyeri lambung,rasa mual
muntah,rasa lemah,nafsu makan menurun,sakit kepala,dan terjadi pendarahan
pada saluran cerna (Gobel,2012). Gastritis disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain stress,alkholol,dan obat anti inflamasi penderita saring mengalami
gangguan pencernaan terutama bagian atas yaitu perut kembung,mual dan
muntah,bersendawa, dan sakit kepala. Gejala ini bisa menjadi akut,berulang
dan kronis. Penderita akan mengalami kekambuhan atau gejala mual berulang
karna salah satunya dipengaruhi dari faktor penyebab.

Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai


di klinik, karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan
pemeriksaan histopatologi. Pada sebagian besar kausa inflamasi mukosa gaster
tidak berkorelasi dengan keluhan dan gejala klinis pasien. Sebaliknya keluhan
dan gejala klinis pasien berkorelasi positif dengan komplikasi gastritis.
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang disebabkan oleh
kuman helicobakteri pylori yang dapat bersifat akut, kronik difus atau lokal
(Hirlan, 2009).

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub-mukosa


lambung. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak
dijumpai di klinik penyakit dalam pada umumnya (Slamet Suyono, 2001:127).
Vera Uripi (2001:13), Gastritis adalah gangguan atau peradangan dinding
lambung yang disebabkan peningkatan produksi asam lambung. Gastritis

10
adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik,
difus atau lokal ( Sylvia A. Price dan Wilson, 1995:376).

Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis akut dan kronik
(Price dan Wilson, 2005). Inflamasi ini mengakibatkan sel darah putih menuju
ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan
hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa (Wibowo, 2007).

2) Klasifikasi Gastritis

a. Gastritis Akut

Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung


yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial. Pada gastritis
ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil mukosa edema, merah dan terjadi
erosi kecil dan perdarahan (Price dan Wilson, 2005). Gastritis akut terdiri dari
beberapa tipe yaitu gastritis stres akut, gastritis erosif kronis, dan gastritis
eosinofilik. Semua tipe gastritis akut mempunyai gejala yang sama. Episode
berulang gastritis akut dapat menyebabkan gastritis kronik (Wibowo, 2007).
Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosi apabila kerusakan
yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini
dijumpai di klinik, sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai
penyulit penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui.
Perjalanan penyakit ini biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang
dapat menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna
bagian atas.

Penderita gastritis akut erosif yang tidak mengalami pendarahan


sering diagnosisnya tidak tercapai. Penderita gastritis erosif yang disebabkan
oleh bahan toksik atau korosif dengan etiologi yang dilakukan pada bahan
kimia dan bahan korosif antara lain HCL, H2SO4, HNO3, Alkali, NaOH,
KOH dan pemeriksaan klinis dapat ditemukan antara lain mulut, lidah

11
nampak edema, dyspagia dan nyeri epigastrium, juga ditemukan tanda yaitu
mual, muntah, hipersalivasi, hiperhidrosis dan diare sampai dehidrasi.
Penatalaksanaan secara umum perhatiakan tanda-tanda vital, respirasi, turgor
dan produksi urine serta tentukan jenis racun untuk mencari anekdote
(Misnadiarly, 2009).

Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis


obat, alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau intoksitasi
dari bahan makanan dan minuman, garam empedu, iskemia dan trauma
langsung (Muttaqin, 2011). Faktor obat-obatan yang menyebabkan gastritis
seperti OAINS (Indomestasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide,
Steroid, Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2- deoxyuridine),
Salisilat dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung (Sagal, 2006). Hal
tersebut menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Hal tersebut
terjadi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian
yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer
(Jackson, 2006).

Faktor-faktor penyebab gastritis lainnya yaitu minuman beralkohol, seperti


whisky, vodka dan gin. Alkohol dan kokain dapat mengiritasi dan mengikis
mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan
terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal sehingga, dapat
menyebabkan perdarahan (Wibowo, 2007). Penyebab gastritis paling sering
yaitu infeksi oleh bakteri H. Pylori, namun dapat pula diakibatkan oleh
bakteri lain seperti H. heilmanii, Streptococci, Staphylococci, Protecus
species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis dan Secondary syphilis
(Anderson, 2007). Gastritis juga dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti
Sitomegalovirus. Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan
Phycomycosis juga termasuk penyebab dari gastritis (Feldman,2001).

12
Gatritis dapat terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen
penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke
mukosa lambung sehingga menimbulkan respons peradangan mukosa
(Mukherjee, 2009). Terjadinya iskemia, akibat penurunan aliran darah ke
lambung, trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan
antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa,
yang dapat menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung (Wehbi,
2008). Penyebab gastritis akut menurut Price (2006) adalah stres fisik dan
makanan, minuman. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis,
trauma, pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat
dan refluks usus-lambung. Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah
termasuk pada saluran pencernaan sehingga menyebabkan gangguan pada
produksi mukus dan fungsi sel epitel lambung (Price dan Wilson, 2005;
Wibowo, 2007). Mekanisme terjadinya ulcer atau luka pada lambung akibat
stres adalah melalui penurunan produksi mukus pada dinding lambung.
Mukus yang diproduksi di dinding lambung merupakan lapisan pelindung
dinding lambung dari faktor yang dapat merusak dinding.

b. Gastritis Kronik

Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung


yang bersifat menahun sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik
bervariasi (Wibowo, 2007). Gastritis kronik ditandai dengan atropi progresif
epitel kelenjar disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung,
dinding lambung menjadi tipis dan permukaan mukosa menjadi rata. Gastritis
kronik diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu gastritis superfisial,
gastritis atropi dan gastritis hipertropi (Price dan Wilson, 2005). Gastritis
kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat
menahun, yang disebabkan oleh ulkus atau bakteri helicobacter pylory.

13
Gastritis kronis cenderung terjadi pada usia muda yang menyebabkan
penipisan dan degenerasi dinding lambung (McCanne & Huether, 2006).

a) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta


perdarahan dan erosi mukosa. Gastritis kronik superfisial suatu
inflamasi yang kronis pada permukaan mukosa lambung. Pada
pemeriksaan hispatologis terlihat gambaran adanya penebalan
mukosa sehingga terjadi perubahan yang timbul yaitu infiltrasi
limfosit dan sel plasma dilamina propia juga ditemukan leukosit
nukleir polimorf dilamina profia. Gastritis kronik superfisialis ini
merupakan permulaan terjadinya gastritis kronik. Pemeriksaan
klinis tidak jelas tetapi pasien mengalami mual, muntah, pain-foof-
pain dan nafsu makan berkurang. Pasien gastritis superficial
disarankan untuk istirahat total, mengkonsumsi makanan lunak dan
simptomatis (Misnadiarly, 2009).

b) Gastritis atropi, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan


mukosa. Pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan
kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan
karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.
Pemeriksaan klinis, penderita mengalami epigastrik diskomfort,
dyspepsia, lambung rasanya penuh, nafsu makan menurun, mual,
muntah, anemia peniciosa, defisiensi Fe dan pellagra. Pengobatan
yang harus dijalani adalah istirahat total, mengkonsumsi makan
lunak dan mengkonsumsi vitamin B12, Fe, dan liver ekstrak
(Misnadiarly, 2009).

c) Gastritis hipertropi, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul


pada mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan hemoragik.

Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui,


tetapi ada dua predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian
gastritis kronik, yaitu infeksi dan non infeksi (Muttaqin, 2011).

14
a) Gastritis infeksi

Beberapa peneliti menyebutkan bakteri Helicobacter pylori merupakan


penyebab utama dari gastritis kronik (Anderson, 2007). Infeksi
Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Saat ini Infeksi
Helicobacter pylori diketahui sebagai penyebab tersering terjadinya
gastritis (Wibowo, 2007; Price dan Wilson, 2005). Infeksi lain yang dapat
menyebabkan gastritis kronis yaitu Helycobacter heilmannii,
Mycobacteriosis, Syphilis,infeksi parasit dan infeksi virus (Wehbi, 2008).

a) Gastritis non-infeksi

1) Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh


menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding
lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung
dan mengganggu produksi faktor intrinsik yaitu sebuah zat yang
membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12. Kekurangan vitamin B-
12 akhirnya dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah kondisi
serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem
dalam tubuh. Autoimmue atrophic gastritis terjadi terutama pada orang
tua (Jackson, 2006).

2) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam


empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau Aspirin (Mukherjee,
2009).

3) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan


ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung dan gastritis
sekunder dari terapi obat-obatan (Wehbi, 2008).

4) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan


berbagai penyakit, meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener

15
granulomatus, penggunaan kokain, Isolated granulomatous gastritis,
penyakit granulomatus kronik pada masa anak-anak, Eosinophilic
granuloma, Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma cell
granulomas, Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis, dan
granulomas yang berhubungan dengan kanker lambung
(Wibowo,2007).

5) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis dan


injuri radiasi pada lambung (Sepulveda, 2004).

Gastritis kronik dapat diklasifikasikan menjadi:

a) Gastritis kronik non predominasi antrum, ditandai dengan


inflamasi moderat sampai berat mukosa antrum, sedangkan
inflamasi di korpus ringan dan tidak ada sama sekali dan antrum
tidak mengalami metaplasia.

b) Gastritis atrofi kronik, ditandai dengan atrofi progresif epitel


kelenjar disertai hilangnya sel parietal dan chief cell. Dinding
lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang
rata. Struktur kelenjar digantikan oleh jaringan ikat dan tidak
sesuai yang biasa dinamakan sebagai metaplasia.

