Anda di halaman 1dari 8

JURNAL MKMI, Juni 2013, hal 125-132

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERANTASAN


PENYAKIT DBD (P2DBD) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAMALANREA MAKASSAR

Evaluation of the Dengue Fever Eradication Program (DFEP)


Implementation in the Service Area of Tamalanrea
Community Health Center Makassar

Yunita Manda Sari


Puskesmas Pundata Baji Kabupaten Pangkep
(yunitaefkaem@yahoo.co.id)

ABSTRAK
Wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea merupakan daerah endemis penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD). Endemisnya suatu daerah dapat disebabkan oleh masalah perencanaan dan pelaksanaan kegiatan program
P2DBD yang tidak optimal terkait dengan sumber daya, proses kegiatan, waktu pelaksanaan, jenis kegiatan hingga
penentuan target cakupan kegiatan sehingga tujuan kegiatan untuk menekan jumlah kasus yang tinggi dan terus
meningkat tidak tercapai. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran pelaksanaan program P2DBD di wilayah
kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar (input, proses dan output). Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif
dengan menggunakan metode wawancara mendalam. Penelitian ini dilakukan pada Maret 2011. Informan dalam
penelitian ada sepuluh orang. Hasil penelitian menggambaran dari segi input, yaitu tenaga belum mencukupi,
sarana yang digunakan Jumantik hanya diberikan tiga tahun terakhir. Komponen proses (pelaksanaan kegiatan
berupa PE dan PJB) telah dilaksanakan sesuai prosedur sedangkan fogging fokus dan larvasida selektif terkadang
tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Komponen output berupa capaian beberapa kegiatan seperti
PE telah tercapai tetapi hasil capaian Angka Bebas Jentik (ABJ) yang merupakan indikator keberhasilan Pembe-
rantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan PJB belum memenuhi standar (≥95%). Komponen input program P2DBD
(dana, metode, dan waktu) sudah bagus. Proses pelaksanaan program P2DBD berupa fogging fokus, larvasida,
PSN dan PJB belum efektif. Output pelaksanaan program P2DBD harus ditingkatkan.
Kata kunci : Evaluasi, program P2DBD

ABSTRACT
The service area of Tamalanrea Community Health Center is considered a dengue fever endemic area.
An area’s endemicity may be caused by planning problems and the DFEP program implementation that was in
efficient in its resources, program process, implementation time, type of activites and the target scope of activi-
ties. As a result, the objective of the program to reduce the number of cases which are continuously increasing
was not achieved. The aim of this study is to obtain an idea of the DFEP program implementation (input, process
and output) in the service area of Tamalanrea Community Health Center, Makassar City. A qualitative study was
conducted by using the indepth interview method. This study was conducted in March 2011. There were ten res-
pondents in this study. The results of this research found that in terms of input, in sufficient number of workers is
still an issue and the equipment used by larvae monitoring officers are only provided for the past three years. The
process component (implementing activities in the form of Epidemiologic Investigations and Periodical Larvae
Inspections) has been conducted according to the procedure, while focus fogging and selective larvicide are some-
times not in accordance with predetermined procedures. Output components in the form of some activities such as
Epidemiologic Investigations has been achieved, however the Larva Free Rate (LFR) an indicator of the success
in Mosquito Nest Eradication (MNE), and Periodical Larvae Inspections (PLI) has not met the standards (≥ 95%).
Input component of the DFEP program (fund, method, and time) has been satisfied. Meanwhile, the implementa-
tion of the DFEP program (focus fogging, larvicide, MNE, and PLI) was not effective yet. In conclusion, the output
of the DFEP program implementation must be increased.
Keywords : Evaluation, DFEP program

