Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Tegal Alur I Jakarta
Barat Tahun 2014”
Nurul Wandasari
Fikes-Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
nurulwandasari@esaunggul.ac.id
dan subtropik. Keadaan ini erat kaitannya Alur I merupakan daerah dengan kasus
dengan peningkatan mobilitas penduduk se- demam berdarah dengue yang setiap tahun
jalan dengan semakin lancarnya hubungan mengalami peningkatan dapat dilihat dari
transportasi serta tersebar luasnya virus De- tahun 2009 sebanyak 35, tahun 2010 se-
ngue dan nyamuk penularnya di berbagai banyak 40, tahun 2011 sebanyak 53, tahun
wilayah di Indonesia (Depkes RI, 2005). 2012 sebanyak 55 dan pada tahun 2013 se-
Pada saat ini DBD telah dilaporkan banyak 59 orang dalam satu tahun. Jika
di seluruh kota di Indonesia, pada tahun dilihat dari indikator Nasional DBD (RPJ
2004 kabupaten/kota terjangkit DBD se- MN 2013) angka kesakitan DBD untuk ta-
banyak 334 kabupaten/kota, tahun 2006 me- hun 2013 sendiri adalah 52 per 100.000
ningkat menjadi 330 kab/kota, tahun 2007 penduduk maka dari itu untuk tahun 2013
meningkat lagi menjadi 357 kab/kota. Pada angka kesakitan DBD di wilayah kerja Pus-
tahun 2008 terjadi penurunan jumlah ka- kesmas Tegal Alur I sudah melebihi standar
bupaten/kota terjangkit menjadi 346 Kab/ yang ditargetkan oleh Kementerian Kese-
Kota. Pada tahun 1968 pertamakali kasus hatan.
DBD dilaporkan IR 0,05 dengan angka ke- Dari hasil observasi yang telah di-
matian 41,3%. Pada tahun 2007 jumlah lakukan selama satu bulan melalui kegiatan
kasus sebanyak 156.767 kasus (IR 71,18) Pembrantasan Sarang Nyamuk (PSN) se-
dengan 1570 kematian (CFR 1,00 %). Pada lama 30 menit pada setiap hari Jumat dan
tahun 2008 kita terjadi penurunan jumlah tanya jawab peneliti dengan masyarakat di
kasus dengan jumlah kasus 98.869 orang wilayah kerja puskesmas Tegal Alur I
(IR 43,62) (Bulletin jendela epidemiologi, Jakarta Barat (2014) memberikan hasil
Agustus 2010). bahwa dari 60 kepala keluarga yang dida-
Berdasarkan data Dinas Kesehatan tangi ada sekitar 45 kepala keluarga yang
DKI Jakarta dalam lima tahun terakhir mu- pengetahuan nya tentang penyebab penyakit
lai dari tahun 2009 kasus DBD di Jakarta DBD dan mekanisme penularan virus de-
mencapai 5.845 kasus, tahun 2010 kasus ngue masih rendah, belum semua kepala ke-
DBD 5. 807 kasus, tahun 2011 kasus DBD luarga menganggap bahwa penyakit DBD
2. 690 kasus, tahun 2012 kasus DBD 2.675 adalah penyakit yang serius, PSN 3M bu-
kasus. Sementara di 2013, baru menyentuh kan tindakan utama sebagian masyarakat
satu semester saja, jumlahnya meningkat dalam mencegah DBD, terbukti dari masih
0,27 persen mencapai 1183 kasus. Jakarta ada nya warga yang belum teratur menguras
pun masih tercatat sebagai salah satu pro- bak kamar mandi, tidak rajin mengganti air
vinsi dengan prevelensi DBD tertinggi. vas bunga, serta tidak menutup tempat pe-
Meski telah terjadi penurunan, namun angka nampungan air bersih terutama penam-
penderita DBD masih saja tinggi setiap pungan air hujan yang memang di tampung
tahunnya (surveilans-dinkesdki, 2014). selama musim penghujan ini sehingga jika
Dari sumber data surveilans kese- terus dibiarkan dapat menjadi sarang nya-
hatan Dinkes Provinsi DKI Jakarta tahun muk. Upaya pendidikan kesehatan untuk
2013 mengenai angka kejadian demam penanggulangan DBD pun belum optimal,
berdarah dengue di wilayah Kecamatan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan
Kalideres sebanyak 339 kasus. Dan dari tempat tinggal mereka masih rendah. Ini
lima kelurahan di wilayah kalideres dan ter- semua menyebabkan angka kejadian pe-
dapat dua belas puskesmas kelurahan di nyakit DBD di wilayah Tegal Alur I Jakarta
wilayah Kecamatan Kalideres. Pada kelu- Barat masih tinggi.