Gastritis atrofi kronik terdiri dari:

a) Gastritis atrofi antrum, gambaran khas berupa atrofi-metaplastik


yang merupakan akibat dari Helicobacter pylori. Terdapat
kemerahan yang mengarah ke distal yang menyebabkan
peradangan sedang hingga berat dan peradangan normal hingga
ringan pada bagian korpus dengan atau tanpa perubahan atrofi.

b) Gastritis atrofi corpus, gambaran khas berupa perubahan atropi


metaplastik yang dapat dideteksi pada atropi distal perut. Gastritis
atrofi corpus ini akan diikuti oleh anemia pernisiosa dan defisiensi
besi setelah beberapa dekade.

16
c) Gastritis kronik multifokal, gambaran khas seperti inflamasi pada
seluruh mukosa seringkali sangat berat berupa atropi atau
metaplasia secara fokal pada daerah antrum dan korpus. Gastritis
kronik atropi multifokal merupakan faktor resiko penting displasia
epitel mukosa dan karsinoma gaster.

d) Pangastritis atrofi menyerupai MAG (Multifocal Atropic Gastritis)


pada tingkat lanjut yang memiliki karakteristik epidemic. Atrofi
pangastritis merupakan prevalensi tersering untuk gastritis
neoplasia.

3) Gejala-Gejala Gastritis
Peradangan pada lapisan perut paling sering disebabkan oleh
bakteri yang disebut H. pylori. Gastritis dapat sangat bervariasi dari
gastritis ringan hingga gastritis berat. Gejala mungkin tidak selalu
berkorelasi dengan tingkat keparahan penyakit.

Gejala gastritis tidak selalu sesuai dengan tingkat perubahan fisik


pada lapisan perut.

Lapisan perut bisa diperiksa dengan endoskopi, yaitu sebuah tabung tipis
dengan kamera kecil di ujung yang bisa dimasukkan melalui mulut ke
dalam lambung. Gastritis berat dapat hadir saat endoskopi meskipun orang
tersebut tidak mengeluh gejala yang berarti. Sebaliknya, gejala gastritis
yang parah dapat hadir meskipun ketika endoskopi ternyata hanya sedikit
perubahan pada lapisan perut. Para manula atau lansia khususnya memiliki
kemungkinan lebih tinggi untuk mengembangkan kerusakan perut tanpa
rasa sakit. Mereka mungkin tidak memiliki gejala sama sekali (tidak ada
mual, muntah, nyeri) sampai mereka tiba-tiba terserang pendarahan
saluran cerna bagian atas.

17
Pada orang yang memiliki gejala gastritis, nyeri atau
ketidaknyamanan pada perut bagian atas adalah gejala yang paling umum.
Rasa sakit biasanya di ulu hati, Kadang nyeri gastritis terjadi di bagian kiri
atas perut dan di belakang. Rasa sakit seperti menembus. Orang sering
menggunakan istilah terbakar, panas, nyeri, atau sakit untuk
menggambarkan rasa sakit. Biasanya, rasa ketidaknyamanan yang samar
hadir, tapi rasa sakitnya mungkin tajam, seperti menusuk, atau mengiris.

Gejala gastritis lainnya adalah sebagai berikut:


 Sendawa: Sendawa biasanya tidak meredakan rasa sakit atau
meredakannya hanya sebentar.
 Mual dan muntah: Muntah dapat berwarna jernih, hijau atau kuning,
bercak darah, atau benar-benar berdarah, tergantung pada tingkat
keparahan peradangan perut.
 Kembung
 Merasa penuh atau terbakar di bagian atas perut
Pada gastritis yang lebih parah, perdarahan bisa terjadi di dalam
perut. Gastritis erosiva menyebabkan erosi mukosa lambung yang
menyebabkan perdarahan. Salah satu dari gejala berikut dapat terjadi juga:
 Detak jantung cepat, wajah pucat, berkeringat dingin
 Merasa ingin pingsan atau sesak napas
 Nyeri dada atau sakit perut parah
 Muntah darah dalam jumlah besar
 BAB berdarah dengan warna yang gelap, lengket, dan berbau sangat
busuk, akibat darah dari lambung bercampur dengan asam lambung
Semua atau semua gejala ini bisa terjadi secara tiba-tiba terutama
pada orang dewasa yang berusia lebih dari 65 tahun.

18
4) Diagnosa Gastritis
Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Keluhan yang sering
dihubungkan dengan gastritis yaitu nyeri panas atau pedih pada ulu hati
disertai mual dan muntah. Keluhan tersebut tidak bisa digunakan sebagai
indikator dalam evaluasi keberhasilan terapi dari gastritis. Pemeriksaan
fisik juga tidak memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
menegakkan diagnosis gastritis (Hirlan, 2009).
Untuk menegakkan diagnosa gastritis, dilakukan dengan berbagai 
macam tes, diantaranya :
 Tes Darah
Tes darah untuk melihat adanya antibodi terhadap
serangan Helicobacter pylori. Hasil test yang positif menunjukkan  bahwa
seseorang pernah mengalami kontak dengan bakteri Helicobacter
pylori dalam hidupnya, tetapi keadaan tersebut bukan berarti seseorang
telah terinfeksi Helicobacter pylori. Tes darah juga dapat digunakan untuk
mengecek terjadinya anemia yang mungkin saja disebabkan oleh
perdarahan karena gastritis.
 Breath Test
Test ini menggunakan tinja sebagai sampel dan ditujukan untuk
mengetahui apakah ada infeksi Helicobacter pylori dalam tubuh
seseorang.
 Stool Test
Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya Helicobacter
pylori dalam sampel tinja seseorang. Hasil test yang positif menunjukkan
orang tersebut terinfeksi Helicobacter pylori. Biasanya dokter juga
menguji adanya darah dalam tinja yang menandakan adanya perdarahan
dalam lambung karena gastritis.
 Rontgen
Test ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada lambung
yang dapat dilihat dengan sinar X. Biasanya akan diminta menelan cairan

19
barium terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
 Endoskopi
Test ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada lambung
yang mungkin tidak dapat dilihat dengan sinar X. Tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas
usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi),
sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit.
Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi
harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu
atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang
sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop.Perubahan histopatologi selain menggambarkan perubahan
morfologi, sering juga menggambarkan proses yang mendasari misalnya
autoimun, atau respon adaptif mukosa lambung. Perubahan yang terjadi
yaitu degradasi epitel, hiperplasia foveolar, infiltrasi netrofil, inflamasi sel
mononuklear, folikel limfoid, atropi, intestinal metaplasia, hiperplasia sel
endokrin, dan kerusakan sel epitel. Pemeriksaan histopatologi juga
menyertakan pemeriksaan Helicobacter pylori (Hirlan, 2009).
obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak
mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung berperan penting
dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila
mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan
merusak mukosa. Kehadiran HCl di mukosa lambung menstimulasi
perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan
histamine dari sel mast. Histamine akan menyebabkan peningkatan

20
pemeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra sel ke
ekstrasel dan meyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul
perdarahan pada lambung. Lambung dapat melakukan regenerasi mukosa
oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya. Bila
lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi
terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin
sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel
mukasa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa
lambung akan menurun atau hilang sehingga cobalamin (vitamin B12)
tidak dapat diserap diusus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan
penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Selain itu
dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan
perdarahan (Suratum, 2010).
 Pemeriksaan CT Scan, atau MRI
Pada CT Scan atau MRI terdapat 4 tanda radiologis gastritis akut
tanpa menimbang etiologi, yaitu :
1. Lipatan yang tebal: ukuran diameter >5 mm, bila lipatan tebal
terdapat pada pasien yang simptomatik, umumnya ada
keterlibatan Helicobacter pylori
2. Nodul-nodul inflamasi pada lapisan mukosa
Hal ini merupakan ciri khas gastritis, yang sering terlihat pada
gaster bagian distal, berbentuk kecil, dengan tepi tak rata, tampak berbaris
pada lipatan-lipatan antrum gaster, dan menghilang ke dalam mukosa
sekitarnya
3. Permukaan gaster tampak kasar
4. Permukaan gaster tampak erosi
Gambaran ini merupakan salah satu tanda spesifik gastritis. Erosi
dapat tampak linier atau bergelombang, dapat diiringi edema, terlihat pada
atau dekat dengan kurvatura mayor. Erosi ini dapat tampak jelas terlihat
dengan pemberian zat kontras.

21
Pemeriksaan histologi melalui biopsi mampu menentukan
diagnosis secara histologis dan klasifikasi gastritis, menggunakan zat
pewarna Warthin-Starry silver menghasilkan sensitivitas 93% dan
spesifisitas 99%. Pemeriksaan ini direkomendasikan juga pada pasien
dengan perdarahan gastrointestinal akut, atau pasien yang diberikan PPI
seperti omeprazole dan lansoprazole atau antibiotika.
Gambaran histologis pada gastritis akut adalah sebagai berikut:
1. Fase awal infeksi Helicobacter pylori:
Kolonisasi Helicobacter pylori akan menimbulkan infiltrasi sel-sel
netrofil dan mononuclear pada permukaan epitelium dan foveolar mukosa
gaster di bagian antrum dan corpus. Lamina propria tampak
edema. Helicobacter pylori tampak menempatkan diri sebagai basil hitam,
bentuk kurva pada deretan lapisan sel-sel epithelial mukosa gaster. Jarang
ditemukan pada kebanyakan pasien karena infeksi ini umumnya sub-
klinik, dan bila ditemukan hanya secara kebetulan.
2. Infeksi Cytomegalovirus, tampak sel-sel sitomegali dengan inklusi
intranuklear
3. Infeksi histoplasmosis, tampak non-necrotizing granuloma yang berisi
kuman tersebut
4. Gastritis ulcero-hemoragik
Sel-sel epitelium tampak tererosi dengan edema dan bercak
perdarahan, secara tipikal inflamasi hanya sedikit. Pada kasus yang berat,
lumen gaster dapat diliputi oleh eksudat fibropurulen dan lamina propria
bisa digantikan oleh zat-zat hialin eosinofilik
5. Gastritis erosif karena konsumsi zat besi per oral yang berlebihan
Tampak hiperplasia foveolar, atau hiperplasia polip. Zat besi dapat
diasosiasikan dengan nekrosis seperti infark, karena bersifat korosif.
Ditemukan tanda adanya zat besi dapat dilihat dengan pigmen berwarna
coklat keemasan pada sampel jaringan, dan hal ini seringkali mudah
terlihat dengaan kasatmata.