125
Yunita Manda Sari : Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit DBD (P2DBD)

PENDAHULUAN Wajo, Pinrang, dan Sidrap (217-731 kasus), se-


dangkan kabupaten/kota yang tidak terdapat ka-
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
sus DBD, yaitu Kabupaten Selayar dan Tator.5
adalah masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan Wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea en-
sering menimbulkan wabah. Demam Berdarah demis dengan penyakit DBD dilihat dengan ada-
Dengue (DBD) adalah penyakit endemis yang nya jumlah angka morbiditas dan mortalitas tahun
disebabkan oleh virus di daerah tropis dan sub- 2008-2010. Jumlah penderita DBD di wilayah
tropis yang kadang menjadi epidemik.1 Nyamuk kerja Puskesmas Tamalanrea pada tahun 2008
Aedes aegypti merupakan vektor penularan virus sebanyak 32 penderita dan tergolong endemis
dengue dari penderita kepada orang lain melalui tinggi. Tahun 2009 tercatat 31 penderita dengan
gigitan. Nyamuk Aedes aegypti berkembang kematian 1 orang (CFR= 3,22%) dan masih ter-
biak di tempat lembab dan genangan air bersih. golong endemis tinggi. Tahun 2010 jumlah pen-
Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Ae- derita sebanyak 15 orang dan tergolong endemis
des aegypti adalah tempat penyimpanan air di sedang. Tahun 2011, jumlah penderita menurun
dalam atau di luar rumah, atau di tempat-tempat menjadi 11 orang dan tergolong endemis sedang.6
umum, biasanya berjarak tidak lebih 500 meter Kebersihan rumah tangga dan sanitasi ling-
dari rumah. Nyamuk ini tidak dapat berkembang kungan mempunyai kontribusi terjadinya demam
biak di genangan air yang berhubungan langsung berdarah sehingga diharapkan petugas kesehatan
dengan tanah.2 memberikan penyuluhan kepada masyarakat,
Indonesia mempunyai risiko besar untuk khususnya keluarga secara berkesinambungan
terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue sehingga keluarga menjadi lebih proaktif dalam
karena virus dengue dan nyamuk penularnya, penanggulangan demam berdarah.7 Peran serta
yaitu Aedes aegypti tersebar luas di daerah pede- masyarakat, dengan didukung oleh keterlibatan
saan maupun perkotaan, di rumah-rumah maupun kader, kepala lingkungan, PKK, tokoh masyara-
di tempat-tempat umum, kecuali daerah yang ke- kat, tokoh agama dan lintas sektor sangat menun-
tinggiannya lebih 1.000 meter dari permukaan air jang keberhasilan program Pemberantasan Sarang
laut. Iklim tropis juga mendukung berkembang- Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD).8
nya penyakit ini, lingkungan fisik (curah hujan) Hasil penelitian lain menyatakan bahwa faktor
yang menyebabkan tingkat kelembaban tinggi, yang berhubungan antara penggerakan Pembe-
merupakan tempat potensial berkembangnya pe- rantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah De-
nyakit ini.3 ngue (PSN-DBD) dan Angka Bebas Jentik (ABJ)
berdasarkan hasil penelitian adalah penyuluhan
Kementerian Kesehatan Republik Indone-
kelompok tentang demam berdarah dengue, ke-
sia mencatat jumlah kasus DBD pada tahun 2011
giatan pemberantasan sarang nyamuk demam
mencapai 49.486 kasus. Angka ini cenderung
berdarah dengue, sarana pendukung PSN-DBD,
stabil pada tahun 2010, sehingga kasus DBD di
serta pemantauan jentik secara berkala.9
Indonesia belum bisa dikatakan berkurang. Pada
tahun 2011 sampai bulan Agustus tercatat 24.362 Melihat kasus DBD beberapa tahun ter-
kasus dengan 196 kematian (CFR=0,80 %).4 akhir, pelaksanaan program P2DBD dianggap be-
lum optimal. Hal ini dipengaruhi oleh manajemen
Laporan dari Subdin P2&PL bahwa di Su-
pelaksanaan program, terkait dengan penyediaan
lawesi Selatan tahun 2007, kasus DBD sebanyak
dan pemanfaatan sumber daya dan jenis kegiatan
5.333 kasus. Tahun 2009 angka kejadian DBD se-
yang dilakukan. Pelaksanaan kegiatan tersebut
banyak 3.553 dengan jumlah kematian 24 orang
perlu dievaluasi terkait dengan efektivitas dan
(CFR= 0,68 %). Tahun 2010 jumlah kasusnya
efisiensi dari kegiatan dan pemanfaatan sumber
meningkat menjadi 3.999 penderita dengan jum-
daya dalam mencapai output yang diharapkan
lah kematian sebanyak 28 orang (CFR= 0,70 %).
sehingga dapat dihindari terjadinya suatu upaya
Kasus DBD di Sulawesi Selatan tahun 2009 kat-
atau kegiatan yang sia-sia, dan dapat mencegah
egori tinggi di Kabupaten Bulukumba, Bantaeng,
terjadinya penghamburan sumber daya tenaga,
Gowa, Makassar, Maros, Pangkep, Barru, Bone,