rahan di wilayah kerja Puskesmas Tegal
akan menimbulkan demam dengue (DD). Selain itu ditambah (plus) dengan
Oleh karena itu tempat yang potensial untuk cara lainnya, seperti :
terjadi penularan DBD adalah: 1. Mengganti air vas bunga, tempat
a. Wilayah yang banyak kasus DBD minum burung atau tempat-tempat
(endemis) lainnya yang sejenis seminggu
b. Tempat-tempat umum merupakan sekali.
tempat “ berkumpulnya” orang-orang 2. Memperbaiki saluran dan talang air
yang datang dari berbagai wilayah, yang tidak lancar/ rusak.
sehingga kemungkinan terjadinya 3. Menutup lubang-lubang pada poto-
pertukaran beberapa tipe virus dengue ngan bambu/ pohon dan lain-lain
cukup besar. Tempat-tempat tersebut (dengan tanah, dan lain-lain).
antara lain: sekolah (anak/ murid se- 4. Menaburkan bubuk larvasida, mi-
kolah berasal dari berbagai wilayah salnya diempat-tempat yang sulit
dan merupakan kelompok umur yang dikuras atau didaerah yang sulit air.
paling susceptible terserang DBD), 5. Memelihara ikan pemakan jentik
rumah sakit/ puskesmas dan sarana dikolam/ bak-bak penampungan
pelayanan kesehatan lainnya (orang air.
datang dari berbagai wilayah dan ke- 6. Memasang kawat kasa.
mungkinan diantaranya adalah pende- 7. Menghindari kebiasaan menggan-
rita DBD, DD atau carier virus tung pakaian dalam kamar.
dengue), tempat umum lainnya, se- 8. Mengupayakan pencahayaan dan
perti: hotel, pertokoan, pasar, restoran ventilasi ruang yang memadai.
dan tempat ibadah. 9. Menggunakan kelambu.
c. Pemukinan baru pinggir kota: karena 10. Memakai obat yang dapat mence-
di lokasi ini penduduknya berasal dari gah gigitan nyamuk.
berbagai wilayah, maka kemungkinan 11. Cara-cara spesifik lainnya seperti
diantaranya terdapat penderita atau penggunaan Ovitrap.
carier yang membawa virus dengue
yang berlainan dari masing-masing Metode Penelitian
lokasi asal (Dinkes DKI Jakarta mo- Jenis penelitian yang digunakan
dul 3M penanggulangan DBD, 2003) dalam penelitian ini menggunakan studi
deskriptif analitik dengan metode Cross –
Cara Pembrantasan Sarang Nyamuk Sectional.
DBD
PSN DBD dilakukan dengan cara ‘ Teknik Pengambilan Sampel
3M-Plus’, 3M yang dimaksud yaitu : Populasi pada penelitian ini adalah
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat seluruh kepala keluarga (baik laki-laki atau
penampungan air, seperti bak mandi/ perempuan yang umur antara 20 – 60 tahun)
wc, drum dan lain-lain seminggu sekali di wilayah kerja Puskesmas Tegal Alur I
(M1). Jakarta Barat di Rw. 03. Teknik pengam-
b. Menutup rapat-rapat tempat penampu- bilan sampel yang digunakan adalah simple
ngan air, seperti gentong air/ tempayan random sampling, dengan jumlah sampel
dan lain-lain (M2). yaitu 100 orang.
c. Memanfaatkan atau mendaur ulang ba-
rang-barang bekas yang dapat menam-
pung air hujan (M3).