22
6. Gastritis karena kemoterapi
Tampak sel-sel epitelial atipikal pada dasar kelenjar-kelenjar
gaster. Tampak adanya mitosis yang tak terlalu banyak dan nuklei
pleomorfik
7. Gastritis karena radioterapi
Tampak karyorrhexis nuklear dan sitoplasmik eosinophilia pada
celah epitelium gaster dalam waktu 10 hari pertama terapi. Diikuti dengan
edema mukosa, kongesti, pembengkakan submukosa bundle kolagen,
deposit kolagen dan telangiektasia. Bila keadaan ini ekstensif, maka
ulserasi dan perdarahan juga akan terlihat.Gambaran histologis pada
gastritits kronis adalah sebagai berikut:
1. Polimorfonuklear lekosit tampak menginfiltrasi lamina propria,
kelenjar-kelenjar, permukaan epitelium, dan epitelium foveolar, yang
terkadang dapat terlihat tumpah kedalam lumen dan membentuk mikro
abses kecil-kecil
2. Limfoid tampak berkumpul dan folikel-folikel limfoid yang sudah
matang sekali-kali tampak menyelubungi lamina propria mukosa
gaster
3. Beberapa limfosit juga tampak menyebar ke epitelium
Apabila gastritis berlanjut menjadi kronis klasifikasinya dibedakan
secara histologis, yaitu:
1. Gastrik atrofi
Terjadi bila penyakit sudah sangat lama, berakibat pada kehilangan
kelenjar-kelenjar lambung yang signifikan, akibat dari kehilangan sel-sel
epitelial gaster yang tidak tergantikan oleh proliferasi sel yang sesuai atau
juga dapat terjadi dari penggantian epitelium dengan epitelium tipe
intestinal (intestinal metaplasia)
2. Gastritis kronik aktif
Terjadi pada infeksi tipikal yang melibatkan bakteri Helicobacter
pylori, yang tampak pada antrum (paling banyak jumlahnya) dan corpus
gaster. Bakteri Helicobacter pylori ditemukan di antara lapisan mukosa

23
gaster, sering terakumulasi dalam grup-grup pada sisi apikal permukaan
sel-sel gaster. Kadang- kadang tampak pada bagian bawah dari foveola
gaster, dan jarang pada area mukosa yang lebih dalam di mana terdapat
sel-sel kelenjar.
3. Gastritis atrofik dengan stadium lanjut yang berhubungan dengan
infeksi Helicobacter pylorikronik
Memberikan gambaran sel-sel intestinal metaplasia yang ekstensif
pada korpus dan antrum gaster. Keadaan ini dihubungkan dengan
perkembangan terjadinya hipoklorhidria. Dengan tejadinya ekspansi dari
intestinal metaplasia, jumlah organisme Helicobacter pylori yang dapat
dideteksi dalam lambung akan berkurang jumlahnya. Hal ini disebabkan
kuman tersebut dikeluarkan dari area epitelium yang bermetaplasia.
4. Gastritis atrofik autoimun
Pada fase awal akan didapatkan infiltrasi multifokal difus pada
lamina propria oleh sel-sel mononuklear dan eosinophil dan infiltrasi fokal
T-cell dari kelenjar-kelanjar oxyntic dengan kerusakan kelenjar yang
nampak terlihat.
Pada fase hiperplasia akan nampak sel-sel neck mukosa fokal
(pseudopilorik metaplasia) dan perubahan adanya hipertrofi dari sel-sel
parietal.
Pada fase florid akan terjadi peningkatan inflamasi limfositik, dan
atrofi kelenjar oxyntic.
Pada fase akhir akan ada keterlibatan difus pada corpus dan fundus
gaster oleh gastritis kronis atrofi yang berhubungan dengan sedikit
intestinal metaplasia, perubahan ini tidak ditemukan pada antrum [1, 2, 6]

Laboratorium Darah
Pada pemeriksaan darah lengkap (complete blood count) bisa
didapatkan hemoglobin menurun atau anemia yang terjadi bila ada
perdarahan pada gastritis akut. Leukositosis juga dapat ditemukan dan
menunjukkan kecenderungan terjadinya gastritis phlegmonous.

24
Tes fungsi ginjal juga dapat dilakukan karena gangguan fungsi
ginjal yang diiringi dengan adanya urea dalam darah disertai refluk cairan
empedu dapat memicu inflamasi mukosa gaster. [16]
Tes fungsi pankreas juga dapat dilakukan apabila dicurigai bahwa
kausal dari gastritis berhubungan dengan masalah pada pankreas. Pernah
dilaporkan adanya gastritis kronis pada pasien dengan pankreatitis
autoimun.
Pemeriksaan serum vitamin B12 dianjurkan terutama pada pasien
dengan gejala dispepsia yang juga menderita defisiensi vitamin B12 ini,
karena gastritis kronis umumnya terjadi pada orang lanjut usia, dan
diasosiasikan dengan gastritis autoimun, dan dapat menurunkan absorpsi
vitamin B12.
Pemeriksaan serum antibodi faktor intrinsik dapat dilakukan
apabila ada kecurigaan terjadi komplikasi berupa anemia pernisiosa.
5) Pencegahan Gastritis
Penyembuhan penyakit gastiritis harus dilakukan dengan
memperhatikan diet makanan yang sesuai. Diet pada penyakit gastritis
bertujuan untuk memberikan makanan dengan jumlah gizi yang cukup,
tidak merangsang, dan dapat mengurangi laju pengeluaran getah lambung,
serta menetralkan kelebihan asam lambung.
Secara umum ada pedoman yang harus diperhatikan yaitu :
a) Makan secara teratur. Mulailah makan pagi pada pukul 07.00 Wib.
Aturlah tiga kali makan makanan lengkap dan tiga kali makan makanan
ringan.
b) Makan dengan tenang jangan terburu-buru. Kunyah makanan hingga
hancur menjadi butiran lembut untuk meringankan kerja lambung.
c) Makan secukupnya, jangan biarkan perut kosong tetapi jangan makan
berlebihan sehingga perut terasa sangat kenyang.
d) Pilihlah makanan yang lunak atau lembek yang dimasak dengan cara
direbus, disemur atau ditim. Sebaiknya hindari makanan yang digoreng
karena biasanya menjadi keras dan sulit untuk dicerna.

25
e) Jangan makan makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin karena akan
menimbulkan rangsangan termis. Pilih makanan yang hangat (sesuai
temperatur tubuh).
f) Hindari makanan yang pedas atau asam, jangan menggunakan bumbu
yang merangsang misalnya cabe, merica dan cuka.
g) Jangan minum minuman beralkohol atau minuman keras, kopi atau teh
kental. h. Hindari rokok.

6) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis


 Diet
Salah satu penyebab utama meningkatnya asam lambung
adalah pola makan yang tidak teratur. Makanan atau minuman yang di
konsumsi dan masuk kedalam lambung berfungsi mengurangi
kepekatan asam lambung sehingga tidak sampai menggerogoti
lambung. (Shulfany,2011)
Perubahan pola makan meliputi tidak teraturnya waktu makan,
frekuensi makan, jenis makanan dan porsi makanan yang dikonsumsi
dapat mempengaruhi kekambuhan gastritis. (Misnadiarly,2009)
 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses
sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku terbuka ( over behavior ). Pengetahuan
( knowledge ) juga diartikan sebagai hasil penginderaan manusia atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
(mata, hidung dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu
pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
( Notoadmodjo, 2007)
Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal,
termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara

26
sengaja maupun tidak sengaja dan terjadi setelah orang melakukan
kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. (Mubarak,
2007)
 Sikap
Sikap adalah pernyataan evaluative terhadap objek,orang atau
peristiwa. Hal ini mencermikan perasaan seseorang terhadap sesuatu
sikap mungkin dihasilkan dari perilaku tetapi sikap tidak sama dengan
perilaku (Ali, 2012). Orang yang memiliki sikap positif terhadap suatu
objek psikologi apabila ia suka atau memilki sikap vaforable terhadap
objek psikologi (Ahmadi, 2013).
Menurut (Fishbein dalam Ali 2006) “sikap adalah predisposisi
emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap
suatu objek”. Sedangkan menurut Second dan Backman dalam
Saifuddin Azwar (2012) ”Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal
perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif), dan predisposisi tindakan
(konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”.
 Peran Orang Tua
Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma (2004)
merupakan bantuan yang diterima salah satu anggota keluarga dari
anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi keluarga.
Seseorang akan sembuh lebih cepat bila keluarganya membantu
memecahkan masalah dengan lebih efektif dengan dukungan yang
dimilikinya.
 Faktor Presdisposisi

1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

27
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku
seseorang (Notoatmodjo, 2010).

 Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kongnitif mempunyai 6
tingkat yaitu : (Notoatmodjo, 2011 )
a) Tahu ( know ) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termaksud kedalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu uang
spesifik dan seluruh bahan yang di pelajari atau ransangan yang
telah diterima . Oleh sebab itu “ tahu “ ini merupakan tingkat
pengetahuan paling rencah .kata kerja yang mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang ari yaitu
menyebutkan,menguraikan,megidentifikasi, menyatakan dan
sebagainya.
b) Memahami ( Comprehention ) Memahami artinya sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar
c) Aplikasi ( Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
ataupun kondisi riil (sebanarnya).Aplikasi disini dapat diartikan
aplikasi ataupun penggunaan hukum-hukum,rumus,metode,prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen
tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain
e) Sintensis (Syntesis) Sintesis yang dimaksud menunjukan pada
suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam seluruh suatu keseluruhan yang

28
baru.Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
2) Stress
Stres merupakan keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan
internal maupun eksternal (stimulus) yang dapat membahayakan, tak
terkendali atau melebihi kemampuan individu sehingga individu akan
bereaksi baik secara fisiologis maupun psikologis (respon) dan melakukan
usaha-usaha penyesuaian diri terhadap situasi tersebut (Al Banjary, 2009).
3) Pola Makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah
atau jenis makanan dengan maksud tertentu. (Depkes RI ,2009). Dengan
demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau
usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Sedangkan yang
dimaksud pola makan sehat dalam penelitian ini adalah suatu cara atau
usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis bahan makanan dengan maksud
tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan pola
makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap
harinya (Anonym, 2009).
4) Kepercayaan
Lewicki dan Bunker (1996) kepercayaan sering didefinisikan
sebagai harapan pihak lain dalam melakukan hubungan sosial, di mana di
dalamnya tercakup resiko yang berasosiasi dengan harapan itu. Artinya,
bila seseorang mempercayai orang lain maka ketika hal itu tidak terbukti ia
akan menerima konsekuensi negatif seperti merasa dikhianati, kecewa dan
marah (dalam Wachdi, 2003).

29
Membangun kepercayaan pada orang lain merupakan hal yang
tidak mudah. Itu tergantung pada perilaku kita dan kemampuan orang lain
untuk percaya dan mengambil resiko. Lewicki (dalam Meila, 2009)
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kepercayaan individu
dalam mengembangkan harapannya mengenai bagaimana seseorang dapat
percaya kepada orang lain, bergantung pada faktor-faktor di bawah ini:
a. Predisposisi kepribadian, menunjukkan bahwa setiap individu
memiliki predisposisi yang berbeda untuk percaya kepada orang lain.
Semakin tinggi tingkat predisposisi individu terhadap kepercayaan ,
semakin besar pula harapan untuk dapat mempercayai orang lain.
b. Reputasi dan stereotype, meskipun individu tidak memiliki
pengalaman langsung dengan orang lain, harapan individu dapat
terbentuk melalui apa yang diperlajari dari teman ataupun dari apa
yang telah didengar. Reputasi orang lain biasanya membentuk harapan
yang kuat yang membawa individu untuk melihat elemen untuk
percaya dan tidak percaya serta membawa pada pendekatan hubungan
untuk saling percaya.
c. Pengalaman aktual, pada kebanyakan orang, individu membangun
faset dari pengalaman untuk berbicara, bekerja, berkoordinasi dan
berkomunikasi. Beberapa dari faset tersebut sangat kuat di dalam
kepercayaan, dan sebagian kuat di dalam ketidakpercayaan. Sepanjang
berjalannya waktu, baik elemen kepercayaan maupun
ketidakpercayaan memulai untuk mendominasi pengalaman, untuk
menstabilkan dan secara mudah mendefenisikan sebuah hubungan
ketika polanya sudah stabil, individu cenderung untuk
mengeneralisasikan sebuah hubungan dan menggambarkannya dengan
tinggi atau rendahnya kepercayaan atau ketidakpercayaan.
d. Orientasi psikologis, menyatakan bahwa individu membangun dan
mempertahankan hubungan sosial berdasarkan orientasi psikologisnya.
Orientasi ini dipengaruhi oleh hubungan yang terbentuk dan

30
sebaliknya. Dalam artian, agar orientasinya tetap konsisten, maka
individu akan mencari hubungan yang sesuai dengan jiwa mereka.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi individu dalam mengembangkan kepercayaannya terhadap
individu lain yakni bergantung pada predisposisi kepribadian, pengalaman
actual, reputasi seseorang yang tidak hanya terbentuk dari pengalaman,
serta orientasi psikologis yang berkaitan dengan kesesuaian hubungan
yang sesuai dengan jiwa mereka.
5) Nilai
Secara umum, nilai adalah konsep yang menunjuk pada hal hal
yang dianggap berharga dalam kehidupan manusia, yaitu tentang apa yang
dianggap baik, layak, pantas, benar, penting, indah, dan dikehendaki oleh
masyarakat dalam kehidupannya. Sebaliknya, hal-hal yang dianggap tidak
pantas, buruk, salah dan tidak indah dianggap sebagai sesuatu yang tidak
bernilai.
 Faktor Pemungkin
1) Ketersediaan sumber daya kesehatan
Ketersediaan SDM dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
memegang peranan penting, apalagi dalam era Jaminan Kesehatan
Nasional sekarang ini. Program JKN mulai diterapkan di Indonesia pada
tahun 2014. Program yang hampir sama telah diterapkan sebelumnya di 5
provinsi, yaitu DKI Jakarta, Sumatera Selatan, BangkaBelitung, Bali dan
Kalimantan Timur sedangkan provinsi lainnya belum menerapkan
program serupa. Dengan adanya program JKN tentunya akan terjadi
perubahan dalam berbagai hal. Dari aspek provider kesehatan misalnya,
harus memberikan layanan yang meningkat karena adanya peningkatan
permintaan terhadap layanan kesehatan. Dengan meningkatnya kunjungan
maka diperlukan kesigapan petugas atau SDM di pelayanan kesehatan
dalam melayani kunjungan masyarakat.
2) Aksesibilitas sumber daya kesehatan

31
Akses ke pelayanan kesehatan merupakan pusat dari penyelenggaraan
sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Hal ini penting karena
pengukuran kegunaan dan akses dalam pemberian pelayanan merupakan
bagian dari sistem kebijakan kesehatan yang ada. Meskipun demikian,
akses masih dianggap gagasan yang kompleks dimana ada beragam
interpretasi dari banyak ahli. Akses bisa dilihat dari sumber daya dan
karakteristik pengguna. Namun, dalam rangka meningkatkan pelayanan
jangka pendek, sumber daya yang memegang peranan penting. Pada
umumnya, permasalahan harga, waktu transportasi dan waktu tunggu lebih
direspon secara spesifik daripada permasalahan karakteristik sosial
ekonomi masyarakat seperti pendapatan, sarana transportasi dan waktu
luang. Akses merupakan kesempatan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Akses bisa digunakan
untuk mengidentifikasi kebutuhan, mencari dan mendapatkan sumber daya
dan menawarkan pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan
pengguna.
3) Keterampilan yang terkait dengan kesehatan
Ada 5 keterampilan  yang harus  di miliki oleh Petugas Kesehatan dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, kelima
keterampilan tersebut adalah
1. Memerankan  Peran dan sikap Petugas
2. Melakukan  Komunikasi
3. Menggunakan Alat Bantu Belajar
4. Melakukan kegiatan dengan Kerja Sama
5. Menggunakan Metode belajar

 Faktor Penguat

1) Peran orang tua


Peran Ayah sebagai kepala keluarga,pencari nafkah,pelindung.
Peran Ibu sebagai pengatur rumah tangga,merawat anggota keluarga,peran
anak adalah belajar. Orang tua basis kekuatan

32
keluarga,reinforcement,sumber kasih sayang,kebutuh psikosial. Orang tua
juga harus mencegah anggota keluarganya agar tidak terjadinya gangguan
kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit.
2) Guru
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Kemudian guru dalam
pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di
tempat-tempat tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan formal, tetapi
bisa juga di masjid, di surau atau mushola, di rumah dan sebagainya.
Sementara Supardi dalam bukunya yang berjudul “Kinerja Guru”
menjelaskan pengertian guru menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah jalur pendidikan formal.
3) Majikan atau pimpinan
Konsep kepemimpinan pada dasarnya berasal dari kata pimpin
yang artinya bimbing atau tuntutan. Dari kata pimpin melahirkan kata
kerja memimpin yang artinya membimbing atau menuntun dan kata benda
pemimpin yaitu orang yang berfungsi memimpin atau orang yang
membimbing atau menuntun (Pasolong, 2008; 1). Sedangkan
kepemimpinan yaitu kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang
lain dalam mencapai tujuan. Di dalam kehidupan seharihari dan berbagai
literatur yang membahas kepemimpinan muncul istilah yang hampir sama
dengan hal tersebut dan kadang-kadang dipergunakan silih berganti
seolah-olah tidak ada perbedaan satu dengan yang lainnya, yaitu pimpinan
dan pemimpin. Hal yang demikian ini dapat berdampak kepada kesalahan
berpikir. Kesalahan berpikir dapat berdampak kepada kesalahan bertindak
akan berdampak kepada kekacauan dalam bernegara. Oleh karena itu,

33
perlu dikemukakan beberapa pengertian kedua konsep tersebut untuk
menyamakan persepsi dan interprestasi.
4) Rekan 

Blanchard dan Thacker (2007: 196) mendefinisikan dukungan rekan


sebagai dorongan dan bantuan yang dterima peserta dari rekan mereka.
Menurut Nijman et al., (2006) dukungan rekan mencerminkan sejauh mana
rekan-rekan 20 berperilaku dengan cara mengoptimalkan peserta menggunakan
pembelajaran.

Dukungan rekan secara umum dipahami sebagai dorongan rekan untuk


menggunakan pembelajaran baru (Bossche et al., 2010). Dari beberapa definisi
atas maka dalam penelitian ini disimpulkan bahwa dukungan rekan ialah
dukungan serta dorongan yang diberikan oleh rekan untuk menggunakan
pembelajaran baru yang diperoleh selama pelatihan mereka.