126
JURNAL MKMI, Juni 2013, hal 125-132

dana, sarana, dan metode yang keadaannya ter- ja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar. Data
batas.10 sekunder diperoleh dari telaah dokumen yang
Puskesmas mempunyai peran yang pen- terkait dengan pelaksanaan kegiatan program
ting dalam pelaksanaan program P2DBD di P2DBD di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea
wilayah kerjanya. Perlu dilakukan evaluasi terha- untuk mengkaji ulang kebenaran informasi yang
dap pelaksanaan program P2DBD untuk menge- diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan
tahui hal-hal yang menyebabkan tidak optimalnya melengkapi informasi yang tidak didapatkan dari
pelaksanaan program tersebut. Evaluasi program wawancara mendalam tersebut. Analisis data di-
kesehatan dianggap penting karena menurut lakukan secara kualitatif untuk mendapatkan in-
WHO evaluasi merupakan suatu cara belajar formasi mendalam tentang pelaksanaan kegiatan
yang sistematis dari pengalaman yang dimiliki program P2DBD dengan menggunakan matriks/
untuk meningkatkan pencapaian, pelaksanaan tabel yang berisi data ringkasan hasil wawancara
dan perencanaan suatu program.11 mendalam dari hasil transkrip wawancara.
Tingginya jumlah kasus dan endemisnya
suatu daerah dapat disebabkan oleh masalah HASIL
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan untuk Tenaga, dana, sarana, dan perencanaan ter-
program P2DBD yang tidak optimal terkait de- masuk dalam komponen input. Tenaga yang terli-
ngan sumber daya, proses kegiatan, waktu pelak- bat dalam pelaksanaan kegiatan program P2DBD
sanaan, jenis kegiatan hingga penentuan target di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea adalah
cakupan kegiatan sehingga tujuan kegiatan untuk petugas yang bertanggung jawab terhadap P2M
menekan jumlah kasus yang tinggi dan terus me- termasuk penyakit DBD. SDM dari segi jumlah
ningkat tidak tercapai. Oleh karena itu, peneliti dan luas wilayah di Puskesmas Tamalanrea sudah
mencoba melakukan penelitian untuk mengeta- cukup karena wilayah kerja Puskesmas Tamalan-
hui pelaksanaan program P2DBD di wilayah ker- rea hanya mencakup satu kelurahan. Dari segi
ja Puskesmas Tamalanrea, Kota Makassar. kualitas/kualifikasi, diperoleh informasi bahwa
petugas puskesmas sudah baik dengan pengala-
BAHAN DAN METODE man selama bertahun-tahun.
Penelitian ini dilakukan di wilayah ker- Sumber dana yang digunakan dalam pelak-
ja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar. Je- sanaan program P2DBD adalah dari dinas, yang
nis penelitian yang digunakan adalah penelitian dianggarkan di puskesmas hanya biaya trans-
kualitatif. Informan yang menjadi sumber infor- portasi petugas. Kecukupan dana diperoleh in-
masi dalam penelitian ini berjumlah 10 orang formasi, dana yang diterima sudah cukup untuk
yang terdiri dari Kepala Puskesmas Tamalanrea melaksanakan program P2DBD. Namun, masih
sebagai informan kunci, Koordinator Kesling dan terdapat Jumantik yang mengatakan bahwa honor
Surveilans yang sekaligus sebagai Koordinator yang diterima tidak sebanding dengan kerja yang
Penyakit Menular DBD Puskesmas Tamalanrea, dilakukan. Jenis sarana yang digunakan berupa
tiga orang kader Jumantik yang direkomenda- kendaraan operasional, senter, alat penjepit, rom-
sikan oleh Koordinator Kesling dan Surveilans, pi, saringan, alat tulis, dan papan pengalas. Na-
dan lima masyarakat yang terdiri dari tiga pen- mun, sarana tersebut tidak lagi diberikan dalam
derita DBD dan dua bukan penderita DBD. Ins- tiga tahun terakhir.
trumen penelitian yang digunakan adalah pedo- Di Puskesmas Tamalanrea telah disediakan
man wawancara berupa lembar pertanyaan yang petunjuk teknis (juknis) yang diperoleh pada saat
dilengkapi dengan tape recorder dalam proses diadakan pertemuan. Petugas kesehatan dan Ju-
wawancara. Data primer diperoleh dari hasil mantik pada umumnya telah mengikuti pelatihan
wawancara mendalam dengan informan peneli- terkait program P2DBD dan petugas telah me-
tian meliputi informasi tentang komponen input, ngetahui langkah-langkah yang harus dilakukan
proses, dan output terkait dengan pelaksanaan dalam melaksanakan program P2DBD berdasar-
program P2DBD yang dilakukan di wilayah ker- kan hasil pertemuan tersebut. Jumantik telah di