Analisis Univariat
Skor distribusi pengetahuan masya-
rakat tentang penyakit DBD. Hasil analisis
didapatkan yaitu skor mean berjumlah 19,43
nilai skor median berjumlah 19,0 dan nilai
skor modus 18,00 dengan nilai minimal
berjumlah 15,0 dan nilai skor maksimal
berjumlah 24,0 dengan nilai skor standar
Pendidikan: Diketahui bahwa pendi- deviasi adalah 2, 37944.
dikan terakhir responden adalah sebesar SD Hasil pengolahan data diperoleh
45 orang (45,0 %), SMP sebanyak 32 orang bahwa pengetahuan masyarakat tentang
(32,0%) dan SMA sebanyak 20 orang penyakit DBD distribusinya normal atau
(20,0%), perguruan tinggi sebanyak 3 orang homogen. Hal ini dapat dilihat dari nilai
(3,0%). Distribusi kelompok pendidikan median yang lebih kecil dari nilai mean,
dapat dilihat pada grafik dibawah ini: karena distribusi data tersebut normal, maka
data yang ada dikategorikan menjadi 2 (dua)
kategorik yaitu “Baik” dan “Kurang Baik”
dengan menggunakan “Nilai mean” seperti
terlihat pada tabel dibawah ini:
Hal ini menunjukan semakin baik Jakarta Barat, didapatkan hasil bahwa ting-
tingkat pengetahuan masy arakat tentang kat pengetahuan masyarakat tentang pe-
penyakit DBD maka semakin baik pula peri- nyakit DBD masih kurang. Sebesar 62 res-
laku pencegahan penyakit DBD. ponden (62 %) masyarakat masih kurang
baik dalam mengetahui tentang penyakit
Pengetahuan Masyarakat tentang Penya- DBD.
kit DBD Hal ini didukung oleh penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah yang dilakukan oleh Ahmad cit.
dilakukan mengenai pengetahuan masya- Candrawirda (2003) yang mendapatkan
rakat tentang penyakit DBD di di Rw. 03 hasil bahwa pengetahuan yang kurang ten-
wilayah kerja puskesmas Tegal Alur I Ke- tang penyakit DBD 41,6 kali risiko lebih
lurahan Tegal Alur Kecamatan Kalideres, besar terjangkit DBD dibandingkan dengan
yang mempunyai pengetahuan baik tentang mencegah resiko terjadinya penyakit, serta
penyakit DBD. melindungi diri dari ancaman penyakit.
Hasil penelitian Mourbas, 2000
yang menunjukan bahwa ada hubungan Hubungan antara Pengetahuan masya-
yang bermakna antara pengetahuan respon- rakat tentang penyakit DBD dengan
den tentang DBD dengan perilaku pence- Perilaku pencegahan penyakit DBD
gahan DBD itu sendiri, maka dapat dika- Uji statistik yang digunakan dalam
takan jika semakin baik pengetahuan res- penelitian ini adalah uji Preson Product
ponden tentang penyakit DBD maka se- Moment. Pada Hasil uji Corelation me-
makin baik pula perilaku pencegahan pe- ngenai hubungan pengetahuan masya-rakat
nyakit DBD yang dilakukan. tentang penyakit DBD dengan perilaku
pencegahan penyakit DBD di Rw 03 wi-
Perilaku Pencegahan Penyakit DBD layah kerja puskesmas Tegal Alur I Jakarta
Berdasarkan penelitian yang telah Barat dapat dilihat nilai p – value 0,000
dilakukan pada masayarakat tentang perila- yang mana nilai tersebut α < 0,05, maka
ku pencegahan penyakit DBD di di Rw. 03 Ho ditolak yang artinya antara variable
wilayah kerja puskesmas Tegal Alur I pengetahuan masyarakat mengenai penyakit
Kelurahan Tegal Alur Kecamatan Kalideres, DBD memiliki hubungn yang signifikan
Jakarta Barat, didapatkan hasil bahwa ting- dengan perilaku pencegahan penyakit DBD.
kat perilaku pencegahan penyakit DBD ma- Nilai r hitung 0, 657 lebih besar dari r tabel,
sih belum baik. Dikarenakan bahwa sebesar yang berarti terdapat hubungan yang
68 responden (68%) masyarakat masih bermakna (kuat) atau positif antara penge-
belum melakukan perilaku pencegahan pe- tahuan masyarakat tentang penyakit DBD
nyakit DBD. dengan perilaku pencegahan penyakit DBD
Penelitian Tedy B.S, (2005) tentang di RW 03 wilayah kerja puskesmas Tegal
perilaku pencegahan penyakit DBD yang Alur I Jakarta Barat.