5) Penyedia

34
B. Kerangka Teori
Dengan adanya landasan teori tersebut, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis adalah
modifikasi menurut Lawrence Green.

Faktor Presdisposisi:

1. Pengetahuan
2. stress
3. Sikap (pola makan)
4. Kepercayaan
5. Nilai
6. Variabel Demografik

Faktor Pemungkin:

1. Ketersidiaan sumber
daya kesehatan
2. Aksesibilitas sumber
daya kesehatan Spesifik
3. Prioritas Permasalahan
masyarakat/pemerint Perilaku
ah dan komitmen
terhadap kesehatan
4. Keterampilan yang
terkait dengan
kesehatan

Faktor Penguat :

1.Keluarga
\ 2.Rekan-rekan
3.Guru
4.Majikan atau
pimpinan
5. Penyedia

Gambar 1. Kerangka Teori

35
C. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Kejadian Gastritis Pada


1. Pengatahuan Mahasiswa
Mahasiswa Kesmas
2. Stress
Hang Tuah Pekanbaru
3. Peranan Orangtua
4. Pola Makan

Gambar 2. Kerangka Konsep


D. Hipotesis

1. Ada hubungan pengetahuan mahasiswa dengan kejadian gastritis


mahasiswa prodi kesmas STIKes Hang Tuah Pekanbaru 2019
2. Ada hubungan stress dengan kejadian gastritis mahasiswa prodi kesmas
STIKes Hang Tuah Pekanbaru 2019
3. Ada hubungan peran orang tua dengan kejadian gastritis mahasiswa prodi
kesmas STIKes Hang Tuah Pekanbaru 2019
4. Ada hubungan pola makan dengan kejadian gastritis mahasiswa prodi
kesmas STIKes Hang Tuah Pekanbaru 2019

36
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


1. Jenis Penelitian
Metode penelitian ini adalah Kuantitatif dengan jenis penelitian
Analitik Observavasional yang memiliki arti suatu metode penelitian
untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Gastritis Pada Mahasiswa Prodi Kesmas STIkes Hang Tuah Pekanbaru
Tahun 2019.
2. Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah cross sectional(belah lintang), dimana
cross sectional ini memilih kelompok penelitian yang melihat
perbandingan suatu objek penelitian atau variabel dengan variabel
pembanding terhadap pengaruh pada kelompok tertentu tanpa adanya
perlakuan peneliti. Menurut notoadmojo (2010) dalam penilitan cross
sectional variabel sebab atau resio dan akibat atau kasus yang terjadi pada
objek penelitian di ukur atau di kumpulkan dalam satu waktu yang
bersamaan.

R+

K+

R-
N

R+
K-

R-

Gambar 3. Skema Dasar Penelitian Cross Sectional

37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kampus STIkes Hang Tuah
Pekanbaru dan waktu penelitian dilaksanakan bulan Oktober-Desember
2019.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoadmojo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa/I Studi Stikes Hang Tuah Pekanbaru. Jumlah populasi yang
menjadi objek penelitian dalam skripsi ini adalah 770 orang.
2. Sampel Penelitian
Menurut Notoadmojo (2010) sampel adalah subjek yang akan
diambil sebagian dari keseluruhan populasi yang diteliti. Dalam
mengambil sampel penelitian ini digunakan teknik atau cara-cara tertentu
sehingga sampel tersebut dapat mewakili populasi yang diteliti
(Notoadmojo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah subyek yang
diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian yang diambil
dengan metode simple random sampling dan secara tertulis telah
menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian dan telah menandatangani
lembar persetujuan atau informed consent. Besar sampel yang ditentukan
dengan rumus Slovin menurut Notoadmojo (2010) sebagai berikut :

Keterangan :

n= Besar sampel

N= Jumlah Populasi (N=770)

d= Tingkat kepercayaan (5%)

n= 770 n= N

1+770 (0,05) 1 +N (d )

38
Z 2 1−a/2 N . P . Q
n= 2 2
d ( N−1 ) + Z 1 a/2 . P . Q

Keterangan :

n= Besar Sampel

Z1-a/2= 1.96 pada a 0.05

P= Proporsi prevalensi kejadian(dr penelitian sebelumnya, kalau tidak ada


nilainya 0,5)

Q= 1-P

d= Presisi ditetapkan (005/0,1)

Untuk mencegah terjadinya drop out maka dilakukan penambahan


sampel sebanyak 10% dengan asumsi bahwa desain studi cross sectional
memiliki peluang drop out sebanyak 3 atau 26 sampel. Jadi besar sampel
adalah 45.

D. Teknik Sampling
Menurut Sugiyano (2012:81 ) pengertian teknik sampling adalah
teknik pengambilan sampel,untuk melakukan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian. Terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan, dan
dalam penelitian ini teknik sampling yang penulis gunakan adalah teknik
non probabilty sampling.
Menurut sugiyono (2012:82) pengertian non probabality sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik non probability sampling yang digunakan dalam
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah tekhnik Quota Smpling.

39
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasiona

Variabel dalam penelitian ini meliputi,Pengetahuan, Stress, Pola


makan,peran orang tua) di wilayah kampus STIkes Hang Tuah Pekanbaru
tahun 2019.

Variabel Defenisi Hasil ukur Skala


Variabel Independet

Struktur (waktu) yang tetap dalam hal makan


1. Pola Makan 1. Sering 2. Jarang 3. Nominal
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2004)
Tidak Pernah

gangguan atau kekacauan mental dan emosional


2. Stress Nominal
yang disebabakan oleh faktor luar;ketegangan 1. Sering 2. Jarang 3.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) Tidak Pernah

3. Pengetahuan segala sesuatu yang diketahui;kepandaian (Kamus 1. Ya 2. Tidak Nominal


Besar Bahasa Indonesia)
4. Peran Orang Tua peranan orang tua 1. Ya 2. Tidak Nominal

Variabel Dependen
Penilaian gastritis positif (+) apabila
terdapatnya jawaban (ya) pada 1 atau lebih
adalah peradangan pada dinding lambung. Bukan
pertanyaan 1-4 ataupun 2 atau lebih dari
1. Kejadian Gastritis suatu penyakit,namun sebuah kondisi yang Nominal
seluruh pertanyaan dan negatif (-) apabila
disebabkan oleh beragam faktor yang berbeda.
terdapatnya jawaban (tidak) pada seluruh
pertanyaan (Djojoningrat, 2009)

Tabel 1. Variabel dan Defenisi Operational

F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan pada peneliti ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.
1. Jenis Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer pada penelitian ini adalah data yang diperoleh
langsung dari sumber data, yaitu dengan pengisian kuesioner oleh
responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap
sampel penelitian. Kuesioner tersebut terdiri dari kuesioner identitas
responden (jenis kelamin mahasiswa dan tempat tinggal mahasiswa),
kuesioner pola makan, dan kuesioner Pengetahuan Mahasiswa,
Kuesioner stress, kusioner peran orang tua. Sedangkan kuesioner pola
makan,stress,peran orang tua,pengetahuan mahasiswa mengadopsi dari
kuesioner yang sudah valid dan reliable yang telah disusun peneliti pada
mahasiswa S1 Kesmas.

40
b. Data Sekunder
Pada penelitian ini adalah data yang diperoleh dari bagian
pendidikan Prodi Kesmas, yaitu jumlah mahasiswa S1 yang terdapat di
Prodi Kesmas.

2. Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan subjek dan proses
pengumpulan karakteristik yang diperlukan dalam penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Mencari data kasus Gastritis dengan melakukan penyebaran
kusioner pada Mahasiswa S1 Kesmas.
b. Dalam menentukan sampel kasus,peneliti melakukan penyebaran
kusioner pada masiswa S1 Kesmas.

G. Pengolahan Data

Tahapan dari pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul


dengan melalui beberapa tahap:

1. Editing
Editing untuk memeriksakan data responden dan memastikan
bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode
untuk memudahkan melakukan tabulasi dan analisa data.
2. Coding
Adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan. Misalnya, jenis kelamin : 1. Laki-laki
2. Perempuan. Kemudian untuk variabel dukungan keluarga meliputi
pernyataan positif dan negatif.
3. Procesing
Procesing merupakan kegiatan memproses data dengan cara
mengentry data dari kusioner ke paket program komputer dengan
menggunakan program spss.

41
4. Cleaning
Cleaning adalah pengecekan kembali data yang sudah dientry
untuk mengetahui antara lain missing data list distribusi frekuensi
dibandingkan jumlah sampel,variasi dadata melalui Data melalui distribusi
masing-masing variabel melalui tabel silang.

H. Analisis Data

Dalam penelitian ini akan menghubungkan dua variabel yaitu pola


makan sebagai variabel independen yang merupakan skala variabel
kategorik dan Kejadian Gastritis sebagai variabel dependen yang
merupakan skala variabel kategorik dengan jenis hipotesis komparatif
karena dalam penelitian ini akan mencari adanya suatu hubungan sebab
akibat.
Penelitian ini dilakukan pada seluruh mahasiswa Stikes Hang Tua
Pekanbaru. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan menggunakan uji
analisis chi-square bila memenuhi syarat. Syarat uji chi-square adalah
jumlah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal
sebanyak 20% dari jumlah sel yang ada (Dahlan, 2012). Apabila tidak
memenuhi syarat uji chi-square igunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher.