127
Yunita Manda Sari : Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit DBD (P2DBD)

Tabel 1. Persentase Angka Bebas Jentik (ABJ) di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea
ABJ (%)
RW ABJ Rata-Rata (%)
April Juni Agustus Desember
I 55 72,5 75 66,7 67,3
II 51,7 51,7 83,3 80 66,7
III 70 41,7 62,5 80 63,6
IV 65 41,7 80 83,3 67,5
V 85 85 95 70 83,8
VI 55 61,7 90 95 75,4
VII 81,6 58,3 90 93,3 80,8
VIII 75 60 83,3 86,7 76,3
IX 55 55 90 80 70
X 91,7 100 95 90 94,2
XI 88,3 61,7 90 93,3 83,3
XII 90 86,7 83,3 53,3 78,3
XIII 90 58,3 80 80 77
XIV 43,3 0 93,3 76,7 65
XV 93,3 93,3 93,3 93,3 93,3
XVI 86,7 55 76,6 86,7 76,3
XVII 72,5 80 92,5 95 85
XVIII 70 56,7 93,3 71,7 73
XIX 90 52,5 70 90 75,6
XX 80 90 73,3 91,7 83,6
XXI 90 57,5 82,5 85 78,6
XXII 93,3 61,7 81,6 76,7 78,3
XXIII 85 82,5 100 75 85,6
Sumber: Profil Puskesmas Tamalanrea, 2011

berikan petunjuk pengisian formulir Pemeriksaan selanjutnya pihak puskesmas melapor ke Dinkes.
Jentik Berkala (PJB) dan bimbingan sebelum Pelaksanaan fogging fokus dilakukan
turun ke lapangan. Pihak Puskesmas Tamalan- seminggu setelah penderita keluar dari rumah
rea juga melakukan perencanaan waktu dalam sakit. Fogging juga pernah dilakukan, tetapi kete-
melaksanakan program P2DBD pada saat di- rangan dari beberapa informan mengatakan bah-
adakan lokakarya mini. Kegiatan P2DBD dilak- wa mereka tidak tahu pihak yang melaksanakan
sanakan tepat waktu, sesuai dengan jadwal yang penyemprotan tersebut. Hambatan dalam pelak-
telah direncanakan. Begitu pula dengan Juman- sanaan fogging fokus ini, yaitu tidak semua ma-
tik, diharapkan melaksanakan tugasnya setiap syarakat mau menerima dengan alasan bau yang
ada perintah dari pihak puskesmas. tidak sedap.
Kegiatan PE dan fogging merupakan ba- Penyuluhan kesehatan khusus DBD di
gian dari komponen proses. Pengawasan pelak- Puskesmas Tamalanrea dikenal dengan istilah
sanaan program P2DBD di Puskesmas Tamalan- penyuluhan kelompok yang dilakukan di pus-
rea tetap berjalan karena pihak puskesmas selalu kesmas dan dijadwal oleh promkes. Ada juga pe-
mengadakan monitoring dan evaluasi setiap 3 nyuluhan yang dilakukan di posyandu dan pada
bulan dan mini lokakarya setiap bulan. Pelaksa- saat fogging dan penyuluhan door to door. Ham-
naan kegiatan PE, yaitu penderita yang melapor batan yang dihadapi dalam melakukan penyulu-
ke puskesmas dan dinyatakan positif DBD, maka han, yaitu tidak semua masyarakat yang diun-
petugas dinas akan melakukan fogging. Terdapat dang hadir dalam penyuluhan tersebut sehingga
juga informan yang mengatakan bahwa penderi- forum yang ditargetkan tidak tercapai.
ta yang positif DBD melapor kepada ketua RT. Kegiatan PSN yang sering dilakukan oleh
Ketua RT yang melanjutkan ke puskesmas dan masyarakat, yaitu 3M dan kerja bakti, bekerjasa-

128
JURNAL MKMI, Juni 2013, hal 125-132

Tabel 2. Jumlah Kasus Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea


Umur Jenis
Tahun 0-1 tahun 1-4 tahun 5-14 tahun >15 tahun Kelamin Total
L P L P L P L P L L
2008 - - 1 1 8 6 8 8 17 15 32
2009 1 - 1 3 9 6 5 6 16 15 31
2010 - 2 1 - 2 2 5 3 8 7 15
2011 - - - - 2 2 4 3 6 5 11
Total 1 2 3 4 21 16 22 20 47 42 89
Sumber: Profil Puskesmas Tamalanrea, 2008-2011