menyebutkan bahwa responden yang memi- Penelitian yang dilakukan oleh
liki perilaku pencegahan penyakit DBD ku- Yukresna (2004) didapatkan hasil bahwa
rang baik maka akan berpotensi untuk adanya hubungan antara pengetahuan res-
terkena penyakit DBD sebanyak 2, 61 kali ponden tentang penyakit DBD dengan
lebih besar dibandikan dengan responden perilaku pencegahan penyakit DBD dengan
yang memiliki perilaku pencegahan pe- OR = 2,78 yang mana responden yang
nyakit DBD baik. Ini berarti membuktikan berpengetahuan kurang baik tentang
bahwa adanya hubungan yang signifikan penyakit DBD maka perilaku
antgara perilaku pencegahan penyakit DBD pencegahannya pun kurang sebanyak 2,78
dengan angka kesakitan penyakit DBD. kali tidak melakukan perilaku pencegahan
Menurut Notoadmojo, 2003 perilaku penyakit DBD dibandingkan dengan
kesehatan adalah suatu respons seseorang responden yang berpengetahuan baik.
(organisme) terhadap stimulus atau obyek Hasil penelitian Veronika, (2001)
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, menunjukan adanya kecenderungan bahwa
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan semakin tinggi tingkat pengetahuan sese-
minuman, serta lingkungan. Hal ini sejalan orang mengenai penyakit DBD maka se-
dengan Depkes RI, 2002 mengenai perilaku makin baik pula perilaku pencegahan
sehat adalah pengetahuan, sikap dan tin- penyakit DBD (3M) karena sudah didasari
dakan proaktif untuk memelihara dan dengan kesadaran dan pemberian informasi
yang benar.
Hal ini juga sesuai dengan teori yang dike- Ada hubungan pengetahuan masya-
mukakan oleh Green (2000), yang menga- rakat tentang penyakit DBD dengan peri-
takan perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor laku pencegahan penyakit DBD di Rw. 03
utama yaitu: Faktor predisposisi ini meliputi wilayah kerja puskesmas Tegal Alur I Kelu-
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap rahan Tegal Alur Kecamatan Kalideres,
kesehatan, tradisi dan kepercayaan,. Seba- Jakarta Barat ( p < 0,05 ).
gian besar masyarakat di Rw. 03 Kelurahan
Tegal Alur masih dipengaruhi oleh, tingkat Daftar Pustaka
pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan B. S. Teddy, “Analisis Faktor Resiko
sebagainya. Faktor-faktor ini mencakup ke- Perilaku Masyarakat Terhadap
tersediaan sarana dan prasarana serta fa- Kejadian Demam Berdrah Dengue
silitas dilayanan kesehatan misalnya rumah (DBD) di Kelurahan Helvetia
sakit, puskesmas yang tersedia bagi masya- Tengah Medan”, 2005
rakat yang ingin berobat jika terkena
penyakit DBD. Faktor Sikap dan perilaku Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
petugas kesehatan untuk lebih memberikan “Petunjuk Teknis Pemberantasan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai Sarang Nyamuk Demam Berdarah
penyakit DBD dan bagaimana cara pen- Dengue, ditjen PPM dan PL”,
cegahan penyakit DBD agar tidak terkena Jakarta, 2005
penyakit DBD. Untuk berperilaku sehat,
bukan hanya perlu pengetahuan dan pe- _______, “Tatalaksana Demam Berdarah
rilaku positif dan dukungan fasilitas saja, Dengue di Indonesia, ditjen PPM
undang-undang pun diperlukan untuk dan PL”, Jakarta, 2004
memperkuat perilaku tersebut
Dari uraian tersebut, dapat diambil Depkes RI, Dirjen Pengendalian Penyakit
kesimpulan bahwa semakin baik tingkat pe- dan Penyehatan Lingkungan, “Pen-
ngetahuan masyarakat tentang penyakit cegahan dan Pemberantasan De-
DBD maka semakin baik pula perilaku pen- mam Berdarah Dengue di
cegahan penyakit DBD. Indonesia”, 2005