Seluruh data yang diperoleh dari penelitian yang telah


dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan sistem pengolahan
data lalu dilakukan analisis. Hasil akan disajikan dalam bentuk tabel,
diagram, dan narasi sesuai pustaka yang ada. Analisis data yang digunakan
adalah analisis univariat dan analisis bivariat

1. Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan
karakteristik dari masing-masing variabel penelitian. Data tersebut
meliputi karakteristik mahasiswa yang diteliti (jenis kelamin
mahasiswa dan tempat tinggal mahasiswa saat ini) dan pola
makan,tingkat stress,pengetahuan serta peran orang tua dari

42
mahasiswa yang akan diteliti. Data-data tersebut akan dijelaskan
dengan nilai jumlah dan persentase masing-masing variabel dengan
menggunakan tabel dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang
diperoleh
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis
dari penelitian,yaitu apakah terdapat hubungan antara pola
makan,tingkat stress,pengetahuan dan peran orang tua pada
mahasiswa Stikes Hang Tuah Pekanbaru.

BAB IV
HASIL
A. Analisis Univariat
a. Pengetahuan

Berdasarkan perhitungan pengetahuan gastritis pada mahasiswa


jurusan ikm 2019 di dapatkan bahwa dari 45 responden yang diambil
sebagai subjek penelitian terdapat 16 orang (35,6%) yang berpengetahuan
kurang tentang gastritis, 29 orang (64,4%) yang berpengetahuan baik, dan
dapat dilihat pada tabel 1 dibawah

Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan

Responden
Pengetahuan
F %
Kurang 16 35,6
Baik 29 64,4
Total 45 100,0

b. Stress

43
Berdasarkan perhitungan tingkat stress pada mahasiswa jurusan
ikm 2019 di dapatkan bahwa dari 45 responden yang diambil sebagai
subjek penelitian terdapat 5 orang (11,6%) yang tingkat stress dalam
kedaan normal, 40 orang (88,9%) yang mayoritas tingkat stress pada tahap
sedang, dan tidak ada dalam tahap ringan, dan dapat dilihat pada tabel 2
dibawah

Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat stress

Responden
Stress
F %
Normal 5 11,1
Sedang 40 88,9
Ringan - -
Total 45 100,0

c. Pola Makan
Berdasarkan perhitungan pola makan pada mahasiswa jurusan ikm
2019 di dapatkan bahwa dari 45 responden yang diambil sebagai subjek
penelitian terdapat 7 orang (15,6%) yang memiliki pola makan buruk , 38
orang (84,4%) yang mayoritas memiliki pola makan yang baik, dan dapat
dilihat pada tabel 3 dibawah

Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan pola makan

Responden
Pola makan
F %
Buruk 7 15,6
Baik 38 84,4
Total 45 100,0

d. Peran orang tua


Berdasarkan perhitungan variabel peran orangtua pada mahasiswa
jurusan ikm 2019 di dapatkan bahwa dari 45 responden yang diambil
sebagai subjek penelitian terdapat 19 orang (42,2%) yang tidak ada peran

44
orang tua, 26 orang (57,8%) yang ada peran orang tua, dan dapat dilihat
pada tabel 4 dibawah

Tabel 5. Distribusi frekuensi berdasarkan peran ortu

Responden
Peran Ortu
F %
Tidak ada 19 42,2
Ada 26 57,8
Total 45 100,0

B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji Chi square
(χ²). Adanya hubungan dengan kejadian gastritis ditunjukkan dengan nilai
p < 0,05.

a. Hubungan Pengetahuan dengan kejadian Gastritis pada


mahasiswa prodi kesehatan masyarakat stikes hang tuah
pekanbaru 2019

Tabel 6. Tabulasi silang Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Gastritis


Kejadian Gastritis
Tidak Total P
gastritis
Gastritis
Pengetahuan Jumlah 0 16 16

Kurang Persen 0,0% 100,0% 100,0%


Pengetahuan 1,000
Jumlah 1 28 29
Pengetahuan Baik
Persen 3,4% 96,6% 100,0%

45
Total Jumlah 1 44 45

Persen 2,2% 97,8% 100,0%


Berdasarkan hasil tabulasi silang pengetahuan dengan kejadian
gastritis,dari 16 responden yang berpengetahuan kurang terdapat 16
responden (100%) yang tidak menderita gastritis dan untuk penderita
gastritis tidak di dapati penderitanya (0%). Pada klasifikasi pengetahuan
baik dari total 25 responden,terdapat 1 responden (3,4%) yang menderita
gastritis dan 28 responden(96,6%) tidak menderita gastritis.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di dapatkan


nilai Pvalue 1,000 lebih besar dari 0,05 (Pvalue > 0,05). Karena nilai
signifikansi 1,000> (0.05) maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti
tidak ada hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dengan Kejadian
Gastritis.

b. Hubungan Tingkat Stress dengan kejadian Gastritis pada


mahasiswa prodi kesehatan masyarakat stikes hang tuah
pekanbaru 2019

Tabel 7. Tabulasi silang Hubungan Tingkat Stress dengan Kejadian Gastritis


Kejadian Gastritis
Tidak Total P
gastritis
Gastritis
Jumlah 0 5 5
Normal
Persen 0,0% 100,0% 100,0%
Stress
Jumlah 1 39 40
Sedang 1,000
Persen 2,5% 97,5% 100,0%

Total Jumlah 1 44 45

Persen 2,2% 97,8% 100,0%

Berdasarkan hasil tabulasi silang tingkat stress dengan kejadian


gastritis,dari 5 responden yang tingkat stressnya normal terdapat 5

46
responden (100%) yang tidak menderita gastritis dan untuk penderita
gastritis tidak di dapati penderitanya (0%). Pada klasifikasi tingkat stress
sedang dari total 40 responden,terdapat 1 responden (2,5%) yang
menderita gastritis dan 38 responden(97,5%) tidak menderita gastritis.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di dapatkan


nilai Pvalue 1,000 lebih besar dari 0,05 (Pvalue > 0,05). Karena nilai
signifikansi 1,000 > (0.05) maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti
tidak ada hubungan yang signifikan antara Tingkat stress dengan Kejadian
Gastritis.

c. Hubungan Pola Makan dengan kejadian Gastritis pada


mahasiswa prodi kesehatan masyarakat stikes hang tuah
pekanbaru 2019

Tabel 8. Tabulasi silang Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis

Kejadian Gastritis
Tidak Total P
gastritis
Gastritis
Jumlah 0 7 7
Buruk
Persen 0,0% 100,0% 100,0%
Pola Makan
Jumlah 1 37 38
Baik 1,000
Persen 2,6% 97,4% 100,0%

Total Jumlah 1 44 45

Persen 2,2% 97,8% 100,0%

Berdasarkan hasil tabulasi silang pola maka dengan kejadian


gastritis,dari 7 responden yang memiliki pola makan buruk terdapat 7
responden (100%) yang tidak menderita gastritis, untuk penderita

47
gastritis tidak di dapati penderitanya (0%). Pada klasifikasi pola makan
baik dari total 38 responden,terdapat 1 responden (2,6%) yang
menderita gastritis dan 37 responden(97,5%) tidak menderita gastritis.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di


dapatkan nilai Pvalue 1,000 lebih besar dari 0,05 (Pvalue > 0,05).
Karena nilai signifikansi 1,000 > (0.05) maka H0 diterima dan Ha
ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pola
makan dengan Kejadian Gastritis.

d. Hubungan Peran Orang Tua dengan kejadian Gastritis pada


mahasiswa prodi kesehatan masyarakat stikes hang tuah
pekanbaru 2019

Tabel 8. Tabulasi silang Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis


Kejadian Gastritis
Tidak Total P
gastritis
Gastritis
Jumlah 1 18 19
Tidak Ada
Peran Orang Persen 5,3% 94,7% 100,0%

Tua Jumlah 0 26 26
Ada 0,422
Persen 0,0% 100% 100,0%

Total Jumlah 1 44 45

Persen 2,2% 97,8% 100,0%

Berdasarkan hasil tabulasi silang pola maka dengan kejadian


gastritis,dari 19 responden yang tidak ada peran orang tua terdapat 1
responden (5,3%) yang menderita gastritis, dan 18 responden (94,7%)
tidak menderita gastritis. Pada klasifikasi Ada peran Orang tua dari total

48
26 responden (100%)tidak menderita gastritis dan (0%)untuk yang
menderita gastritis.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di dapatkan


nilai Pvalue 0,422 lebih besar dari 0,05 (Pvalue > 0,05). Karena nilai
signifikansi 0,422 > (0.05) maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti
tidak ada hubungan yang signifikan antara Peran Orang Tua dengan
Kejadian Gastritis.

BAB V
PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, keterbatasan atau kendala tidak dapat


dihindari. Keterbatasan atau kendala yang ditemukan selama melakukan
penelitian ini ialah pada saat diminta untuk menjadi responsen, ada beberapa
calon responden yang menolak karena takut dan tidak memiliki waktu yang
cukup untuk mengisi kuesioner sehingga lebih memilih menolak untuk mengisi
kuesioner.

B. Pembahasan Penelitian

a. Hubungan Pengetahuan dengan kejadian Gastritis pada mahasiswa


prodi kesehatan masyarakat stikes hang tuah pekanbaru 2019

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di dapatkan


nilai Pvalue 1,000 lebih besar dari 0,05 (Pvalue > 0,05). Karena nilai

49
signifikansi 1,000> (0.05) maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti
tidak ada hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dengan Kejadian
Gastritis.

Menurut peneliti Notoatmodjo (2012) Proses yang didasari oleh


pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut
akan bersikap langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung
lama.