ma dengan ketua RW atau kelurahan. Kerja bakti PEMBAHASAN


biasanya dilakukan pada hari Minggu, tetapi ada Tenaga pelaksana program P2 DBD memi-
juga informan yang mengatakan bahwa jadwal liki latar belakang pendidikan yang telah sesuai
kerja bakti yang dilakukan tidak menentu, ter- dengan PP RI No. 32 tahun 1996 tentang tenaga
gantung kondisi lingkungan. Hambatan yang di- kesehatan, sesuai pasal 2 yang berbunyi bahwa
hadapi dalam melakukan PSN adalah kurangnya tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemio-
kesadaran dari masyarakat untuk melakukan ke- log kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobio-
giatan PSN. log kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator
Larvasida selektif yang dilakukan, yaitu kesehatan dan sanitarian. Keaktifan kader Juman-
pemberian abate di tempat-tempat yang terdapat tik menunjukkan perbedaan dalam melaksanakan
jentik dan difokuskan pada daerah yang jarang di- tugasnya di wilayah kerjanya masing-masing.
lakukan PSN. Kegiatan larvasida selektif dilaku- Kader Jumantik memiliki peran yang cukup pen-
kan bersamaan pada saat melakukan PSN. Ham- ting dalam melakukan kegiatan pencegahan DBD
batan yang dihadapi dalam kegiatan ini, yaitu sehingga kinerja setiap kader perlu dievaluasi.
banyak rumah masyarakat yang tertutup karena
Dana merupakan hal yang sangat esensial
kesibukan pekerjaan sehingga tidak semua rumah
dalam melaksanakan suatu program. Oleh karena
dapat dijangkau. Kegiatan PJB pada awalnya di-
itu, dibutuhkan perencanaan yang matang dan
lakukan setiap 3 bulan sekali. Namun, sekarang
mampu menganalisa situasi yang akan datang
hanya dilakukan per RW. Satu RW terdiri dari 40-
untuk kelancaran pelaksanaan program. Me-
60 rumah, terdiri dari 20 rumah setiap RT. Tidak
rencanakan suatu program/kegiatan harus dapat
ada hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan
menganalisa situasi yang akan terjadi di masa
PJB ini karena masyarakat selalu diberi penyulu-
mendatang, dalam hal ini adalah jumlah kasus
han sehingga mereka merasa butuh.
DBD, kegiatan yang akan dilakukan, volume
Gambaran hasil pelaksanaan kegiatan yang
kegiatan dan dana yang dibutuhkan.10 Kegiatan
diperoleh, yaitu kriteria keberhasilan pelaksa-
fogging fokus merupakan kegiatan yang membu-
naan program P2DBD, hasil capaian tahun lalu
tuhkan dana yang cukup besar. Dana yang diang-
serta hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan
garkan untuk pemberantasan penyakit menular,
program P2DBD. Salah satu kriteria keberhasi-
90%-nya adalah untuk kegiatan pemberantasan
lan pelaksanaan program P2DBD dengan melihat
penyakit DBD khusus untuk kegiatan fogging.11
ABJ yang diperoleh dari waktu ke waktu. Hasil
pnelitian menunjukkan semua RW di wilayah Kinerja petugas sangat dipengaruhi oleh
kerja Puskesmas Tamalanrea belum memenuhi sarana dan prasarana yang digunakan dalam
standar nasional ABJ yang telah ditetapkan, yaitu memberikan pelayanan dan melaksanakan tugas-
95% (Tabel 1). Meskipun demikian, hasil capaian nya. Sarana dan prasarana yang terbatas untuk
berupa angka kasus DBD pada tahun 2011 sudah digunakan akan berakibat pelayanan yang di-
menurun jika dibandingkan dengan kasus tahun berikan tidak dapat sesuai dengan yang diharap-
sebelumnya (Tabel 2). kan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 581/

129
Yunita Manda Sari : Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit DBD (P2DBD)

MENKES/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan dilakukan jika hasil pelaksanaan PE dinyatakan


Penyakit Demam Berdarah Dengue, sarana dan positif berdasarkan hasil pemeriksaan laborato-
bahan yang digunakan, yaitu mesin fogging de- rium/trombosit. Jika hasil PE dinyatakan negatif,
ngan kebutuhannya setiap puskesmas 4 unit, se- maka fogging tidak akan dilaksanakan. Gagalnya
tiap kabupaten/kota 10 unit, dan setiap provinsi atau tidak efektifnya fogging dapat terjadi akibat
10 unit, mesin ULV dan kendaraan pengangkut salahnya lokasi pengasapan (yang diasapi adalah
ULV, kebutuhannya setiap kabupaten, kotamad- got-got atau saluran kota yang kotor dan mampet,
ya, dan provinsi, yaitu 2 unit, kebutuhan PSN kit bukan sarang nyamuk Aedes aegypti). Selain itu,
dan kebutuhan Jumantik, insektisida, larvasida, penggunaan insektisida yang tidak tepat dosisnya
dan bahan pendukung diagnosis dan penatalaksa- atau tidak tepat jenisnya dapat menjadikan fog-
naan penderita DBD.4 Jika sarana yang dibutuh- ging tidak memberikan hasil yang memuaskan
kan oleh tenaga pelaksana mengalami kekurang- atau gagal sama sekali. Takaran insektisida yang
an, maka hal tersebut bisa menghambat jalannya dikurangi (asal bau obat), selain termasuk kate-
pelaksanaan program yang mengakibatkan pen- gori korupsi, juga dapat menimbulkan dampak
capaian target tidak sesuai dengan perencanaan. serius di kemudian hari, yaitu terjadinya kekeba-
Oleh karena itu, sarana tidak hanya harus tersedia lan nyamuk Aedes aegypti terhadap insektisida
saja, tetapi harus dapat mencukupi sesuai dengan yang digunakan saat ini. Hal ini terjadi karena
kebutuhan.12 nyamuk dewasa Aedes aegypti berada di dalam
Metode adalah cara menggunakan sarana/ lingkungan rumah tinggal, penggunaan insekti-
bahan dan alat yang telah disediakan, cara men- sida menjadi rawan keracunan bagi penghuni dan
catat dan melaporkan data, cara memberikan pe- lingkungan hidup sekitar rumah.15 Hasil peneli-
nyuluhan, dan sebagainya.13 Tenaga pelaksana tian lain mengatakan bahwa kurang optimalnya
kegiatan P2DBD tetap mendapatkan pelatihan/ kegiatan fogging fokus disebabkan oleh kegiatan
pengarahan sebelum mereka turun ke lapangan. fogging yang bersumber dari swadaya masyara-
Pelatihan tersebut diberikan oleh pihak dinas kat masih sangat kurang.16
kesehatan kepada petugas kesehatan puskes- Penyuluhan di wilayah kerja Puskesmas
mas di setiap pertemuan. Kader Jumantik juga Tamalanrea khususnya yang terkait dengan DBD
mendapatkan petunjuk/pengarahan pada saat dilakukan bersamaan dengan kegiatan fogging.
pertemuan sehingga Jumantik sudah mengetahui Namun, ada juga penyuluhan yang dilakukan
langkah-langkah yang harus dilakukan. Pelatihan di posyandu dan terjadwal oleh promkes. PSN
yang diberikan sangat berguna dalam meningkat- DBD adalah kegiatan memberantas telur, jentik,
kan wawasan dan pengetahuan tenaga pelaksana dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes
dalam melaksanakan program P2DBD. Hasil aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakan-
penelitian mengatakan bahwa ada hubungan yang nya. Sasaran kegiatan PSN adalah desa/kelura-
bermakna antara faktor pengetahuan dengan ki- han dengan rincian terdiri dari pertemuan Pokja,
nerja petugas.14 latihan kader, penyuluhan, penggerakan massa,
Kegiatan PE di Puskesmas Tamalanrea operasional kerja bakti, pemeriksaan jentik. Uku-
pada umumnya sudah dilakukan sesuai dengan ran keberhasilan kegiatan PSN DBD antara lain
prosedur/juklak/juknis. Pelaksana PE berasal dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ).
dari petugas puskesmas bekerja sama dengan Apabila lebih atau sama dengan 95% diharapkan
pihak RT atau kader Jumantik. Adanya koordi- penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.17
nasi bersama RT atau Jumantik, maka penemuan Untuk membina peran serta masyarakat dalam
penderita dapat tercapai dan target sasaran peme- melaksanakan pencegahan penyakit DBD, sangat
riksaan jentik dalam rangka PE dapat terpenuhi, penting untuk diberikan pengetahuan dan kete-
yaitu 100 meter di sekitar rumah penderita DBD. rampilan tentang teknik-teknik PSN.18
Kegiatan fogging fokus dilakukan oleh Bentuk PSN yang sering dan banyak di-
pihak dinas kesehatan. Kegiatan fogging fokus lakukan oleh masyarakat di Kelurahan Tamalan-
di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea hanya rea, yaitu kerja bakti. Kegiatan kerja bakti ini ada