Menurut peneliti, Selain itu faktor lain yang mempengaruhi tingkat


pengetahuan tentang gastritis adalah sumber informasi. Pada responden
kasus yang direliti di Stikes Hang Tuah Pekanbaru tahun 2019 tentang
pengetahuan dengan kejadian gastritis,dari 16 responden yang
berpengetahuan kurang terdapat 16 responden (100%) yang tidak
menderita gastritis dan untuk penderita gastritis tidak di dapati
penderitanya (0%). Pada klasifikasi pengetahuan baik dari total 25
responden,terdapat 1 responden (3,4%) yang menderita gastritis dan 28
responden(96,6%) tidak menderita gastritis.

b. Hubungan Tingkat Stress dengan kejadian Gastritis pada mahasiswa


kesehatan masyarakat stikes hang tuah pekanbaru 2019

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di dapatkan


nilai Pvalue 1,000 lebih besar dari 0,05 (Pvalue > 0,05). Karena nilai
signifikansi 1,000 > (0.05) maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti
tidak ada hubungan yang signifikan antara Tingkat stress dengan Kejadian
Gastritis.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang di lakukan


oleh Gustin (2011), pada pasien yang berobat jalan di Puskesmas Gulai
Bancah Kota Bukit tinggi menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat stres terhadap gastritis dengan nilai p=0,025

50
artinya tingkat stres berpengaruh terhadap gastritis. Besarnya risiko tingkat
stres yang tinggi adalah 1,758 kali lebih besar untuk mengalami gejala
gastritis dari pada responden dengan tingkat stres rendah.

Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh


terpapar terhadap bahaya atau ancaman. Stres dapat menimbulkan suatu
pengaruh yang tidak menyenangkan pada seseorang berupa gangguan atau
hambatan dalam pengobatan, meningkatkan resiko kesakitan seseorang,
menimbulkan kembali penyakit yang sudah mereda , mencetuskan atau
mengeksaserbasi suatu gejala dari kondisi medis umum. Stres memiliki
efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap saluran
pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami gastritis. Produksi asam
lambung akan meningkat pada keadaan stres, misalnya pada beban kerja
berat, panik tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat dapat
mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan maka dapat
menyebabkan terjadinya peradangan mukosa lambung atau gastritis.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh


Rahma, dkk (2013) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara stres
dengan kejadian gastritis, di mana bahwa satu lagi penyebab maag adalah
stres, Sistem persyarafan dari otak itu berhubungan ke lambung. Jadi, jika
stres tanpa disadari juga memicu terproduksi asam lambung secara
berlebihan. Asam lambung yang berlebihan ini yang bisa mengakibatkan
munculnya rasa nyeri pada lambung

Menurut peneliti stres yang dialami oleh seseorang dapat


menimbulkan reaksi yang ada pada tubuh. Reaksi pada sistem pencernaan
dapat mengalami gangguan seperti lambung terasa kembung, mual, pedih
karena peningkatan asam lambung (gastritis). tingkat stress dengan
kejadian gastritis,dari 5 responden yang tingkat stressnya normal terdapat
5 responden (100%) yang tidak menderita gastritis dan untuk penderita
gastritis tidak di dapati penderitanya (0%). Pada klasifikasi tingkat stress

51
sedang dari total 40 responden,terdapat 1 responden (2,5%) yang
menderita gastritis dan 38 responden(97,5%) tidak menderita gastritis. dari
45 responden yang diambil sebagai subjek penelitian terdapat 5 orang
(11,6%) yang tingkat stress dalam kedaan normal, 40 orang (88,9%) yang
mayoritas tingkat stress pada tahap sedang, dan tidak ada dalam tahap
ringan,

c. Hubungan Pola Makan dengan kejadian Gastritis pada mahasiswa


kesehatan masyarakat stikes hang tuah pekanbaru 2019
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di dapatkan
nilai Pvalue 1,000 lebih besar dari 0,05 (Pvalue > 0,05). Karena nilai
signifikansi 1,000 > (0.05) maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti
tidak ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan Kejadian
Gastritis.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Lomberg (2013) bahwa kejadian gastritis lebih tinggi bagi yang memiliki
pola makan yang kurang baik dibandingkan yang memiliki pola makan
yang baik. Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pola
makan dengan kejadian gastritis dengan nilai P Value (0,02) < α (0,05).
Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur
sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola
makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan
gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah
kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan
makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Pola
makan yang baik mencegah terjadinya gastritis dan sebaliknya bila pola
makan yang tidak baik dan konsumsi makanan yang tidak sehat dapat
menyebabkan gastritis, pada akhirnya kekuatan dinding lambung
menurun, tidak jarang kondisi seperti ini menimbulkan luka pada
lambung.

52
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran
makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang harus
makan makanan dalam jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua
kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan
disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan obesitas / kegemukan. Selain
itu, makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung,
yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun.
Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada
lambung (Baliwati, 2010).
Menurut peneliti Keteraturan makan berkaitan erat dengan waktu
makan setiap hari. Pola makan yang tidak teratur membuat lambung sulit
beradaptasi. Jika ini berlangsung lama, produksi asam lambung akan
berlebihan sehingga mengiritasi mukosa pada lambung. Hal inilah yang
menyebabkan rasa perih dan mual. pola maka dengan kejadian
gastritis,dari 7 responden yang memiliki pola makan buruk terdapat 7
responden (100%) yang tidak menderita gastritis, untuk penderita gastritis
tidak di dapati penderitanya (0%). Pada klasifikasi pola makan baik dari
total 38 responden,terdapat 1 responden (2,6%) yang menderita gastritis
dan 37 responden(97,5%) tidak menderita gastritis.

d. Hubungan Peran Orang Tua dengan kejadian Gastritis pada


mahasiswa kesehatan masyarakat stikes hang tuah pekanbaru 2019
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di dapatkan
nilai Pvalue 0,422 lebih besar dari 0,05 (Pvalue > 0,05). Karena nilai
signifikansi 0,422 > (0.05) maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti
tidak ada hubungan yang signifikan antara Peran Orang Tua dengan
Kejadian Gastritis.
Hasil penelitian Wardani (2014) peran orang tua terdapat beberapa
aspek, yaitu dukungan informasi, penghargaan, materi, emosi/empati.
Manusia dalam peranannya sebagai makhluk sosial, selalu akan
berinteraksi dengan orang lain.

53
Menurut peneliti peran orang tua dalam masalah gastritis terhadap
anak itu sangat penting. Peran orang tua dengan kejadian gastritis,dari 19
responden yang tidak ada peran orang tua terdapat 1 responden (5,3%)
yang menderita gastritis, dan 18 responden (94,7%) tidak menderita
gastritis. Pada klasifikasi Ada peran Orang tua dari total 26 responden
(100%)tidak menderita gastritis dan (0%)untuk yang menderita gastritis

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian di Kampus Stikes Hang Tuah

Pekanbaru tahun 2019, maka dapat hasil sebagai berikut :

1. Tidak terdapat Hubungan Pengetahuan dengan kejadian Gastritis pada

mahasiswa kesehatan masyarakat stikes hang tuah pekanbaru 2019

dengan Pvalue = 1,000 (>0.05)

2. Tidak terdapat Hubungan Tingkat Stress dengan kejadian Gastritis

pada mahasiswa kesehatan masyarakat stikes hang tuah pekanbaru

2019 dengan Pvalue = 1,000> (0.05).

54
3. Tidak terdapat Hubungan Pola Makan dengan kejadian Gastritis pada

mahasiswa kesehatan masyarakat stikes hang tuah pekanbaru 2019.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di dapatkan

nilai Pvalue 1,000 lebih besar dari 0,05 (Pvalue > 0,05).

4. Tidak terdapat Hubungan Peran Orang Tua dengan kejadian Gastritis

pada mahasiswa kesehatan masyarakat stikes hang tuah pekanbaru

2019. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di

dapatkan nilai Pvalue 0,422 lebih besar dari 0,05 (Pvalue > 0,05).

Karena nilai signifikansi 0,422 > (0.05).

B. Saran
1. Stikes Hang Tuah Pekanbaru
Pemegang program agar lebih giat lagi melakukan sosialisasi mengenai
germas dan mengajak mahasiswa stikes hang tuah pekanbaru untuk hidup
sehat, seperti menyempatkan sarapan dipagi hari,dan mengkonsumsi
makanan yang sehat bagi tubuh.
2. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian
ini dengan menyesuaikan responden bukan hanya dari pengetahuan dan
lainnya serta sebaiknya di sesuaikan. Kemudian ditambahkan pertanyaan
yang lebih mendalam pada setiap variabel dan untuk peneliti selanjutnya
dapat mengembangkan penelitian sejenis dengan menggunakan metode
lain yang tidak diteliti dalam penelitia ini.

55
DAFTAR PUSTAKA

Yuni, Hana. (2011). BAB II Tinjauan Pustaka, 2.1 Pengertian Gastritis.


Artikel ilmiah. https://digilib.unila.ac.id/16384/12/BAB%20II.pdf. Diakses
Tanggal 23 Oktober 2019.

Annastasia, Kinanti Ajeng. (2019). Gejala gastritis, penyebab gastritis,


dan cara mengobatinya. https://www.popmama.com/life/health/annas/gejala-
gastritis-penyebab-dan-cara-mengobatinya/full. Diakses Tanggal 23 Oktober
2019.

Dwi, Darmawan Wisnu.(2014). Definisi Gastritis. Artikel ilmiah.


http://repository.ump.ac.id/2679/3/WISNU%20DWI%20DARMAWAN%20BAB
%20II.pdf. Fakultas Ilmu kesehatan, UMP, asuhan keperawatan. Diakses
Tanggal 23 Oktober 2019.

Puji, Lestari Ari. (2019). Mengenal gastritis, Penyebab dan Cara


Pengobatannya. https://www.fimela.com/lifestyle-

56
relationship/read/4032662/mengenal-gastritis-penyebab-dan-cara-pengobatannya.
Diakses Tanggal 23 Oktober 2019.