130
JURNAL MKMI, Juni 2013, hal 125-132

yang terjadwal setiap hari Sabtu atau Minggu, Melihat input dan proses kegiatan PJB,
ada juga yang waktu pelaksanaannya tidak diten- PSN dan larvasida yang indikator keberhasilan-
tukan/terjadwal. Kegiatan kerja bakti biasanya nya adalah ABJ, maka ketiga unsur ini tidak seja-
diarahkan oleh ketua RT/RW. Walaupun PSN lan. ABJ yang diperoleh dari setiap waktu peme-
mudah untuk dilakukan, tetapi masih banyak riksaan tidak pernah mencapai angka standar
warga yang tidak melaksanakannya. Hal ini dise- yaitu ≥ 95%. Hal ini disebabkan, kinerja Juman-
babkan pelaksanaan PSN belum menjadi budaya tik yang kurang maksimal. Dari wawancara awal
masyarakat secara luas karena itu peranan kader, yang dilakukan dengan Koordinator Kesling dan
tokoh masyarakat dan tokoh agama sangat di- Surveilans, mengatakan bahwa pihak puskesmas
perlukan untuk menuntun dalam menggerakkan selalu tepat waktu memberikan pengarahan dan
setiap keluarga untuk melaksanakan PSN secara perintah kepada jumantik untuk segera melaku-
rutin dan terus menerus.19 kan PJB. Namun, dua minggu setelah perintah
Setiap kader telah dibekali bubuk abate tersebut, hasil pemeriksaan terkadang belum dis-
yang diperoleh dari pihak puskesmas. Bubuk erahkan. Banyak faktor yang memengaruhi, salah
abate ini disediakan oleh dinas kesehatan yang satunya, yaitu kesibukan Jumantik misalnya ber-
didistribusikan ke setiap puskesmas. Larvasida samaan dengan acara keluarga dan urusan rumah
selektif dilakukan bersamaan dengan kegiatan tangga.
PSN dan pemberian bubuk abate pada tem- Selain dari keterlambatan Jumantik menye-
pat penampungan air yang terdapat jentik juga rahkan hasil pemeriksaan jentik, besar kemung-
difokuskan pada daerah yang jarang melakukan kinan faktor sarana juga termasuk penghambat.
PSN. Informasi yang diperoleh juga mengatakan Jumantik difasilitasi sarana hanya beberapa tahun
bahwa pembagian bubuk abate dilakukan oleh yang lalu. Sekarang Jumantik menggunakan alat
kader Jumantik pada saat melakukan PJB di seperti senter, alat tulisnya sendiri. Keadaan ini
rumah masyarakat dan setiap kegiatan posyandu. bisa memengaruhi semangat dan kinerja Juman-
Cara ini kurang efektif dilkakukan karena ke- tik dalam melakukan tugasnya. Cara kerja Ju-
mungkinan masyarakat/warga tidak menaburkan mantik yang kurang tepat misalnya tempat yang
bubuk abate ke wadah tersebut. Kegiatan PJB di diperiksa hanya bak-bak air juga memengaruhi
Puskesmas Tamalanrea dilakukan selang waktu 3 hasil ABJ yang diperoleh.
bulan sehingga dalam setahun, kader melakukan Masyarakat juga berpengaruh besar de-
PJB sebanyak 4 kali. Tahun 2011, PJB dilakukan ngan hasil ABJ yang rendah. Meskipun masyara-
pada bulan April, Juni, Agustus dan Desember. kat telah diberikan penyuluhan terkait PSN dan
Pemeriksaan jentik yang dilakukan telah abatesasi, tetapi kebanyakan masyarakat jarang
sesuai dengan prosedur, yaitu untuk RW yang mengaplikasikannya di rumah dan lingkungan
memiliki ≤5 RT memilih 2 RT yang akan di- sekitarnya. Hal ini yang membuat masih ba-
periksa secara acak sedangkan RW yang me- nyaknya jentik yang ditemukan di rumah ma-
miliki >5 RT memilih 3 RT. Setiap RT yang di- syarakat. Pelaksanaan fogging juga tidak sesuai
periksa terdiri dari 20 sampel rumah yang dipilih dengan respon time yang seharusnya paling lama
secara acak. Jumlah rumah yang diperiksa masih 3x24 jam setelah PE dilakukan. Hal ini terjadi
terbilang kurang karena beberapa RW memiliki karena dalam melaksanakan fogging, diperlukan
banyak rumah hanya memeriksa sebagian kecil banyak persiapan, misalnya persuratan. Peneliti
dar jumlah tersebut, misalnya RW IX dengan berasumsi bahwa bahan bakar juga bisa meme-
jumlah rumah/bangunan sebanyak 400 dan yang ngaruhi lambatnya fogging dilakukan karena
diperiksa hanya 40 rumah (2 RT), sehingga per- susah mendapatkan bahan bakar ataupun harga
bandingan rumah yang ada dan rumah yang di- bahan bakar yang digunakan (solar) relatif mahal.
periksa sebesar 10:1, artinya dari 10 rumah hanya
1 rumah yang diperiksa. Hal ini bisa mengakibat-
KESIMPULAN DAN SARAN
kan perhitungan ABJ tidak representatif dengan
keadaan yang sebenarnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa,
komponen input program P2DBD (dana, metode,

131
Yunita Manda Sari : Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit DBD (P2DBD)

dan waktu) sudah bagus. Pelaksanaan program 2009.


P2DBD berupa fogging fokus, larvasida, PSN 9. Rosidi AR, W A. Hubungan Faktor Penggera-
dan PJB belum efektif. Output pelaksanaan prog- kan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
ram P2DBD harus ditingkatkan. Penelitian ini Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan Ang-
menyarankan perlunya pengembangan media ka Bebas Jentik di Kecamatan Sumber Jaya
dan metode penyuluhan dari segi kualitas mau- Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Majalah
pun kuantitas di wilayah kerja Puskesmas Tama- Kedokteran Bandung. 2009;12(2):81.
lanrea. Penanggung jawab pelaksana program
10. Riyanti E. Evaluasi Pelaksanaan Program
P2DBD perlu meningkatkan pengawasan terha-
P2DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Ke-
dap kinerja Jumantik dalam melakukan PJB agar
camatan Duren Sawit Jakarta Timur Tahun
lebih objektif dan efektif melakukan pemeriksaan
2007 [Skripsi]. Depok: Universitas Indone-
sehingga hasil ABJ yang diperoleh lebih valid dan
sia; 2008.
nyata serta lebih aktif dalam melaksanakan PJB.
11. Natsir, M.F. Peran Keluarga dan Petugas
Puskesmas Terhadap Penanggulangan Pe-
DAFTAR PUSTAKA nyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingku- di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009
ngan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2006. [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanud-
2. WHO. Demam Berdarah Dengue: Diagnosis, din; 2010.
Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian. 12. Wahdini, A. Gambaran Pelaksanaan Program
Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 1999. P2 DBD di Puskesmas Kecamatan Tanah
3. Ditjen PPM & PPL. Petunjuk Teknis Pem- Abang Tahun 2007 [Skripsi]. Depok: Univer-
berantasan Nyamuk Penular dan Pelaporan sitas Indonesia; 2008
DBD. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 13. Muninjaya, A.A.G. Manajemen Kesehatan.
1992. 2 ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2004.
4. Departemen Kesehatan RI. Informasi Umum 14. Zubaedah, I.S. Hubungan Faktor-Faktor
DBD. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja
2011. Petugas Pokja DBD Tingkat Kelurahan di
5. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Kota Tasikmalaya [Tesis]. Semarang: Uni-
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan versitas Diponegoro; 2007.
2009. Makassar : Dinas Kesehatan Provinsi 15. Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat.
Sulawesi Selatan;2010. Laporan Kajian Kebijakan Penanggulangan
6. Suhardiyanti. Hubungan Pelaksanaan Prog- (Wabah) Penyakit Menular (Studi Kasus
ram Pemberantasan Vektor DBD Dengan DBD). Jakarta: Depkes RI; 2006.
Penurunan Kasus DBD di Wilayah Kerja 16. Suarta, G.dkk. Evaluasi Pelaksanaan Fog-
Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar Ta- ging Dalam Penanggulangan Demam Berda-
hun 2008-2010 [Skripsi]. Makassar: Univer- rah Dengue di Kota Denpasar. Working paper
sitas Hasanuddin; 2011. Series KMPK UGM No.9. 2009.
7. Karmila. Peran Keluarga Dan Petugas Pus- 17. Dirjen P2PL. Modul Pelatihan Bagi Penge-
kesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit lola Program Pengendalian Penyakit Demam
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Perum- Berdarah di Indonesia. Jakarta: Departemen
nas Helvetia Medan Tahun 2009 [Skripsi]. Kesehatan RI; 2007.
Medan: Universitas Sumatera Utara; 2009. 18. Sitio, A. Hubungan Perilaku Tentang Pem-
8. Sitorus RS. Perilaku Masyarakat dalam berantasan Sarang Nyamuk dan Kebiasaan
Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Den- Keluarga dengan Kejadian Demam Berdarah
gue di Puskesmas Medan Johor Kota Medan Dengue di Kecamatan Medan Perjuangan
[Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara; Kota Medan [Tesis]. Semarang: Universitas
Diponegoro; 2008.

132

Anda mungkin juga menyukai