Wahyuni. (2018). BAB II Tinjauan pustaka konsep dasar penyakit


gastritis. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/512/3/BAB%20II.pdf. Diakses
Tanggal 23 Oktober 2019.

Maulidiyah, Unun. (2006). Hubungan antara stress dan kebiasaan


makanbdengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis. Skripsi. Universitas
Airlangga. Diakses Tanggal 23 Oktober 2019.

Tussakinah. (2018). Hubungan pola makan dan tingkat stress terhadap


penyakit gastritis.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/805/661. Diakses
Tanggal 23 Oktober 2019.

Putri. (2010). Hubungan pola makan dengan penyakit gastritis.


http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/download/406/3366 .
Diakses Tanggal 23 Oktober 2019.

Malinda, Risa. (2016). gambaran pola makan, tingkat stress, dan keluhan
gejala gastritis.
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/download/13966/8910. Diakses
Tanggal 23 Oktober 2019.

Diatsa, Bagus. (2016). Hubungan pola makan dengan kejadian gastritis di


SMP Mojokerto. http://eprints.ums.ac.id/47262/39/NASKAH
%20PUBLIKASI.pdf. Diakses Tanggal 23 Oktober 2019.

Siska, Hosana. (2017). Gambaran Pola Makan Dalam Kejadiana


Gastritis.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/download/20026/164
53. Diakses Tanggal 23 Oktober 2019.

57
Desmawarita. (2014). Definisi Kepercayaan. http://repository.uin-
suska.ac.id/6193/3/BAB%20II.pdf . Diakses Tanggal 30 Oktober 2019.

Nilakamdi, Zuhroh. (2019). Pengertian Nilai.


https://www.nesabamedia.com/pengertian-nilai. Diakses Tanggal 30 Oktober
2019.

Mujiati. (2016). Ketersediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Pada


Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional di
Delapan Kabupaten-Kota di Indonesia.
https://media.neliti.com/media/publications/179261-ID-ketersediaan-sumber-
daya-manusia-kesehat.pdf . Diakses Tanggal 30 Oktober 2019.

Anasab, Dedison. (2013). Akses Pelayanan Kesehatan: Kesempatan


Untuk Mengidentifikasi Kebutuhan Kesehatan.
https://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/11
03. Diakses Tanggal 30 Oktober 2019.

Arali. (2011). keterampilan fasilitas bagi petugas kesehatan masyarakat.


https://arali2008.wordpress.com/2011/03/10/keterampilan-fasilitasi-bagi-kader-
kesehatan-masyarakat. Diakses Tanggal 30 Oktober 2019.

Mukaromah. (2016). BAB II Konsep Guru, pengertian guru.


http://eprints.walisongo.ac.id/6102/3/BAB%20II.pdf. Diakses Tanggal 30
Oktober 2019.

Srilulu. (2019). Analisa gaya kepimpinan Kepala Dinas. Jurnal. Program


Studi Magister Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Tadulako. Diakses
Tanggal 30 Oktober 2019.

58
MAHASISWA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT STIKes
HANG TUAH PEKANBARU TAHUN 2019

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


GASTRITIS PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN
MASYARAKAT STIKES HANG TUAH PEKANBARU
TAHUN 2019

Tanggal :
B. KARAKTERISTIK RESPONDEN
5. Nama Responden :
6. Umur :
7. Jenis Kelamin :
8. Kelas/Semester :
9. Ras/Suku :
TTMelayu Minang Batak Jawa Lain

59
C. Petunjuk pengisian Kuisioner
 Sebelum mengisi pertanyaan, terlebih dahulu tulislah identitas Saudar/i
pada tempat yang sudah disediakan.
 Pengisian ini dilakukan dengan cara memberikan tanda silang (X) atau
tanda ceklis (√) pada salah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat.
 Setiap pertanyaan hanya memiliki satu jawaban.
 Setelah mengisi jawaban pada kuisioner ini, mohon diperiksa kembali
agar pertanyaan yang belum terisi tidak terlewat (kosong).
 Setelah diisi mohon saudara berikan kepada yang menyerahkan
kuesioner ini pertama kali.

D. Kuisioner
1. Pengetahuan
1. Apakah yang anda ketahui tentang gastritis atau maag ?
a. Peradangan dinding lambung
b. Peradangan dinding usus
c. Peradangan tenggorokan
d. Peradangan dinding ginjal

2. Menurut anda apa saja gejala gastritis atau maag ?

a. Nyeri dan panas pada tenggorokan, serta demam


b. Nyeri pada epigastrium (ulu hati), mual, kembung, muntah
c. Nyeri dan panas pada bagian perut, demam
d. Nyeri pada epigastrium (ulu hati), demam, flu, batuk

3. Menurut anda apa saja penyebab gastritis atau maag ?


a. Makan dengan kadar gula tinggi dan bakteri
b. Makan tidak teratur, obat penghilang rasa nyeri (analgetik) ,
dan bakteri
c. Makan tidak teratur, tidur larut malam, makan pedas dan manis

60
d. Tidak sarapan, bakteri, terpapar radiasi, dan tidur larut malam

4. Menurut anda apa akibat dari gastritis atau maag yang tidak diobati atau
pengobatannya tidak dilakukan secara tuntas ?
a. Kanker usus
b. Kanker tenggorokan
c. Gagal ginjal
d. Kanker lambung

5. Menurut anda faktor beresiko dibawah ini yang harus dihindari agar
dapat mencegah terkena penyakit gastritis atau maag adalah ?
a. Stress dan rokok
b. Rokok dan kurang minum air putih
c. Kurang minum air putih dan stress
d. Kurang minum air putih dan tidak berolahraga

6.Menurut anda jenis makanan yang harus dihindari untuk mencegah


terkena penyakit gastritis atau maag ?

a. Makanan bersuhu panas dan makanan yang memiliki rasa asam


b. Makanan yang tidak bersih dan makanan pedas serta asam
c. Makanan dengan kadar gula tinggi, memiliki rasa asam dan pedas
d. Makanan pedas dan asam, serta makanan berlemak dan menggunakan
bahan penyedap

7. Menurut anda apa sajakah yang dapat mencegah kekambuhan gastritis


atau maag ?
a. Mengoleskan minyak penghangat pada perut dan meminum obat anti
inflamasi
b. Berolahraga, tidur yang cukup, dan meminum 8 gelas air putih/hari
c. Mengatur pola makan dan menghindari makanan serta minuman iritatif

61
d. Makan makanan bergizi, minum air putih 8 gelas/hari, tidur yang cukup,
mencuci tangan pakai sabun

8. Menurut anda jenis minuman yang harus dihindari untuk mencegah


terkena penyakit gastritis atau maag adalah?

a. Jus buah asam dan minuman bersuhu dingin


b. Susu kental manis
c. Kopi, alcohol, dan minuman bersoda
d. Minuman bersoda, jus buah asam, susu cokelat

9. Menurut anda pencegahan yang dapat dilakukan untuk terhindar dari


penyakit gastritis atau maag adalah ?

a. Mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi dalam jumlah yang banyak,


serta berolahraga teratur
b. Manajemen stress yang baik, serta makan teratur dan tepat waktu
c. Tidak merokok, mengkonsumsi vitamin, dan tidak mengkonsumsi
alkohol
d. Tidak mengkonsumsi alkohol, olahraga teratur, dan manajemen stress
yang baik

10. Untuk mencegah terkena penyakit gastritis saat anda mengkonsumsi


obat penghilang rasa nyeri (analgetik), sebaiknya anda melakukan …

a. Mengkonsumsi obat dalam jumlah sedikit


b. Mencari obat pengganti
c. Mengkonsumsi obat setelah makan besar
d. Mengkonsumsi obat saat baru bangun tidur

2. Stress
No Pertanyaan S J TP

62
1 Apakah anda merasa kaget / cemas ketika      
kejadian/peristiwa yang tidak terduga di alami
dalam kehidupan sehari-hari?
2 apakah anda mempunyai banyak masalah?      
3 apakah anda merasa hubungan baik dengan orang      
lain terganggu?
4 Apakah anda sering merasakan jantung berdebar-      
debar karena keadaan takut/cemas?
5 Apakah anda tidak bisa mengendalikan/menahan      
emosi?
6 Apakah anda sering tidak berminat makan?      

Keterangan Pilihan jawaban:


1. S = Selalu
2. J = Jarang
3. TP = Tidak Pernah

3. Pola Makan
No Pernyataan SS S TS STS
1 Memakan junkfood setiap hari tidak menyebabkan      
gastritis
2 Makan tepat waktu untuk mencegah gastritis      
3 Jadwal makan harus 3x sehari      

4 Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol dapat      


mencegah iritasi lambung
5 Tidak makan makanan asam dapat mencegah      
gastritis/maag
6 Tidak meminum kopi dalam jumlah banyak dapat      
mencegah iritasi lambung
Keterangan pilihan jawaban:
1. SS = Sangat setuju
2. S = Setuju
3. TS = Tidak Setuju
4. STS = Sangat Tidak Setuju

4. Peran Orang Tua

No Pertanyaan S KK TS TP
orangtua mengingatkan anda untuk selalu
sarapan?
apakah orangtua mengingatkan untuk
makan tepat waktu?
apakah orangtuan melarang anda
menkomsumsi makanan pedas dan asama

63
secara berlebihan?
apakah orangtua melarang anda
menkomsumsi rokok dan alkohol?
apakah orang tua menyarankan anda agara
menkomsumsi buah dan sayur?
Keterangan pilihan jawaban:
1. S = Selalu
2. K = Kadang-Kadang
3. TS = Tidak Selalu
4. TP = Tidak Pernah

64

Anda mungkin juga menyukai